Anda di halaman 1dari 52

Volume X/No.

19/Desember 2017
ISSN : 1979 - 7524

JURNAL

Analisis Penerapan Probity Audit Dalam


Proses Pengadaan Barang/Jasa Pada
Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat
Hari Primahadi & Nur Aini Utami

Verifikasi Output DAK Reimburstment


Loan 8438-ID (Sebuah kegiatan
konsultansi Auditor Inspektorat Jenderal)
Elbert Marangkup & Djoko Mursito

Perancangan Campuran Adukan Dan


Pengujian Beton Segar
Self Compacting Concrete (SCC)
Arif Budiyono & I Made Parindra Wibawa

Utilization Of Waste From Plate Stone


Mining In Giritirta Village, Banjarnegara,
Province Of Cetral Java As Coarse
Aggregate Of Normal And High Quality
Concrete
Arif Budiyono
Daftar Isi Volume X/No.19/Desember 2017

Analisis Penerapan Probity Audit Dalam Proses Pengadaan 1-13


Barang/Jasa Pada Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat
Hari Primahadi & Nur Aini Utami

Verifikasi Output DAK Reimburstment Loan 8438-ID 15-20


(Sebuah kegiatan konsultansi Auditor Inspektorat Jenderal)
Elbert Marangkup & Djoko Mursito

Perancangan Campuran Adukan Dan Pengujian Beton Segar 23-33


Self Compacting Concrete (SCC)
Arif Budiyono & I Made Parindra Wibawa

Utilization Of Waste From Plate Stone Mining In Giritirta Village, 35-42


Banjarnegara, Province Of Cetral Java As Coarse Aggregate
Of Normal And High Quality Concrete
Arif Budiyono

JURNAL

Diterbitkan berdasarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 16/KPTS/IJ/2016
tanggal 22 Februari 2016, dan Keputusan Inspektur Jenderal No. 03/KPTS/IJ/2017 tanggal 31 Januari 2017. Penanggung Jawab:
Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Redaktur/Koordinator: Sekretaris Inspektorat Jenderal.
Anggota: Para Inspektur di Inspektorat Jenderal. Pemimpin Redaktur: Inspektur IV. Wakil Pemimpin Redaksi: Kepala Bagian Hukum
dan Komunikasi Publik. Anggota Redaksi: Ir. M. Kamil, MM, Ir. Didiek Hardijanto, MT, Hari Primahadi, BAE, S.Sos, M.Ak, Drs. Slamet
Haryono, MT, Mohamad Ikhsan, SH, Irnanda Kristandi, ST. Redaktur Palaksana: Kepala Sub Bagian Komunikasi Publik, Penyunting/
Editor: Ridha Fauzy, SH, Dwita Gustiana. Desain Grafis: Ariyanto, Ari Sumadi Nugroho, M. Danang Sanjoyo. Fotografer: Hari Susyanto,
Loka Secowicaksono. Sekretariat: Sangidan, Endang Sutisna, Indri Margianti. Staf Sekretariat: Susanto, Sulardi, Kholik Triyono, Rahmat
Nursidiq. Alamat Redaksi/Tata Usaha: Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. Pattimura No. 20
Lt. 15 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110. No. Telepon (021)7226304. E-mail: buletwas_itjen@yahoo.co.id

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 i


ii Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017
Pengantar Redaksi
Tahun ini penerbitan Jurnal Auditor telah memasuki tahun kesepuluh, yaitu nomor 19 volume X
yang mengetengahkan 4 (empat) tulisan dari para Auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dimaksudkan untuk menggali beberapa masalah
yang terjadi dan dikaji secara ilmiah.

Tulisan pertama didasarkan pada penelitian dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis apakah probity audit diperlukan dalam rangka mengawal proses pengadaan
barang/jasa di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta apakah probity
audit yang dilaksanakan telah berjalan secara optimal.

Tulisan berikutnya berupa kajian tentang perancangan campuran adukan dan pengujian beton
segar Self Compacting Concrete (SCC) yang seharusnya dapat memenuhi semua kriteria kinerja
beton dalam kondisi segar dan mengeras. Kajian ini dilakukan oleh dua orang Auditor, masing-
masing dari Inspektorat III dan Inspektorat II.

Selanjutnya masih ada dua buah tulisan yang tidak kalah informatif. Hal yang menarik dari Jurnal
Auditor edisi kali ini adalah adanya dua Inspektur yang ikut berpartisipasi menyumbangkan
gagasannya. Semoga pada penerbitan berikutnya makin banyak kontributor yang memperkaya
isi jurnal ini.

Selamat membaca, semoga segala informasi yang disajikan bermanfaat.

Redaksi Jurnal Auditor menerima tulisan yang mencakup hasil studi, kajian, penelitian,
maupun pengalaman bidang pengawasan, pemeriksaan, administrasi, hukum dan
manajemen pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Naskah yang dimuat akan diberikan imbalan.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 iii


iv Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017
ANALISIS PENERAPAN PROBITY AUDIT
DALAM PROSES PENGADAAN BARANG/JASA
PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
Oleh :

Hari Primahadi BAE, S.Sos, M.Ak, C.Fr.A *


*) Inspektur III, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
E-mail: hariprimahadi@yahoo.co.id

Nur Aini Utami, SE., M.Ak *


*)Auditor Pertama Inspektorat II, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
E-mail: utami0103@gmail.com

Alamat Kantor: Jl.Pattimura No.20 Gd.Menteri Lt.15-16, Kebayoran Baru,


JakartaSelatan 12110

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah probity audit diperlukan dalam mengawal
proses pengadaan barang/jasa pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
dan apakah probity audit yang dilaksanakan telah berjalan secara optimal. Penelitian dilakukan
dengan metode kualitatif. Analisis dilakukan terhadap sepuluh paket yang telah dilakukan probity
audit selama tahun 2011-2014 dan sepuluh paket yang tidak dilakukan probity audit dalam periode
yang sama. Dilakukan juga analisis terhadap pelaksanaan probity audit yang telah dilaksanakan
oleh Kementerian PUPR. Hasil dari penelitian ini adalah probity audit diperlukan dan probity audit
terbukti dapat memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan pada ketentuan dan mampu
mencegah pelanggaran peraturan. Probity audit yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR belum
berjalan optimal karena pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan Perka BPKP Nomor:
PER-362/K/D4/2012.

Kata kunci : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; penyimpangan;


pengadaan barang/jasa; probity audit; quality assurance.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 1


I. PENDAHULUAN tepat. Berbagai langkah harus diambil untuk
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh mengurangi dan meminimalisir potensi
lembaga independen internasional ternyata penyimpangan dan pelanggaran (Transparency
Indonesia dikategorikan sebagai negara yang International, 2006).
memiliki tingkat korupsi tinggi. Negara-
negara yang telah berhasil mencegah Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka penelitian
korupsi melakukan beberapa hal, antara lain ini akan menganalisis tentang peran APIP
mendirikan lembaga pemberantasan korupsi dalam menjalankan fungsinya sebagai prevent,
(seperti KPK di Indonesia), melakukan deter dan detect sebagai early warning system
pengawasan intern yang efektif, menerapkan dalam proses pengadaan barang/jasa. Peran
sistem pengendalian intern pemerintah, dan APIP tersebut dapat berpengaruh terhadap
melakukan pengawasan terhadap pengadaan peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan
barang/jasa sejak perencanaan sampai negara melalui pengelolaan keuangan negara
dengan pemanfaatan. Di Australia dan negara yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel
persemakmuran, pengawasan dalam proses melalui probity audit.
pengadaan barang/jasa dilakukan melalui
probity audit. II. TINJAUAN PUSTAKA
Probity diartikan sebagai kebenaran
Proses pengawasan barang/jasa hendaknya (uprightness), kejujuran (honesty) dan
dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern integritas (integrity). Konsep probity tidak
Pemerintah (APIP) yang mempunyai tugas hanya digunakan untuk mencegah terjadinya
untuk melakukan pengawasan melalui audit, korupsi atau ketidakjujuran tetapi juga untuk
evaluasi, telaah, pemantauan dan kegiatan memastikan proses penyelenggaraan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan sektor publik, seperti penjualan aset, proses
fungsi dan tugas organisasi. Sedangkan pengadaan barang/jasa dan pemberian
pimpinan instansi pemerintah diwajibkan sponsor/hibah dilaksanakan secara objektif,
untuk melakukan pengawasan terhadap wajar akuntabel dan transparan (Badan
Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2012).
Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) di instansi masing-masing, serta Terkait dengan proses pengadaan barang/
menugaskan APIP yang bersangkutan untuk jasa, dan mengacu pada pengertian di atas,
melakukan audit sesuai dengan peraturan probity diartikan sebagai good process yaitu
(Aula, 2013). proses pengadaan barang/jasa dilakukan
dengan prinsip-prinsip penegakan kebenaran,
Selama ini belanja keperluan publik telah kejujuran dan integritas untuk memenuhi
menyerap sekitar 30% - 40% dari anggaran ketentuan perundangan yang berlaku.
belanja negara. Pada beberapa kementerian, Berdasarkan pengertian dimaksud, probity
seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan audit dapat didefinisikan sebagai kegiatan
Perumahan Rakyat (PUPR), pengeluaran penilaian untuk memastikan bahwa proses
pengadaan barang/jasa publik berkisar antara pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan
60% - 70% pada setiap tahun anggaran. Oleh secara konsisten sesuai dengan prinsip
sebab itu, belanja negara dalam pengadaan penegakan kebenaran, kejujuran, integritas dan
barang/jasa publik harus disertai dengan memenuhi ketentuan perundangan berlaku
proses yang jujur dan pengelolaan secara yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas

2 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


penggunaan dana sektor publik (Badan Probity audit dapat dilakukan mulai dari
Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2012). proses identifikasi kebutuhan sampai dengan
barang/jasa dimanfaatkan atau hanya
Peraturan yang menjadi dasar dari pelaksanaan beberapa tahapan terpilih dari suatu proses
probity audit di Indonesia adalah Peraturan pengadaan barang/jasa. Probity audit harus
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan dilakukan sesuai dengan prinsip probity
Pembangunan (BPKP) Nomor: Per-362/K/ yang pada dasarnya merupakan prinsip-
D4/2012. Aturan ini dapat dijadikan sebagai prinsip pengadaan barang/jasa. Prinsip-
pedoman bagi APIP Kementerian/Lembaga, prinsip tersebut telah diatur dalam Perpres
Pemerintah Daerah dan lnstansi lainnya dalam Nomor: 54/2010, yaitu (Badan Pengawas
melakukan penilaian untuk memastikan Keuangan dan Pembangunan, 2012): bebas
bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dari benturan kepentingan; akuntabel,
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan yaitu seluruh proses pengadaan barang
prinsip dan etika pengadaan serta memenuhi jasa dipertangungjawabkan sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku. peraturan yang berlaku; terbuka, transparan,
bersaing dan adil/tidak diskriminatif; serta
Dalam memperoleh barang/jasa yang efisien dan efektif sehingga belanja pengadaan
berkualitas maka pengadaan barang/jasa harus barang/jasa dapat memaksimalkan nilai
dilakukan secara transparan melalui persaingan uang.
adil, terbuka dan sehat, sehingga dapat tercapai
efisiensi dan efektivitas pengadaan barang/jasa Dampak yang dihasilkan dari proses pengadaan
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada barang/jasa yang memenuhi prinsip-prinsip
publik. Ketersediaan barang/jasa berkualitas probity yaitu (Badan Pengawas Keuangan dan
dalam penyelenggaraan pemerintahan akan Pembangunan, 2012):
sangat berpengaruh dalam peningkatan 1. Meminimalkan potensi adanya
pelayanan publik (Badan Pengawas Keuangan permasalahan hukum;
dan Pembangunan, 2012). 2. Memberikan keyakinan secara independen
dan objektif atas kejujuran (probity) proses
Salah satu upaya untuk meningkatkan peran pengadaan barang/jasa;
APIP dalam melakukan pengawasan adalah 3. Memberi keyakinan kepada masyarakat
melaksanakan audit selama proses pengadaan bahwa penyelenggaraan kegiatan sektor
barang/jasa berlangsung (realtime) yang publik telah dilakukan melalui proses yang
disebut probity audit. Pelaksanaan probity audit berintegritas dan dapat dipercaya;
merupakan salah satu cara yang dilakukan 4. Meningkatkan integritas sektor publik
oleh APIP dalam rangka pengawasan terhadap melalui perubahan organisasi dan
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. perubahan prilaku;
Tujuan dilakukan pengawasan adalah untuk 5. Menghindari praktik korupsi;
memberikan keyakinan yang memadai bahwa 6. Menghindari permasalahan dan konflik.
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif III. METODE PENELITIAN
dan efisien untuk kepentingan pimpinan Metode penelitian ini menggunakan metode
dalam mewujudkan tata pemerintahan kualitatif dengan objek pada Kementerian
yang baik (Badan Pengawas Keuangan dan PUPR, khususnya pada Internal audit atau
Pembangunan, 2012). Inspektorat Jenderal (Itjen).

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 3


Sumber data yang digunakan berupa data 4. Paket dipilih secara acak.
primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner Responden wawancara dan kuesioner bersifat
dengan pertanyaan terbuka pada objek purposive sampling. Kuesioner berbentuk
penelitian. Wawancara dilakukan kepada pertanyaan terbuka sehingga responden bebas
Sekretaris Itjen Kementerian PUPR sedangkan untuk menyatakan pendapatnya. Jumlah data
kuesioner dengan tipe pertanyaan terbuka yang berhasil dikumpulkan adalah 1 (satu)
ditujukan kepada auditor yang pernah buah wawancara, 12 (dua belas) kuesioner dari
melaksanakan probity audit dan kepada auditi auditor dan 2 (dua) kuesioner dari auditi.
(Satuan Kerja) objek probity audit.
Beberapa langkah analisis yang dilakukan
Data sekunder diperoleh dengan cara studi untuk menjawab pertanyaan terkait penelitian,
dokumentasi terhadap laporan-laporan antara lain:
pengawasan Itjen, peraturan internal, dan studi 1. Untuk menjawab pertanyaan: “Apakah
literatur teori terkait pengadaan barang/jasa probity audit diperlukan dalam mengawal
dan internal audit khususnya probity audit, proses pengadaan barang/jasa?”, dilakukan
serta artikel dan jurnal yang terkait dengan analisis perbandingan pada sepuluh sampel
penelitian. Laporan pengawasan Itjen yang paket pekerjaan yang telah dilakukan
digunakan adalah laporan probity audit tahun probity audit selama tahun 2011-2014 dan
2011 sampai dengan tahun 2014 dan laporan analisis terhadap sepuluh paket yang tidak
hasil pemeriksaan Itjen tahun 2012 sampai dilakukan probity audit dalam periode yang
dengan tahun 2015. sama. Sampel yang diambil adalah paket
pekerjaan yang bernilai besar pada masing-
Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 paket masing tahunnya. Alur pikir analisis dapat
pengadaan barang/jasa yang terdiri atas 10 dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
paket pengadaan barang/jasa yang dilakukan
probity audit selama tahun 2011 sampai dengan
2014 dan 10 paket yang tidak dilakukan probity
audit selama tahun 2011 sampai dengan 2014.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling, sedangkan teknik penarikan sampel
non-probabilitas dengan menyeleksi paket
pengadaan barang/jasa sesuai kriteria, sebagai
berikut: Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis 1
1. Paket pengadaan barang/jasa yang telah
dilakukan probity audit tahun 2011 sampai Dari gambar 3.1 dijabarkan bahwa analisis
dengan tahun 2014; yang dilakukan antara lain:
2. Paket pengadaan barang/jasa yang belum a. Melakukan analisis laporan hasil probity
pernah dilakukan probity audit bernilai audit terhadap sepuluh paket sampel;
besar tahun 2011 sampai dengan tahun b. Melakukan analisis terhadap laporan
2014; hasil audit rutin yang dilakukan pada
3. Paket pekerjaan bersifat strategis, pemeriksaaan rutin ditahun berikutnya
yang output-nya dapat dirasakan oleh terhadap sepuluh sampel paket probity
masyarakat; serta audit;

4 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


c. Melakukan analisis terhadap paket yang Dilakukan analisis terhadap pelaksanaan
dilakukan probity audit dengan paket probity audit yang telah dilaksanakan dan
yang tidak dilakukan probity audit dibandingkan dengan pedoman probity
dalam satu satker yang sama, hal ini audit yaitu Perka BPKP Nomor: PER-
berarti panitia pengadaan barang/jasa 362/K/D4/2012. Untuk mendukung analisis
adalah pihak yang sama; dilakukan wawancara dan kuesioner
d. Melakukan analisis terhadap laporan berbentuk pertanyaan terbuka kepada
hasil audit pada pemeriksaaan rutin auditor yang pernah melakukan probity
terhadap sepuluh paket sampel yang audit dan auditi objek probity audit.
tidak dilakukan.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis laporan hasil probity audit 4.1. Analisis Kebutuhan Probity Audit
dan laporan hasil post audit terdapat dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa pada
beberapa titik fokus temuan, yaitu: (1) Kementerian PUPR
kelemahan harga perkiraan sendiri, (2) Berdasarkan penelitian (Ryan & Ng,
kelemahan dokumen pengadaan, dan (3) 2001), probity audit mampu memberikan
kelemahan dalam evaluasi penawaran dan kontribusi, khususnya yang berkaitan dengan
kualifikasi, serta pembuktian kualifikasi. mempertahankan kepercayaan masyarakat,
Tiga titik fokus ini dipilih karena probity terhadap proses pengadaan barang dan jasa
audit yang dilakukan masih dalam yang kompetitif, transparan dan akuntabel.
tahapan sebelum pelelangan sehingga Analisis yang berkaitan dengan kebutuhan
temuan tersebut diatas yang paling banyak probity audit dalam proses pengadaan barang/
ditemukan. jasa pada Kementerian PUPR dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
2. Untuk menjawab pertanyaan: “Apakah 1. Melakukan analisis laporan hasil probity
probity audit yang dilakukan sudah audit terhadap sepuluh paket sampel;
optimal?”, dilakukan beberapa langkah 2. Melakukan analisis terhadap laporan
analisis seperti Gambar 3.2 dibawah ini. hasil audit rutin pada pemeriksaaan rutin
ditahun berikutnya terhadap sepuluh
sampel paket probity audit;
3. Melakukan analisis terhadap paket yang
dilakukan probity audit dengan paket yang
tidak dilakukan probity audit dalam satu
satker yang sama hal ini berarti panitia
pengadaan barang/jasa adalah pihak yang
sama;
4. Melakukan analisis terhadap laporan hasil
audit pada pemeriksaaan rutin terhadap
sepuluh paket sampel yang tidak dilakukan
probity audit.

4.1.1. Analisis Laporan Hasil Probity Audit


terhadap Sepuluh Paket Sampel
Gambar 3.2. Kerangka Pemikiran Analisis 2
Berdasarkan penelitian pada sepuluh laporan

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 5


probity audit tahun 2011 sampai dengan tahun sebagai sampel, diketahui bahwa pada proses
2014 diketahui bahwa probity audit dapat pengadaan barang/jasa terdapat tiga jenis
mendeteksi adanya ketidaksesuaian pada kelemahan utama, yaitu: kelemahan HPS,
proses pengadaan barang/jasa. Berdasarkan kelemahan dokumen pengadaan, kelemahan
hasil analisis terhadap substansi laporan dalam Evaluasi Penawaran dan Kualifikasi,
diketahui terdapat tiga jenis kelemahan serta pembuktian kualifikasi.
utama dalam proses pengadaan barang/jasa,
yaitu: (1) kelemahan harga perkiraan sendiri, Berdasarkan hasil analisis terhadap sepuluh
(2) kelemahan dokumen pengadaan, (3) paket sampel yang dilakukan probity audit dan
kelemahan dalam evaluasi penawaran dan sepuluh paket sampel yang tidak dilakukan
kualifikasi, serta pembuktian kualifikasi. probity audit, disimpulkan bahwa probity audit
perlu untuk dilakukan karena probity audit
Untuk menganalisis kebutuhan probity audit dapat mendeteksi penyimpangan secara dini
dalam proses pengadaan barang/jasa selain dan mencegah terjadinya penyimpangan.
dilakukan analisis terhadap sepuluh paket
yang menjadi sampel, juga dilakukan analisis Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada
terhadap laporan hasil audit pada pemeriksaaan auditor probity, seluruhnya atau 100% probity
rutin tahun berikutnya, dengan antara lain: auditor menyatakan bahwa probity audit perlu
1. Tidak terdapat temuan dalam proses dilakukan agar dapat meminimalisir terjadinya
pengadaan barang/jasa; dan penyimpangan, serta mendeteksi secara dini
2. Tidak terdapat temuan kerugian negara potensi penyimpangan yang mungkin muncul
pada kegiatan pengadaan barang/jasa. dikemudian hari. Sedangkan Satuan Kerja objek
dari probity audit yang menjadi responden
Langkah selanjutnya adalah menganalisis seluruhnya (100%) menyatakan bahwa probity
sepuluh paket yang dilakukan probity audit audit perlu dilakukan agar pelaksana pekerjaan
dengan paket yang tidak dilakukan probity audit memiliki dasar dalam menyusun RPB (Rencana
dalam satu satker yang sama. Dilihat dari hasil Perkiraan Biaya), dan lebih percaya diri dalam
post audit yang dilakukan pada Satker tersebut melakukan pelelangan.
dapat disimpulkan bahwa walaupun dilakukan
oleh panitia pengadaan yang sama tetapi untuk Seperti kita ketahui akhir-akhir ini banyak
paket pekerjaan yang mendapatkan probity pengguna anggaran atau pelaksana kegiatan
audit memiliki hasil pengadaan barang/jasa merasa gamang dan khawatir untuk
yang lebih baik, dibuktikan dengan tidak menjalankan program pembangunan demi
terdapatnya temuan dalam proses pengadaan mencapai angka penyerapan anggaran yang
barang/jasa, sedangkan pada paket yang tidak optimal hanya karena takut bermasalah dengan
mendapatkan pendampingan probity audit hukum. Probity audit dapat dilakukan dalam
terdapat temuan dalam proses pengadaan rangka menjalankan peran assurance dan
barang/jasa. consulting dalam proses pengadaan barang/
jasa. Probity audit dapat memberikan masukan
4.1.2. Analisis Laporan Hasil Audit terhadap yang dapat memelihara dan meningkatkan
Paket Sampel yang Tidak dilakukan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas
Probity Audit dan fungsi instansi pemerintah. Inspektorat
Hasil analisis terhadap substansi laporan hasil Jenderal dapat menjadi mitra yang baik bagi
audit terhadap sepuluh paket yang dipilih auditi supaya dapat memperbaiki kinerja dan

6 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


kualitas Kementerian PUPR di semua bidang Seperti kita ketahui, standar audit adalah
secara bersama-sama. ukuran mutu minimal atau kriteria untuk
melakukan kegiatan audit intern yang wajib
4.2. Analisis Pelaksanaan Probity Audit yang dijadikan pedoman oleh pimpinan APIP dan
dilaksanakan oleh Kementerian PUPR auditor agar pelaksanaan audit berkualitas.
Dilakukan analisis terhadap pelaksanaan Jika probity audit dilaksanakan berdasarkan
probity audit untuk memberi keyakinan standar audit yang sama maka siapapun auditor
bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang melaksanakan audit diharapkan dapat
telah dilakukan oleh pelaksana pengadaan menghasilkan mutu audit yang sama. Jika
berdasarkan prinsip-prinsip probity. auditor dalam penugasannya tidak mengetahui
harus memakai standar audit atau pedoman
Analisis dilakukan dengan membandingan yang mana maka mutu hasil audit tidak akan
pelaksanaan probity audit dengan standar sama.
pedoman yang berlaku yaitu Peraturan Kepala
(Perka) BPKP Nomor: PER-362/K/D4/2012 Hasil penelitian oleh Shead (2001) menyatakan
tentang Pedoman Probity Audit Pengadaan pada instansi tempat dilakukannya penelitian
Barang/Jasa Pemerintah Bagi APIP. Ruang tidak memiliki standar profesional yang
lingkup perbandingan antara lain pada dasar mengatur probity audit (tidak seperti
hukum pelaksanaan, kriteria paket pekerjaan kebanyakan jenis audit yang lain). Maka
yang dilakukan probity audit, tahapan penting bagi lembaga/instansi untuk memiliki
pelaksanaan audit, jangka waktu dan biaya pemahaman yang jelas tentang manfaat dan
pelaksanaan, auditor yang melaksanakan keterbatasan probity audit, serta keterampilan
probity audit, serta hasil pelaksanaan probity dan pengalaman yang diperlukan dari auditor
audit. yang melaksanakan probity audit (Shead,
2001).
Berdasarkan penelaahan dokumen terkait
dengan probity audit seperti Surat Keputusan 2. Paket pekerjaan yang dilakukan probity
Inspektur Jenderal Kementerian PUPR, Surat audit.
Perintah Tugas (SPT), Laporan hasil probity Mandat dari pelaksanaan probity audit bisa
audit dan hasil pengisian kuesioner oleh auditor berasal dari dua pihak, yaitu permintaan
yang melaksanakan probity audit serta auditi dari Satuan Kerja pelaksana kegiatan atau
yang menjadi objek probity audit, didapatkan keharusan dari Inspektorat Jenderal. Terhadap
data-data sebagai berikut: mandat pertama, biasanya Satuan Kerja
mengajukan permintaan kepada Inspektorat
1. Dasar hukum pelaksanaan probity Jenderal untuk melakukan probity audit karena
audit. menilai pekerjaan yang ditanganinya berisiko
Kementerian PUPR belum memiliki standar tinggi dan bersifat kompleks. Mandat kedua
atau pedoman yang sama dalam pelaksanaan karena keharusan dari Inspektorat Jenderal,
probity audit. Berdasarkan kuesioner yang diisi biasanya terkait dengan nilai kegiatan yang
oleh dua belas orang probity auditor, diketahui cukup besar. Batas minimal nilai paket yang di-
bahwa masing-masing auditor memiliki probity-pun terus meningkat tiap periodenya,
pedoman yang berbeda dalam melakukan yaitu senilai>Rp25 miliar (tahun 2010-2011),
probity audit. senilai>Rp50 miliar (tahun 2014) dan senilai
>Rp100 miliar (tahun 2015).

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 7


Hal ini sesuai dengan Perka BPKP Nomor: maka jangka waktu pelaksanaannya cukup
PER-62/K/D4/2012 yang menyatakan bahwa singkat, yaitu lima hari kerja dan biaya auditnya
kriteria paket pekerjaan pengadaan barang/ berasal dari anggaran Inspektorat Jenderal.
jasa yang dapat dilakukan probity audit antara
lain: pekerjaan bersifat kompleks dan berisiko Pada dasarnya proses probity audit merupakan
tinggi; serta nilai paket pekerjaan yang relatif kegiatan yang berkesinambungan, tidak seperti
besar bila dibandingkan dengan nilai paket audit pada umumnya, probity auditor dapat
pekerjaan yang lain. datang berkali-kali tergantung kebutuhan.
Jangka waktu pelaksanaannya juga panjang
3. Tahapan pelaksanaan probity audit bahkan dapat berbulan-bulan, tergantung dari
Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor: jadwal proses pengadaan barang/jasa, karena
PER-362/K/D4/2012, probity audit dapat tujuannya adalah untuk mengawal proses
dilakukan mulai dari proses identifikasi pengadaan dari mulai proses perencanaan
kebutuhan sampai dengan barang/jasa sampai dengan pemanfaatannya.
dimanfaatkan atau hanya beberapa tahapan
terpilih dari suatu proses pengadaan barang/ Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dari
jasa. Namun berdasarkan hasil wawancara auditi, dikatakan bahwa terkadang waktu
dengan salah satu Direktur BPKP, probity audit pelaksanaan probity audit kurang tepat.
dilakukan hanya pada tahapan tertentu yang Audit dilakukan pada saat pengadaan sedang
memiliki risiko, yaitu kemungkinan terjadinya berlangsung, sehingga berpotensi menghambat
penyimpangan pada tahapan lainnya. pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu
Penyimpangan dapat terjadi pada tahapan sebaiknya pengalokasian waktu probity audit
sebelum atau sesudah tahap yang dilakukan dikaji kembali agar dapat mencapai tujuan dan
probity, sehingga proses probity audit menjadi sasaran.
tidak optimal, akibatnya pengawalan terhadap
proses pengadaan barang/jasa menjadi tidak Biaya audit yang merupakan tanggung jawab
sempurna. Inspektorat Jenderal dinilai sudah tepat untuk
menghindari risiko independensi auditor
Berdasarkan wawancara dan isian kuesioner dalam melaksanakan tugasnya jika biaya
dari auditor diketahui bahwa probity yang ditanggung oleh pihak auditi (Ryan and Ng,
dilakukan hanya pada tahapan tertentu 2002). Ketentuan pembiayaan tersebut juga
saja. Biasanya audit dilakukan pada tahapan telah sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP
sebelum lelang karena dinilai paling berisiko, Nomor: PER-362/K/D4/2012, yaitu biaya
sehingga jika dilakukan probity audit maka sehubungan dengan pelaksanaan probity
diharapkan tahapan selanjutnya dapat berjalan audit dianggarkan dalam dokumen anggaran
dengan baik. Keterbatasan sumber daya, baik unit kerja yang melakukan probity audit atau
jumlah auditor, waktu maupun biaya maka Itjen dokumen anggaran instansi yang melaksanakan
Kementerian PUPR belum dapat melaksanakan fungsi pengawasan internal.
probity audit secara keseluruhan.
5. Pelaksana probity audit.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan probity Berdasarkan wawancara dengan Sekretaris
audit. Itjen Kementerian PUPR, jumlah auditor yang
Terkait dengan pelaksanaan probity audit yang mendapat penugasan untuk melakukan probity
dilaksanakan hanya pada tahap tertentu saja audit jumlahnya masih sangat terbatas. Dari

8 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


keseluruhan auditor yang dimiliki Kementerian sanksi bagi auditi yang tidak menjalankan
PUPR hanya 10.27% atau sekitar 15 dari rekomendasi tersebut seperti yang berlaku
146 orang auditor yang pernah melakukan pada audit rutin. Akibatnya Inspektorat
probity audit. Auditor-auditor tersebut dinilai Jenderal tidak memiliki dokumentasi
memiliki kompetensi yang cukup, antara lain: terhadap rekomendasi yang diberikan, apakah
pendidikan minimal S1; memiliki sertifikat dilaksanakan atau tidak, jika dilaksanakan
jabatan auditor dan keahlian bidang pengadaan sudah sampai mana pelaksanaannya atau
barang/jasa ditandai dengan sertifikat keahlian apakah tindak lanjut yang dilakukan sudah
bidang pengadaan barang/jasa pemerintah; sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
memiliki pengalaman yang cukup dalam
pengadaan barang/jasa; independen; objektif; Berdasarkan Perka BPKP Nomor: 362/K/
serta memiliki integritas. D4/2012, tindak lanjut yang dilakukan oleh
auditi disampaikan atau diberitahukan kepada
Berdasarkan hasil isian kuesioner beberapa auditor dan ditembuskan kepada Pimpinan
auditor, ada auditor yang masih sulit untuk Lembaga/Menteri/Institusi/Kepala Daerah
membedakan antara probity audit dengan bersangkutan.
pendampingan pengadaan barang/jasa
maupun audit lainnya. Hasil penelitian Ryan Berdasarkan analisis terhadap dasar hukum
dan Ng (2001), menyatakan bahwa konsep pelaksanaan, kriteria paket pekerjaan, tahapan
probity audit belum sepenuhnya didefinisikan pelaksanaan audit, waktu dan biaya pelaksanaan,
dengan baik, beberapa responden mengalami auditor yang melaksanakan probity audit, serta
kesulitan membedakannya dengan kegiatan hasil audit, dapat disimpulkan bahwa probity
audit internal yang biasa mereka lakukan. audit yang dilakukan belum optimal, karena
Kurangnya pemahaman auditor terhadap ada beberapa unsur yang belum sesuai dengan
probity audit disebabkan tidak adanya Perka BPKP Nomor: PER-362/K/D4/2012
pedoman yang dapat dijadikan landasan tentang pedoman probity audit pengadaan
terhadap pelaksanaan kegiatan, dan kurangnya barang/jasa pemerintah bagi APIP.
sosialisasi dari instansi.
Pedoman ini penulis jadikan sebagai parameter
6. Hasil probity audit. terhadap ukuran optimal pelaksanaan probity
Apabila dari kesimpulan hasil audit terdapat audit karena keterbatasan literatur akademik
ketidaksesuaian dengan ketentuan dan yang membahas tentang probity audit. Tujuan
pelanggaran terhadap prinsip probity, dari pedoman ini adalah untuk meningkatkan
auditor menyampaikan kondisi yang ada integritas pelayanan publik melalui efektivitas
kepada pihak yang bertanggungjawab hasil audit atas proses pengadaan barang/jasa
terhadap ketidaksesuaian proses tersebut yang berdasarkan pada peraturan dan prosedur
untuk dilakukan koreksi atau perbaikan. pengadaan barang/jasa. Jika pelaksanaan
Laporan hasil probity audit disampaikan probity audit telah sesuai dengan pedoman
kepada Pejabat Eselon 1 dan pengendalian tersebut, diharapkan tujuan dilaksanakannya
tindak lanjut terhadap rekomendasi menjadi probity audit, yaitu meyakinkan bahwa
kewenangannya. pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah
dilakukan oleh pelaksana pengadaan
Tidak ada tindak lanjut yang wajib diberikan berdasarkan prinsip probity, dapat tercapai.
kepada Inspektorat Jenderal dan tidak ada

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 9


Berdasarkan isian kuesioner oleh para auditor, pengadaan barang/jasa.
diperoleh data bahwa 91.67% atau 11 dari 12 e. Tidak ada pemantauan terhadap
auditor probity merasa bahwa kegiatan probity pelaksanaan rekomendasi karena belum
audit yang dilakukan belum optimal dengan ada ketentuan yang mengatur tentang
alasan antara lain belum adanya pedoman perlakuan terhadap rekomendasi
pelaksanaan, kegiatan belum dilakukan yang diberikan, sehingga auditi tidak
secara berkesinambungan, pelaksanaan memberikan tindak lanjut dalam bentuk
hanya pada tahap tertentu, rekomendasi tidak laporan tertulis.
bersifat wajib untuk dilaksanakan, kurangnya
komitmen dari pimpinan dan kurangnya SDM 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
auditor. Sedangkan dari sudut pandang auditi, dapat disimpulkan sebagai berikut:
mereka sepakat menilai bahwa pelaksanaannya a. Probity audit diperlukan dalam
belum optimal karena waktu dikeluarkannya mengawal proses pengadaan barang/
rekomendasi dinilai cukup lama sehingga jasa pada Kementerian PUPR untuk
menghambat pelaksanaan proses pengadaan memberikan keyakinan yang memadai
barang/jasa. atas ketaatan pada ketentuan; mampu
mencegah dan mendeteksi dini
V. SIMPULAN DAN SARAN pelanggaran terhadap peraturan;
5.1. Simpulan dapat meminimalisir terjadinya
1. Berdasarkan analisis dari pelaksanaan penyimpangan dan mendeteksi
probity audit di Kementerian PUPR secara dini potensi penyimpangan
ditemukan beberapa kelemahan, antara yang mungkin muncul dikemudian
lain: hari; menjadi dasar bagi Satker untuk
a. Probity audit dinilai penting namun menentukan HPS dalam proses
belum menjadi perhatian utama. pengadaan barang/jasa dan memberikan
b. Belum ditetapkannya standar atau percaya diri saat melakukan pelelangan.
pedoman yang sama terhadap b. Dengan adanya probity audit, auditor
pelaksanaan probity audit, dapat menjalankan peran assurance
mengakibatkan tidak adanya dan consulting dalam proses pengadaan
keseragaman dalam melakukan kegiatan barang/jasa; memberikan masukan yang
sehingga belum didapatkan hasil mutu dapat memelihara dan meningkatkan
yang sama. kualitas tata kelola penyelenggaraan
c. Terbatasnya sumber daya auditor yang tugas dan fungsi instansi pemerintah;
mampu melakukan probity. serta dapat memperbaiki kinerja dan
d. Mengingat keterbatasan SDM maka kualitas Kementerian PUPR di semua
probity audit hanya dilakukan pada bidang.
tahap tertentu. Hal ini tidak menyalahi c. Probity audit yang dilaksanakan oleh
pedoman Perka BPKP Nomor: PER- Kementerian PUPR belum berjalan
362/K/D4/2012, yang menyebutkan secara optimal didasarkan pada:
bahwa probity audit dapat dilakukan 1) Dilihat dari dasar hukum pelaksanan,
mulai dari proses identifikasi kebutuhan jangka waktu dan biaya pelaksanaan,
pengadaan sampai dengan barang/jasa kriteria paket pekerjaan, auditor
dimanfaatkan atau hanya dilakukan yang melaksanakan audit, dan hasil
pada tahapan tertentu dari suatu proses pelaksanaannya, masih ada beberapa

10 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


poin yang belum sepenuhnya sesuai terhadap probity audit dapat lebih
dengan pedoman pelaksanaan akurat, serta menilai suatu pekerjaan
probity audit bagi APIP di Indonesia, secara menyeluruh sampai dengan hasil
yaitu Perka BPKP Nomor: PER- pelaksanaan pekerjaan.
362/K/D4/2012.
2) Belum adanya pedoman pelaksanaan, DAFTAR PUSTAKA
kegiatan belum dilakukan secara Alim, H. N. (2015). Probity Audit, Fungsi
berkesinambungan, pelaksanaan Auditor Internal Sebagai Quality Assurance.
hanya pada tahap tertentu, Jurnal Auditor , 7-15.
rekomendasi tidak bersifat wajib Amiruddin. (2012). Analisis Pola
untuk dilaksanakan, dan kurangnya Pemberantasan Korupsi dalam Pengadaan
SDM auditor. Barang/Jasa Pemerintah. Jurnal
3) Lamanya penyampaian rekomendasi Kriminologi Indonesia Vol.8 , 26-27.
sehingga menghambat pelaksanaan Arens, A. A., Beasley, M. S., & Elder, R.
proses pengadaan barang/jasa. (2010). Auditing and Assurance Service,
An Integrated Approach, 19tn Edition. New
5.2. Saran Jersey: Prentice Hall.
Beberapa saran terkait pelaksanaan probity Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
audit di Kementerian PUPR antara lain: (2013). Standar Audit Intern Pemerintah
a. Meningkatkan komitmen pimpinan Indonesia. Jakarta: Asosiasi Auditor Intern
terhadap pelaksanaan probity audit, Pemerintah Indonesia.
baik dengan memasukkan probity audit Aula. (2013, Mei 30). Diunduh dari http://
dalam rencana kerja tahunan maupun aulakehidupan.blogspot.com/2013/05/
mengoordinasikan ketersediaan SDM apip-dan-tupoksinya.html#
auditor dalam melaksanakan tugas dan Australia National Audit Office. (2007).
fungsi Inspektorat. Fairness and Transparency In Purchasing
b. Membuat standar atau pedoman Decisions, Probity in australian Goverment
pelaksanaan probity audit. Procurement. Canberra: ANAO.
c. Meningkatkan kompetensi dan pemahaman Badan Pemeriksa Keuangan. (2007). Peraturan
auditor terhadap probity audit. BPK RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang
d. Melaksanakan probity audit secara Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
keseluruhan mulai dari proses identifikasi BPK.
kebutuhan sampai dengan pemanfaatan. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan.
e. Melakukan monitoring tindak lanjut (2012). Peraturan Kepala BPKP Nomor:
terhadap rekomendasi yang diberikan. PER-362/K/D4/2012 tentang Pedoman
f. Melakukan survei kepuasan terhadap hasil Probity Audit Pengadaan Barang/Jasa
probity audit baik kepada auditi maupun Pemerintah Bagi Aparat Pengawasan Intern
auditor. Pemerintah (APIP). Jakarta: BPKP.
g. Melakukan penelaahan terhadap probity Bahagia, S. N. (2011). Sistem Pengadaan Publik
audit yang dilakukan oleh Kementerian/ dan Cakupannya. Jurnal LKPP: Senarai,
Lembaga lain, sebagai bahan perbandingan 8-25.
terhadap manfaat yang didapatkan. Blue Mountains City Council. (2009). Probity
h. Mengambil sampel yang lebih banyak Audit Policy. Diunduh dari www.bmcc.nsw.
pada penelitian berikutnya agar penilaian au.gov.au

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 11


Edquist, C., Hommen, L., & Tsipouri, L. (2000). Kementerian Pekerjaan Umum. (2015).
Public Technology Procurement And Laporan Kinerja Kementerian PU 2014.
Inovation. New York: Kluwer Academic Jakarta: Kementerian PU.
Publishers. Komisi Pemberantasan Korupsi. (2015).
Heriyana. (2013, Mei 31). Diunduh dari Laporan Tahunan 2014. Jakarta: Komisi
https://akangheriyana.wordpress.com/ Pemberantasan Korupsi.
2013/05/31/probity-audit-pengadaan- Mulyadi. (2011). Auditing. Jakarta: Salemba
barangjasa-sebagai-salah-satu-solusi- Empat.
bagi-manajemen-puncak-pemerintahan- Nugroho, P. D. (2012). Mengenal Probity Audit.
d a l am - m e nge v a lu a s i - ke b e r h a s i l an - Organisation for Economic Co-Operation and
pembangunan- dan- terwujudnya- good- Development. (2007). Integrity in Public
goverment- governance-serta-salah-satu/ Procurement, Good Practice From A to Z.
Independent Commision Againts Corruption. OECD.
(1996). Probity Auditing: When, Why, and Organisation for Economic Co-Operation and
How. Development. (2009). OECD Principles For
Independent Commision Againtst Corruption. Integrity In Public Procurement. OECD.
(2011). Corruption Risk In NSW Government Pemerintah Republik Indonesia. (2012).
Procurement. NSW Australia: ICAC. Peraturan Presiden Nomor 70 Perubahan
Independent Commission Against Corruption. Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Governance and Internal Control in Non- Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan
Governmental Organisations. Hong Kong: Jasa. Jakarta.
ICAC. Pemerintah Republik Indonesia. (2010).
Indonesia Procurement Watch. (2009). Peraturan Presiden Republik Indonesia
Toolkit Anti Korupsi. Jakarta: Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Procurement Watch. Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.
Indonesia, P. R. (2004). Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia. (1999).
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Lembaran
Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Negara Republik Indonesia.
jawab Keuangan Negara. Jakarta. Procurement Transformation Division. (2014).
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Procurement guidance: Use of probity
Umum. (2015). Laporan Kinerja Inspektorat auditors and advisors in procurement.
Jenderal Kementerian PU Tahun 2014. Queensland: The State of Queensland,
Jakarta: Inspektorat Jenderal Kementerian Department of Housing and Public Works.
Pekerjaan Umum. Queensland Government Chief Procurement
Kementerian Menteri Negara Pendayagunaan Officer. (2011). Procurement Guidelines.
Aparatur Negara. (2008). Peraturan Menteri Queensland: Queensland Government
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Chief Procurement Officer.
Nomor: PER/05/M.PAN /03/ 2008. Jakarta. Queensland Purchasing, Depertment of
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Public Works. (2006). Ethics, Probity and
Rakyat. (2015). Peraturan Menteri Accountability in Procurement. Queensland:
PUPR Nomor 15 Tahun 2015 tentang Queensland Purchasing, Depertment of
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Public Works.
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Rai, I. G. (2008). Audit Kinerja Pada Sektor
Kementerian PUPR. Publik, Konsep, Praktik, Studi Kasus.

12 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Jakarta: Salemba Empat.
Ryan, C., & Ng, C. (2002). Australian Auditors-
General Involvement in Probity Auditing:
Evidence and Implication. Queensland.
Ryan, C., & Ng, C. (2001). The practice of
probity audits in one Australian. Managerial
Auditing Journal , 69-75.
Shead, B. (2001). Probity Auditing: Keeping
the Bureaucrats Honest? Australia:
National Council of the Institute of Public
Administration, Australia 2001.
Soesatyo, B. (2012). Diunduh dari http://www.
wa-iki.blogspot.com/2012/01/ korupsi-
dalam-pengadaan-barang-dan-jasa.html
Thai, K. V. (2009). International handbook of
public procurement. CRC Pres.
The Institute of Internal Auditors. (2013).
Quality Assessment Manual 6th Edition.
The Institute of Internal Auditors Research
Foundation.
The Institute of Internal Auditors. Quality
Assessment Manual. 5th Edition. The
Institute of Internal Auditors.
Transparency International. (2014, Desember
06). Diunduh dari http:// www.ti.
or.id/ index.php/publication/ 2014/
12/06corruption- p e r c e p t i o n s -
index-2014
Transparency International. (2006). Buku
Panduan Mencegah Korupsi Dalam
Pengadaan Barang dan Jasa Publik. Berlin:
Transparency International.
Yin, R. K. (1996). Case Study Research : Design
And Methods.
Yudanti, W. S. (2015). Analisis Perbedaan
Tingkat Penyimpangan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah pada Instansi yang
Menerapkan dan yang Tidak Menerapkan
Probity Audit. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti.
Zulkarnain, A. (2011). Bukan Watchdog,
Konsultan, Juga Bukan Katalis! Tapi
Pengawas Intern. Jakarta: BPKP.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 13


14 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017
VERIFIKASI OUTPUT DAK REIMBURSTMENT
LOAN 8438-ID
(SEBUAH KEGIATAN KONSULTANSI AUDITOR
INSPEKTORAT JENDERAL)

Oleh :

Elbert Marangkup H, ST., MT *


*) Korwil Sumsel, Babel dan Lampung, Inspektorat I, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
Alamat Kantor : Jl.Pattimura No 20 Gd.Menteri Lt.15 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
email : ebets99@ymail.com

Ir. Djoko Mursito, Dipl.SE, MM *


*) Inspektur I, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
Alamat Kantor : Jl.Pattimura No 20 Gd.Menteri Lt.15 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
email : djoko.mursito@gmail.com

ABSTRAK
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur atau yang biasa disebut DAK Bidang Infrastruktur,
adalah dana yang bersumber dari APBN, yang diterus alokasikan kepada Daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan S-584/Mk.07/2010
tanggal 23 November 2010 BPKP diminta menjadi Verification Agent untuk proyek Pemerintah
Daerah dan desentralisasi, sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
sebagai kementerian teknis yang mengelola infrastruktur di bidang jalan, sumber daya air,
perumahan dan keciptakaryaan mendapat tugas untuk mendefinisikan apakah output kegiatan
sudah memenuhi syarat Dana Alokasi Khusus tertuang dalam lampiran verification arangement.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, Auditor Inpektorat Jenderal diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Verifikasi output Dana Alokasi Khusus
Reimburstment yang setiap tahun dilaksanakan bersama dengan BPKP merupakan salah satu
kegiatan konsultansi Auditor Inpektorat Jenderal. Tugas Auditor Inpektorat Jenderal dalam kegiatan
tersebut adalah memberikan konsultansi teknis kepada BPKP terkait available atau tidaknya output
dana DAK yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk itu diperlukan
auditor dengan latar belakang teknik yang memadai agar konsultansi teknis yang diberikan
memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kata Kunci : Dana Alokasi Khusus, Konsultansi, Verifikasi.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 15


I. PENDAHULUAN sinergi dalam pembangunan sesuai dengan
Sesuai dengan pengertiannya, Dana Alokasi konsep nawacita Presiden dapat terwujud
Khusus Bidang Infrastruktur yang selanjutnya bukan semata-mata berdasarkan keinginan
disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana pemangku jabatan di daerah. Sehingga seluruh
yang bersumber dari APBN, yang dialokasikan Penyusunan Rencana Kegiatan (RK) dan
kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk usulan perubahannya harus mengacu pada
membantu mendanai kegiatan khusus yang Dokumen Perencanaan Bidang Infrastruktur
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan yang telah disepakati.
prioritas nasional, terutama untuk membiayai
kebutuhan prasarana dan sarana guna Pemerintah telah menetapkan arah
memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum pembangunan infrastruktur dalam rangka
mencapai Standar Pelayanan Minimal atau mendukung implementasi Nawacita dan
untuk mendorong percepatan pembangunan pencapaian Prioritas Nasional, dimana
daerah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Prioritas Nasional pada penyelenggaraan
dan Perumahan Rakyat Nomor 47 tahun masing-masing subbidang DAK adalah:
2015). Sedangkan yang dimaksud dengan 1. Subbidang Jalan, yaitu meningkatkan
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dibagi konektivitas nasional untuk meningkatkan
menjadi: integrasi fungsi jaringan jalan,
1. Subbidang Jalan; meningkatkan akses-akses ke daerah
2. Subbidang Infrastruktur Irigasi; potensial, membuka daerah terisolasi,
3. Subbidang Air Minum dan Subbidang terpencil, tertinggal, perbatasan serta
Sanitasi; serta kawasan pulau-pulau kecil dan terluar, serta
4. Subbidang Perumahan. pariwisata;
2. Subbidang Infrastruktur Irigasi, yaitu
Perencanaan DAK Infrastruktur melalui Unit mendukung pemenuhan Kedaulatan
Organisasi yang membidangi masing-masing Pangan yang pelaksanaannya dilakukan
subbidang. Tahap pertama Direktorat Jenderal melalui kegiatan pengembangan dan
Bina Marga, Direktorat Jenderal Sumber Daya pengelolaan sistem irigasi untuk mencapai
Air, Direktorat Jenderal Cipta Karya dan sasaran nasional rehabilitasi irigasi 3 juta
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, ha, dan pembangunan irigasi 1 juta ha;
masing-masing menyiapkan dokumen 3. Subbidang Air Minum, yaitu meningkatkan
Perencanaan Jangka Menengah DAK Bidang jumlah Sambungan Rumah (SR) melalui
Infrastruktur, dan Sekretariat Jenderal c.q. Biro optimalisasi sistem air minum terpasang
Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar (PDAM dan Sistem Penyediaan Air
Negeri menyusun dokumen Rencana Strategis Minum Ibukota Kecamatan), penambahan
DAK Bidang Infrastruktur untuk kurun waktu kapasitas untuk Sistem Penyediaan Air
5 (lima) tahun. Rencana Strategis bidang DAK Minum yang sudah mencapai kapasitas
Infrastruktur ini dapat ditinjau kembali dan produksi maksimal serta pembangunan
disesuaikan dengan target dan sasaran serta Sistem Penyediaan Air Minum kawasan
isu strategis yang berkembang. Sesuai dengan khusus di kawasan pulau-pulau kecil
perencanaan awal maka Pemerintah Daerah dan terluar, daerah rawan air, terpencil,
harus menyusun Dokumen Perencanaan yang tertinggal, serta perbatasan;
mengacu pada RPJMN, RPJMD, dan Renstra 4. Subbidang Sanitasi, yaitu meningkatkan
Kementerian. Hal ini dimaksudkan agar cakupan pelayanan sanitasi terutama

16 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


untuk sarana pengelolaan air limbah, yang Agent untuk proyek Pemerintah Daerah
berupa sarana komunal maupun individual dan desentralisasi. Kemudian pada tahun
berbasis masyarakat dan/atau penambahan 2014 Pemerintah Indonesia menerima dana
sambungan rumah terhadap sistem terpusat pinjaman dari IBRD dengan Loan Agreement
serta peningkatan kualitas sistem setempat; Nomor 8438-ID tertanggal 27 November 2014
serta untuk pembiayaan dana desentralisasi bagi
5. Subbidang Perumahan, yaitu meningkatkan Pemerintah Daerah Tahap II. Kementerian
akses masyarakat terhadap rumah layak huni Keuangan meminta BPKP untuk menjadi
melalui peningkatan kualitas perumahan Verifier of Outputs. BPKP menerima hal ini dan
swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan membuat perjanjian pelaksanaan “Verification
Rendah (MBR) dalam rangka pencegahan Arangement” dengan International Bank For
perumahan dan kawasan permukiman Reconstruction And Development. Dalam
kumuh di daerah tertinggal, perbatasan perjanjian tersebut disebutkan tugas-tugas
serta kawasan pulau-pulau kecil dan terluar. yang harus dilaksanakan oleh BPKP yaitu:
1. Memimpin pelaksanaan verifikasi dan
Dengan adanya prioritas nasional tersebut melaporkan output yang telah diverifikasi.
maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk 2. Berdasarkan hasil verifikasi output
menyusun dokumen perencanaan yang sesuai menyediakan penilaian dan rekomendasi
dengan masing-masing subbidang sebagai pembayaran berdasarkan laporan verifikasi
berikut: output.
1. Pemerintah Provinsi harus menyusun 3. Menyediakan informasi indikator outcome.
dokumen Perencanaan Bidang
Infrastruktur khususnya untuk Subbidang BPKP sebagai leader dalam verifikasi output
Jalan dan Subbidang Infrastruktur Irigasi; DAK akan menyediakan program kerja
2. Pemerintah Kabupaten/Kota harus yang seragam untuk verification agent di
menyusun Dokumen Perencanaan Bidang level Provinsi (Kantor Perwakilan BPKP).
Infrastruktur khususnya untuk Subbidang Kemudian BPKP akan melakukan verifikasi
Jalan, Subbidang Infrastruktur Irigasi, terhadap 20 % sampel dari total kontrak untuk
Subbidang Air Minum, Subbidang Sanitasi, setiap Pemerintah daerah yang ikut serta dalam
dan Subbidang Perumahan. program ini.

Sesuai dengan kewenangan Menteri PUPR 2.2. Peran Kementerian Pekerjaan Umum
dalam bidang Infrastruktur Menteri PUPR dan Perumahan Rakyat
telah menetapkan Petunjuk pelaksanaan Sesuai dengan lampiran pada Verification
Dana DAK Infrastruktur melalui Peraturan Arangement, Kementerian Pekerjaan Umum
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Perumahan Rakyat mendapat tugas untuk
Rakyat Nomor 47 tahun 2015 beserta dengan mendefinisikan output yang memenuhi syarat
lampirannya. DAK grants. Persyaratan tersebut ditetapkan
dalam lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan
II. PERAN MASING-MASING Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 47
2.1. Peran Verification Agent dalam DAK tahun 2015, yaitu petunjuk teknis pelaksanaan
Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor masing-masing subbidang dan penetapan
S-584/Mk.07/2010 tanggal 23 November Reference Unit Cost (RUC) sesuai Verification
2010, BPKP diminta menjadi Verification Arangement pada pasal 6.2. Sesuai dengan

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 17


pasal 6.4.3. dalam pelaksanaan verifikasi BPKP
melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat atau melibatkan ahli dalam
bidang jalan, irigasi, air minum, dan sanitasi.
Kemudian berdasarkan surat permintaan dari
BPKP kepada Inspektur Jenderal, Auditor
yang memiliki latar belakang teknik terkait
dilibatkan sebagai tenaga kegiatan quality
assurance verifikasi output bersama dengan
BPKP Pusat dan BPKP Perwakilan.

III. PELAKSANAAN DI LAPANGAN


Sebagai tenaga quality assurance, auditor
Inspektorat Jenderal dituntut untuk memahami
beberapa tugas dalam pelaksanaan verifikasi
dana DAK Reimburstment. Adapun beberapa
hal yang dilakukan dalam kegiatan verifikasi di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman tentang
perencanaan dan standar pelayanan
Gambar 1. Cek fisik fungsi dana DAK berupa dukungan
minimal yang berlaku di Kementerian SPAM untuk MBR
PUPR;
2. Memberikan advis teknis terhadap kaidah Pada gambar 2 terlihat pembangunan IPAL
teknis yang berlaku umum dan fungsi dari Komunal yang dibangun di sebelah pemakaman
pekerjaan yang telah terpasang; warga. Pembangunan ini dilakukan oleh
3. Memberikan advis penggunaan Reference Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang
Unit Cost kepada SKPD dalam penyusunan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kelurahan
rincian anggaran biaya yang dapat di yang berasal dari masyarakat sekitar. Muatan
reimburst dan tidak dapat di-reimburst
(eligible dan non eligible);
4. Bersama dengan BPKP melakukan cek fisik
untuk menilai pelaksanaan pekerjaan fisik
di lapangan dan mendokumentasikannya.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa dana


DAK digunakan untuk membangun WTP
guna memberi dukungan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) di Kota
Palembang. Setelah dilakukan pengecekan di
lapangan, WTP tersebut telah berfungsi dan
lokasi pembangunan WTP memang berada
di dalam lingkungan perumahan masyarakat
berpenghasilan rendah.
Gambar 2. IPAL Komunal di kampung padat penduduk

18 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


lokal sangat terasa dari pembangunan tersebut, IV. PEMBAHASAN
masyarakat dengan dana swadaya menambah 4.1. Hasil penilaian verifikasi output
atap diatas IPAL sebagai pelindung dari panas Beberapa tim yang ditugaskan untuk menilai
apabila ada pemakaman salah satu warga. ouput dana DAK masih menemui beberapa
kendala yang menyebabkan output dana DAK
Pada gambar 3 terlihat pembangunan IPAL tidak available, antara lain:
Komunal dibuat lebih tinggi dari lapangan. 1. Pekerjaan ganda, seperti pekerjaan yang
Hal ini dimaksudkan agar dapat difungsikan diverifikasi ternyata sudah dilakukan oleh
juga sebagai panggung bila ada kegiatan- PDAM pada tahun sebelumnya.
kegiatan masyarakat yang biasa dilaksanakan 2. Tidak terpenuhinya kaidah teknis
di kampung tersebut, antara lain perkawinan penggunaan pipa. Salah satu contoh
dan gelar musik. adanya pemasangan pipa secara terbuka
yang menggunakan pipa pvc dan tanpa
Dengan adanya peran serta masyarakat dalam pelindung.
pembangunan maka dapat menumbuhkan rasa 3. Ketidakjelasan penerima manfaat dari
memiliki terhadap hasil pembangunan tersebut kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai
sehingga akan dijaga bersama oleh seluruh contoh untuk instalasi SPAM, seharusnya
warga sebagai milik bersama, serta dapat ditempatkan pada permukiman masyarakat
langsung menjawab kebutuhan masyarakat, berenghasilan rendah (MBR), tetapi
seperti kebutuhan tempat berkumpul ataupun pelayanannya hanya sampai hidran umum
panggung. Hal yang tidak kalah penting adalah (HU) sedangkan untuk sambungan rumah
bahwa tempat berkumpul warga tersebut tidak (SR) menjadi tanggung jawab PDAM.
mengurangi kaidah teknis dan fungsi hasil 4. Terjadi perubahan spesifikasi tanpa
pembangunan. ada persetujuan Kementerian Teknis.
Contohnya jalan direncanakan
menggunakan lapis AC-BC namun dalam
pelaksanaannya diganti menjadi jalan
tanah.

4.2. Pertanyaan di lapangan


Dalam pelaksanaan verifikasi output DAK
Reimburstment terdapat beberapa pertanyaan
yang timbul dari SKPD kepada tim Inspektorat
Jenderal karena menurut pemahaman mereka:
”Kementerian PUPR sebagai penyusun
RUC harus dapat menjamin atas setiap item
pembayarannya”. Berdasarkan pengalaman
pelaksanaan verifikasi yang sering menjadi
pertanyaan SKPD adalah sebagai berikut:
1. Item pembayaran RUC tidak lengkap.
Masih adanya item pekerjaan yang belum di
akomodasi dalam RUC membuat beberapa
Gambar 3. Cek fisik fungsi IPAL Komunal A di kampung item tidak dapat di-reimburst.
padat penduduk 2. Verifikasi terhadap Item pembayaran yang

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 19


lebih/kurang dari RUC. V. REKOMENDASI & KESIMPULAN
Berdasarkan penelaahan terhadap rincian 5.1. Rekomendasi terhadap penggunaan
anggaran biaya didapati adanya item Reference Unit Cost (RUC)
pembayaran yang kurang dari RUC. Untuk 1. Perlu adanya penambahan dalam RUC
item pekerjaan yang kurang dari RUC antara lain tiang pancang; Pipa dengan
maka digunakan harga sesuai dengan diameter > 10 inch.
kontrak untuk reimburst, sedangkan untuk 2. Perlu adanya perbaikan atas adanya harga
item pembayaran yang lebih dari RUC yang berbeda untuk item yang sama dalam
maka nilai tertinggi reimburst adalah sesuai RUC yaitu lapis resap pengikat pada bahu
dengan RUC. jalan dan badan jalan.
3. Kaidah teknis dan fungsi pelaksanaan di 3. Perbaikan perencanaan kedepan karena
lapangan. pelaksanaan di lapangan belum mengacu
Untuk setiap pekerjaan yang tidak sesuai seluruhnya kepada RUC. Hal ini terjadi
dengan kaidah teknis dan fungsinya maka karena orang yang ditugaskan untuk
tim Inspektorat Jenderal harus dapat sosialisasi RUC bukan orang yang membuat
menentukan apakah hasil pekerjaan perencanaan kegiatan.
lapangan eligible atau not eligible.
4. Penyesuaian terhadap satuan yang berbeda 5.2. Kesimpulan
dengan RUC. 1. Kelemahan-kelemahan dalam penyusunan
Masih adanya rincian anggaran biaya yang Reference Unit Cost belum dapat
satuannya berbeda dengan RUC. Dalam diselesaikan di lapangan, sehingga
hal ini tim dapat menyarankan kepada kebijakan di lapangan masih diperlukan
SKPD untuk menyesuaikan satuan apabila karena belum seluruh item pekerjaan
memungkinkan dengan konversi atau hal terakomodasi dalam RUC.
lain yang sesuai dengan kaidah teknis. 2. Kelemahan-kelemahan yang terjadi menjadi
dasar dalam revisi RUC yang ditetapkan
setiap tahunnya oleh Kementerian PUPR.
3. Dengan adanya agenda verifikasi output
yang masih akan terus berjalan dengan
BPKP, diharapkan Auditor Inspektorat
Jenderal mampu melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga teknik yang mampu untuk
memberikan penilaian teknis dan fungsi
suatu pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 47/PRT/M/2015
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.
Gambar 4. Diskusi antara Itjen, Ketua KSM, BPKP, Reference Unit Cost (2016) Kementerian
dan pihak World Bank Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

20 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 21
22 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017
PERANCANGAN CAMPURAN ADUKAN DAN
PENGUJIAN BETON SEGAR
SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)
Oleh :

Arif Budiyono, ST, M. Eng, QIA *


*) Auditor Pada Inspektorat III, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
Alamat Kantor: Jl. Pattimura Gd. Menteri Lt. 16, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Email: arif.budiyono@pu.go.id

I Made Parindra Wibawa, ST, M. Eng *


*) Auditor Pada Inspektorat II, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
Alamat Kantor: Jl. Pattimura Gd. Menteri Lt. 15, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Email: made.parindra@pu.go.id

ABSTRAK

Kebutuhan akan beton yang memiliki ketahanan dan kekuatan tinggi saat ini terus meningkat.
Untuk menghasilkan struktur beton yang tahan lama diperlukan pemadatan yang cukup oleh
pekerja yang terampil. Namun penurunan jumlah tenaga terampil menyebabkan penurunan
kualitas pekerjaan konstruksi. Karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut, yaitu
beton yang tidak memerlukan pemadatan.

Perancangan adukan atau Mix Design SCC (Self Compacting Concrete) harus memenuhi semua
kriteria kinerja beton dalam kondisi segar dan mengeras. Pada saat beton sudah mengeras harus
memenuhi spesifikasi, kinerja, produksi dan kesesuaian beton sesuai standar. Dalam merancang
campuran beton, proporsi komponen utama lebih mudah mengacu kepada volume daripada massa.

Self Compacting Concrete harus memiliki tingkat workabilitas yang baik, yaitu harus memenuhi
kriteria-kriteria Filling Ability, Passing Ability dan Segregation-Resistence.

Kata Kunci : Self Compacting Concrete, Mix Design, Filling Ability, Passing Ability,
Segregation-Resistence

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 23


I. PENDAHULUAN tinggi. Diperlukan juga penambahan filler
1.1. Umum yang berupa fly ash, silica fume ataupun
Kebutuhan akan beton yang memiliki limestone dalam pelaksanaan underwater
ketahanan dan kekuatan tinggi saat ini terus concreting untuk meningkatkan homogenitas
meningkat. Untuk menghasilkan struktur dan viskositas beton segar. Self Compacting
beton yang tahan lama, diperlukan pemadatan Concrete mensyaratkan kemampuan mengalir
yang cukup oleh pekerja yang terampil. yang cukup baik pada beton segar tanpa terjadi
Namun penurunan jumlah tenaga terampil segregasi, sehingga viskositas beton juga harus
menyebabkan pula penurunan kualitas diperhatikan untuk mencegah terjadinya
pekerjaan konstruksi. Karena itu diperlukan segregasi (Okamura dan Ozawa, 1994).
solusi untuk mengatasi hal tersebut, yaitu beton Hubungan antara penggunaan superplasticizer
yang dapat memadat sendiri hingga memenuhi dan sifat beton segar pada proses produksi
setiap sudut cetakan, murni akibat berat sendiri self compacting concrete ditunjukkan pada
dan tidak memerlukan pemadatan (Okamura gambar 1.
dan Ouchi, 1999).

Beton yang dapat memadat sendiri dikenal


dengan self compacting concrete (SCC).
Beberapa keuntungan penggunaan SCC
antara lain: tidak diperlukan penggetaran
beton segar sewaktu penempatan pada
cetakan, penempatan beton lebih mudah,
penempatan beton segar lebih cepat dan
lebih efisien sehingga total waktu pengecoran
berkurang, konsumsi energi berkurang, jumlah Gambar 1. Prinsip Dasar Proses Produksi Self-
pekerja yang diperlukan bisa dikurangi, serta Compacting Concrete (Dehn dkk, 2000)
lingkungan bekerja yang lebih sehat dan aman
bisa didapat. Menurut Dehn dkk. (2000), perkembangan
kuat tekan beton yang tergolong self
Saat SCC telah mengeras maka: penempatan compacting concrete lebih cepat dibandingkan
beton dengan kualitas tinggi dapat diraih, dengan beton normal yang menggunakan fly
tanpa tergantung keterampilan pekerja; didapat ash sebagai pozolan tetapi lebih lambat jika
ikatan yang kuat antara beton dan tulangan, dibandingkan dengan beton normal yang tidak
walau pada tulangan yang rapat sekalipun;
didapat permukaan beton berkualitas tinggi
tanpa finishing lebih lanjut; permukaan beton
lebih baik; permukaan tembok lebih halus dan
lantai lebih datar sehingga tidak diperlukan
lagi finishing; ketahanan struktur meningkat;
serta biaya perawatan berkurang.

High range water reducer diperlukan untuk


menghasilkan self compacting concrete Gambar 2. Perkembangan Kuat Tekan SCC
dengan workability dan flowability yang (Dehn dkk, 2000)

24 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


menggunakan pozolan, sehingga disarankan (1) Burj Dubai
untuk menggunakan kuat tekan pada umur Struktur Burj Dubai mewakili seni dari
56 hari sebagai tolok ukur pengujian. Hasil bangunan tinggi. Saat dibangun seluruh
penelitian tersebut dapat dilihat pada teknologi masa kini disatukan, termasuk
gambar 2. teknologi produksi beton, dimana
diperlukan tempat untuk 230.000 m3
Karena “High Performance Concrete” beton segar. Oleh karenanya beton didesain
didefinisikan sebagai beton dengan ketahanan menggunakan PC yang dikombinasi
tinggi akibat fas yang rendah oleh Professor dengan silica fume, fly ash dan ground slag
Aïtcin, maka sejak itu kata “High Performance sehingga didapat beton dengan daya tahan
Concrete” digunakan di seluruh dunia untuk tinggi dan kuat tekan akhir yang tinggi.
menggambarkan beton dengan ketahanan
tinggi. Karena itu, untuk beton ini digunakan
istilah “Self Compacting High Performance
Concrete” (Okamura dan Ouchi, 2003).

Gambar 4. Burj Dubai (Ruža dan


Gambar 3. Perbandingan Campuran Regular Mix Vasović, 2009)
dan SCC
1.2. Contoh Bangunan dari SCC (2) Arlanda Airport Control Tower, Stockholm,
Setelah sukses diterapkan di Jepang, SCC mulai Swedia
digunakan pada konstruksi atau produksi Total tinggi tower 83 m. Struktur pilarnya
precast di seluruh dunia. Pengetesan terhadap terdiri dari dua poros dengan dimensi
fisik dan mekanis dari karakteristik SCC banyak berbeda yang ditunjukkan dengan desain
dilakukan, diikuti dengan analisa ekonomi yang dua-warna. Saat pelaksanaan konstruksi,
mengakui keunggulan SCC. Penggunaannya bekisting bagian dalam dibangun dengan
meluas dari bangunan infrastruktur yang menggunakan crane, sementara scaffolding
besar (jembatan, terowongan, tangki, dan lain- luar dan bekistingnya dibangun tersendiri.
lain) menjadi bangunan arsitektural, sehingga SCC digunakan untuk mencapai kecepatan
selain digunakan sebagai material struktur dan pengecoran dari tinggi standar lantai
menahan beban juga sebagai beton arsitektural. h=3,27 m dalam 4 hari penggantian
Beberapa contoh bangunan arsitektural baru pemasangan bekisting dan untuk mencapai
dan modern yang menggunakan SCC antara penempatan beton kualitas tinggi tanpa
lain: penggetaran.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 25


disarankan untuk merancang beton
secara konservatif. Sedangkan pada tahap
perancangan juga harus diperhitungkan
beberapa variasi kadar air suatu agregat. Salah
satu cara yang tepat untuk mengimbangi
fluktuasi variasi gradasi pasir dan kadar
air agregat adalah dengan memodifikasi
viskositas admixture. Pada saat perancangan
awal juga diperlukan uji laboratorium untuk
melakukan verifikasi karakteristik komposisi
campuran beton, agar jika diperlukan atau
belum memenuhi sepesifikasi teknis yang
direncanakan maka komposisi campurannya
dapat disesuaikan. Setelah semua persyaratan
terpenuhi selanjutya campuran harus diuji
dalam skala besar di pabrik atau di lokasi
pekerjaan. Bila kinerja yang diharapkan tidak
tercapai, maka perlu dipertimbangkan untuk
merancang ulang campuran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat


muncul permasalahan, antara lain:
Gambar 5. Arlanda Airport Control Tower 1. Menambahkan atau menggunakan filler
(Ruža dan Vasović, 2009)
type lain;
2. Memodifikasi proporsi pasir atau agregat
Diharapkan pada masa yang akan datang kasar;
penggunaan SCC akan lebih luas dan akan 3. Modifikasi viskositas jika belum masuk
lebih sering digunakan (Ruža dan Vasović, kedalam campuran;
2009). 4. Menyesuaikan dosis dan atau modifikasi
viskositas plastisizer;
II. MIX DESIGN 5. Menggunakan plastisizer lain yang sesuai
Mix design harus memenuhi semua kriteria dengan bahan lokal; atau
kinerja beton dalam kondisi segar dan 6. Menyesuaikan dosis bahan tambah untuk
mengeras. Kriteria beton segar dapat dilihat merubah kadar air serta rasio air/semen.
pada BAB III, sedangkan saat beton sudah
mengeras harus memenuhi spesifikasi, kinerja, Waktu pencampuran SCC pada umumnya
produksi dan kesesuaian beton sesuai dengan lebih lama dari beton normal, sehingga
standar. Dalam merancang campuran beton waktu dan prosedur penambahan admixtures
maka proporsi komponen utama lebih mudah harus disepakati dengan supplier setelah
mengacu pada volume daripada massa. percobaan (initial) penambahan admixtures
dilaksanakan. Jika persyaratan rasio air/
Untuk memastikan bahwa beton mampu semen terpenuhi maka kadar airnya dapat
mempertahankan sifat beton segar meskipun divariasikan untuk beberapa modifikasi yang
bahan baku sudah diantisipasi kualitasnya, diperlukan.

26 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Saat produksi, karena SCC lebih sensitif Secara garis besar prosedur pembuatan mix
terhadap variasi agregat maka pengujian gradasi design beton SCC dengan contoh mutu beton
dan kadar air agregat sebaiknya dilakukan lebih 34,3 Mpa (5000 psi) untuk pembangunan
sering dari biasanya. Jika belum mempunyai adalah sebagai berikut:
pengalaman dalam merancang SCC maka Data-data awal perancangan:
dimungkinkan menambah personil untuk a. Maksimum ukuran agregat : 25 mm
mengawasi semua aspek sejak awal produksi b. BJ agregat padat : 2.65
SCC. Karena fluktuasi pada awal produksi SCC, c. Berat volume lepas agregat kasar : 1500 kg/m3
disarankan untuk melakukan workability test d. BJ agregat halus : 2,64
pada tiap muatan sampai didapatkan hasil yang e. Berat volume lepas agregat halus : 1404 kg/m3
konsisten dan memenuhi syarat. Selanjutnya, f. BJ semen : 3.15
sebelum dikirim ke lokasi proyek, setiap batch g. BJ FA : 2.15
harus diperiksa secara visual dan dilakukan h. BJ GGBS : 2.92
pengujian rutin beberapa waktu sekali sesuai i. Ratio antara FA dan GGBS : 7:3
dengan standar. Proporsi campuran sebaiknya j. Ratio Pasir/Split : 58/42
lebih sering dilakukan penyesuaian, khususnya k. BJ naphthalene-based sulfonates : 1.064
kadar air tergantung pada kadar air agregat. l. Kadar udara SCC : 1.5%

Mengacu kepada Spesification and Guidelines Dari data diatas maka dapat dihitung kebutuhan
for Self Compacting Concrete yang bahan dengan cara berikut:
dikeluarkan oleh European Federation of 1. Proporsi campuran SCC dengan fc’=34.3
National Associations Representing (EFNARC) MPa (5000 psi) untuk 28 hari.
prosedur perancangan SCC dapat dilaksanakan 2. Mengasumsikan PF = 1.16
sesuai bagan alir berikut:

Fig. 1 Effect of aggregate packing


factor on compressive strength
off SCC

3. Menentukan berat agregat kasar dan agregat


halus

Gambar 6. Bagan Alir Perancangan SCC (EFNARC)

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 27


6. Menentukan Berat FA dan GGBS

4. Menentukan berat semen


Menganggap bahwa setiap kg semen dapat
menyediakan kuat tekan 20 psi untuk SCC
di 28 hari


Jumlah kebutuhan semen dari SCC
C = 5000/20 = 250 kg/m3

5. Menentukan faktor air semen.


Menurut pengalaman ready mix beton,
rasio air/semen SCC yang diproduksi 7. Menentukan kebutuhan air di SCC
dengan FA dan GGBS adalah kira-kira 0,43 Berat air yang diperlukan pada pasta FA
untuk memperoleh fc’


Berat air yang diperlukan pada pasta GGBS

8. Menentukan dosis SP
Kadar solid SP adalah 40% dan menurut
hasil penelitian sebelumnya dosis SP adalah
1.8% dari kadar binder campuran SCC.
Dosis SP adalah:
WSP = 0.018 x (250 + 154 + 66) = 8.5 kg/m3

9. Penyesuaian kadar air campuran yang


diperlukan dalam beton SCC
Jumlah air dalam SP:
WSP = (1-0.4) x 8.5 = 5.1 kg/m3
Jumlah kebutuhan air dalam campuran
SCC:
W = WWC +WWf + WWB - WWSP
W = 100 + 57 + 20 – 8.5
W = 170 kg/m3

28 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


10.
Melakukan trial dan tes pada sifat 2. Kemampuan campuran beton untuk
properties SCC melewati elemen struktur dengan tulangan
Uji coba dibuat menggunakan material yang rapat (Passing Ability).
berdasarkan hasil perhitungan yang 3. Ketahanan beton terhadap segregasi
diperoleh. (segregation-resistence).
Kebutuhan bahan yang diperlukan adalah
sebagai berikut: 3.2. Pengujian Beton Segar
Pada kondisi segar, benda uji beton dianalisa
Tabel. 1. Kebutuhan Bahan
dengan melakukan beberapa tes,
Agregat Kasar Agregat Halus Semen FA GGBS Air SP
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
yaitu:
731 945 250 154 66 170 8.5
a. untuk menilai sifat self compacted-
nya,
b. untuk mengetahui flowability dari
III. METODE TEST SELF
campuran beton bisa menggunakan test
COMPACTING CONCRETE slump cone,
3.1. Metode Test
c. untuk mengetahui passing ability dari self
Di dalam pengujiannya, Self Compacting
compacting concrete bisa menggunakan
Concrete sebagai suatu varian beton yang
L-box test, dan
memiliki karakteristik sebagai beton dengan
d. untuk mengetahui flowability dari
tingkat workabilitas yang baik, maka
campuran beton bisa menggunakan Funnel
harus memenuhi kriteria-kriteria (Efnarc
test.
Association, Spesification and Guideliness
for self compacting concrete, 2002) sebagai Selain menggunakan metode test tersebut
berikut: diatas, terdapat beberapa pengujian
1. Kemampuan campuran beton untuk karakteristik SCC yang umumnya dilakukan
mengisi ruangan (Filling Ability). seperti tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Ringkasan metode test dan persyaratan nilai untuk SCC (http://www.theconcreteportal.com/scc.html)
Property
Test method Material Recommended values
measured

650 – 800 mm
Slump flow Concrete
Average flow diameter

2 – 5 sec
T50 Concrete
Flowability/ Time to flow 500 mm
Filling ability Concrete / 6 – 12 sec
V-funnel
mortar Time for emptying of funnel
0 – 5 sec
Orimet Mortar
Time for emptying of apparatus
0 – 30 mm
U – box Concrete
Difference in heights in two limbs
0.8 – 1.0
Passing ability L – box Concrete
Ratio of heights at beginning and end of flow
0 – 10 mm
J - ring Concrete
Difference in heights at the beginning and end of flow
Settlement column test Concrete > 0.95 Segregation ratio
Segregation Sieve stability test Concrete 5 – 15% sample passing through 5 mm sieve
potential
Penetration test Concrete Penetration depth < 8 mm

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 29


3.3. Slump Cone Pengujian dengan Slump Cone dilakukan
Pengujian Slump Cone berbeda dengan untuk mengetahui seberapa besar
pengujian Slump yang digunakan pada beton kemampuan campuran beton untuk mengisi
konvensional. Pada pengujian Slump Cone ini ruangan (Filling Ability). Hal ini dapat
alat yang digunakan terbalik, yaitu diameter dilihat dari diameter lingkaran campuran
yang kecil diletakkan dibawah dan diameter beton untuk mengukur Filling Ability dari
yang besar berada diatas. Cara pengujian Slump campuran beton. Metode pengujian dengan
Cone dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Slump Cone merupakan metode yang
simple, cepat dan mudah
untuk dilakukan di
lapangan. Batasan dalam
penggunaan alat uji Slump
Cone ini adalah bahwa
campuran beton yang
dikategorikan sebagai
SCC harus mampu
mencapai diameter 50
cm dalam waktu kurang
dari 6 detik dan apabila melebihi dari 6 detik
maka beton tersebut bukan kategori SCC.
(Setiawan, A., Self Compacting Concrete:
Fenomena Baru Dunia Teknologi Beton,
2001).

3.4. V-Funnel Test


Metode ini pertama kali dikembangkan di
Jepang dan digunakan oleh Ozawa. Pengujian
dengan V-Funnel berguna untuk mengukur
flowabilitas dari campuran beton, dimana dapat
dilihat kemampuan campuran beton untuk
mengisi ruang (Filling Ability). Selain itu V–
Funnel Test dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan campuran beton menahan
segregasi (Segregation Resistance). Desain dari
alat V–Funnel Test mengindikasikan bahwa
apabila terlalu banyak komposisi agregat
kasar pada campuran beton maka waktu yang
diperlukan untuk mengalir akan semakin
lama. Campuran beton yang dikategorikan
SCC harus mampu mencapai waktu 8–12
detik (Efnarc Association, Spesification and
Guideliness for Self Compacting Concrete,
2002). Alat ini terdiri dari corong berbentuk V
Gambar 7. Pengujian Slump Cone yang dapat dilihat pada gambar 8.

30 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Gambar 8. Pengujian V-Funnel

3.5. L-Shaped Box dengan keadaan di lapangan. Alat uji L–


Metode ini dibuat berdasarkan standard Shaped Box dapat dilihat gambar 9 dibawah
Jepang yang diaplikasikan pada beton yang ini.
digunakan untuk konstruksi bawah air,
dan diperkenalkan oleh Petersson. Alat ini Pengujian dengan mengggunakan metode L–
berbentuk huruf L dan terbuat dari plat besi. Shaped Box ini terdapat suatu batasan dimana
Pada alat ini, antara arah horizontal dengan kategori SCC dikatakan masuk dalam syarat
vertikal, dipasang pintu penutup yang cara Passing Ability yang baik, dimana campuran
membukanya dengan menarik ke arah atas beton yang dikategorikan SCC harus mampu
dan diberikan alat tambahan di depannya memenuhi syarat H2/H1 > 0,8 (RILEM
berupa halangan dari tulangan baja. Halangan Publications S.A.R.L., Self Compacting
ini berfungsi agar dapat dikondisikan sesuai Concrete, 1999).

Gambar 9. Pengujian L–Shaped Box

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 31


3.6. Resistance segregasi memadat sendiri tanpa adanya bantuan alat
Resistance segregasi adalah prinsip dasar untuk penggetar. Beton SCC yang baik harus tetap
kehomogenan dan kualitas SCC in-situ. SCC homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak
dapat tahan terhadap segregasi selama proses terjadi blocking, dan tidak bleeding.
pelaksanaan dan juga setelah pelaksanaan
sebelum beton tersebut mulai mengeras. Metode pemadatan terdiri dari kemampuan
Segregasi yang terjadi setelah pelaksanaan akan untuk merubah bentuk yang tinggi dari
lebih merusak, terutama pada pelaksanaan pasta atau mortar, dan daya tahan terhadap
pekerjaan bangunan tingkat tinggi dan pada pemisahan antara kerikil dan mortar ketika
plat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan di campuran beton mengalir melalui pembatas
permukaan beton seperti retak atau permukaan ataupun baja tulangan. Metodenya antara
yang lemah. Pengujian ketahanan segregasi bisa lain: kandungan agregat yang terbatas;
dilakukan dengan metode Settlement column faktor air semen rendah; serta penggunaan
test, Sieve stability test, atau Penetration test superplasticizer.
sesuai gambar 10 berikut ini.

Settlement column test Sieve stability test Penetration test


Gambar 10. Pengujian ketahanan segregasi

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.2. Saran


4.1. Kesimpulan Agar campuran beton dapat dikategorikan
Self Compacting Concrete (SCC) sebagai Self Compacting Concrete perlu
dikembangkan dengan tujuan untuk dipilih material yang memenuhi syarat;
meningkatkan ketahanan dan keseragaman Water Binder Ratio dijaga pada level ± 0.3;
beton, memudahkan penempatan beton segar serta mix design yang mampu memenuhi
dengan kualitas tinggi, dan mengantisipasi kriteria filling ability, passing ability dan
kurangnya tenaga kerja terampil. ketahanan terhadap segregasi.

SCC adalah campuran beton segar yang Sekarang sudah banyak struktur bangunan
sangat plastis dan mampu mengalir karena maupun arsitektural yang menggunakan
beratnya sendiri, mengisi ke seluruh SCC. Penggunaan SCC diharapkan akan
cetakan walaupun pada tulangan yang lebih sering digunakan secara luas.
sangat rapat, memiliki sifat-sifat untuk

32 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


DAFTAR PUSTAKA
BIBM, etc. 2005. The European Guidelines for
Self Compacting Concrete.
Dehn, dkk. 2003. Self Compacting Concrete
(SCC) time development of the material
properties and the bond behavior,
Selbsstverdichtendem Beton.
Efnarc Association. 2002. Spesification and
Guideliness for Self Compacting Concrete.
http://www.theconcreteportal.com/scc.html
diakses tanggal 27 Oktober 2015
Okamura, dkk. 2003. Self-compacting Concrete.
Journal of Advanced Concrete Technology.
Ouchi, dkk. 2003. Applications of Self-
Compacting Concrete in Japan, Europe and
the United States.
RILEM Publications S.A.R.L. 1999. Self
Compacting Concrete.
Ruža dan Vasović. 2009. Self-Compacting
Concrete And Its Application In
Contemporary Architectural Practice:
SPATIUM International Review.
Setiawan, A.,2001. Self Compacting Concrete:
Fenomena Baru Dunia Teknologi Beton.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 33


34 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017
THESIS SUMMARY

UTILIZATION OF WASTE FROM PLATE


STONE MINING IN GIRITIRTA VILLAGE,
BANJARNEGARA, PROVINCE OF CETRAL JAVA
AS COARSE AGGREGATE OF NORMAL AND HIGH
QUALITY CONCRETE

Oleh :
Arif Budiyono, ST, M. Eng, QIA *
*) Inspektorat III, Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
Jl. Pattimura Gd. Menteri Lt. 16, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan 12120
Email: arif.budiyono@pu.go.id

ABSTRACT

Activity of plate stone mining in the village of Giritirta, Pujawaran, Banjarnegara, Province of
Central Java gives damage to the environment. An optimal utilization of mining waste as local
building materials is an alternative to reduce waste and potentially enhances development in
Banjarnegara. However, there is still no research on the material properties for normal and high
quality concrete. This research aims to learn the characteristic of plate stone and characteristic of
normal and high quality concrete that is made from the material.

The research materials include Merapi sand from Krasak river of Sleman and manually crushed
stone of the plate stone mining waste from the village of Giritirta, Pujawaran, Banjarnegara,
Province of Central Java. The cement is pozzolan portland cement and the admixture of Sika
products, i.e. SikaFume®, Sika® Viscocrete® -1003 and Plastiment® VZ. The design of normal concrete
mixture is in accordance with SNI 03-2834-2002, the wcr variation of 0.4 and 0.5, and a slump
value of 10 ± 2 cm. The design of high quality concrete mixture uses a mixture of coarse aggregate
ratio (4.75 to 10 mm) by 90% and fine aggregate (finer than 4.75 mm) by 10%, with the wcr of 0.26
and cement aggregate ratio (c/a ratio) of 2. Variations of silica fume level are 0%, 5% and 10%. The
compressive strength test method is according to SNI 1974: 2011 and the tensile strength test method
is according to SNI 03-2491-2001.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 35


The test results of coarse aggregate show that the specific gravity is 2.66, water absorption value
is 2.1%, slump is 0.595%, fine grain modulus is 7.21, wear value of Los Angeles is 27.3% and the
value of pulverization (Rudeloff) is 13.93%., The coarse aggregate is qualified for the manufacture of
normal and high quality concrete. The normal concrete which has wcr of 0.4 produces compressive
strength of 40.82 MPa (28 days), tensile strength of 3.23 Mpa, and modulus of elasticity of
29,142 MPa. The high quality concrete which has wcr of 0.26 and sikafume levels of 0% produces
compressive strength of 72.76 MPa (28 days) and tensile strength of 4.34 MPa.

Keywords : Merapi Sand of Krasak River, Crushed Stone of Giritirta, silica fume

CHAPTER I research can also provide feedback and insight


INTRODUCTION knowledge on the manufacture of normal and
1.1 Research Background high quality concrete using coarse aggregate
Activity of plate stone mining in the village of that can be customized to suit the construction
Giritirta, Pujawaran, Banjarnegara, Province of in the swamp area and seashore.
Central Java gives damage to the environment.
An optimal utilization of mining waste as local CHAPTER II
building materials is an alternative to reduce LITERATURE REVIEW
waste and potentially enhances development in The research of Damianus (2006) shows the
Banjarnegara. Coarse aggregate which is used result on the addition of silica fume with level
in this study is gravel that is manually cracked of 0 % and 3 %, with sika viscocrete-10 level
by local communities in the village of Giritirta, of 0.6% ; 0.8% ; 0.9% ; 1% towards compressive
and fine aggregate comes from Merapi sand of and tensile strength of the concrete. The water
Krasak River, in Sleman, DIY. cement ratio (wcr) is 0.365 and maximum
aggregate granule is 20 mm. The conclusion
1.2 Research Objectives shows that the use of sikafume 3% and sika
The objectives of this research, i.e. : viscocrete-10 increases concrete compressive
a. Learning the characteristics of plate stone strength 10.44 % (516.3 kg/cm2) and tensile
waste material of Giritirta village as the strength 16.276 % (50.154 kg/cm2).
material for normal concrete and high
quality concrete. Research of Suryadi (2008) shows the use of
b. Learning the characteristics of concrete sand from Pecinan Island and gravel from
compressive strength and tensile strength Batanghari river of Muara Tebo, Tebo as
that is produced from the mix design. material of normal concrete manufacture.
c. Learning the relationship of stress and strain According to the research, the equation for
and elasticity modulus of the produced concrete elasticity modulus E=4421√(f ’c)
concrete. slightly below the equation for elasticity
modulus of normal concrete based on SNI 03-
1.3 Research Benefits 2847-2002, that is E=4700√(f ’c). The research
The study results will provide information of result is compressive strength of the concrete
the usage of coarse aggregate derived from plate which is between 24 MPa to 40MPa. Generally,
stone mining waste from Giritirta village. This the sand from Batanghari river of Muara Tebo,

36 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Tebo is a proper material for normal concrete Giritirta village, Pejawaran, Banjarnegara,
by considering the mix design and production with maximum size of 40 mm for normal
according to the standard. concrete and 10 mm for high quality
concrete.
The research of Nugroho (2008) regarding d. The admixture from Sika that consists of
the manufacture of high quality concrete superplasticizer type F (high range water
(compressive strength of 80 MPa), the fine reduzing): Sika® Viscocrete® -1003 and
aggregate is derived from Krasak river, Sleman, retarder: Plastiment® VZ and silica fume of
and the coarse aggregate 10 mm maximum is SikaFume®.
derived from Watugajah village, Gedangsari,
Gunung Kidul. The material includes cement 3.2 Test Specimen
of Portland type I, the admixture from Sika, The test specimen consists of two types concrete
i.e. Sikafume, viscocrete-10 and plastiment- cylinder, i.e. cylinder of 7,5 cm x 15 cm for high
VZ. The mixture used in this research is wcr quality concrete, and cylinder of 15 cm x 30 cm
of 0.22; 0.24; 0.26 and level of silica fume 0 %, for normal concrete, also concrete age (normal
5 %, 10 %. The examination of fine aggregate and high quality) of 7 days as the control.
from Krasak river shows the specific gravity The compressive strength characteristic test
2.72, water absorption 1.28 %, and fineness of 7 days and 28 days, and tensile strength
modulus 2.94 with gradation of coarse sand. characteristic test of 28 days can be seen in
The examination of coarse aggregate of Table 1.
Watugajah village shows the specific gravity of
2.72, water absorption 3.46 %, wear resistance 3.3 Stage of Concrete Design
of Los Angeles 21.1% and hardness value This research uses normal concrete design
(Rudellof) 7.82 %. The aggregates are qualified with wcr variation of 0.4 and 0.5, and high
for high quality concrete. The mixture variation quality concrete design with wcr variation of
with comparison of fine aggregate to total 0.26. Concrete mix for high quality concrete
aggregates is 10%, aggregate to cement is 2.0; uses variation of silica fume 0 %, 5% and 10
cwr 0.22. Level of silica fume 10% has produced %. Normal concrete design refers to SNI 03-
maximum concrete compressive strength 2834-2002, and high quality concrete refers to
(28 days) of 92.41; Specific gravity 2.54 ton/ the research of Parrott via Raju (1983) as it is
m3; compressive strength 92.41 MPa; tensile shown in Table 2. The mix design of normal
strength 7.76 MPa and elasticity modulus concrete is shown in Table 3, and high quality
71.107 Mpa. concrete in Table 4.

CHAPTER III 3.4 Test of Specimen


RESEARCH METHODOLOGY Compressive strength test is conducted to 7 days
3.1 Research Material and 28 days concrete with maximum capacity of
The materials used in this research, i.e.: 20,000 kN of ELE, according to SNI 1974:2011.
a. Cement of pozzolan portland of Gresik (40 The tensile strength test is conducted to 28
kg/zak). days concrete according to SNI 03-2491-2001
b. Fine aggregate from Merapi sand of Krasak by putting the cylinder in horizontal position,
river, Sleman. giving constant load velocity of 0,7 – 1,4 MPa
c. Coarse aggregate derived from manually per minutes until it reaches its maximum load
crushed stone of plate stone mining of and the cylinder splits.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 37


Table 1. Type of test and number of test specimen

High quality Normal


Number concrete concrete
Silica
No Type of test Cylinder size Wcr of test Total
Flume
specimen
28 7 28
7 days
days days days

0 % 3 3 3
0.26 5 % 3 3 3
Ø 150 x 300 10 % 3 3 3
Compressive 0.4 - 4 4 4 8
1
strength 0.5 - 4 4 4 8
0 % 4 4 4 8
Ø 75 x 150 0.26 5 % 4 4 4 8
10 % 4 4 4 8
0.4 - 4 4 4
Ø 150 x 300
0.5 - 4 4 4
Tensile
2 0 % 4 4 4
strength
Ø 75 x 150 0.26 5 % 4 4 4
10 % 4 4 4

Table 2. Mix proportion of high quality concrete Table 4. Mix design of high quality concrete per m3
(source : Raju 1983)

Compressive Silica Fume


Type of Material Unit
C/A FA/A W/C strength 0% 5% 10 %
stone
(kg/cm2)
Cement kg/m3 749.97 712.47 674.98
Lime 2 0.1 0.28 830
Fine
Basalt 2 0.1 0.28 990 kg/m3 149.99 149.99 149.99
aggregate
Dolerite 2 0.1 0.28 1000 Coarse
kg/m3 1349.95 1349.95 1349.95
Aggregate
Table 3. Mix design of normal concrete per m 3

Water ltr/m3 194.99 194.99 194.99


Material Unit Wcr : 0,4 Wcr : 0,5
Sika
Cement kg/m3 462.50 370.00 ltr/m3 4.23 4.23 4.23
Viscorete-10
Fine Plastiment
kg/m3 533.25 561.00 ltr/m3 0.95 0.91 0.86
aggregate VZ
Coarse
kg/m3 1244.25 1309.00 SikaFume kg/m3 0.00 37.50 75.00
Aggregate
Water ltr/m3 185.00 185.00

38 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


3.4 Test of Specimen The tests results show that the material is
Compressive strength test is conducted to 7 days qualified for normal and high quality concrete.
and 28 days concrete with maximum capacity of
20,000 kN of ELE, according to SNI 1974:2011. 4.2 Conversion of Concrete Compressive
The tensile strength test is conducted to 28 Test
days concrete according to SNI 03-2491-2001 When the size of specimen and ratio of
by putting the cylinder in horizontal position, L/D (length/diameter) not comply with the
giving constant load velocity of 0,7 – 1,4 MPa Standard, there will be conversion to size of
per minutes until it reaches its maximum load standard cylinder. The conversion factor is
and the cylinder splits. shown in Table 7 and 8.

CHAPTER IV Table 7. Compressive strength and conversion factor on


various size of cylinder (Neville, 1977)
RESULT AND DISCUSSION
4.1 Test Result of Material Size of Cylinder Compressive Conversion
The physical test of coarse and fine aggregate D (mm) L (mm) strength (%) factor
can be seen in Table 5 and 6. 50 100 108 0.917
Table 5. Test result of Sand from Krasak river, Sleman 75 150 106 0.943
Reference 100 200 104 0.962
No Test material Result
value
150 300 100 1
1 Specific gravity 2.69 2.50-2.70
200 400 96 1.042
2 SSD specific gravity 2.73 2.50-2.70
3 Unit weight 1.47 gr/cm3 1.50-1.80 Table 8. Conversion factor of various ratios on length-
diameter of concrete cylinder (Neville, 1977)
Water absorption
4 1.389 %
value Ratio of L/D Conversion factor
5 Slump value 0.12 % Max 5 % 2,00 1,00
6 Fineness modulus 2.57 1.50-3.80 1,75 0,98
1,5 0,96
Table 6. Test result of crushed stone of Giritirta,
1,25 0,94
Banjarnegara
1,00 0,92
Reference
No Test material Result
value

1 Specific gravity 2.61 2.50-2.70 4.3 Compressive Strength of Normal


2 SSD specific gravity 2.66 2.50-2.70
Concrete
The result of compressive strength test for
3 Unit weight 1.44 gr/cm3 1.50-1.80
normal concrete is shown in Figure 1, and its
Water absorption comparison to compressive test of SNI 03-
4 2.10 %
value
2834-2002 is shown in Figure 2.
5 Slump value 0.595 % Max 1 %

6
Wear resistance of
27.3 % Max 40 % The concrete compressive strength value of 7 and
Los Angeles
28 days in this research is above the standard value
7
Roughness of
13.93 % Max 16 % on SNI 03-2834-2002. It shows that the average
Rudeloff
compressive strength of the conversion will be
8 Fineness modulus 7.21 6.5-7.1 higher when the water cement ratio is lower.

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 39


sikafume admixture value addition that will
decrease the slump value.
b. The use of sikafume admixture to the
mixture of portland cement will change
the pozzolan into filler. It is caused by the
more reactive nature of silica fume than the
pozzolan.
c. The use of vibrator as compacter on
the concrete mixture with high level of
Figure 1. Graphic of Concrete Compressive Strength superplasticizer cannot be conducted due to
segregation and bleeding that may happen
on the mixture. In this research, level of
superplasticizer is only 0.6% and period of
vibration is 20 seconds.
d. The shape of coarse aggregate is oval that
may give effect on the durability of concrete,
because this kind of aggregate tends to stay
under water flat area (horizontal), thus
there is void underneath (Tjokrodimulyo,
Figure 2. Comparison of Compressive Strength to SNI
2007).

4.5 Elasticity Modulus of Normal Concrete


4.4 Compressive Strength of High Quality Calculation result of elasticity modulus in
Concrete normal concrete is shown in Figure 4.
The result of compressive strength test for high
quality concrete is shown in Figure 3.

Figure 4. Modulus elastisitas beton normal

Figure 3. Compressive strength test result on high quality 4.6 Elasticity Modulus of High Quality
concrete with wcr of 0.26 and various sikafume value Concrete
Calculation result of elasticity modulus in high
Figure 3 shows that the compressive strength quality concrete is shown in Figure 5.
of 28 days decreases along with the addition Figure 5 shows that elasticity modulus in this
of sikafume as the cement replacement. It is research is lower than the requirement in SNI-
caused by several factors, i.e.: 03-2847-2002 due to:
a. Workability of the mixture, the influence of a. The value intake of specimen shortening

40 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


that uses different equipment with the 4) The shape of coarse aggregate is oval
specimen of normal concrete cylinder. On and it influences the concrete durability,
the high quality concrete, the tool is not because the aggregate tends to be under
attached to the specimen but to the test water flat area (horizontal), thus there
machine, and it is far from the specimen is void underneath (Tjokrodimulyo,
location. 2007).
b. The use of caping from Sulphur material that b. The value of high quality concrete elasticity
will be shortened first than the specimen modulus in this research is low as a result
with lower compressive strength. of shortening value that is not attached to
the specimen and the use of Sulphur as
caping, thus the shortening value cannot
give a good description on secant elasticity
modulus.

5.2 Recommendations
According to the research, there are several
recommendations, i.e.:
a. It needs to conduct further research
with Portland type I or Portland type III
Figure 5. Elasticity modulus of high quality concrete
to achieve higher compressive test on
admixture variation of sikafume value.
CHAPTER V b. It needs initial experiment with variation of
CONCLUSION AND superplastizicer to know its optimum value,
RECOMMENDATION and then the optimum value will be used to
5.1 Conclusions obtain optimum sikafume value variation.
The research draws several conclusions, i.e.: c. It need further research on normal and
a. Compressive strength test result shows that high quality concrete to have value of
the value decreases along with the increase water absorption, tensile strength test, and
of sikafume (as replacement of cement) durability.
level that is caused by: d. In order to minimize errors, it needs to
1) Workability of the mixture, the use concrete shortening gauge to make
admixture of sikafume decreases the it attached to the specimen and caping
value of slump. that has equal compressive strength to the
2) The admixture of sikafume to the mix specimen.
of pozzolan Portland will change the
function of pozzolan as the filler. It is REFERENCES
caused by the more reactive silica fume Badan Standarisasi Nasional, 2002. SNI 03-
than the pozzolan. 2834-2002 : Tata cara pembuatan rencana
3) Vibrator compaction to the concrete mix campuran beton normal. Jakarta: BSN.
that has higher superplasticizer value Badan Standarisasi Nasional, 2002. SNI 03-
cannot be conducted due to segregation 2491-2002 : Metode pengujian kuat tarik
and bleeding in the mixture. The level belah beton. Jakarta: BSN.
of superplasticizer is only 0.6% and Badan Standarisasi Nasional, 2002. SNI 03-
vibration period is 20 Seconds. 2847-2002 : Tata cara perhitungan struktur

Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 41


beton untuk bangunan gedung. Jakarta:
BSN.
Badan Standarisasi Nasional, 2011. SNI
1974:2011 : Metode pengujian kuat tekan
beton. Jakarta: BSN.
Damianus, 2006. Pengaruh penambahan
silica fume kadar 0% dan 3% dengan sika
viscocrete-10 kadar 0,6 % ;0,8 % ; 0,9 % dan
1 % terhadap kuat tekan dan tarik beton
(fas 0,365 dan butir agregat maksimum 20
mm). Tugas Akhir ed. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Neville, A. M., 1977. Properties of Concrete.
Fourth and Final ed. London: Pearson
Edication Limited.
Nugroho, 2008. Pembuatan Beton Mutu
Tinggi Dengan Kuat Tekan Sekitar 80 MPa
Menggunakan Agregat Lokal Yogyakarta.
Tesis S-2. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
Raju, N. K., 1983. Design of concrete
mixes. Srinivasnagar, CBS Publishers &
Distributors.
Suryadi, 2008. Pemanfaatan Pasir Pulau
Pecinan Dan Kerikil Sungai Batanghari
Wilayah Muara Tebo Kabupaten Tebo
untuk Pembuatan Beton Normal. Tesis
S-2. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.
Tjokrodimulyo, K., 2007. Teknologi Beton.
Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Biro Penerbit
KMTS Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.

42 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017 43
Petunjuk Penulisan Naskah

44 Jurnal Auditor, Volume X, No.19, Desember 2017


Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum
Dan
Perumahan Rakyat
ISSN 1979-7524

9 771979 752412

Anda mungkin juga menyukai