PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran atau sering disebut Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) merupakan langkah-langkah konkret kegiatan belajar siswa
dalam rangka memperoleh, mengaktualisasikan, atau meningkatkan
kompetensi yang dikehendaki. KBM merupakan proses aktif bagi siswa
dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan
“tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk
melakukan sesuatu.
Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi yang
dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahaman
terhadap fakta/ konsep/ prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya
yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan
kreatif. Prinsip dasar KBM lainnya yaitu berpusat pada siswa,
mengembangkan kreatifitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan
nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar
melalui berbuat. Prinsip KBM di atas akan mencapai hasil yang
maksimal dengan memadukan berbagai metode dan teknik yang
memungkinkan semua indra digunakan sesuai dengan karakteristik
masing- masing (Muslich, 2011: 71).
Kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Perencanaan memegang peranan penting dalam setiap kegiatan,
termasuk dalam sebuah pembelajaran. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran adalah
proses penyusunan berbagai keputusan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi pelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang harus ditempuh
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru sebagai tenaga
pengajar harus memiliki kemampuan dan berkemampuan baik sebagai
perencana/perancang pembelajaran. Guru sebagai perancang
pembelajaran bertugas membuat rancangan program pembelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan (Wahyuni dan Ibrahim, 2012: 11-12).
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang di dapatkan yaitu Pada kenyataannya
sekarang ini banyak guru yang tidak membuat RPP, media pembelajaran
dan dll, dan dikhawatirkan mereka tidak dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sempurna. Selain itu, banyak guru yang tidak
mengetahui manfaat dan tujuan penyusunan RPP dan media
pembelajaran atau bahna ajar. Melihat penting dan bermanfaatnya RPP,
dan media pembelajaran. Uraian tersebut di atas menjadi latar belakang
pada pembuatan laporan projek kami.
1.3 Tujuan
Agar kita sebagai calon guru bisa pempebaiki proses
pembelajaran yang ada di sekolah, dengan kita mengentahui dan
memahami megenai konsep bagaiaman cara membuat RPP dan media
pebelajar akan membuat proses pembelajaran yang dilakukan kan lebih
menyenangkan, dan menegetahui bagaimana pentingnya pembelajaran
cara - cara atau langkah – langkah dalam peyusun rancangan
pembelajaran, mengetahui betapa pentingnya rancnagna pembelajaran
dan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
1.4 Metode Pelaksanaan
Metode kerja pada laporan projek ini terdiri dari 6 metode
pelasaaan :
1. Merumuskan IPK ( Indikator Pencapaian Kompetensi ).
Berikut ini langkah-langkah atau Metode pelaksaaannya
merumuskan indikator yaitu :
1) Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
a. Memahami Kata Kerja Operasional dalam Taxonomi Bloom.
b. Menentapkan KD yang akan diturunkan menjadi indikator.
c. Menentukan kata kerja dari Kompetensi Dasar sesuai dengan
Taxonomi Bloom.
2) Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK ( Urgensi,
Kompetensi, Relevasi, Keterpakaian) kompetensi pad KD
a. UKRK dijadikan kiteria dalam memilih dan memilah ketepatan
indikator kunci atau indikator penunjang.
b. Kategorikan Indikator:
1) Indikator Kunci
Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang
terdapat pada KD.
Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal
dari KD.
Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus
teraktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2) Indikator Pendukung atau indikator prasyarat
Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
Kompetensi yang sebelumnya telah dikuasai siswa dikaitkan
dengan indikator kunci yang dipelajari.
3) Indikator Pengayaan
Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan
kompetensi dari standar minimal.
Tidak harus selalu ada.
Dirumuskan apabila siswa berpotensi memiliki kompetensi yang
lebih tinggi dan perlu peningkatan dari standar minimal.
2. Tujuan Pembelajaran.
Menyusun tujuan pembelajaran yang baik dan lengkap cukup
penting agar bisa memberi petunjuk dalam pemilihan materi ajar,
strategi, model, metode, serta media yang akan digunakan dalam KBM.
Ada 4 (empat) unsur pokok yang perlu dicantumkan dalam perumusan
tujuan pembelajaran, yang biasa disingkat dengan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree).
1. Audience
Dalam konteks kegiatan belajar mengajar, yang dimaksud
audience adalah siswa. Meski secara bahasa audience artinya pendengar,
tetapi audience disini merupakan subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran. Dengan demikian, perumusan tujuan pembelajaran harus
menempatkan siswa sebagai pusat (subjek sekaligus objek) dalam
pembelajaran.
2. Behavior
Behavior berarti tingkah laku / aktivitas suatu proses. Dalam
konteks KBM, behavior terlihat pada aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Maka, tidak mungkin pembelajaran dilakukan tanpa
adanya tingkah laku atau aktivitas dari siswa. Dalam perumusan tujuan
pembelajaran behavior (aktivitas siswa) ditulis menggunakan kata kerja
operasional (KKO), seperti: memahami, mendemonstrasikan, menelaah,
menerapkan dan lain-lain. Penggunaan KKO dalam satu tujuan
pembelajaran tidak boleh lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktivitas
pembelajaran, siswa melakukan satu perbuatan. Dengan demikian, siswa
lebih fokus pada satu perbuatan tersebut sehingga pembelajaran lebih
optimal.
3. Condition
Condition berarti suatu keadaan. Dalam konteks KBM, condition
adalah keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar hasil yang
diharapkan bisa tercapai. Perumusan condition adalah dengan menjawab
pertanyaan, “aktivitas apa yang dilakukan siswa agar hasil yang
diharapkan bisa tercapai? Condition ditulis dalam bentuk kata kerja.
(untuk lebih jelasnya bisa dilihat di contoh bawah).
4. Degree
Degree berarti suatu perbandingan. Dalam konteks KBM, degree
berarti membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar. Tingkat
degree berbeda-beda bergantung pada bobot materi yang akan dipelajari,
serta sejauh mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan
suatu perubahan tingkah laku.
a. Dengan mengamati gamabr melalui modul dan aplikasi daring
siswa dapat mengenal aturan yang ada di rumah.
Dengan mengamati gamabr melalui modul = Condition
Siswa = Audience
aplikasi daring = Degree
Dapat mengenal aturan yang ada di rumah = Behavior
b. Melalui modul dan aplikasi daring siswa dapat menulis bentuk
perkalian sebagai penjumlahan berulang dan tepat.
Melalui modul dan aplikasi daring = Condition
Siswa = Audience
Dapat menulis bentuk perkalian sebagai penjumlahan berulang
= Behavior
Denga tepat = Degree
c. Melalui modul dan aplikasi daring siswa dapat mengenal
beragaman benda berdasarkan bentuk dan wujudnya.
d. Behavior
Dapat mengenal beragaman benda berdasarkan bentuk dan
wujudnya
= Behavior
e. Melalui modul dan aplikasi daring siswa dapat mengenali pola
irma sederhana melalui lagu anak – anak dengan benar.
Melalui modul dan aplikasi daring = Condition
Siswa = Audience
Dapat mengenali pola irma sederhana melalui lagu anak – anak =
Behavior
Dengan benar = Degree
3. Membuat Tes Evaluasi
Dalam menyusun tes perlu memperhatikan tipe hasil belajar atau
tingkat kemampuan berpikir mana saja yang akan diukur atau dinilai.
Untuk menentukan hal tersebut, penyusun tes dapat berpedoman kepada
tujuan intruksional yang akan dinilai atau kepada tujuan evaluasi itu
sendiri. Selain itu, dalam mengembangkan atau menyusun sebuah tes
hasil belajar, supaya tes tersebut memiliki karakteristik tes yang baik,
berikut langkah-langkah yang harus ditempuh:
1. Menetapkan tujuan penilaian atau tujuan tes. Setiap orang yang
akan melakukan kegiatan penilaian harus sadar tujuan akan
penilaian tersebut.
2. Menguraikan materi tes dan kompetensi. Dalam menguraikan isi
tes harus menjaga agar tes yang ditulis itu tidak keluar lingkup
materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur tetapi
juga menjaga agar tidak ada bagian isi yang penting yang
terlewatkan dan tidak tertuang dalam tes. Materi tes haruslah
komprehensif dan berisi butir-butir yang relevan.
3. Mengembangkan kisi-kisi. Kisi-kisi adalah matrik atau format
yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh
penulis soal untuk menulis soal menjadi tes. Dalam kisi-kisi
terdapat 2 komponen utama, yaitu : Identitas dan Matriks.
4. Pemilihan bentuk tes. Pimilihan ini didasarkan pada beberapa
faktor seperti: tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia
untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
5. Panjang tes. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah soal
yang akan diujikan dalam suatu ujian. Ada 3 hal utama yang
perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah soal yang diujikan,
yaitu: bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam
kisi-kisi, keandalan yang diinginkan dan waktu yang tersedia.
Analisis rasional adalah menganalisis kembali soal yang telah
dirumuskan, ditimbang, baik oleh sendiri maupun orang lain
dengan berpedoman pada kisi-kisi dan aturan penulisan soal
4. Modul Pembelajaran.
Metode atau langkah – langkah pelasaan membuat modul
pembelajaran yaitu :
a. Menyusun kerangka modul
Langkah-langkah penyusuan kerangka modul adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum
menjadi tujuan instruksional khusus.
2. Menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian
tujuan khusus.
3. Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai
dengan tujuan khusus.
4. Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis.
5. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.
6. Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai
semua tujuan.
7. Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar
dengan modul itu.
b. Menulis program secara rinci
Program secara rinci pada modul terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Pembuatan petunjuk guru.
2. Lembaran kegiatan siswa.
3. Lembaran kerja siswa.
4. Lembaran jawaban.
5. Lembaran tes.
6. Lembaran jawaban tes.
5. PPT
Metode pelaksaan dalam membuat PPT sebagai media ajar atau
media pembelajaran yang akan membantu dan pempermudah guru
dalam melaksaankan proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu kita
harus mendesain PPT yang kita buat agar semanarik mungkin,
memasukkan gamabar atau vidio sebagai alat bantu, dan materi yang di
tampilkan dalam PPT dikemas semenarik mungkin agar mudah di
pahami oleh siswa.