Anda di halaman 1dari 19

PUSAT PENDIDIKAN PENGMILUM

KELOMPOK 1

KAJIAN
tentang
OPTIMALISASI BINTER OLEH SATUAN YANG SEDANG MELAKSANAKAN OPERASI
PAMTAS UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN TUGAS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
a. Pembinaan teritorial (Binter) TNI AD merupakan salah satu fungsi utama
TNI AD disamping fungsi utama yang lain yakni "Pertempuran". Dengan
menjadikan Binter sebagai fungsi utama, TNI AD memandang bahwa semua
kegiatan dalam rangka menjalankan tugas pokoknya akan sangat berkaitan
dengan kegiatan Binter. Operasi di dalam negeri harus menerapkan kemampuan
Binter di daerah operasi sebagai salah satu kegiatan utama yang harus
dilaksanakan dalam rangka menunjang keberhasilan tugas operasi.

b. Operasi pengamanan perbatasan darat negara merupakan jenis operasi


yang banyak dilaksanakan oleh satuan tempur dan satuan bantuan tempur TNI AD.
Operasi ini bertujuan untuk menjamin keamanan perbatasan negara dan untuk
menjaga keamanan wilayah. Kegiatan di daerah operasi selalu akan bersentuhan
dengan masyarakat lokal, sehingga dukungan masyarakat setempat kepada
Satgas sangat diperlukan. TNI AD dituntut harus mampu mengambil hati
masyarakat setempat. Dalam konteks operasi ini, fungsi pertempuran dan fungsi
binter akan menyatu untuk menentukan keberhasilan tugas dari satuan-satuan
yang bertugas.

c. Operasi pengamanan perbatasan darat dilaksanakan di beberapa wilayah,


terutama Kalimantan, Papua, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur
(Pulau Timor). Satuan-satuan tugas yang dikirim untuk melaksanakan tugas
2

operasi tersebut dituntut untuk dapat melakukan melakukan pertahanan diri (self
defence) dan melakukan pembinaan teritorial dengan dua kepentingan yakni untuk
membina masyarakat di sekitar satgas dalam konteks kesejahteraan dan untuk
meningkatkan keberhasilan operasi tempurnya.

d. Selama ini seluruh satgas telah melaksanakan tugas-tugas tersebut.


Namun dengan adanya korban di daerah tempur dan konflik dengan masyarakat
setempat menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan tugas di lapangan, baik dari
aspek pertempuran maupun aspek binter. Kajian ini akan mengangkat
permasalahan yang berkaitan dengan aspek binter. Untuk itu diperlukan langkah-
langkah kebijakan untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan Binter oleh satgas
dalam pelaksanaan tugas di daerah operasinya. Selanjutnya tulisan ini akan
menjawab satu persoalan pokok yakni : Bagaimana mengoptimalkan kualitas
Binter yang dilakukan oleh Satgas Pamtas di daerah tanggung jawabnya?

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Kajian ini dibuat dengan maksud untuk menjelaskan tentang
bagaimana kegiatan pembinaan teritorial (Binter) oleh satuan-satuan yang sedang
melaksanakan operasi pengamanan perbatasan dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD.

b. Tujuan. Tujuan pembuatan kajian ini adalah agar dapat dijadikan


sebagai salah satu bahan masukan bagi pimpinan Angkatan Darat dalam
mengambil keputusan di bidang peningkatan kemampuan satuan-satuan non-kowil
dalam melaksanakan pembinaan teritorial, khususnya ketika sedang
melaksanakan operasi pengamanan perbatasan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Uraian dalam kajian ini dimulai dari pembahasan


tentang latar belakang pentingnya pembuatan kajian, diikuti dengan uraian tentang
kegiatan Binter yang dilaksanakan oleh satuan yang sedang melaksanakan tugas
operasi. Dari data tersebut, kemudian disusun suatu analisis yang diakhiri dengan
kesimpulan dan hal-hal yang menjadi rekomendasi di akhir tulisan.

b. Tata Urut. Uraian dalam kajian ini dibuat dengan tata urut sebagai berikut:
3

1) Bab I Pendahuluan.
2) Bab II Latar Belakang.
3) Bab III Data dan Fakta.
4) Bab IV Analisis.
5) Bab V Penutup.

4. Metode dan Pendekatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan data non-numerik, yang menunjukan hubungan antara teori dan penelitian
sebagai sesuatu yang bersifat deduktif, di mana penelitian lebih menekankan pada
fenomena-fenomena dalam kehidupan sosial melalui pengujian terhadap individu-individu
di dalamnya. Dalam metode penelitian kualitatif dimulai dari topik yang umum, lalu
dilanjutkan pada pemilihan subjek, pengumpulan data, interpretasi data, pemahaman
konseptual, dan diakhiri kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan.

5. Pengertian-pengertian.

a. Pembinaan Teritorial adalah upaya, pekerjaan, dan tindakan, baik secara


berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa
lainnya untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan
aspek darat, laut, dan udara yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya serta terwujudnya kemanunggalan TNI – rakyat yang dilaksanakan
sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka tercapainya
tugas pokok TNI.

b. Pemberdayaan wilayah pertahanan adalah segala usaha, pekerjaaan dan


kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pembinaan, pengembangan,
pengarahan dan pengendalian, serta pemanfaatan semua potensi nasional yang
ada di wilayah untuk menjadi sesuatu kekuatan kewilayahan yang tangguh guna
mendukung kepentingan pertahanan.

c. Operasi Pengamanan Perbatasan Negara adalah segala kegiatan untuk


mengamankan perbatasan negara di darat yang dilakukan oleh satuan-satuan
tugas TNI AD. Keamanan meliputi bebas dari kerusuhan, kriminal dan ancaman
lainnya.
4

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum. Sejarah perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) beserta perjuangan menegakkan kedaulatan dari berbagai bentuk
pemberontakan dari dalam negeri telah membuat elit politik Indonesia untuk menjadikan
sistem pertahanan negara bersifat semesta. Di tataran TNI AD, Binter merupakan
implementasi sistem pertahanan yang bersifat semesta dari aspek darat. Kemampuan
untuk melaksanakan Binter ini terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan situasi
perkembangan lingkungan strategis. Binter juga merupakan roh yang melekat dalam jiwa
setiap prajurit TNI AD.

7. Landasan Teori. Dalam pembahasan tentang Binter TNI AD yang dilaksanakan


oleh satuan-satuan penugasan ini, landasan pemikiran yang digunakan meliputi 4 (empat)
paradigma nasional Bangsa Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, Ketahanan Nasional
dan Wawasan Nusantara.

a. Pancasila (Landasan Idiil). Pancasila sebagai landasan idiil dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara, memberikan arah ideologis yang harus
diikuti dalam semua aspek penyelenggaraan negara. Secara singkat, pertahanan
negara harus ditujukan untuk melindungi negara yang berideologi Pancasila.
Sistem pertahanan negara yang bersifat semesta diantaranya berupa Binter.
Adaptasi terhadap perkembangan tuntutan tugas dilakukan dengan membangun
konsep Binter yang mampu mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan bangsa yang up to date.

b. Undang-Undang dasar 1945 (Landasan Konstitusional) Pengelolaan


pertahanan negara diatur di dalam aturan perundangan tertinggi pada struktur
hukum di Indonesia, yakni UUD 1945. UUD 1945 merupakan landasan
konstitusional dalam usaha pertahanan negara dan seluruh kegiatan yang lain
dalam konteks negara, misalnya kegiatan penegakan hukum, pengaturan fiskal,
moneter dan lain sebagainya. UUD 1945 menjadi dasar hukum bagi semua aturan
perundangan di bawahnya dan hal tersebut diatur dalam pasal-pasalnya. Untuk
mengaplikasikan sistem pertahanan yang bersifat semesta, beberapa hal perlu
5

dilakukan salah satunya adalah dengan terus menerus meningkatkan


profesionalisme angkatan bersenjata yakni TNI. Sebagai bagian dari peningkatan
profesionalisme TNI, perumusan konsep Binter TNI AD yang mampu berperan aktif
dalam segala situasi bangsa merupakan hal yang strategis. Norma dan aturan-
aturan dalam menentukan kebijakan tentang pengembangan konsep Binter perlu
terus dilakukan.

c. Ketahanan Nasional (Landasan konsepsional). Secara singkat


Ketahanan Nasional dapat diartikan sebagai kemampuan dan ketangguhan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya, menuju kejayaan bangsa
dan negaranya. Salah satu upaya untuk mendapatkan profesionalitas TNI adalah
dengan selalu melakukan adaptasi konsep Binter dengan perkembangan
lingkungan strategis agar Binter dapat selalu berperan secara efektif sehingga
ketahanan nasional Indonesia akan semakin tinggi.

d. Wawasan Nusantara (Landasan Operasional)


Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya dengan orientasi menjaga kesatuan dan persatuan untuk
mencapai tujuan nasional. Konsep Wawasan Nusantara menjadi sangat penting
dan relevan dalam konteks menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang
sangat majemuk baik suku, budaya dan adat istiadatnya. Sebagai salah satu
simbol dan alat pemersatu bangsa, TNI berkepentingan untuk
mengimplementasikan nilai-nilai Wawasan Nusantara melalui penyiapan konsep
Binter.

8. Landasan Pemikiran

a. Perebutan pengaruh dengan opini lawan.


Tugas operasi yang dilaksanakan di wilayah perbatasan operasi untuk
mengajak masyarakat agar memiliki kesadaran untuk bekerja sama dengan TNI
dalam mensejahterakan masyarakat demi kepentingan pertahanan negara.
Sebaliknya, pihak-pihak yang tidak setuju dengan kepentingan negara dan
pemerintah akan selalu melakukan pembentukan opini agar masyarakat merasa
tidak puas dengan kinerja pemerintah dan aparat negara, sehingga mereka akan
selalu bersikap yang bertentangan dengan kehendak dari pihak pemerintah.
6

Dengan demikian operasi tempur atau operasi dengan menggunakan


pendekatan kekerasan akan sangat sulit mendapatkan keberhasilan tanpa disertai
dengan upaya pendekatan kepada masyarakat. Tentunya pendekatan ini dilakukan
bukan hanya dengan tujuan sesaat (atau tujuan pragmatis untuk kepentingan
satgas semata-mata), namun dilakukan dengan tujuan jangka panjang dan
strategis yakni untuk membentuk keyakinan masyarakat kepada keutuhan NKRI.
Kegiatan seperti ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Binter TNI AD.
Oleh karenanya peningkatan kemampuan Binter oleh satuan-satuan yang
melaksanakan tugas operasi sangat penting dilakukan.

b. Semakin dominannya peran pendekatan dengan masyarakat. Tujuan


dari perang di era globalisasi saat ini adalah untuk mengubah opini lawan / pihak
yang diposisikan sebagai lawan. Generasi perang ini muncul akibat pesatnya
perkembangan teknologi informasi, sehingga perubahan sikap dan perilaku
masyarakat dapat dibentuk secara lebih cepat dan mudah jika cara-cara yang
digunakan adalah cara-cara yang tepat, fokus dan dilakukan secara terus menerus
(intens). TNI AD harus mampu memenangkan hati dan pikiran rakyat sendiri.
Konsep ini merupakan konsep pembinaan teritorial yang telah lama dikerjakan TNI
AD sesuai dengan sejarah pembentukan TNI AD itu sendiri. Dengan demikian
pelaksanaan kegiatan Binter oleh satuan tugas yang sedang melaksanakan
operasi merupakan hal yang sangat penting.

c. Pembuktian kebenaran Doktrin tentang Binter. Doktrin Teritorial


Nusantara menyebutkan bahwa pembinaan diartikan sebagai tindakan yang
berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengerahan dan
pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan arti kata dari
teritorial adalah bagian wilayah (daerah hukum) suatu negara dengan batas-batas
tertentu. Kemudian secara luas, teritorial berarti sebagian dari permukaan bumi,
terdiri atas daratan, perairan dan ruang udara dengan batas-batas tertentu yang
ditetapkan oleh suatu negara sebagai wilayah nasional. Dengan demikian sudah
tersimpul unsur ruang semesta negara dengan segenap isinya (sosio geografis),
baik yang merupakan daya kekuatan maupun daya kemampuan, baik
kekurangannya maupun kelemahannya, baik kualitas maupun kuantitasnya, baik
yang bersifat materiil maupun spiritual.
7

BAB III
DATA DAN FAKTA

9. Umum Data dan fakta yang dikumpulkan berkisar pada data dan fakta
tentang kondisi masyarakat di wilayah perbatasan dan tentang bagaimana pelaksanaan
Binter TNI AD yang dilaksanakan oleh satgas selama ini. Kawasan perbatasan
antarnegara harus dapat dikelola secara baik untuk meminimalisir timbulnya kerawanan
yang diperkirakan dapat mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di kalangan masyarakat setempat yang bertentangan dengan nilai-nilai dalam
Pancasila. Hakikatnya kawasan perbatasan antarnegara dapat dijadikan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Kenyataannya pembangunan ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan darat sangat
minim dan nyaris terbengkalai. Di daerah perbatasan, aktivitas ekonomi sangat
tergantung kepada negara tetangga. Selain itu, aktivitas ekonomi masyarakat di kawasan
perbatasan pada umumnya berbasis pertanian tradisional berorientasi pada kecukupan
kebutuhan. Masalah infrastruktur yang ada juga jauh dari kata memadai. Hal tersebut
sudah mampu menunjukkan akan rendahnya kesejahteraan masyarakat kawasan
perbatasan.

10. Kondisi masyakarakat di perbatasan Kalimantan


Secara umum, kondisi di Kalimantan masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang cukup berat, diantaranya adalah :
a. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang berdampak pada tingginya
tingkat kesenjangan wilayah dibandingkan dengan kawasan perbatasan negara
tetangga.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar, transportasi dan telekomunikasi
yang berdampak pada rendahnya tingkat aksesibilitas serta keterisolasian dari
wilayah sekitarnya.
c. Globalisasi ekonomi dan sistem perdagangan bebas menyebabkan produk-
produk lokal kurang mampu bersaing dengan produk-produk wilayah lainnya.
d. Derajat kesehatan, pendidikan dan keterampilan penduduk umumnya masih
rendah.
e. Pemekaran wilayah belum diikuti dengan dukungan sarana dan prasarana
serta aparatnya.
8

f. Rawan terhadap disintegrasi bangsa dan pencurian sumberdaya alam yang


berdampak pada kerusakan ekosistem alam dan hilangnya keanekaragaman hayati.
g. Terancam akan berkurangnya luas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
h. Dampak eksodus tenaga kerja Indonesia yang terusir dari Sabah Malaysia
yang tidak tertangani secara tuntas dapat menimbulkan kerawanan masalah-
masalah sosial.
Dari perkembangan kondisi aktual yang ada di lapangan, paling tidak terdapat 3
(tiga) issu yang paling menonjol, yakni:
a. Konflik Perbatasan
Sebagaimana diketahui bahwa saat ini telah diberitakan konflik penetapan
konsesi eksplorasi minyak antara Malaysia dan Indonesia. Oleh Malaysia konsesi
tersebut diberikan kepada Perusahaan Pertambangan Minyak Inggris/ Belanda,
yaitu Shell yang ditetapkan sebagai Blok ND7 dan ND yang merupakan bagian dari
Blok XYZ. Sementara indonesia menetapkan sebagai Blok Bukat (1998) dan Blok
Ambalat (1999) yang konsesinya diberikan kepada ENI (Italia) dan kemudian Blok
East Ambalat (2004) kepada Unocal (Amerika Serikat). Untuk memantapkan batas
pengelolaan laut, Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur telah bekerjasama
dengan Bakosurtanal untuk membuat Peta Batas Pengelolaan Laut oleh Daerah
berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004, namun belum mencantumkan garis batas
ZEE.
b. Illegal logging.
Sampai saat ini pencurian kayu (Illegal Logging) dan Perdagangan Kayu
Ilegal masih marak dan belum dapat diberantas secara tuntas, walaupun berbagai
upaya telah dilakukan, seperti melalui kegiatan: TKK (Tim Khusus Kehutanan),
TPHT (Tim Pengamanan Hutan Terpadu) dll, masih ada temuan dan kayu yang
disita pada tahun 2002 sebanyak 84 kasus dengan volume 31.680,33 m3; tahun
2003 sebanyak 108 kasus, 107.299 m3; dan tahun 2004 dengan 103 kasus
dengan 109.327,13 m3 (termasuk hasil operasi hutan lestari I sejumlah 101.416,00
m3
c. Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Masih banyaknya TKI Illegal, permasalahannya adalah banyaknya cabang
PJTKI yang beroperasi di daerah perbatasan, sedangkan kantornya berada di
Jakarta, sehingga menyulitkan proses pengadministrasian TKI. Banyak TKI illegal
yang menggunakan jalan-jalan tidak resmi untuk menyeberang ke perbatasan
Malaysia.
9

11. Indikator keberhasilan Binter


Binter dilaksanakan oleh semua Satkowil maupun non-kowil. Satuan non-kowil
bertugas membina lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan tugas pokoknya, bukan
hanya lingkungan di sekitar pangkalannya semata. Satuan komando kewilayahan
mempunyai wilayah yang spesifik untuk menjadi teritorial yang harus dibina sehingga
dapat diwujudkan sebuah ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh bagi pertahanan
negara.
Untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan pembinaan teritorial yang
dilaksanakan oleh satuan komando kewilayahan ini, belum ada rumusan pokok yang
dapat mengkoneksikan antara hal-hal yang telah dikerjakan di satuan dengan hasil nyata
di lapangan (situasi nyata yang terjadi di lapangan). Kegiatan Binter sebenarnya lebih
bersifat membantu Pemerintah Daerah untuk memajukan wilayah dengan tetap
berorientasi pada pertimbangan pertahanan negara.
Penilaian yang dilaksanakan meliputi 2 (dua) aspek pokok yaitu: Pembinaan Satuan
dan Penyelenggaraan Binter. Pada aspek pembinaan satuan, hal yang dinilai meliputi
bidang organisasi (personel, material, pangkalan), bidang latihan, bidang pembinaan
markas dan kegarizunan serta bidang administrasi (administrasi staf Makodim, staf
Makoramil dan Buku Kerja Babinsa). Selanjutnya untuk aspek penyelenggaraan Binter
meliputi: bidang kemampuan teritorial (pelaksanaan Lima kemampuan teritorial dan sikap
teritorial), bidang administrasi teritorial (program kerja dan Produk Sisrendal Binter),
bidang bhakti TNI, bidang pembinaan perlawanan wilayah (RUTR, SDAB, SDM dan
kondisi sosial), bidang komunikasi sosial, bidang kebijakan Kasad (Perang modern,
perang berlarut, bahaya laten komunis) dan bidang perlawanan rakyat. Untuk aspek non-
program atau inisiatif satuan, dibagi menjadi 3 (tiga) unsur yakni: bhakti TNI, komunikasi
sosial (komsos) dan pembinaan perlawanan wilayah (binwanwil)
Dilihat dari tata kelola penilaian kinerja satuan komando kewilayahan yang akhirnya
bermuara kepada penentuan indikator keberhasilan tugas pembinaan teritorial (Binter)
belum diatur secara komprehensif. Porsi yang harus diambil oleh TNI AD untuk
melakukan pembinaan teritorial di wilayah - yang tidak dikerjakan oleh institusi lain,
sampai saat ini belum dirumuskan secara utuh dan terkoordinasi. Pengaturan yang sudah
dibuat cenderung berorientasi pada hal-hal yang sudah dilakukan oleh satkowil, tetapi
hasilnya apa di lapangan, belum ada koneksi yang jelas.

BAB IV
10

ANALISIS
12. Umum.
Keberhasilan sebuah kegiatan apapun pada dasarnya akan dinilai dari bagaimana
mewujudkan sebuah kondisi yang dinginkan dari kondisi awal yang ada. Artinya harus
ada perbandingan antara kondisi ideal yang menjadi keinginan untuk diwujudkan dengan
kondisi nyata yang diwujudkan. Untuk itu diperlukan sebuah standar untuk menentukan
sebuah keberhasilan. Demikian juga dalam pelaksanaan Binter TNI AD di daerah operasi.
Indikator keberhasilan Binter satgas mau tidak mau harus ditentukan terlebih dahulu untuk
dapat menentukan apakah kegiatan Binter yang dilaksanakan itu berhasil atau tidak.

13. Keperluan Masyarakat di Daerah Operasi


Kegiatan pembinaan teritorial di daerah operasi harus tetap mengacu pada tujuan
Binter yakni membentuk suatu kondisi yang mendukung bagi kepentingan pertahanan
negara. Dalam bahasa lain, sering disebutkan dengan pembentukan ruang, alat dan
kondisi juang yang tangguh dan kemanunggalan TNI-Rakyat. Untuk dapat mewujudkan
kondisi yang demikian, aspek pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat harus terpenuhi
terlebih dahulu. Masyarakat di daerah operasi yang mayoritas merupakan masyarakat
yang belum sebaik kondisi masyarakat di wilayah perkotaan (urban), masih dipenuhi
dengan banyak kekurangan.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, pasukan yang bertugas diharapkan mampu
merespons keinginan-keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Harus diingat
pula bahwa ada pihak lain yang selalu berusaha untuk memelihara kondisi serba
kekurangan tersebut, sehingga kelompok ini masih bisa tetap eksis dengan menjual isu-
isu serba kekurangan dan tuduhan pelanggaran HAM ke ranah internasional. Oleh karena
itu, harus disadari bahwa pembinaan teritorial di daerah operasi pada dasarnya lebih
kompleks dari pada di wilayah yang normal.
Untuk melakukan pemenuhan pangan, badan-badan pemerintah telah melakukan
upaya secara terstruktur dan pihak satgas hendaknya dapat melakukan kolaborasi
dengan upaya-upaya tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah pada dasarnya adalah untuk menghormati kearifan lokal yang ada di wilayah
perbatasan yang terjadi akibat kedekatan emosional (persaudaraan) antar masyarakat di
perbatasan di kedua negara. Perlu diketahui bahwa di wilayah perbatasan ada dua
instrumen kebutuhan masyarakat yang dipenuhi oleh kebijakan tersebut. Instrumen
pertama yakni pengaturan ulang atas regulasi yang ada, bahwa secara tradisional
kebutuhan pokok dipenuhi melalui kegiatan lintas batas untuk membeli kebutuhan pokok
11

berpindah menjadi dipenuhi di dalam negeri. Kedua, yakni instrumen kegiatan ekspor
impor yang harus dibedakan dengan pemenuhan instrumen tradisional tersebut.
Informasi-informasi yang dapat berdampak pada kecintaan kepada negara dan
bangsa, merupakan hal yang sangat penting untuk diberikan secara terus menerus.
Perubahan pola pikir masyarakat memerlukan waktu yang relatif lama dan perlu upaya
yang terus menerus. Untuk itu jika satgas menjadikan perubahan pola pikir sebagai salah
satu ukuran keberhasilan tugasnya, maka disain pengubahan pola pikir masyarakat ini
harus dibuat oleh Komando atasan (Mabes TNI, Mabesad, Kodam dan Korem).
Kebutuhan untuk selalu update informasi tentang tanah air dan kebutuhan untuk selalu
merasa bangga dengan Bangsa Indonesia menjadi hal yang lebih krusial bagi masyarakat
di wilayah perbatasan dan wilayah konflik karena situasi yang lebih kompleks. Di
lingkungan seperti itu, pasti akan banyak pengaruh dari pihak-pihak yang menginginkan
instabilitas karena hal tersebut menjadi kebutuhan dari pihak lawan tersebut untuk selalu
eksis. Masyarakat yang dihadapi sehari-hari bisa jadi bukan merupakan masyarakat yang
lugu sebagaimana penampilannya, namun justru merupakan mata-mata yang dipasang
oleh pihak lawan untuk memelihara kepentingannya. Dengan demikian Binter di daerah
operasi tidak bisa dilaksanakan secara normatif saja, namun menuntut untuk dilakukan
secara lebih komprehensif dengan lingkungan yang sangat berbeda.
Daerah operasi akan selalu menjadi daerah tarik menarik kepentingan antara good
guy dengan pihak dalam posisi criminal. TNI adalah selalu dalam posisi good guy
sedangkan pihak lawan adalah the criminal. Pengaruh dua kepentingan ini selalu beradu
dan masyarakat selalu menjadi obyek dari perebutan pengaruh tersebut. Pihak lawan
tentunya tidak segan-segan untuk memberikan ancaman secara fisik kepada masyarakat
yang dinilai tidak kooperatif. Dan dengan keleluasaan ini mereka menjadi lebih mudah
untuk mempengaruhi masyarakat. Kelompok lawan tidak akan memperhatikan norma dan
aspek hukum yang berlaku. Dengan berbagai keterbatasan ini, akan sangat sulit bagi TNI
untuk mampu mengalahkan mereka secara konvensional tanpa upaya-upaya untuk
memberdayakan masyarakat. Kondisi yang harus dilakukan adalah membuat masyarakat
semakin berdaya, percaya diri dan mereka sendiri yang akan menolak dan lemawan
kehadiran kelompok lawan. Tugas TNI tidak saja melakukan Binter secara normatif, agar
dekat dan mampu berkomunikasi dengan masyarakat, namun dituntut untuk jauh lebih
mendalam. TNI hendaknya mampu menjadi bagian dari masyarakat, meyakinkan
masyarakat bahwa mereka dalam kondisi yang aman dan sejahtera dalam perlindungan
negara.
Dapat disimpulkan bahwa hal yang diperlukan masyarakat di wilayah perbatasan
darat negara dan di daerah rawan konflik adalah pemenuhan kebutuhan pokok secara
12

fisik, meliputi sandang, pangan dan papan yang hal ini secara logis juga membutuhkan
pembangunan infrastruktur yang mendukungnya. Di luar kebutuhan fisik tersebut, rakyat
juga membutuhkan keamanan karena daerah mereka selalu merupakan daerah tabrakan
kepentingan antara kelompok kriminal dengan pengaruh dari TNI yang mewakili
kehadiran negara di sana. Upaya untuk melakukan binter TNI AD oleh satuan-satuan
tugas operasi TNI di sana tentu harus memperhatikan aspek-aspek tersebut, tidak
mungkin melaksanakan Binter hanya dalam kapasitas Binter yang normatif saja.

14. Tugas Pokok Satuan Tugas


Sebuah satuan yang melaksanakan tugas operasi tentu tidak akan lepas dari apa
yang menjadi tugas pokoknya. Dalam rumusan tugas pokok ini, kegiatan Pembinaan
Teritorial merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh Satgas. Perlu diketahui
bahwa TNI dengan pelaksanaan binternya merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
upaya negara dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah
perbatasan. Dengan  menyadari  karakteristik wilayah perbatasan, serta adanya potensi
konflik dan  kerawanan maka diperlukan adanya upaya pengelolaan wilayah tersebut
dengan baik dan benar. Dalam konteks ini TNI bekerjasama dengan semua instansi 
secara vertikal dan horisontal, baik pusat maupun daerah melakukan pengelolaan wilayah
perbatasan dengan cara melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan guna
mendukung pembangunan nasional dan meningkatkan ketahanan nasional. TNI hanyalah
salah satu komponen  dari sekian banyak komponen bangsa yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab serta peduli terhadap pengelolaan wilayah perbatasan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sinergi antara Pemda dengan TNI memiliki
urgensitas tinggi untuk dilakukan. Sinergi tersebut dapat dilakukan melalui kolaborasi
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi serta kerjasama terutama dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yang melibatkan kekuatan dan potensi Aparat Komando
Kewilayahan, termasuk di antaranya pelaksanaan Binter Satgas baik melalui pelibatannya
dalam aspek sumber daya manusia maupun sarana prasarana dalam berbagai kegiatan
bhakti TNI maupun dalam kegiatan yang kemudian disinergikan oleh pemerintah daerah.
Dengan adanya sinergi tersebut pembangunan di kawasan perbatasan dapat dicapai
dengan optimal sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
integral seraya mendukung kinerja Pemda dan TNI itu sendiri sebagai bagian utuh tak
terpisahkan dari NKRI.
Ada beberapa aspek yang masih perlu ditingkatkan dalam mengelola wilayah
perbatasan terutama dari aspek keamanan wilayah perbatasan, antara lain dengan 
meningkatkan kualitas pengawasan di pos-pos perbatasan terhadap lalu lintas barang
13

dan orang. Peningkatan pengawasan meliputi penambahan pos-pos pengawasan dan


personel di pos lintas batas.  Meningkatkan dan membangun jaringan intelijen secara
terpadu di daerah perbatasan untuk mengantisipasi kemungkinan penyelundupan barang,
senjata api dan munisi, narkoba, penyusupan teroris serta kemungkinan adanya oknum
yang dapat memicu konflik antar etnis. Meningkatkan Pembinaan Wilayah, Pembinaan
teritorial  dan Pembinaan masyakat di daerah perbatasan. Selain pendekatan keamanan
sebagai tugas TNI dalam menjaga dan mengawal keutuhan NKRI, pendekatan ekonomi
melalui upaya mensejahterakan masyarakat di daerah perbatasan merupakan point
penting yang harus menjadi prioritas utama pemerintah. Dengan pencapaian
kesejahteraan bagi masyarakat perbatasan dapat dijadikan sebagai indikator keamanan
di daerah perbatasan, sebab dengan peran pemerintah dalam mensejahterakan
masyarakat di daerah perbatasan, akan semakin kokoh rasa kecintaan pada tanah air dan
kesadaran bela negara yang kuat, sehingga intervensi dari pihak asing/negara luar dapat
ditangkal.
Selanjutnya tugas pokok Satgas yang meliputi dua aspek besar yakni pengamanan
di daerah perbatasan dengan pembinaan teritorial sejatinya bukan merupakan dua tugas
yang saling terpisah. Tugas pengamanan secara fisik tidak akan berjalan efektif jika tidak
diserta dengan pembinaan teritorial yang baik dan sebaliknya. Tugas tempur (menjaga
keamanan perbatasan) dengan tugas binter merupakan hal yang tidak terpisahkan.
Dalam menindaklanjuti tugas pokok tersebut, para komandan di lapangan harus mengerti
betul terkait hal ini. Disain tugas kepada satuan bawah akan lebih detail dan saling terkait
jika dirancang oleh perencana tugas yang berfikir komprehensif. Kemampuan untuk
melakukan langkah-langkah analisis terhadap pelaksanaan perintah merupakan hal yang
sangat penting.
Komandan operasi juga harus mengerti tentang kewenangan dari instansi-instansi di
luar satuannya yang juga memiliki tugas untuk mengelola wilayah perbatasan. Banyaknya
lembaga yang menangani perbatasan negara ini seringkali memerlukan koordinasi yang
sangat baik dan TNI harus mampu menempatkan posisinya secara strategis. UU No.
43/2008 tentang Wilayah Negara dapat diterjemahkan secara positif bahwa pemerintah
memiliki keseriusan dalam mengkoordinasikan sistem pengamanan wilayah
perbatasannya. Meski pada praktiknya, keberadaan UU tersebut selain tumpang-tindih,
juga terkesan overlapping dengan berbagai produk perundang-undangan yang ada,
khususnya terkait dengan pengelolaan keamanan wilayah perbatasan.

15. Optimalisasi Binter di Daerah Operasi


14

Beberapa hal perlu dilakukan untuk melakukan optimalisasi terhadap kegiatan


pembinaan teritorial di wilayah perbatasan dan daerah rawan. Hal pertama yang menjadi
prioritas adalah penentuan target yang harus dicapai oleh satuan tugas. Setiap satuan
harus diberikan target pencapaian khusus sehingga dapat diukur sampai sejauh mana
keberhasilan dari satgas selama melaksanakan operasi. Hal yang kedua adalah
menyusun konten yang akan disampaikan dalam proses komunikasi sosial. Pendekatan
masyarakat yang disertai konten yang terarah bisa mendekatkan satuan tugas dengan
masyarakat, dan mampu mengubah opini masyarakat terhadap isu-isu yang berkembang
di wilayah tersebut.
Selama ini, untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan pembinaan teritorial
yang dilaksanakan oleh satuan komando kewilayahan ini, belum ada rumusan pokok yang
dapat mengkoneksikan antara hal-hal yang telah dikerjakan di satuan dengan hasil nyata
di lapangan (situasi nyata yang terjadi di lapangan). Kegiatan Binter sebenarnya lebih
bersifat membantu Pemerintah Daerah untuk memajukan wilayah dengan tetap
berorientasi pada pertimbangan pertahanan negara.Hal yang sudah diatur dalam menilai
kinerja satuan komando kewilayahan antara lain adalah mengukur tingkat kemampuan
dan kemantapan satuan kowil yang diatur berdasarkan Skep Kasad nomor
Skep/106/V/2005 tanggal 3 Mei 2005 tentang Bujuknik Penilaian Kemampuan dan
Kemantapan Satkowil Jajaran TNI AD. Penilaian yang dilaksanakan meliputi 2 (dua)
aspek pokok yaitu: Pembinaan Satuan dan Penyelenggaraan Binter. Untuk aspek
pembinaan satuan, hal yang dinilai meliputi bidang organisasi (personel, material,
pangkalan), bidang latihan, bidang pembinaan markas dan kegarizunan serta bidang
administrasi (administrasi staf Makodim, staf Makoramil dan Buku Kerja Babinsa).
Selanjutnya untuk aspek penyelenggaraan Binter meliputi: bidang kemampuan teritorial
(pelaksanaan Lima kemampuan teritorial dan sikap teritorial), bidang administrasi teritorial
(program kerja dan Produk Sisrendal Binter), bidang bhakti TNI, bidang pembinaan
perlawanan wilayah (RUTR, SDAB, SDM dan kondisi sosial), bidang komunikasi sosial,
bidang kebijakan Kasad (Perang modern, perang berlarut, bahaya laten komunis) dan
bidang perlawanan rakyat.1
Hal-hal yang telah di atur di atas, ternyata tidak konsisten dengan pengaturan hal
yang sama di dalam Buku Petunjuk Teknis (Bujuknis) tentang Parameter tugas Satkowil,
Kep Kasad nomor Kep/772/IX/2016 tanggal 1 September 2016. Di dalam buku ini, tolok
ukur keberhasilan tugas Satkowil yang dikembangkan dengan mengacu pada rumusan
tugas pokok dan tugas-tugas Kodim serta kegiatan aktual yang dilaksanakan oleh

1
Ibid, halaman 7 sd 25
15

satkowil (Kodim) yang dilaksanakan melalui kegiatan binsat dan binter. 2 Aspek binsat
yang dijadikan tolok ukur keberhasilan tugas Satkowil diuraikan secara berbeda dengan
Bujuknik Penilaian Kemampuan dan Kemantapan Satkowil Jajaran TNI AD. Komponen
Binsat di dalam Bujuknis Parameter Tugas Satkowil meliputi bidang pembinaan :
organisasi, personel, materiil, peranti lunak, pangkalan dan latihan. 3 Sedangkan aspek
pembinaan teritorial (binter) yang dijadikan tolok ukur keberhasilan adalah kegiatan binter
sesuai program dari komando atas dan kegiatan binter non-program dari komando atas. 4
Satuan tugas yang akan didatangkan dan bertugas di wilayah tertentu, harus sudah
diberikan informasi yang jelas tentang daerah penugasannya tersebut. Hal ini tentu
memerlukan dukungan dari Kodam atau satuan komando kewilayahan yang mempunyai
tanggung jawab di wilayah tersebut. Dengan data awal tersebut, satuan tugas akan
ditempatkan di wilayah tertentu yang karakteristiknya juga telah diketahui oleh satuan
kowil setempat. Selanjutnya satuan tugas diberikan beberapa target pencapaian dan
membuat rancangan kegiatan-kegiatan untuk mencapai target tersebut. Proses
perencanaan target yang harus dicapai ini seharusnya sudah dirumuskan pada tahap
perencanaan operasi, bukan pada saat setelah satgas tiba di daerah operasi.
Perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan satuan kewilayahan yang memiliki teritori
di daerah operasi tersebut. Kemudian karena ada satgas yang berada di wilayah tersebut,
pembinaan teritorialnya menjadi keterpaduan diantara konsep yang diterapkan oleh
satkowil tersebut dengan kegiatan binter oleh satgas. Penyusunan target binter satgas
juga seharusnya merupakan keberlanjutan dari target satgas sebelumnya. Rangkaian dari
ukuran-ukuran keberhasilan ini pada akhirnya akan menjadi sebuah keberhasilan dalam
jangka panjang dan dengan demikian masalah di daerah operasi akan semakin mereda.
Hal kedua yang perlu mendapat perhatian dari upaya mengoptimalkan binter oleh
satgas di daerah operasi ini adalah dengan memberikan konten yang sesuai baik isi
maupun wujudnya, kepada masyarakat yang menjadi obyek binter. Dalam hal demikian,
Satgas juga harus mampu berkomunikasi dengan memberikan konten yang benar dan
sesuai dengan yang mereka perlukan. Hal yang sangat penting di dalam melaksanakan
Binter adalah menanamkan Nasionalisme Indonesia, rasa cinta tanah air, patriotisme dan
sebagainya.
Pelaksanaan Binter pada masyarakat secara umum, dilakukan oleh para babinsa dan prajurit
penugasan. Tugas Kodam/Korem/Kodim untuk melakukan pelatihan kepada babinsa dan prajurit

2
Bujuknis tentang Parameter tugas Satkowil, Kep Kasad nomor Kep/772/IX/2016 tanggal 1 September 2016, halaman
13
3
Ibid hal. 14
4
Ibid hal. 25
16

penugasan mengenai Teknik komunikasi sosial yang baik. Selain itu peran nasionalisme dalam
setiap metode komsos tetap harus konsisten.
Berdasarkan analisis di atas, idealnya TNI AD hendaknya dapat mengembangkan
konsep yang memadukan unsur strategi pemasaran, komunikasi strategis dan psikologi
dalam doktrin Binternya sehingga diharapkan mampu mengubah pandangan,
kepercayaan, sikap dan perilaku dari masyarakat terkait berbagai masalah yang ada di
Indonesia. Pesan ini harus dimasukkan dalam setiap metode program Binter yang
dilaksanakan baik komsos, bintahwil maupun Bhakti TNI. Pesan dimasukkan secara
bertahap dan perlahan-lahan melalui berbagai media dan dilakukan oleh seluruh aparat
teritorial TNI baik aparat TNI organik dan TNI penugasan. Selain itu untuk mengukur
efektifitas Binter TNI AD, perlu dilakukan survei setiap triwulan untuk mengevaluasi
efektivitas dan pelaksanaannya.

BAB VI
PENUTUP

15. Kesimpulan
Binter merupakan salah satu fungsi utama TNI AD disamping fungsi utama lainnya
yakni "pertempuran". Oleh karena itu setiap satuan termasuk yang melakukan penugasan
operasi tetap melekat tugas-tugas untuk melaksanakan Binter disamping tugas untuk
melaksanakan pengamanan perbatasan. Tugas binter dan tugas pengamanan bukan
merupakan dua tugas yang saling terpisah karena pelaksanaan keduanya merupakan
satu kesatuan yang utuh.
Tugas melaksanakan Binter sampai dengan saat ini belum berjalan secara optimal di
daerah operasi. Ukuran-ukuran yang diberikan untuk mengukur keberhasilan binter belum
tepat, masih mengacu kepada kegiatan apa yang sudah dilakukan, bukan pada hasilnya
(apa yang diperoleh dari sebuah kegiatan Binter itu).
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Binter di daerah operasi, terdapat dua hal
pokok yang bisa dilakukan yakni : penentuan sasaran (target) dalam pelaksanaan Binter
secara lebih jelas dan mengacu pada sasaran binter satuan Kowil yang membawahi
wilayah tersebut. Hal yang kedua adalah dengan melakukan perbaikan terhadap konten
17

komunikasi sosial yang dilaksanakan, yakni dengan menstandarisasi konten dalam


bentuk buku bacaan resmi atau alat-alat lain yang menjadi sarana kontak / sarana
penggalangan dan semua itu telah menjadi ukuran baku bagi TNI AD.

16. Saran
Agar pelaksanaan Binter dapat berjalan secara lebih efektif, diharapkan ada referensi pokok
yang diterbitkan TNI AD, berupa roadmap atau dokumen lain yang berisikan rencana jangka
panjang secara komprehensif. Dari roadmap ini akan muncul tujuan-tujuan dan sasaran binter yang
lebih implementatif, bukan mengggunakan bahasa dewa yang susah direalisasikan di lapangan.
Pada konteks kewilayahan, setiap Kodam memiliki target tertentu untuk melaksanakan Binter
di wilayah, khususnya wilayah yang menjadi highlight (prioritas) di wilayahnya. Kemudian di
daerah ini diterapkan pola binter dengan prinsip-prinsip yang sama yakni menstandarkan sarana
kontak / sarana penggalangan untuk mempengaruhi opini masyarakat di wilayah tersebut secara
gradual.
Untuk menstandarkan konten dalam proses komunikasi sosial dalam rangka Binter, Mabesad
melalui Kodam-Kodam menerbitkan buku resmi tentang persoalan di wilayah yang dbuat dalam
beberapa segmen (dari anak sekolah sampai orang dewasa) untuk digunakan sebagai acuan resmi
bagi para pelaksana Binter di lapangan dan juga untuk diberikan sebagai sarana penggalangan.

Jakarta, Maret 2022


Kepala Kelompok Staf Ahli Danpusterad

Eko Susetyo
Brigadir Jenderal TNI

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.


2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
5. Skep Kasad nomor Skep/106/V/2005 tanggal 3 Mei 2005 tentang Bujuknik Penilaian
Kemampuan dan Kemantapan Satkowil Jajaran TNI AD
18

6. Kep Kasad nomor Kep/722/IX/2016 tanggal 1 September 2016 tentang Petunjuk


Teknis Parameter Tugas Satkowil
7. Andayani Listyawati Dan Lidia Nugrahaningsih Ayal, Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Kawasan Perbatasan Antar Negara: Kajian Masyarakat Kawasan Perbatasan
Di Timor Tengah Utara, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Kementerian Sosial RI.
8. Analisis Masalah Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial di Daerah Perbatasan Antar
Negara dari BNPP di B2P3KS Yogyakarta.
9. Randi R dan Riant Nugroho.(2010). Managemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar
dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:Elex Medio Komputindo
10. Departemen Pertahanan, 2008, Kajian Kebijakan Pengelolaan Terpadu Wilayah
Perbatasan;
11. Hadi Sabari, Yunus. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar.
12. Hildebrand, ME & Grindle, MS 1997, „Building sustainable capacity in the public
sector what can be done?‟ in MS, Grindle (Ed),Getting good government: capacity
building in the publicsectors of developing countries, Harvard University Press
13. Muhammad Solikin. 2011. Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan Menuju
Beranda Depan Negara. http://www.kompasiana.com
14. Kementerian PU, 2009 Bahan-bahan/informasi dari beberapa studi Direktorat
Jenderal Penataan Ruang
15. Kurniadi, Dendy. 2009. Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Antarnegara:
Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
Semarang: Onsoed.
16. Moeldoko. 2010. Kompleksitas Pengelolaan Perbatasan (Tinjuan dari Prespektif
Kebijakan Pengelolaan Perbatasan Indonesia). Jakarta.
17. Mohammad, Yayan Yani. 2008. Pengaman Wilayah Perbatasan Darat Guna
Mendukung Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bandung.
18. Mabes TNI AD (2007), Buku Petunjuk Induk tentang Pembinaan Teritorial No.
201.05-111116 PI : Ter-01.a tahun 2007.
19. Mabes TNI (2004), Buku Petunjuk Lapangan tentang OMSP, Surat Keputusan
Panglima TNI Nomor Skep/364/X/2004 tanggal 4 Oktober 2004.
20. Pusterad (2004), Buku Petunjuk Lapangan tentang Komando Distrik Militer, Surat
Keputusan Danpusterad Nomor Skep/25/IV/2004 Tanggal 29 April 2004.
19

21. Pusat Kajian Strategis, 2006, Penyusunan Kebijakan dan Strategi PSPU dalam
Mendukung Pengem-bangan Kawasan Perbatasan dan Pulau-pulau Terpencil serta
Terisolir Wilayah Barat Indonesia;
22. Sutisna, dkk. “Boundary Making Theory dan Pengelolaan Perbatasan Indonesia,”
dalam Ludiro Madu (ed). 2010 . Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas:
Isu, permasalahan, dan pilihan kebijakan. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai