Anda di halaman 1dari 50

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan Kasad

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Perkasad / 70 / VII / 2011


Tanggal 29 Juli 2011

PETUNJUK INDUK

tentang

LATIHAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. TNI AD mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas TNI Matra Darat


dibidang pertahanan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara,
mengamankan dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Di samping itu TNI AD juga
memiliki tugas-tugas dibidang pertahanan dengan melakukan Operasi Militer untuk
Perang dan Operasi Militer Selain Perang, membangun dan mengembangkan
kekuatan matra darat dengan mewujudkan penampilan postur Angkatan Darat yang
memiliki kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan Angkatan Darat, melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut, telah ditentukan berbagai fungsi yang melekat pada organisasi TNI AD,
diantaranya adalah fungsi organik pembinaan. Salah satu fungsi organik
pembinaan adalah latihan.

b. Latihan merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan


profesionalitas keprajuritan dengan aspek kepemimpinan, serta latihan
merupakan pembelajaran dalam rangka mengubah struktur kognitif prajurit melalui
penyediaan dan pemberian pengetahuan/pengalaman guna dimanfaatkan untuk
pelaksanaan tugas.

c. Agar latihan di lingkungan TNI AD dapat dilaksanakan secara efektif,


efisien, tepat guna, tepat sasaran dan proporsional maka latihan harus mengacu
kepada filosofi latihan yaitu “apa yang diajarkan itu yang dilatihkan dan apa
yang dilatihkan itu yang diujikan”. Di samping itu latihan yang dilaksanakan
5

harus berpedoman pada pokok-pokok latihan yang ditetapkan dan dilaksanakan


melalui proses manajemen latihan yang benar serta mengikuti tataran kewenangan
yang berlaku.

d. Menyadari pentingnya latihan tersebut, dimana Bujukin yang berlaku saat ini
sudah tidak sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi maka diperlukan
adanya kesatuan pola pikir dan pola tindak dalam menjabarkan latihan TNI AD.
Untuk itu perlu penyempurnaan Petunjuk Induk tentang Latihan yang akan
digunakan sebagai pedoman penyusunan kebijakan latihan dan sekaligus menjadi
acuan dalam penyusunan Buku Petunjuk Latihan lainnya sesuai dengan Stratifikasi
Doktrin yang telah ditetapkan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Sebagai pedoman bagi para pembina latihan di lingkungan


TNI AD.

b. Tujuan. Agar terwujudnya kesamaan pola pikir dan pola tindak dalam
penyelenggaraan latihan di lingkungan TNI AD.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Pembahasan Petunjuk Induk ini menguraikan tentang


latihan di lingkungan TNI AD pada strata operasional.

b. Tata Urut. Petunjuk Induk ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

1) Bab I Pendahuluan.
2) Bab II Dasar Pemikiran.
3) Bab III Pokok-Pokok Latihan TNI AD.
4) Bab IV Manajemen Latihan TNI AD.
5) Bab V Tataran Kewenangan.
6) Bab VI Penutup.

4. Dasar.

a. Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.


6

b. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007


tentang Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma.

c. Keputusan Kasad Nomor Kep/23/IV/2007 tanggal 24 April 2007 tentang


Naskah Sementara Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”.

d. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/2/VII/2007 tanggal 5 Juli 2007 tentang


Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyusunan dan Penerbitan Doktrin / Buku
Petunjuk Angkatan Darat.

BAB II
DASAR PEMIKIRAN

5. Umum. Latihan sebagai alat dan media guna pencapaian berbagai kompetensi
profesionalitas dalam pelaksanaan tugas harus dapat merubah konsep pemikiran, cara
berfikir, cara berlatih dan cara melakukan evaluasi serta cara bertempur yang sebenarnya
melalui pemahaman tentang tugas pokok dan tugas-tugas TNI AD sehingga dapat disusun
suatu konsep visi TNI AD tentang latihan beserta pendekatan dan tinjauannya guna
mendapatkan arah dan panduan tentang rancangan latihan TNI AD yang valid, realibel,
operasional dan aplikatif sesuai proyeksi penugasan.

6. Tugas TNI AD.

a. Tugas Pokok. Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.

b. Tugas-Tugas. Dalam rangka melaksanakan tugas yang telah diamanatkan


dalam undang-undang, TNI AD mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

1) Melaksanakan tugas TNI matra darat dibidang pertahanan, yaitu


dengan melakukan Operasi Militer untuk Perang dan Operasi Militer Selain
Perang.
7

2) Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah


perbatasan darat dengan negara lain, yaitu dengan melakukan segala
upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa di wilayah perbatasan
darat dengan negara lain dan di pulau-pulau terluar/terpencil dari segala
bentuk ancaman dan pelanggaran.

3) Melaksanakan tugas TNI dalam membangun dan pengembangan


kekuatan matra darat, yaitu dengan melakukan segala upaya, pekerjaan dan
kegiatan untuk mewujudkan penampilan postur Angkatan Darat yang
merupakan keterpaduan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan
Angkatan Darat serta tersusunnya komponen cadangan dan komponen
pendukung pertahanan negara matra darat.

4) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, yaitu


dengan :

a) Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, pengerahan


dan pengendalian wilayah pertahanan untuk kepentingan pertahanan
negara di darat sesuai dengan sistem pertahanan semesta (Sishanta)
melalui pembinaan teritorial.

b) Membantu pemerintah sebagai penyelenggara tugas dan


fungsi Kementerian Pertahanan (Kemhan) di daerah dengan :

(1) Menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan


pertahanan yang dipersiapkan secara dini, yang meliputi
wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, guna
melaksanakan Operasi Militer untuk Perang, yang
pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan
negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta.

(2) Menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara


wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(3) Memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung.


8

7. Tantangan Operasi Masa Depan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi terkini berimplikasi pada penggunaan alat, peralatan dan persenjataan tempur
dengan berbagai keunggulannya dapat memberikan peningkatan pada mobilitas, daya
angkut, daya tembak, daya gempur dan daya hancur serta pemanfaatan multi dimensi
ruang pertempuran.

a. TNI AD dipersiapkan untuk menghadapi perang asimetris dan nonlinier.


Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara
berfikir yang tidak lazim, dan diluar aturan peperangan yang berlaku, dengan
spektrum perang yang sangat luas dan mencakup Asta Gatra yang merupakan
perpaduan antara Tri Gatra (Geografi, Demografi dan Sumber Daya Alam) dan
Panca Gatra (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, Pertahanan dan
Keamanan). Perang asimetris selalu melibatkan peperangan antara dua aktor atau
lebih dengan ciri menonjol dari kekuatan yang tidak seimbang. Perang ini
menggunakan seluruh sarana, prasarana dan sistem persenjataan, serta seluruh
potensi yang dimiliki negara dalam rangka menghancurkan kemauan bertempur
musuh. Perang nonlinier adalah peperangan yang tidak bersifat segaris dan
bertahap, serta wilayah pertempuran lebih mengutamakan kepentingan untuk
menguasai pusat-pusat kendali pasukan dan atau pusat pemerintahan.

b. Pertempuran yang berkesinambungan. Dinamika pertempuran tidak


dibatasi oleh aspek cuaca, medan, waktu dan faktor khusus lainnya sehingga
pertempuran dapat berlangsung secara terus-menerus sehingga memerlukan daya
tahan terhadap berbagai kesulitan, kekerasan, bahaya dan penderitaan sebagai
dampak suatu operasi.

c. Kecepatan Pertempuran. Kemajuan mobilitas pada medan pertempuran


dan kecepatan penyebaran informasi telah meningkatkan kecepatan pertempuran
yang memungkinkan para Komandan mempengaruhi dan menentukan tempo
operasi serta menetapkan tuntutan-tuntutan baru kepada para prajurit.

d. Jarak dan Ketepatan. Jarak pertempuran akan bertambah lebih jauh dan
melibatkan persenjataan dengan ketepatan yang lebih baik dari pada masa lampau
karena peningkatan pada sistem senjata dan penguasaan sasaran.

e. Pertempuran Multidimensi. Perang akan dilaksanakan di dan dari udara,


darat, laut, ruang angkasa serta dalam spektrum elektromagnetik. Perang akan
9

melibatkan tidak hanya kekuatan militer melainkan juga lembaga pemerintahan


lainnya, khususnya pada tingkat strategis. Perang akan terjadi secara simultan dan
pada semua tingkat intensitas di seluruh medan tempur.

f. Pertempuran Informasi. Kemajuan revolusioner dalam kemajuan teknologi


informasi dan telekomunikasi mempunyai potensi untuk memberikan tingkat-tingkat
pengetahuan situasi (yang sebelumnya belum pernah terjadi) pada unsur-unsur
pimpinan/komandan. Pemanfaatan keunggulan informasi guna memperoleh
keuntungan pada pertempuran informasi perlu diimbangi dengan fleksibilitas dan
pengambilan keputusan yang tepat.

g. Pertempuran Persepsi. Perjuangan demi hati nurani dan pendapat


masyarakat domestik maupun internasional secara potensial adalah sesuatu unsur
yang menentukan dalam perang modern. Perjuangan ini akan dimenangkan oleh
suatu kombinasi integritas pada pelaksanaan operasi militer, hubungan yang
cermat dan jujur dengan media serta ketaatan pada hukum konflik bersenjata.

8. Implikasi terhadap tugas TNI AD di masa depan. Dihadapkan pada tantangan


operasi masa depan, maka diperoleh pemahaman bahwa latihan harus dapat menjawab
tentang bagaimana penggunaan TNI AD dimasa depan yang dapat terukur dan akuntabel
dengan berlandaskan kepada perubahan dan esensi perubahan, penguasaan teknologi
informasi dan supremasi hukum serta akuntabilitas kinerja.

a. Perubahan dan Esensi perubahan di TNI Angkatan Darat. Dinamisasi


pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum dan
lingkungan hidup memberikan dampak pada kepastian dan keyakinan bahwa
perubahan sebagai sesuatu yang harus dilakukan TNI AD sehingga dalam lingkup
latihan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Perubahan merupakan suatu proses merubah kondisi kekuatan


sekarang menjadi kekuatan masa depan, dilakukan dengan cara melatihkan
hal-hal yang baru kepada prajurit untuk meningkatkan kemampuan TNI
Angkatan Darat dengan selalu berupaya mencapai keunggulan masa depan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh TNI Angkatan Darat untuk menuju
masa depan antara lain : meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak,
meningkatkan kemampuan tempur dengan mempelajari dan melatihkan
kemampuan operasi lawan insurjensi, operasi di daerah urban serta
10

melatihkan kemampuan pertempuran setingkat Batalyon Tim Pertempuran


(BTP). Di samping itu dilakukan upaya meningkatkan pembinaan
kemampuan intelijen dan dukungan serta kemampuan Binter secara sinergis
dengan pembinaan kemampuan tempur.

2) Peningkatan kemampuan tempur satuan TNI Angkatan Darat dapat


dicapai melalui peningkatan dan penyesuaian doktrin, struktur organisasi,
pendidikan, latihan, pembinaan personel, materiil dan dukungan fasilitas
serta kepemimpinan melalui siklus yang terus-menerus dengan daya inovasi
yang adaptif, eksperimen, dan pengalaman.

3) Rencana pelibatan TNI Angkatan Darat menetapkan tujuan untuk


mencapai perubahan yang diharapkan secara tegas, jelas dan terukur,
dalam rangka :

a) Membangun sumber daya prajurit. Merekrut dan membina


prajurit TNI Angkatan Darat yang memiliki kompetensi untuk kesiapan
satuan pada saat ini dan jangka panjang.

b) Membangun kekuatan masa depan. Mengembangkan


kemampuan pasukan masa depan untuk memenuhi persyaratan
kekuatan darat yang diperlukan dalam tugas OMP dan OMSP.

c) Menyesuaikan dan meningkatkan kemampuan tempur TNI


Angkatan Darat, dengan menyusun satuan tempur dasar setingkat
Batalyon Tim Pertempuran (BTP). Mendesain satuan berbasis
kemampuan yang dapat melaksanakan operasi-operasi darat secara
berkesinambungan.

d) Mendukung operasi penjaga perdamaian dibawah bendera


PBB, dengan mengatur, melatih, memperlengkapi, sehingga mampu
melaksanakan tugas-tugas operasi penjaga perdamaian.

e) Menyesuaikan kelembagaan TNI Angkatan Darat. Menata


kelembagaan TNI Angkatan Darat, sehingga dapat melaksanakan
fungsi dengan baik dalam memelihara dan meningkatkan kualitas TNI
Angkatan Darat.
11

b. Penguasaan teknologi informasi. Konflik antar negara maupun internal


suatu negara pada masa yang akan datang diperkirakan lebih didominasi oleh
kekuatan media dan penyebaran informasi dengan menggunakan teknologi
modern. Pihak-pihak yang lebih menguasai media dan informasi sejak awal
bergulirnya sengketa akan mendapatkan keunggulan yang lebih besar dalam
keberhasilan penyelesaiannya.

c. Supremasi hukum. Alam demokrasi telah menempatkan hukum formal


diatas segala hal yang dilakukan oleh manusia dan institusi negara. Sebagai salah
satu alat negara dibidang pertahanan, maka segala sesuatu yang dilakukan oleh
TNI AD sebagai sebuah organisasi juga harus tunduk kepada hukum formal yang
berlaku dan didasari oleh keputusan politik pemerintah. Di samping itu, sikap
perilaku prajurit dalam kehidupan sosial juga tidak boleh menyimpang dari aturan-
aturan hukum publik yang berlaku di masyarakat. Apabila supremasi hukum ini
dapat ditegakkan, maka aspek legalitas dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh
TNI AD akan dapat tercapai.

d. Akuntabilitas kinerja. TNI AD merupakan institusi negara yang


operasionalnya dibiayai oleh anggaran negara yang berasal dari rakyat. Dengan
demikian setiap kegiatan penugasan operasi dan latihan maupun tugas prajurit
sehari-hari yang dibiayai oleh anggaran negara harus dilaksanakan secara
terprogram, terukur, terarah dan transparan. Akuntabilitas kinerja organisasi dan
perorangan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban TNI AD sebagai
organisasi maupun prajurit sebagai individu kepada rakyat melalui negara.

BAB III
POKOK-POKOK LATIHAN TNI AD

9. Umum. Pada strategi perubahan TNI AD khususnya perihal restrukturisasi


TNI AD secara komprehensif tertuang penekanan bahwa melatih prajurit bertujuan untuk
menjadikan prajurit profesional dalam mengatasi pertempuran di daerah bangunan,
pemukiman dan perkotaan (urban operation), serta mengembangkan kemampuan prajurit
yang kompeten, fleksibel, adaptif dan siap menghadapi tantangan tugas.
12

10. Konsep dasar latihan. Latihan merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
keterampilan profesionalitas keprajuritan dengan aspek kepemimpinan mulai tingkat
perorangan sampai dengan tingkat satuan.

a. Proses latihan harus memaksimalkan peran beberapa pihak yang terlibat


didalamnya sehingga ada beberapa perspektif yang menjadi pertimbangan yaitu :

1) Latihan sebagai pembelajaran dalam rangka mengubah struktur


kognitif prajurit melalui penyediaan dan pemberian pengalaman-pengalaman
latihan guna dimanfaatkan untuk pelaksanaan tugas.

2) Latihan berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi (militer).

3) Pelaksanaan latihan harus melibatkan lingkungan sosial.

4) Sebagai media prajurit dalam melakukan pembelajaran yang


melibatkan proses berpikir.

5) Latihan merupakan bagian proses kehidupan prajurit yang


berlangsung terus menerus sepanjang hayat yang tidak pernah berhenti
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan profesionalitas.

6) Latihan harus aplikatif sesuai kompetensi profesionalitas yang ingin


dicapai.

7) Latihan harus dapat membentuk dan mengembangkan kepemimpinan


prajurit mulai dari level terendah sampai dengan tertinggi.

b. TNI AD perlu menyiapkan prajurit serta satuan agar mampu menjawab


berbagai tantangan dinamika dan proyeksi penugasan yang diformulasikan melalui
suatu Visi Latihan untuk mewujudkan prajurit TNI AD yang fleksibel, adaptif,
kompeten dan percaya diri.

1) Fleksibel. Prajurit TNI AD dengan kemampuan, kelengkapan dan


persenjataannya dapat menyesuaikan dengan berbagai proyeksi penugasan
sesuai dimensi ancaman yang mungkin dihadapi dan menyelesaikan tugas-
tugas tersebut secara profesional, diakui dan bermanfaat serta terukur
pencapaian hasil pelatihan atau pembelajarannya.
13

2) Adaptif. Berbagai lingkungan operasi dan daerah operasi yang


mungkin dihadapi serta perkembangan pola ancaman yang terus
berkembang dapat dijadikan media untuk kebutuhan pengkajian dan
pembelajaran latihan agar bisa diadaptasikan dalam sasaran dengan uraian
berisi standar, kondisi dan tugas prajurit.

3) Kompetensi. Kegiatan latihan yang telah dirancang harus dapat


mencapai kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan standar yang ingin
dicapai dari pelaksanaan latihan yang diselenggarakan. Standarisasi proses
latihan TNI AD yang berisi tentang bagaimana seharusnya proses latihan
berlangsung, dengan demikian para pembina latihan dapat mengacu pada
standar latihan yang telah ditetapkan yang berisikan standar proses,
pembiayaan, sarana dan prasarana, pimpinan dan pelatih.

a) Standar kompetensi prajurit, yaitu pencapaian hasil latihan


minimal yang harus dimiliki prajurit untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas keprajuritan yang diberikan dalam proses kegiatan latihan.

b) Kompetensi standar prajurit, yaitu kemampuan minimal yang


harus dicapai setelah prajurit menyelesaikan latihan dengan materi-
materi tertentu sesuai siklus dan tahapan latihan.

c) Kompetensi dasar prajurit, yaitu kemampuan minimal yang


harus dicapai oleh prajurit sebagai prasyarat guna mengikuti suatu
kegiatan latihan.

4) Percaya diri. Latihan-latihan yang dilaksanakan dalam rangka


peningkatan profesionalisme keprajuritan harus dapat menjawab keragu-
raguan pada individu prajurit dan sesuai kemampuan yang harus dimiliki dan
dapat melaksanakan tugas dengan keyakinan keberhasilan tugas yang akan
diraihnya.

11. Prinsip latihan. Agar penyelenggaraan latihan di lingkungan TNI AD dapat


dilaksanakan secara efektif, efisien, tepat guna, tepat sasaran, proporsional dan
berkesinambungan, maka perlu ditentukan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan suatu
pedoman dan harus diikuti dalam kegiatan latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan adalah
sebagai berikut :
14

a. Menjunjung tinggi Harkat insani. Dalam setiap penyelenggaraan latihan


harus didasarkan pada kodrat kemanusiaan atau manusiawi, sejauh mungkin
dihindari kegiatan latihan yang mengabaikan hak azasi.

b. Doktrin, taktik dan teknik harus distandarisasikan. Dalam setiap


penyelenggaraan latihan, penggunaan doktrin, taktik dan teknik yang diaplikasikan
harus standar.

c. Latihan harus realistis. Sasaran latihan prajurit dan satuan TNI AD pada
dasarnya adalah tercapainya standar tingkat kemampuan prajurit dan satuan.
Semua upaya dalam setiap latihan yang dilakukan harus berorientasi pada
pencapaian standar kemampuan tersebut. Dengan tidak mengabaikan keamanan
setiap latihan harus dilaksanakan serealistis mungkin, karena hanya dalam kondisi
realistis standar kemampuan tersebut akan dapat dicapai. Realisme latihan harus
dapat menggambarkan situasi, kondisi dan kesulitan dan bagaimana tugas-tugas
tersebut dilaksanakan. Dengan demikian latihan akan dapat mengantarkan prajurit
dan satuan untuk mencapai kemampuan yang sesungguhnya serta digunakan di
medan operasi.

d. Dalam setiap penyelenggaraan latihan harus dapat mengoptimalkan


kerjasama antar kecabangan. Peperangan saat ini dan yang akan datang
membutuhkan kerja sama tim yang baik karena apapun bentuk dan jenis tugas
suatu satuan di medan operasi akan membutuhkan dukungan kemampuan
kecabangan lain. Oleh karena itu sejak dini prajurit dan satuan TNI AD harus
dibiasakan dan dilatih dalam hubungan antar kecabangan. Peluang untuk
mengintegrasikan pelaksanaan latihan antar kecabangan harus dioptimalkan oleh
para pembina latihan, sehingga kerja sama tim akan terbentuk.

e. Latihan merupakan tanggung jawab Komandan. Setiap unsur Komandan


di satuan jajaran TNI AD harus bertanggung jawab terhadap proses
penyelenggaraan latihan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, yaitu :

1) Perwira sebagai Komandan berperan sebagai seorang pembina dan


pelatih pada tataran satuan operasional dan terlibat langsung pada segala
aspek latihan, mulai perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi dan penilaian.
15

2) Dalam pelaksanaan latihan di satuan, Perwira dibantu oleh para


Bintara Satuan dalam melatih kemampuan dan keterampilan pada tingkat
perorangan, krew/awak/unit dan satuan-satuan kecil lainnya.

f. Latihan untuk meningkatkan kemampuan bagi Komandan dan


organisasi. Latihan harus mampu menciptakan unsur Komandan agar memiliki
inisiatif, berpengetahuan, terlatih, disiplin yang tinggi dan kemampuan fisik dan
mental yang tangguh serta kejuangan yang tinggi, sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugas dengan baik dan berhasil.

g. Latihan harus memiliki tujuan yang terukur, akuntabel dan berorientasi


pada tugas. Latihan adalah untuk menyiapkan unsur Komandan tempur yang
terlatih dan untuk kesiapan operasional satuan. Latihan harus dapat diukur
keberhasilan pelaksanaannya sesuai tingkat pelaku latihan dihadapkan dengan
tujuan dan sasaran latihan sehingga dapat dievaluasi dari waktu ke waktu. Latihan
membangun kompetensi perorangan melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan serta kompetensi satuan yang diarahkan sesuai kemungkinan dan
rencana penugasan.

h. Latihan merupakan proses pembelajaran prajurit yang berlangsung


sepanjang hayat. Latihan adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah
berhenti dan tidak terbatas pada medan latihan, serta berdasarkan asumsi bahwa
sepanjang kehidupannya prajurit akan selalu melaksanakan latihan dihadapkan
pada perkembangan tujuan dan sasaran latihan yang ingin dicapainya.

i. Latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan potensi prajurit.


Pengembangan dan peningkatan melalui aspek sikap dan perilaku, kecerdasan
serta keterampilan sehingga atas dasar itulah satuan, Lemdik, dan prajurit itu
sendiri harus berperan sebagai wahana untuk memberikan pembelajaran
bagaimana cara latihan. Melalui kemampuan bagaimana cara latihan, prajurit
akan dapat memecahkan setiap berbagai permasalahan kedinasannya.

12. Asas Latihan. Latihan di lingkungan TNI AD harus mempunyai kesamaan


persepsi dan kesatuan pola pikir. Oleh karena itu didalam penyelenggaraan latihan harus
berpedoman asas-asas latihan yang telah ditentukan sebagai berikut :
16

a. Kesatuan Komando. Dalam setiap penyelenggaraan latihan TNI AD,


harus dijamin adanya kesatuan usaha dan kegiatan oleh setiap tingkat Komando
pembina latihan agar pelaksanaan latihan dapat terkoordinasi dan terintegrasi
dengan baik.

b. Tujuan. Dalam setiap penyelenggaraan latihan, Komandan Latihan harus


selalu berpegang teguh kepada tujuan yang ingin dicapai sesuai sasaran-sasaran
latihan yang ditetapkan.

c. Profesional. Latihan harus mampu membekali keterampilan perorangan


dan satuan sesuai dengan standar kemampuan untuk mendukung tugas dan
tanggung jawabnya.

d. Daya Guna. Latihan harus dapat memberikan nilai tambah pada efektivitas
satuan sehingga dapat meningkatkan daya guna satuan tersebut.

e. Kenyal. Penyelenggaraan latihan TNI AD harus mampu menyesuaikan


dengan kondisi lingkungan yang berlaku.

f. Sederhana. Perencanaan latihan bersifat sederhana, mudah dimengerti


dan mudah dilaksanakan sehingga menghilangkan salah tafsir dan keragu-raguan
dalam pelaksanaan latihan.

g. Keterpaduan. Setiap penyelenggaraan latihan TNI AD harus direncanakan,


disiapkan dan dilaksanakan secara terpadu baik antara latihan di lingkungan
pendidikan dan di satuan maupun terpadu antar fungsi di lingkungan TNI AD.

h. Prioritas. Penyelenggaraan latihan TNI AD didasarkan pada prioritas


disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai dengan memperhatikan sumber
daya yang tersedia.

i. Keamanan. Dalam setiap penyelenggaraan latihan TNI AD harus selalu


memperhatikan faktor dan tindakan keamanan tanpa mengabaikan realisme dan
pencapaian serta hasil latihan yang diharapkan.

j. Kelestarian lingkungan latihan. Setiap penyelenggaraan latihan harus


tetap memperhatikan kelestarian lingkungan latihan agar tidak menimbulkan
17

kerusakan lingkungan atau memperparah kerusakan yang telah terjadi, serta


mencegah terjadinya dampak negatif dari kondisi masyarakat.

13. Peran Latihan. Latihan berperan untuk membina prajurit agar memiliki sikap
kepemimpinan, pengembangan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan serta membina
kemampuan satuan TNI AD agar memiliki kesiapan tempur, operasional dan atau kesiap
siagaan operasional yang handal agar dapat digunakan dalam pelaksanaan tugas Operasi
Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

a. Pencapaian standar kompetensi prajurit dan satuan. Seluruh prajurit


dan satuan harus mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam tugas pokok. Untuk itu, prajurit dan satuan TNI AD harus dilatih agar memiliki
standar kompetensi secara perorangan maupun kolektif untuk mampu melakukan
setiap jenis operasi di berbagai lingkungan dan spektrum operasi.

b. Penguasaan teknologi informasi. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa


prajurit TNI AD di masa yang akan datang dituntut untuk memiliki penguasaan
teknologi informasi yang memadai agar mampu menghadapi lingkungan operasi
yang didominasi oleh kekuatan media dan penyebaran informasi sebagai salah
satu wahana perang. Untuk itu, latihan yang dilaksanakan di semua tingkatan
penyelenggara latihan harus mengakomodir pemberian serta peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang berkait dengan penggunaan teknologi
informasi. Sarana latihan yang digunakan baik di lembaga pendidikan maupun di
satuan-satuan juga harus adaptif terhadap aplikasi teknologi informasi.

c. Pencapaian Akuntabilitas kinerja. Walaupun latihan militer pada


dasarnya dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan tempur
prajurit dan satuan, namun dihadapkan pada tuntutan tugas kedepan, hendaknya
latihan tidak hanya memberikan prioritas pada aspek-aspek teknis pertempuran
saja, tetapi juga melibatkan pemberian materi yang dapat membentuk karakter
prajurit sebagai bagian dari sebuah sistem sosial kemasyarakatan. Latihan di
lingkungan TNI AD hendaknya dilakukan secara terencana, terarah dan terukur
serta memperhatikan aspek-aspek hukum dan sosial. Dengan penyelenggaraan
latihan yang demikian, maka prajurit TNI AD akan lebih terbiasa dengan kehidupan
organisasi dan kinerja yang akuntabel dan transparan.
18

14. Fungsi Latihan. Latihan berfungsi untuk melatih, memelihara, meningkatkan,


memberikan pengetahuan dan keterampilan serta menguji kemampuan prajurit baik
secara perorangan maupun satuan agar siap melaksanakan tugas. Adapun fungsi latihan
dapat digunakan untuk membina latihan perorangan, satuan dan latihan dasar kemiliteran
bagi warga negara yang memenuhi syarat sesuai dengan aturan dan undang-undang
dalam keikutsertaan bela negara serta menguji validasi Doktrin.

a. Pembinaan latihan perorangan. Meliputi Prajurit Sukarela, Prajurit Karier


dan Prajurit Sukarela Dinas Pendek, dengan cara melatih secara perorangan agar
mempunyai suatu kemampuan baik pengetahuan, keterampilan, taktik dan teknik
bertempur, maupun memiliki sikap mental dan kebugaran jasmani yang baik guna
terwujudnya prajurit yang profesional dan proporsional.

b. Pembinaan latihan satuan. Latihan satuan jajaran TNI AD meliputi satuan


tempur, satuan bantuan tempur, satuan Intelijen, satuan bantuan administrasi,
satuan lembaga pendidikan, satuan lembaga latihan dan satuan komando
kewilayahan sesuai dengan peran, fungsi dan tugas kecabangan masing-masing
untuk mewujudkan satuan yang siap operasional. Dengan demikian maka latihan
dapat diarahkan sebagai berikut :

1) Memelihara dan meningkatkan kemampuan latihan yang telah dicapai


sebelumnya.

2) Melaksanakan tugas sesuai dengan tingkat kontinjensi (baik OMP


maupun OMSP).

3) Melaksanakan program latihan berstandar Internasional/UN (United


Nation) pada level kerjasama latihan dengan negara-negara lain sesuai
dengan SOP (Standar Operational Procedure) yang telah dikeluarkan oleh
UN (Interoperability).

c. Pembinaan latihan dasar kemiliteran bagi warga negara. Meliputi warga


negara yang memenuhi syarat sesuai dengan aturan dan undang-undang untuk
dilatih wajib militer dalam rangka ikut serta bela negara.

d. Menguji validasi Doktrin. Latihan berfungsi untuk menguji dan mengkaji


Doktrin dan buku petunjuk yang berkaitan dengan latihan, sehingga dapat diketahui
19

apakah doktrin dan buku petunjuk yang dijadikan referensi masih valid dihadapkan
dengan kebutuhan latihan dalam menunjang tugas pokok yang akan datang.

15. Strategi Latihan. Agar pencapaian hasil latihan sesuai dengan sasaran yang
telah ditentukan maka latihan di lingkungan TNI AD dilaksanakan secara proporsional dan
komprehensif dengan tujuan agar prajurit dan satuan memiliki tingkat profesionalitas serta
mengembangkan kemampuan yang kompeten, fleksibel, adaptif dan siap menghadapi
tantangan tugas.

a. Tujuan.

1) Pembinaan. Dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan


kemampuan perorangan maupun satuan sesuai dengan postur TNI AD
dalam rangka kepentingan pembinaan kesiapan operasional dan kesiagaan
operasional yang meliputi :

a) Upaya pembinaan latihan untuk mencapai tingkat kesiapan


operasional.

b) Upaya menguji tingkat kesiagaan operasional satuan untuk


menghadapi situasi ataupun tugas yang diberikan.

2) Uji Doktrin. Merupakan upaya untuk menganalisa dan menguji


doktrin, prosedur dan kemampuan menerapkan prosedur Kodal, taktik,
teknik dan administrasi sesuai sistem pembinaan latihan melalui analisis.

3) Integratif. Untuk meningkatkan saling pengertian dalam pola pikir,


pola tindak dan pola sikap hingga dapat tercipta satu kesatuan yang kokoh.

b. Sasaran.

1) Terwujudnya kemampuan penyelidikan, pengamanan, dan


penggalangan untuk melaksanakan kegiatan dan operasi intelijen baik untuk
kepentingan strategis maupun taktis.

2) Terwujudnya kemampuan untuk melaksanakan operasi tempur, baik


pada tingkat strategis maupun taktis, sesuai dengan bentuk dan jenis
operasi pada berbagai karakter wilayah tugas, baik sebagai satuan utama
operasional maupun sebagai satuan bantuan.
20

3) Terwujudnya kemampuan prajurit, baik perseorangan maupun satuan


guna menyiapkan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan negara di
darat.

4) Terwujudnya kemampuan diplomasi militer melalui kerjasama militer


di bidang latihan dengan Angkatan Darat negara lain.

5) Terwujudnya kemampuan menyelenggarakan Komando, Kendali,


Komunikasi, Komputer, Informasi, Peninjauan dan Pengamatan (K4IPP)

6) Terwujudnya kemampuan survei dan pemetaan tofografi.

7) Terwujudnya uji doktrin, prosedur, taktik dan teknik serta administrasi


sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedure) yang berlaku antar
kecabangan dalam penyelenggaraan suatu operasi/latihan.

8) Terwujudnya kesamaan pola pikir, pola tindak dan pola sikap yang
terintegrasi.

c. Subjek.
1) Mabesad.
2) Kodiklat TNI AD.
3) Puscab/Fung.
4) Kotama jajaran TNI AD.
5) Lembaga Pendidikan jajaran TNI AD.
6) Lembaga Latihan jajaran TNI AD.

d. Objek. Prajurit dan Satuan jajaran TNI AD.

16. Pentahapan Latihan.

a. Latihan bertahap, bertingkat dan berlanjut. Adalah latihan bagi prajurit


dan satuan agar memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang
standar. Diselenggarakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut dimulai dari
tingkat latihan perorangan dasar secara teknis sampai tingkat latihan satuan antar
angkatan (latihan gabungan) secara taktis.
21

1) Tingkat latihan perorangan dasar. Adalah latihan untuk melatih


prajurit yang telah memiliki kemampuan dasar kemiliteran, agar mempunyai
kemampuan dasar pertempuran sesuai kebutuhan masing-masing
Kecabangan/Fungsi.

2) Tingkat latihan perorangan lanjutan. Adalah latihan untuk melatih


prajurit yang telah memiliki kemampuan dasar pertempuran sesuai
Kecabangan/Fungsi sehingga mempunyai kemampuan yang diperlukan
sesuai dengan jabatannya di Satuan.

3) Tingkat latihan satuan dasar. Adalah latihan untuk melatih prajurit


agar dapat bertugas dalam satu kelompok perorangan dalam hubungan
satuan sehingga tercipta kerjasama yang utuh guna menyelesaikan tugas
satuan tersebut.

4) Tingkat latihan satuan lanjutan. Adalah latihan untuk melatih


satuan agar dapat terciptanya kerjasama antar satuan guna menyelesaikan
tugas satuan tersebut.

5) Tingkat latihan satuan antar kecabangan. Adalah latihan satuan


yang terdiri dari beberapa kesenjataan/kecabangan, tersusun dalam suatu
latihan yang terkoordinasi dengan baik dan saling mengetahui
kemampuan/batas kemampuan masing-masing satuan.

6) Tingkat latihan satuan antar angkatan (Latihan gabungan).


Adalah latihan yang merupakan puncak dari latihan bertingkat dan berlanjut,
pesertanya melibatkan dua angkatan atau lebih.

b. Latihan yang tidak bertahap, bertingkat dan berlanjut. Adalah latihan


yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan yang telah
dicapai oleh setiap prajurit atau satuan dari pelaksanaan latihan bertahap,
bertingkat dan berlanjut, serta membentuk kader yang diperlukan oleh satuan
dalam berbagai bidang tertentu.

1) Latihan didalam satuan. Adalah latihan diluar program yang


diselenggarakan oleh satuan sebagai upaya dan tanggung jawab Komandan
Satuan untuk membentuk kader, melatih, memelihara dan menatar
22

keterampilan anggotanya agar memiliki kecakapan dan keterampilan


tertentu yang diperlukan satuan.

2) Latihan di lembaga pendidikan. Adalah latihan untuk melatih


prajurit agar memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu yang karena
sifatnya harus dilaksanakan di lembaga pendidikan.

3) Latihan di lembaga latihan. Adalah latihan untuk melatih


prajurit agar memiliki kemampuan khusus perorangan dan/atau untuk
menguji kemampuan satuan.

4) Latihan di luar negeri. Adalah latihan yang dilaksanakan di luar


negeri dengan maksud untuk bahan perbandingan dan memberikan
kemampuan kepada prajurit dan satuan yang karena sifat dan macam
latihannya tidak terdapat di dalam negeri.

17. Macam Latihan. Latihan dibagi menjadi 3 macam yaitu :

a. Menurut kemampuan yang ingin dicapai :

1) Latihan Teknis. Adalah semua latihan yang dilatihkan pada


perorangan agar dicapai kemahiran maupun keterampilan teknis didalam
menggunakan, melayani ataupun mengerahkan senjata, perlengkapan dan
material lain yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas. Materi
latihan teknis dapat berupa latihan dibidang intelijen, jasmani, tempur,
teritorial dan bidang administrasi logistik.

2) Latihan Taktis. Penerapan praktis dari doktrin dan prosedur taktis


meliputi bidang tempur, intelijen, teritorial dan administrasi logistik guna
mencapai tingkat kemampuan operasional satuan yang ditetapkan dalam
suatu situasi tempur yang dibuat atau dipraanggapkan (satuan terkecil yang
berada di masing-masing kecabangan).

b. Menurut pesertanya.

1) Latihan tanpa Pasukan. Latihan yang diikuti oleh perorangan


dalam jabatan, baik secara perorangan maupun bersama dengan personel
lainnya tanpa menyertakan unsur pasukan.
23

2) Latihan dengan Pasukan. Latihan yang menyertakan seluruh unsur-


unsur satuan sebagai pelaku.

c. Menurut penggunaan sarana dan prasarana.

1) Simulasi. Latihan yang diselenggarakan di suatu tempat dengan


menggunakan sarana dan prasarana yang dapat memberikan gambaran
tentang jalannya latihan.

2) Daerah latihan. Latihan yang diselenggarakan di suatu tempat


dengan menggunakan sarana dan prasarana sesuai kenyataan yang ada.

18. Metode Latihan.

a. Latihan perorangan.

1) Peragaan (Demonstrasi). Untuk memberikan petunjuk kepada


orang/kelompok/satuan tentang cara melakukan suatu kegiatan secara
praktis dan realistis. Dilakukan oleh orang/kelompok/satuan ataupun dengan
bantuan alat instruksi, agar kegiatan peragaan (demontrasi) tersebut dapat
dimengerti, dipahami dan dilaksanakan.

2) Peninjauan (pengamatan). Merupakan pengamatan terhadap


orang, tempat, benda, peristiwa dan kegiatan untuk memperoleh bahan
keterangan namun didahului dengan perencanaan yang matang sehingga
akan mendapatkan hasil yang maksimal.

3) Diskusi. Pertukaran pikiran secara ilmiah yang dilakukan oleh


beberapa orang/kelompok (pelaku latihan) dibawah kendali seorang
moderator (pelatih) untuk membahas suatu makalah (materi latihan) dengan
menghasilkan suatu kesimpulan (menentukan inti pelajaran dari hasil
perumusan pelaku latihan sendiri). Metode ini tepat sekali untuk
mengajarkan “dril”, tetapi kurang sesuai bila dipakai untuk mengupas
masalah taktik.

4) Praktek Lapangan. Merupakan aplikasi instruksional yang dilakukan


di suatu tempat yang disiapkan sebagai penjabaran materi pembelajaran
teoritis.
24

5) Ceramah. Suatu kegiatan yang dilakukan oleh pelatih secara lisan


tanpa banyak melibatkan pelaku untuk aktif berolah pikir dalam latihan.

6) Dril Teknis. Adalah suatu metode latihan untuk membiasakan


melakukan sesuatu jenis kegiatan menurut urutan secara rinci yang dapat
dilakukan pada medan yang tersedia dan belum ada alur cerita.

7) Dril Taktis. Adalah suatu metode latihan untuk membiasakan


melakukan sesuatu jenis kegiatan menurut urutan secara rinci yang dapat
dilakukan pada medan yang sebenarnya dan sudah ada alur cerita.

b. Latihan Satuan Tanpa Pasukan.

1) Geladi Peta. Adalah suatu metode latihan taktis diatas peta diberikan
serangkaian situasi dalam bentuk yang saling berkaitan dan mengandung
berbagai kegiatan taktis yang harus dipecahkan baik secara perorangan
ataupun kelompok.

2) Geladi Model. Adalah suatu metode latihan taktis berupa model pasir
atau kain sebagai petunjuk tentang medan atau petunjuk pelengkap di
samping peta. Pasukan musuh dan kawan digambarkan dengan tanda
gambar atau miniatur.

3) Geladi Medan. Adalah suatu metode latihan taktis dalam


mengaplikasikan Doktrin dan taktik dengan menggambarkan disposisi serta
gerakan dari pasukan yang diperumpamakan, direncanakan, didiskusikan
menggunakan medan tertentu.

4) Manuver Peta. Adalah suatu metode latihan taktis yang


menggambarkan situasi operasi disajikan pada peta atau oleat serta
diberikan persoalan-persoalan yang memerlukan keputusan, perintah dan
tindakan dari pelaku yang berperan sebagai Komandan dan Staf.
Manuver peta dapat dilaksanakan secara terus menerus atau bertahap
sesuai dengan persoalan yang ingin dikembangkan.

5) Geladi Posko I. Adalah suatu metode latihan taktis yang diberikan


serangkaian keadaan, kejadian dan situasi taktis secara sambung
menyambung pada pelaku. Setiap keadaan dan kejadian mengandung
25

persoalan yang harus dipecahkan dan meminta keputusan, rencana,


perintah dan tindakan dari pelaku yang berperan sebagai Komandan dan
Perwira staf dari Markas Komando satuan yang dilatih.

6) Geladi Posko II. Adalah suatu metode latihan taktis yang diberikan
serangkaian keadaan, kejadian dan situasi taktis secara sambung
menyambung pada pelaku. Setiap keadaan, kejadian dan situasi taktis
mengandung persoalan yang harus dipecahkan dan meminta keputusan,
rencana, perintah serta tindakan dari pelaku yang berperan sebagai
Komandan, Staf dan Unsur Pelayan markas satuan yang dilatih.

7) Geladi Mako. Adalah suatu metode latihan tanpa pasukan yang


bertujuan untuk melatihkan kemampuan unsur pimpinan dan pembantu
pimpinan di suatu Komando yang bersifat administratif dan pembinaan
dalam menyusun suatu rencana. Selama pelaksanaan Geladi mako pelaku
bersifat statis dan gelar sesuai keadaan sebenarnya, sehingga tetap dapat
melaksanakan tugas rutin sehari-hari, dinamika yang terjadi merupakan
dinamika dalam proses perencanaan dalam berbagai situasi yang berubah-
ubah.

8) Geladi Posko Simulasi Tempur. Adalah suatu metode latihan taktis


menggunakan medan dan musuh yang disimulasikan dengan komputer dan
atau model medan yang dibuat menyerupai medan sebenarnya. Latihan ini
berguna bagi para Komandan satuan dan Staf sebelum melaksanakan
geladi lapangan, latihan bersama dan yang akan melaksanakan tugas
operasi.

c. Latihan Satuan Dengan Pasukan.

1) Dril Teknis. Adalah suatu metode latihan untuk membiasakan dan


mempermahir kemampuan teknis perorangan dalam satuan untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu atau dalam hal menggunakan, melayani
dan mengerahkan alat peralatan atau perlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk melakukan tugas, dengan tujuan untuk melatih keterampilan teknis
perorangan prajurit sesuai jabatannya.

2) Dril Taktis. Adalah suatu metode latihan yang dilakukan oleh satuan
untuk membiasakan dan mempermahir suatu kegiatan menurut urutan
26

tertentu yang sudah ditetapkan secara baku. Dril taktis dilaksanakan di


medan sebenarnya secara tahap demi tahap dan dapat diulangi sampai
pelaku mahir melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.

3) Dril Tempur. Adalah suatu metode latihan untuk membiasakan dan


mempermahir kemampuan tempur satuan baik aspek taktis maupun aspek
teknis, dilakukan di medan sebenarnya. Dril tempur dilaksanakan dalam
rangkaian kegiatan yang utuh, perbaikan terhadap kegiatan yang salah
dilaksanakan dengan cara menghentikan gerakan pada bagian tersebut
selanjutnya diadakan koreksi langsung pada waktu itu juga dan dilaksanakan
pengulangan.

4) Geladi Lapangan. Adalah suatu metode latihan taktis dengan


pasukan dilakukan di medan sebenarnya dalam situasi tempur yang
disimulasikan dan menggambarkan realisme untuk menghadapi situasi
operasi di medan yang mendekati sebenarnya. Dengan tujuan untuk menguji
kemampuan/efektivitas satuan dalam melaksanakan kodal, taktik dan teknik
dalam rangka menghadapi situasi operasi di medan sebenarnya. Geladi
lapangan merupakan metode latihan pada puncak dari siklus latihan satuan
dan merupakan penyelenggaraan program uji siap tempur satuan.

5) Manuver Lapangan. Adalah suatu metode latihan taktis di luar


siklus latihan untuk melaksanakan latihan dalam suatu operasi militer
lengkap. Pasukan dan persenjataan kedua belah pihak dikerahkan
seluruhnya atau sebagian, kondisi pertempuran disimulasikan. Manuver
lapangan mencakup ruang lingkup, waktu dan daerah yang luas sampai
digaris batas belakang mandala operasi atau lebih serta berbagai masalah
taktis dan operasi yang bertahap, biasanya melibatkan pasukan lebih dari
satu brigade yang membutuhkan banyak gerakan pemindahan pasukan
dalam wilayah yang luas. Manuver lapangan dapat pula dipergunakan untuk
pengujian terhadap satu atau lebih pasukan dan suatu doktrin atau
prosedur operasi.

19. Sifat Latihan. Digunakan hanya untuk latihan satuan.

a. Satu pihak dikendalikan. Kegiatan musuh digambarkan melalui ramalan


operasi yang disampaikan oleh pengendali melalui penimbul situasi. Tindakan
pelaku diarahkan kepada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
27

b. Satu Pihak tidak dikendalikan. Kegiatan musuh digambarkan melalui


ramalan operasi yang disampaikan oleh pengendali melalui penimbul situasi,
sedangkan pelaku diberi kebebasan bergerak dalam batas-batas yang telah
ditentukan.

c. Dua Pihak dikendalikan. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan biru
dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan pasukan
musuh yang saling berhadapan. Tindakan pelaku diarahkan kepada rencana yang
telah ditetapkan.

d. Dua pihak tidak dikendalikan. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan
biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan
pasukan musuh yang saling berhadapan. Pelaku diberi kebebasan menentukan
tindakan dalam batas-batas yang telah ditentukan.

20. Tingkat Latihan. Digunakan hanya untuk melatih Markas Komando satuan.

a. Satu tingkat. Apabila yang dilatihkan satu Markas Komando.

b. Dua Tingkat. Apabila yang dilatihkan satu Markas Komando dan satu
Markas Komando dibawahnya.

c. Tiga Tingkat. Apabila yang dilatihkan satu Markas Komando sampai dua
tingkat Markas Komando dibawahnya

21. Bentuk latihan.

a. Seri. Latihan yang dilaksanakan bila satuan pelaku dilatihkan dengan waktu
tidak bersamaan, medan latihan yang digunakan sama dan persoalan yang
disampaikan sebagian atau seluruhnya sama.

b. Paralel. Latihan yang dilaksanakan bila satuan pelaku dilatihkan dengan


waktu bersamaan, medan latihan yang digunakan tidak sama dan persoalan yang
disampaikan sebagian atau seluruhnya sama.

22. Standar Kemampuan Latihan. Dalam penyelenggaraan latihan dituntut rumusan


tolok ukur / kriteria kemampuan yang harus dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran
latihan. Standar ini merupakan standar kemampuan yang harus dicapai untuk
28

menentukan keberhasilan pencapaian sasaran latihan yang telah ditetapkan, sekaligus


sebagai rujukan utama dalam proses evaluasi latihan.

a. Bidang pengetahuan.

1) Mengetahui. Adalah standar kemampuan yang harus dicapai jika


minimal dapat menyebutkan / mengidentifikasi / memilih / menyalahkan atau
membenarkan / mencocokkan bagian-bagian besar atau nomenklatur / urut-
urutan tata nama serta kegunaannya secara garis besar, metode
pencapaiannya ceramah.

2) Mengerti. Adalah suatu standar kemampuan yang harus dicapai jika


minimal dapat menjelaskan / menerangkan / menguraikan tidak mendalam
tentang apa dan bagaimana mengerjakan / melaksanakannya (walau hanya
dalam teori), metode pencapaiannya ceramah dan diskusi.

3) Memahami. Adalah suatu standar kemampuan yang harus dicapai


jika minimal dapat menjelaskan / menerangkan cukup mendalam tentang
apa, mengapa perlu, apa akibat jika dilakukan atau tidak dilakukan dan tahu
bagaimana mengerjakannya / melaksanakannya (bila hal tersebut suatu
kegiatan), metode pencapaiannya ceramah, diskusi dan mengikuti penataran
serta peninjauan (tugas belajar).

4) Menguasai. Adalah suatu standar kemampuan yang harus dicapai


bila seseorang minimal dapat menjelaskan / menerangkan / menguraikan
secara mendalam tentang apa, mengapa perlu, apa akibatnya jika dilakukan
atau tidak memengaruhinya, dapat memberikan contoh, melaksanakan dan
memberi supervisi serta dapat mengajarkan bagaimana melaksanakannya,
metode pencapaiannya ceramah, diskusi dan mengikuti penataran serta
peninjauan (tugas belajar) dan aplikasi.

b. Bidang keterampilan.

1) Dapat Terbatas. Adalah suatu kemampuan yang harus dicapai jika


bisa melakukan / melaksanakan suatu kegiatan / proses kegiatan, pekerjaan
atau tindakan dengan bimbingan / bantuan orang lain / bantuan buku
petunjuk atau jika tanpa bantuan bisa melakukan kegiatan secara garis
besar (prosedur rutin). Pekerjaan / kegiatan yang detail belum bisa
29

dilakukan, metode pencapaiannya peragaan / demonstrasi dan mencoba


secara terbatas.

2) Dapat. Adalah standar kemampuan yang harus dicapai jika bisa


melakukan suatu kegiatan / proses kegiatan, pekerjaan atau tindakan
dengan benar dan mungkin ada beberapa kesalahan kecil tetapi hasil
pekerjaannya sudah dapat dibenarkan. Kegiatan dilakukan tanpa bantuan,
kesalahan yang dilakukan dapat diketahui dan diperbaiki sendiri. Waktu
untuk melaksanakan kegiatan ini bahwa kecepatan waktu standar. Dapat
berarti bisa mengerjakan sendiri walau tidak cepat dan belum sempurna
tetapi masih dapat diterima, metode pencapaiannya peragaan / demonstrasi,
Dril teknis dan Dril taktis.

3) Mampu. Adalah standar kemampuan yang harus dicapai jika bisa


melakukan / melaksanakan suatu kegiatan / proses kegiatan, pekerjaan atau
tindakan dengan cepat dan tepat tanpa ada kesalahan yang berarti.
Kegiatan tersebut dilakukan tanpa bantuan dan dalam waktu standar yang
ditentukan. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kecepatan kerja normal.
Mampu juga berarti bisa mengerjakan sendiri tanpa bantuan serta
mengetahui mana yang salah dan mana yang benar, metode pencapaiannya
peragaan / demonstrasi, Dril teknis, Dril taktis dan Dril tempur serta geladi
lapangan.

4) Mahir. Adalah standar kemampuan yang harus dicapai jika bisa


melakukan / melaksanakan kegiatan / proses kegiatan, pekerjaan atau
tindakan dengan cepat dan tepat tanpa ada kesalahan sekecil apapun.
Cepat berarti kecepatan melakukan kegiatan tersebut dapat melebihi
kecepatan kerja normal dan dilakukan satu kali dengan baik dan benar tanpa
ada kesalahan dalam waktu standar yang ditentukan. Mahir juga berarti
dapat memberikan contoh, mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain,
memberi supervisi, melatihkannya kepada orang lain dan memberi koreksi,
metode pencapaiannya peragaan / demonstrasi, Dril teknis, Dril taktis dan
Dril tempur serta geladi lapangan.

23. Siklus Latihan. Merupakan suatu daur latihan dalam tahapan latihan TNI AD
yang dirancang dalam periode lima tahun disesuaikan dengan rencana strategi
pembangunan kekuatan TNI yang dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut
30

dimulai dari latihan perorangan, latihan satuan dan latihan antar kecabangan dilanjutkan
dengan latihan gabungan TNI. Fungsi Siklus Latihan adalah untuk mengatur urutan,
tahap latihan sesuai dengan kepentingan tugas, anggaran dan waktu yang ditentukan
serta sebagai pedoman dalam menyusun program latihan yang sejalan dengan Renstra
TNI. Adapun tujuan Siklus Latihan adalah untuk memelihara dan meningkatkan
profesionalisme prajurit agar selalu dalam kondisi siap operasional dan tidak mengalami
penurunan kualitas profesionalitas. Siklus latihan tersebut diatur sebagai berikut :

a. Siklus Latihan Tahunan. Merupakan daur latihan yang dilaksanakan


selama satu tahun program anggaran mulai dari latihan perorangan, latihan satuan
sampai dengan pelaksanaan UST Tingkat Kompi sesuai program latihan
standarisasi (Proglatsi).

b. Siklus Latihan Tiga Tahunan. Setelah melaksanakan latihan program


satu tahunan dilanjutkan pada tahun ke dua melaksanakan latihan satuan tingkat
Batalyon dengan berpedoman pada Proglatsi. Kemudian pada tahun ke tiga
melaksanakan latihan antar kecabangan sesuai Proglatsi masing-masing
kecabangan yang diawali dengan Geladi Posko dan diakhiri dengan pelaksanaan
latihan BTP sebagai latihan puncak.

c. Siklus Latihan Lima Tahunan. Bagi satuan yang disiapkan untuk


melaksanakan Latihan antar Angkatan / Latihan Gabungan, maka setelah
melaksanakan latihan program tiga tahunan dilanjutkan pada tahun ke empat
melaksanakan latihan Pra Latihan antar Angkatan / Latihan Gabungan yang diawali
dengan direktif latihan dari Mabes TNI dan penyelenggara latihan oleh Kodiklat TNI.
Periode ini untuk mengukur tingkat kesiapan satuan TNI AD yang ditunjuk untuk
mengikuti latihan gabungan pada tahun kelima. Selanjutnya pada tahun ke lima
melaksanakan Latihan Gabungan TNI yang diselenggarakan oleh Kodiklat TNI.
Satuan yang tidak terlibat dalam Latihan Gabungan TNI maka setelah
melaksanakan siklus latihan tiga tahunan dan tidak berangkat penugasan
selanjutnya kembali melaksanakan latihan siklus latihan tahunan (tahun pertama)
sesuai program tahun anggarannya.

24. Penggolongan Latihan. Penggolongan latihan diorientasikan pada pencapaian


standar kemampuan program pembinaan dan penggunaan kekuatan sesuai dengan
program yang didasarkan pada siklus latihan dan Proglatsi yang berlaku.
31

a. Latihan dalam rangka Pembinaan Kekuatan. Pembinaan latihan yang


berorientasi pada pencapaian kemampuan standar program pembinaan kekuatan,
sesuai dengan program skala prioritas yang penyelenggaraannya didasarkan pada
siklus Latihan dan Proglatsi yang berlaku. Penentuan Standar kemampuan yang
ingin dicapai diarahkan pada tuntutan untuk pencapaian kemampuan pelaksanaan
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh prajurit dan satuan TNI AD dalam rangka
kesiapan operasional. Latihan ini dikelompokkan sebagai berikut :

1) Latihan perorangan. Latihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan


dan atau memelihara kemampuan perorangan untuk mencapai Standar
kemampuan umum prajurit dan kemampuan khusus jabatan dengan sasaran
pembinaan latihan sebagai berikut :

a) Sasaran kuantitatif yaitu seluruh prajurit TNI AD baik yang


berada di Satpur, Satbanpur, Satintel, Satbanmin, Satkowil dan Satdik
sesuai dengan sasaran pembinaan satuan yang diproyeksikan dalam
pembinaan kekuatan TNI AD.

b) Sasaran kualitatif yaitu tercapai dan terpeliharanya standar


kemampuan umum perorangan, kemampuan tugas-tugas dan jabatan
didalam satuan TNI AD serta kesamaptaan jasmani prajurit yang
didukung oleh mental keprajuritan TNI AD yang tangguh.

2) Latihan satuan. Latihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan


dan memelihara kemampuan satuan TNI AD untuk mencapai standar
kemampuan satuan sesuai dengan sasaran sebagai berikut :

a) Sasaran kuantitatif yaitu seluruh satuan TNI AD baik Satpur,


Satbanpur, Satintel, Satbanmin, Satkowil dan Satdik sesuai dengan
sasaran pembinaan satuan yang diproyeksikan dalam pembinaan
kekuatan TNI AD.

b) Sasaran kualitatif yaitu meningkat dan terpeliharanya standar


kemampuan teknis dan taktis militer satuan baik Satpur, Satbanpur,
Satintel, Satbanmin, Satkowil dan Satdik.
32

3) Latihan antar Kecabangan. Merupakan latihan yang dilaksanakan


untuk memelihara, meningkatkan dan menguji kemampuan antar
kecabangan guna mencapai kemampuan standar sesuai dengan sasaran
sebagai berikut :

a) Sasaran kuantitatif yaitu tercapainya pembinaan seluruh


satuan oleh masing-masing kecabangan sesuai dengan sasaran
pembinaan satuan yang diproyeksikan dalam pembinaan kekuatan.

b) Sasaran kualitatif yaitu tercapai dan terpeliharanya


kemampuan standar taktis operasional kecabangan.

4) Latihan Gabungan TNI. Merupakan latihan dalam rangka operasi


tempur dibantu operasi lainnya sesuai dengan kebutuhan, merupakan
bagian dari pola operasi yang dilaksanakan secara pre-emtif maupun
represif oleh dua Angkatan atau lebih dibawah suatu Komando
Gabungan. Pokok-pokok penyelenggaraan latihan gabungan meliputi tujuan
dan sasaran, lama waktu latihan dan daerah latihan, metode yang
digunakan, materi latihan, serta pendanaan latihan ditentukan dalam direktif
latihan yang dikeluarkan oleh Mabes TNI dengan sasaran sebagai berikut :

a) Kuantitatif. Terwujudnya latihan satuan antar Angkatan/antar


Kotamaops TNI yang disiapkan untuk melaksanakan operasi
gabungan TNI.

b) Kualitatif. Tercapainya tingkat kemampuan operasional untuk


dapat digunakan dalam melaksanakan operasi gabungan TNI.

b. Latihan dalam rangka Penggunaan Kekuatan. Latihan yang dilaksanakan


dalam rangka pencapaian kesiagaan operasional, ditujukan kepada satuan TNI AD
yang disiaptugaskan (latihan pratugas) serta latihan bagi satuan yang disiapkan
untuk menghadapi penugasan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi
Militer selain Perang (OMSP).

1) Latihan pratugas. Latihan bagi satuan yang disiapkan baik


penugasan OMP maupun OMSP. Latihan ini berorientasi pada tugas-tugas
operasi sesuai bentuk-bentuk operasi yang akan dilaksanakan oleh suatu
Komando Latihan yang ditunjuk secara khusus. Pokok-pokok
33

penyelenggaraan yang meliputi tujuan dan sasaran latihan, lama waktu


latihan dan daerah latihan, metode yang digunakan dan materi latihan serta
pendanaan latihan ditentukan dalam direktif yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang (Mabes TNI).

2) Latihan kesiapsiagaan operasional. Merupakan latihan yang


ditujukan kepada satuan/kotama yang disiapkan untuk menghadapi berbagai
kemungkinan kontinjensi baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Latihan
ini berorientasi pada kontinjensi yang telah dipilih, penyelenggaraan latihan
dilaksanakan oleh suatu komando latihan yang ditunjuk oleh Mabes TNI.
Pokok-pokok penyelenggaraan latihan meliputi tujuan dan sasaran, lama
waktu latihan dan daerah latihan, metode yang digunakan, materi latihan,
serta pendanaan latihan ditentukan dalam direktif latihan yang dikeluarkan
oleh Mabes TNI.

c Latihan dengan Negara lain. Merupakan latihan yang dilaksanakan oleh


satuan TNI AD dengan satuan Angkatan Darat negara lain yang merupakan
program latihan diluar siklus latihan TNI AD. Tujuan latihan ini pada dasarnya
untuk meningkatkan kerja sama Internasional antar-Angkatan Darat kedua negara
atau lebih serta meningkatkan profesionalisme prajurit dihadapkan pada tuntutan
tugas.

1) Latihan Bersama (Latma). Adalah latihan matra darat yang


dilaksanakan oleh TNI AD dengan satu atau lebih Angkatan Darat negara
lain.

a) Sasaran kuantitatif.

(1) Tercapainya seluruh program latihan bersama yang


telah direncanakan.

(2) Terlaksananya seluruh materi latihan pada setiap


kegiatan latihan sesuai dengan rencana latihan.

(3) Terpenuhinya kebutuhan personel, materiil dan


dukungan logistik.
34

b) Sasaran kualitatif.

(1) Terwujudnya pemahaman dan kemampuan peserta


latihan dalam menguji materi latihan.

(2) Terwujudnya kemampuan peserta latihan dalam


mengaplikasikan materi dihadapkan pada dinamika latihan
kegiatan latihan sesuai dengan rencana latihan.

(3) Terwujudnya semangat integrasi antar peserta latihan


melalui penyamaan visi, persepsi dan interpretasi materi
latihan dalam penyelenggaraan latihan.

2) Latihan Bersama Gabungan (Latmagab). Adalah latihan antar


matra, dimana TNI AD menyiapkan personel dan satuan dalam rangka
Latihan Bersama Gabungan TNI dengan satu atau lebih Angkatan
Bersenjata negara lain.

BAB IV
MANAJEMEN LATIHAN TNI AD

25. Umum. Manajemen latihan merupakan proses pengelolaan sumber daya


latihan (manusia, alat peralatan, peranti lunak serta dukungan anggaran) secara efektif
dan efisien yang dilaksanakan secara komprehensif dan integralistik melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian untuk
mencapai kemampuan standar pelaksanaan latihan yang terukur di satuan jajaran
TNI AD.

26. Perencanaan. Dilaksanakan secara terintegrasi agar dapat mewadahi


kepentingan mulai dari tingkat kebijakan sampai dengan tingkat pelaksana yang disusun
berdasarkan prosedur Top Down dan Bottom Up. Hal ini diperlukan guna menjamin
tersusunnya proses perencanaan dan program latihan yang tepat guna dan tepat sasaran.

a Tujuan. Memberikan gambaran dan jaminan agar dalam


penyelenggaraan latihan dapat mencapai sasaran program latihan.

b. Sistem. Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyelenggara


latihan dengan mengacu kepada :
35

1) Tingkat kemampuan yang diperlukan. Latihan direncanakan untuk


mencapai tingkat kemampuan yang ditentukan agar dapat mendukung
pelaksanaan tugas sesuai bentuk ancaman faktual dan potensial yang
dihadapi.

2) Kemungkinan dan rencana penugasan. Agar latihan dapat


mendukung pelaksanaan tugas, rencana latihan harus mengacu pada
kemungkinan dan rencana penugasan yang akan dihadapi.

27. Pengorganisasian. Merupakan kegiatan untuk mengorganisasikan personel dan


satuan dalam Komando latihan yang disusun sebagai pelaku dan penyelenggara latihan.

a. Tujuan.

1) Untuk mengatur tata hubungan setiap satuan yang tersusun dalam


organisasi latihan yang meliputi wewenang dan tanggungjawab, baik secara
horizontal maupun vertikal sehingga rencana latihan yang telah ditentukan
dapat berjalan secara efektif.

2) Untuk menjamin agar semua rencana latihan dapat dilaksanakan


secara berlanjut menurut pentahapan latihan.

b. Sistem. Pengorganisasian menggunakan sistem yang didasarkan pada


penggolongan jenis latihan yang akan dilaksanakan dan tataran kewenangan
penyelenggara latihan.

28. Pelaksanaan. Latihan dilaksanakan dalam rangka Pembinaan Kekuatan,


Penggunaan Kekuatan dan Latihan Bersama dengan penyelenggaraan sebagai berikut :

a. Tujuan. Untuk memelihara dan menigkatkan kemampuan perorangan


maupun satuan dari seluruh tingkatan guna mencapai standar kemampuan
kesiapan operasional dan kesiagaan operasional.

b. Sistem. Pelaksanaan latihan menggunakan sistem bertahap, bertingkat dan


berlanjut yang berpedoman kepada program latihan standarisasi dan didasarkan
pada penggolongan jenis latihan yang akan dilaksanakan serta tataran
kewenangan penyelenggara latihan.
36

29. Pengawasan dan Pengendalian. Pengawasan dilaksanakan oleh satuan


atau komando di atas satuan penyelenggara latihan, sedangkan pengendalian
dilaksanakan oleh komando satuan pelaksana atau direktur suatu latihan. Pengawasan
dan pengendalian latihan dilaksanakan sesuai dengan tataran kewenangan sebagai
berikut :

a. Tujuan. Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas pelaksanaan latihan


melalui koreksi, evaluasi dan asistensi terhadap pelaksanaan suatu latihan dalam
rangka optimalisasi pencapaian hasil latihan dan peningkatan kualitas latihan.

b. Sistem. Pengawasan dan Pengendalian dilaksanakan melalui proses


pencatatan, koreksi, evaluasi dan asistensi atas pelaksanaan latihan dihadapkan
pada kebijaksanaan, tujuan dan sasaran latihan yang didasarkan pada program
latihan standarisasi, penggolongan jenis latihan dan tataran kewenangan
penyelenggara latihan.

BAB V
TATARAN KEWENANGAN

30. Umum. Pembinaan yang berhasil dan berdaya guna menuntut kejelasan
wewenang dan tanggung jawab. Oleh karena itu dalam pembinaan latihan perlu
ditentukan tataran kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat
Komando, dimulai dari Mabesad sampai dengan satuan pelaksana latihan. Beragamnya
latihan terutama ditinjau dari tingkat latihan, diperlukan pengaturan kewenangan tiap-tiap
badan untuk menghindari tumpang tindih dan menghindari pekerjaan yang tidak perlu.
Kewenangan ini harus jelas dan mengatur tentang hak dan kewajiban setiap badan pada
setiap tataran yang ada dalam organisasi.

31. Wewenang dan Tanggungjawab tingkat pusat.

a. Tahap perencanaan dan penyusunan program.

1) Mabesad.

a) Menentukan kebijakan umum, merencanakan dan


memprogramkan garis besar pembinaan latihan satuan TNI AD atas
dasar :
37

(1) Rencana strategis di bidang latihan.


(2) Tingkat kesiapan satuan yang harus dicapai (Standar
kemampuan).
(3) Rencana penugasan.

b) Menentukan kebijakan khusus di bidang latihan sesuai dengan


situasi dan kondisi yang berlaku.

c) Menyusun program dan dukungan latihan baik yang berbentuk


sarana maupun prasarana latihan.

d) Menentukan standarisasi dukungan anggaran setiap jenis


latihan.

e) Menyusun program pengujian latihan.

f) Menyusun program penelitian dan pengembangan latihan.

2) Kodiklat TNI AD selaku staf khusus Kasad dan Pembina Latihan


bertanggungjawab :

a) Menyusun rencana program dan anggaran latihan satuan,


antar cabang, latihan antar Matra dan latihan bersama dengan
Angkatan Darat negara lain.

b) Menyusun program asistensi dan pengawasan latihan.

c) Menyusun rencana program evaluasi, penelitian dan


pengembangan bidang latihan.

3) Pus / Cab / Fung.

a) Menyusun Proglatsi sesuai kecabangan masing-masing.

b) Menyusun program latihan sesuai kecabangan masing-masing


baik secara Top Down maupun Bottom Up.

c) Menyusun rencana program asistensi dan pengawasan latihan


di bidang kecabangan/fungsi.
38

d) Menyusun rencana program evaluasi, penelitian dan


pengembangan latihan kecabangan/fungsi.

b) Tahap pengorganisasian.

1) Mabesad. Memberikan petunjuk perencanaan tentang organisasi


penyelenggaraan latihan secara garis besar.

2) Kodiklat TNI AD selaku staf khusus Kasad dan Pembina Latihan


bertanggungjawab.

a) Memberi saran kepada Kasad tentang organisasi


penyelenggara latihan dan pengawasan latihan.

b) Mengadakan evaluasi tentang organisasi penyelenggara


latihan.

3) Pus / Cab / Fung.

a) Menentukan struktur organisasi Waslat, Aslat serta pengkajian


peranti lunak maupun peranti keras sesuai LKTnya.

b) Menentukan persyaratan dan mempersiapkan personel untuk


kegiatan As/Waslat serta kajian yang akan dilaksanakan.

c) Menentukan prosedur dan mekanisme kerja untuk kegiatan


As/Waslat serta kajian-kajian.

c. Tahap pelaksanaan.

1) Mabesad. Melaksanakan pemantauan aktif dan pencatatan program


latihan secara teratur dan sistematis untuk kepentingan evaluasi latihan.

2) Kodiklat TNI AD selaku staf khusus Kasad dan Pembina Latihan


bertanggungjawab.

a) Melaksanakan asistensi latihan bidang sistem, metode serta


sarana dan prasarana latihan ke satuan jajaran TNI AD.
39

b) Melaksanakan pengawasan untuk memperoleh data tentang


kesesuaian penyelenggara latihan dengan rencana/direktif, validitas
sistem latihan serta efektivitas penggunaan sarana dan prasarana
latihan.

c) Atas perintah Kasad menyelenggarakan pengujian satuan dan


menyelenggarakan latihan satuan antar kecabangan tingkat Batalyon
dan tingkat Brigade, latihan bersama dan membantu Mabes TNI
dalam penyelenggaraan latihan gabungan.

3) Pus/Cab/Fung.

a) Melaksanakan asistensi latihan pada aspek teknis dan taktis


sesuai dengan LKT masing-masing.

b) Melaksanakan pengawasan untuk memperoleh data tentang


kesesuaian penyelenggara latihan dengan rencana/direktif, validitas
Juklap kecabangan/fungsi, validitas Juknik latihan pada aspek teknis
dan taktis sesuai dengan LKT masing-masing serta efektifitas
penggunaan sarana dan prasarana penunjang latihan.

d. Tahap pengawasan dan pengendalian.

1) Mabesad.

a) Pengawasan administrasi tentang keselarasan


penyelenggaraan latihan dengan rencana program latihan Kotama
dan jajarannya.

b) Pengendalian administrasi untuk menjamin efisiensi, stabilitas


dan sinkronisasi semua rencana latihan dan pelaksanaan semua
rencana.

2) Kodiklat TNI AD selaku staf khusus Kasad dan Pembina Latihan


bertanggungjawab.

a) Pengawasan latihan terhadap seluruh penyelenggaraan latihan


di satuan jajaran TNI AD dengan titik berat pada aspek sistem dan
metode latihan.
40

b) Pengendalian teknis latihan antar kecabangan, latihan antar


Matra dan latihan bersama.

c) Membuat laporan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian


latihan dari aspek sistem dan metode kepada Kasad.

d) Melaksanakan evaluasi hasil pengujian satuan, asistensi dan


pengawasan latihan.

3) Pus/Cab/Fung.

a) Melaksanakan pengawasan latihan dengan titik berat pada


aspek teknis dan taktis sesuai dengan LKT masing-masing.

b) Melaksanakan evaluasi hasil latihan kecabangan/fungsi.

c) Membuat laporan penelitian dan pengembangan latihan


kecabangan/fungsi.

d) Membuat laporan hasil pengawasan dan pengendalian latihan


sesuai LKT masing-masing kepada Kasad.

e. Tanggung jawab tertinggi dalam perencanaan latihan yang bersifat kebijakan


berada pada tingkat Mabesad.

f. Tanggung jawab pembinaan latihan yang tertinggi ada pada tingkat


Mabesad.

32. Wewenang dan Tanggung jawab tingkat Kotama.

a. Tahap perencanaan dan penyusunan program.

1) Menyusun program latihan Kotama dengan melibatkan satuan


jajarannya dengan berpedoman kepada :

a) Program latihan dari Mabesad dan Mabes TNI dalam hal


kebijakan latihan, tujuan dan sasaran latihan.

b) Rencana penugasan (Kebijakan khusus).


41

2) Menyusun rencana dan program latihan Kotama dengan mewadahi


semua kepentingan latihan yang ada di satuan.

3) Menyusun program pengujian.

4) Menyusun program As/Waslat.

5) Memberikan saran tentang program latihan Kotama kepada Kasad


sebagai bagian dari proses perencanaan Bottom Up.

b. Tahap pengorganisasian.

1) Menunjuk personel untuk kegiatan As/Waslat dan evaluasi latihan.

2) Menentukan prosedur dan mekanisme kerja kegiatan As/Waslat dan


evaluasi latihan.

c. Tahap pelaksanaan.

1) Menerbitkan perintah pelaksanaan latihan yang dilampiri direktif


latihan sesuai tataran kewenangan.

2) Membantu pelaksana latihan agar dapat berjalan guna


mengoptimalkan pencapaian tujuan dan sasaran latihan.

3) Menjamin bahwa semua latihan dapat digunakan untuk membina


kemampuan perorangan dan satuan.

d. Tahap pengawasan dan pengendalian.

1) Melaksanakan pengawasan program latihan baik pada aspek


pelaksanaan sistem dan metode latihan maupun dari aspek LKT.

2) Melaksanakan pengawasan teknis dengan melibatkan penanggung


jawab LKT di Kotamanya.

3) Melaksanakan pengendalian administrasi.

4) Melaksanakan pengendalian teknis.


42

5) Melaksanakan program pengujian dengan metode uji petik sebagai


pembanding atas hasil laporan pelaksanaan latihan dan laporan
pelaksanaan UTP, UTJ, UST dan USJM.

6) Melaksanakan evaluasi terhadap semua komponen (Penyelenggara,


pelaku, Peranti lunak, Sarana dan prasarana latihan serta anggaran) sesuai
dengan tingkat latihan.

7) Melaporkan hasil pembinaan latihan kepada Kasad, berupa laporan


bulanan, triwulan, semester dan tahunan serta penyelenggaraan latihan
secara objektif.

e. Tanggung jawab terendah dalam perencanaan latihan yang bersifat


kebijakan berada pada tingkat Kotama.

33. Wewenang dan Tanggung jawab tingkat Satuan Pelaksana.

a. Tahap perencanaan dan penyusunan program latihan satuan.

1) Membuat rencana program latihan satuan dengan sebelumnya


melaksanakan koordinasi dengan Pus/Cab/Fung (sesuai LKT masing-
masing), yang selanjutnya disarankan kepada Pangkotama masing-masing.

2) Membuat kalender latihan satuan.

3) Mempersiapkan medan dan materi latihan.

4) Menyusun RGB, Naskah latihan, Jadwal latihan, Rencana latihan dan


Rencana lapangan latihan perorangan dan rencana latihan satuan dan
rencana lapangan satuan.

5) Mempersiapkan personel pelatih, wasit dan pengendali.

6) Mempersiapkan sarana dan prasarana latihan.

b. Tahap pengorganisasian.

1) Menentukan organisasi penyelenggara latihan perorangan dan satuan


sesuai ketentuan dalam Proglatsi.
43

2) Mempersiapkan personel yang dilibatkan dalam latihan.

3) Menentukan prosedur dan mekanisme kerja penyelenggara latihan.

c. Tahap pelaksanaan latihan.

1) Menyelenggarakan latihan perorangan dan satuan sesuai dengan


rencana latihan dan rencana lapangan.

2) Menjamin keamanan dan keberhasilan latihan.

d. Tahap pengawasan dan pengendalian.

1) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian latihan sesuai tataran


kewenangan.

2) Mengadakan kaji ulang.

3) Mengadakan evaluasi terhadap semua komponen latihan (Kolat,


pelaku, Peranti lunak, Sarana dan prasarana latihan serta anggaran).

4) Melaporkan hasil latihan kepada Komandan satuan atas.

5) Pada tingkat komando pelaksana bentuk pengawasan dan


pengendalian dilaksanakan berupa pengendalian operatif dan teknis.
Dalam pelaksanaan latihan, komando latihan harus mempersiapkan antara
lain :
a) Komando Latihan.
b) Rencana kegiatan latihan.
c) Naskah latihan (Renlat, Renlap, Buku I, IIA dan IIB).
d) Penyiapan cheklist latihan.
e) Laporan latihan periodik.
f) Laporan penyelenggaraan latihan/geladi.

e. Tanggung jawab pembinaan latihan yang terendah ada pada tingkat


Batalyon.

f. Tanggung jawab terendah kegiatan perencanaan latihan yang bersifat


pelaksanaan ada pada tingkat Kompi.
44

BAB VI
PENUTUP

34. Keberhasilan. Ketaatan untuk mengikuti seluruh ketentuan yang ada dalam
Petunjuk Induk tentang Latihan ini oleh para pembina latihan, sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan penyelenggaraan latihan di lingkungan TNI AD.

35. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu untuk merevisi Petunjuk Induk
Latihan ini akibat adanya perkembangan situasi dan kondisi guna penyempurnaan lebih
lanjut dapat disarankan kepada Kasad melalui Komandan Kodiklat TNI AD sesuai dengan
mekanisme umpan balik.

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Dankodiklat

Marciano Norman
Mayor Jenderal TNI
45

TENTARA NASIONAL INDONESIA Sublampiran - A


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran Peraturan Kasad
Nomor Perkasad / 70 / VII / 2011
Tanggal 29 Juli 2011

PENGERTIAN

1. Aplikasi. Aplikasi adalah suatu bentuk penerapan dalam latihan teknis dan taktis
dengan menggunakan tempat latihan yang mendekati medan operasi sebenarnya.

2. Asistensi Latihan. Asistensi Latihan adalah suatu bimbingan teknis latihan oleh
Kotama dan pemegang LKT tingkat pusat dan daerah kepada penyelenggara latihan dan
badan atau pejabat yang berhubungan dengan pembinaan latihan di Kotama agar
memiliki pengetahuan dan keterampilan menyelenggarakan latihan satuan TNI AD.

3. Buku Petunjuk Induk. Buku rujukan yang memuat tentang pokok-pokok


pelaksanaan fungsi organik militer, fungsi organik pembinaan, fungsi teknis militer umum,
fungsi teknis militer khusus dan fungsi khusus lingkungan TNI AD baik dalam rangka
pembinaan maupun penggunaan kekuatan TNI AD.

4. Doktrin. Doktrin adalah prinsip-prinsip fundamental yang digunakan sebagai


pedoman dan rujukan dalam melaksanakan kegiatan fungsi pembinaan dan penggunaan,
yang dikembangan berdasarkan teori dan atau pengalaman dari hasil pemikiran terbaik
pada kurun waktu tertentu.

5. Direktif Latihan. Direktif Latihan adalah suatu petunjuk tertulis atau arahan dan
pedoman yang dikeluarkan oleh Komando Atas dalam rangka menyelenggarakan latihan
di satuan.

6. Kebijakan. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar perencanaan, dalam melaksanakan suatu pekerjaan kepemimpinan dan
cara bertindak, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sehingga garis pedoman
untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

7. Komando :

a. Wewenang atau kekuasaan yang diletakkan pada seorang perwira untuk


memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pasukan.
46

b. Perintah yang diberikan oleh seorang Komandan atau atasan langsung


kepada satuan atau bawahannya dengan maksud agar perintah tersebut
dilaksanakan.

c. Suatu satuan, atau daerah tertentu di bawah pimpinan seorang Komandan.

d. Organisasi kemiliteran yang secara taktis administrasi berdiri sendiri dengan


tugas pokok menyelenggarakan atau membantu menyelenggarakan operasi-
operasi tempur atau pendidikan/ latihan.

8. Kontinjensi. Kontinjensi adalah situasi yang menggambarkan perkembangan


suatu daerah dengan waktu yang masih diperkirakan dan apabila terjadi akan
berpengaruh pada stabilitas nasional.

9. Latihan.

a. Kegiatan yang diulangi secara sistematis dalam praktek untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan maksimal.

b. Pelaksanaan sejenis pendidikan yang ditekankan kepada keteraturan dan


pengulangan (Dril).

c. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk dan memelihara kondisi


jasmani seseorang serta meningkatkan prestasi.

10. Lembaga Latihan. Lembaga Latihan adalah badan yang mempunyai tugas
pokok memberikan kemampuan khusus kepada prajurit dan menguji kemampuan prajurit,
satuan serta doktrin.

11. Lembaga Pendidikan. Lembaga Pendidikan adalah badan yang mempunyai


tugas pokok menyelenggarakan pendidikan untuk membentuk personel yang dididik
menjadi prajurit melalui pendidikan dasar keprajuritan dan pendidikan dasar golongan
pangkat yang bersangkutan.

12. Mako. Mako adalah suatu tempat yang terdiri dari Komandan dan staf beserta
badan-badan pelayanannya yang merupakan susunan organisasi untuk penyelenggaraan
pimpinan terhadap satuan-satuan bawahan dalam satu komando.
47

13. Manajemen Latihan. Manajemen Latihan adalah proses pengelolaan sumber


daya latihan (manusia, alat peralatan, peranti lunak pendukung serta dukungan anggaran)
secara efektif dan efisien untuk mencapai kemampuan standar yang harus dimiliki oleh
TNI AD dan satuan jajarannya melalui kegiatan pemrograman dan perencanaan latihan,
pengorganisasian latihan, pelaksanaan latihan serta evaluasi latihan.

14. Metode. Metode adalah tata cara melakukan sesuatu dalam suatu urut-urutan
tertentu secara teratur.

15. Obyek Vital. Obyek Vital adalah suatu tempat atau sarana apabila terjadi
gangguan akan berpengaruh terhadap stabilitas negara.

16. Operasional. Operasional adalah segala usaha, kegiatan dan tindakan yang
dilakukan secara fisik yang terpimpin dan terarah pada suatu tujuan tertentu.

17. Pelatih. Pelatih adalah seorang anggota militer yang berdasarkan pengangkatan
bertugas mendidik dan mengajarkan anggota TNI AD kearah perkembangan pribadi yang
seimbang untuk mencapai tujuan berlandaskan pada aturan pendidikan di TNI.

18. Pembina Latihan. Pembina Latihan adalah seseorang yang mempunyai


tanggung jawab untuk merencanakan, menyusun, membangun, mengembangkan,
mengerahkan, menggunakan serta mengendalikan segala sumber daya latihan dengan
baik, tertib, teratur, rapih dan seksama menurut program pelaksanaan guna mencapai
tujuan dan sasaran latihan.

19. Pembinaan. Pembinaan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan,
pengerahan, penggunaan serta pengendalian sesuatu secara berdaya guna dan berhasil
guna. Pembinaan meliputi kegiatan melaksanakan dan dikerjakan dengan baik, tertib,
rapih dan seksama menurut rencana atau program pelaksanaan sesuai ketentuan,
petunjuk, norma, sistem dan metode secara efektif dan efisien mencakup tujuan serta
memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.

20. Penyelenggaraan Latihan. Penyelenggaraan Latihan adalah penerapan praktis


dari suatu metode latihan yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengakhiran
guna menjamin terselenggaranya latihan secara tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran
latihan yang diharapkan.
48

21. Pengendalian. Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk menentukan hubungan


antara soal yang direncanakan dengan hasilnya dan mengambil tindakan-tindakan tepat
yang diperlukan berdasarkan rencana.

22. Peninjauan (Pengamatan). Peninjauan (Pengamatan) adalah Observasi sistem


terhadap orang, tempat, benda dan peristiwa untuk memperoleh bahan keterangan.

23. Perspektif. Perspektif adalah sudut pandang atau pandangan sedemikian rupa
sehingga terlihat adanya jarak dan kedalaman yang nyata.

24. Posko. Posko adalah suatu tempat yang dibuat untuk dapat mengendalikan
dalam operasi taktis yang dipimpin oleh Komandan disertai beberapa perwira staf dan
badan-badan pelayanan.

25. Program. Program adalah suatu rencana yang telah diolah dengan
memperhitungkan faktor ruang dan waktu serta urutan penyelenggaraannya secara tegas
dan teratur.

26. Proglatsi. Proglatsi adalah tata cara penyelenggaraan program latihan satuan
TNI AD sesuai kecabangannya dengan standar yang sama, meliputi pengaturan RPL, AL
dan Program penyajian latihan, program latihan kelompok, Ru, Ton, Ki dan Yon.

27. Prosedur. Prosedur adalah tata cara kerja, cara pelaksanaan, menurut tata tertib
atau kegiatan yang meliputi penentuan tujuan, kedudukan, bentuk susunan dan struktur
organisasi, pembagian kekuasaan, tanggung jawab, tugas kewajiban dan hubungan kerja.

28. Prasarana latihan. Prasarana Latihan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai,
digunakan dan tidak dapat dipindahkan/digerakan untuk menunjang terlaksananya suatu
proses dan kegiatan latihan.

29. Sarana latihan. Sarana Latihan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai,
digunakan dan dapat digerakan / dipindahkan untuk menunjang terlaksananya suatu
proses dan kegiatan latihan.

30. Siap Operasional. Siap Operasional adalah Kondisi kemampuan satuan yang
sudah siap dioperasikan dengan menggunakan daya tempur secara terpadu dan efektif
(terpadu antar cabang) dan telah dilengkapi dengan bekal satuan secara terbatas untuk
penugasan dalam lingkungan yang terbatas.
49

31. Siaga operasional. Siaga Operasional adalah kondisi kemampuan satuan yang
telah siap siaga setiap saat untuk dilibatkan dalam operasi gabungan (antar Angkatan)
dan telah dipersiapkan dengan dukungan logistik, pelayanan dan unsur angkatan dari
basis ke daerah operasi secara terpadu antar Angkatan.

32. Siap Tempur. Siap Tempur adalah kondisi kemampuan Satpur untuk
melaksanakan tugas-tugas pertempuran secara terbatas dalam waktu singkat dengan
menggunakan daya tempur satuan itu sendiri yang belum terpadukan dengan unsur-unsur
bantuan administrasi dan bantuan tempur, serta belum dapat melaksanakan suatu operasi
yang sifatnya memerlukan kerja sama antar satuan.

33. Simulasi. Simulasi adalah menirukan suatu keadaan, perlengkapan atau


kegiatan untuk kepentingan latihan oleh karena keadaan, perlengkapan atau kegiatan
sesungguhnya tidak dapat / mungkin diadakan.

34. Stratifikasi Doktrin TNI AD. Stratifikasi Doktrin TNI AD adalah susunan hierarkis
peranti lunak TNI AD yang berfungsi sebagai pedoman maupun ketentuan-ketentuan yang
mengatur segenap pola tindak TNI AD, baik secara insani perorangan maupun struktural
atau organisatoris.

35. SJM (Spesialisasi Jabatan Militer). SJM (Spesialisasi Jabatan Militer) adalah
suatu kelompok/jabatan kedudukan militer yang mempunyai hubungan sedemikian
dekatnya sehingga diantara orang-orang yang dikualifikasikan dalam kelompok tersebut
terdapat derajat tukar menukar yang optimal.

36. Sistem. Sistem adalah sekelompok hal (dapat berupa benda, aktivitas, indra dan
sebagainya ataupun kombinasi-kombinasi dari padanya) yang mempunyai kesatuan
fungsi atau organisasi.

37. Standar. Standar adalah didasarkan pada referensi yang ditentukan serta dapat
dinilai sesuai kemampuan yang ingin dicapai.

38. Taktis. Taktis adalah suatu bagian dari ilmu pertempuran yang mempelajari,
mengolah penggunaan satuan dan senjata untuk melakukan kegiatan militer yang
ditentukan dalam strategi militer.

39. Teknis. Teknis adalah cara pelaksanaan suatu tindakan, khususnya secara
terperinci dilakukan oleh pasukan atau para Komandan dalam pelaksanaan tugas militer.
Teknis khususnya adalah tata cara penggunaan perlengkapan dan personel.
50

40. Renlat (Rencana Latihan). Renlat (Rencana Latihan) adalah suatu bentuk
tertulis dari suatu perencanaan latihan satuan tingkat Kompi kebawah, memuat petunjuk
tentang garis besar penyelenggaraan beberapa materi latihan untuk dikembangkan oleh
koordinator latihan dalam pembuatan rencana lapangan (Renlap).

41. Renlap (Rencana Lapangan). Renlap (Rencana Lapangan) adalah suatu bentuk
tertulis dari suatu rencana latihan teknis / taktis tingkat kompi kebawah yang memuat
rencana kegiatan satu materi latihan beserta dukungannya secara rinci sehingga dapat
dioperasionalkan oleh petugas di lapangan.

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Dankodiklat

Marciano Norman
Mayor Jenderal TNI
51

TENTARA NASIONAL INDONESIA Sublampiran - B


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran Peraturan Kasad
Nomor Perkasad / 70 / VII / 2011
Tanggal 29 Juli 2011

STRATIFIKASI DOKTRIN BUKU PETUNJUK BIDANG LATIHAN

KEP
JUKIN
LATIHAN TNI
JUK INLAT
JUKIN
OPERASI
JUK BINLAT

JUKMIN JUKMIN JUKMIN JUKMIN


PEMROGRAMAN LAT GARLAT AS/WASDALAT SARPRASLAT

1. JUKNIK GELADI PETA 1. JUKNIK STAND


2. JUKNIK GELADI MODEL SAR/PRASLAT
3. JUKNIK GELADI MEDAN 2. JUKNIK STAND
4. JUKNIK GELADI LAPANGAN INDEKS LAT
5. JUKNIK GELADI POSKO I 3. JUKNIK GUNMULAT
6. JUKNIK GELADI POSKO II
7. JUKNIK GELADI POSKO
SIMPUR KOMPUTER 1. JUKNIK
8. JUKNIK EVALUASI LAT AS/WASLAT
9. JUKNIK MANUVER PETA
2. JUKNIK
10. JUKNIK DRILL (DRILL NIS, TIS
DALWASLAT
& PUR)
11. BUJUKNIK PENERAPAN HKM
HAM & HKM HUMANITER DALAM
GARLAT

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Dankodiklat

Marciano Norman
Mayor Jenderal TNI
52

TENTARA NASIONAL INDONESIA Sublampiran - C


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran Peraturan Kasad
Nomor Perkasad / 70 / VII / 2011
Tanggal 29 Juli 2011

SKEMA ALIRAN PENYUSUNAN


BUJUKIN TENTANG LATIHAN

DOKTRIN TNI AD
KARTIKA EKA PAKSI

JUKIN

tentang

LATIHAN

JUKBIN

tentang

PEMBINAAN LATIHAN

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Dankodiklat

Marciano Norman
Mayor Jenderal TNI
53

Anda mungkin juga menyukai