Pendahuluan
Hampir satu dekade ini, isu tentang perang siber (cyber war) terus
didengungkan, bahkan diramalkan bisa memicu ketegangan antar Negara yang
berimbas pada terancamnya kedamaian dunia. 1 Terkait dengan internet terdapat
sejumlah konsep yang berhubungan yaitu telematika, multimedia dan cyber space.
Istilah telematika dikenal sebagai the new hybrid of technology yang muncul karena
perkembangan teknologi digital yang membuat perkembangan teknologi telekomunikasi
dan informatika semakin terpadu atau yang biasa disebut dengan konvergensi.
Konvergensi itu sendiri adalah merupakan gejala yang mengemuka dalam industri jasa
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang muncul sejalan dengan pesatnya kemajuan
teknologi elektronika pada akhir abad 20. Dampak konvergensi secara sosial telah
dirasakan masyarakat baik itu positif maupun negatif. 2 Salah satu dampak negatif yang
muncul dalam cyber-space adalah terjadinya cyber crime. Maraknya cyber crime
memerlukan perhatian dan keseriusan dalam mengembangkan cyber security bagi
sebuah negara termasuk Indonesia.
1
Bagus Artiadi Soewardi, “Perlunya Pembangunan Sistem Pertahanan Siber (Cyber Defense) yang
tangguh bagi Indonesia,” Media Informasi Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan, diakses melalui
https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/migrasi/admin/Cyber%20Defence.pdf, pada 7
Oktober 2021, pkl. 23.00 WIB
2
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kajian
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
BPPT, 2007, h.3
2
masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri
khas mereka.3
Dalam hal penyebaran radikalisme oleh para teroris saat ini mereka
menggunakan komunikasi massa dikenal teori gelombang kebisuan dan opini publik
yang menyatakan bahwa publik akan cenderung mengikuti opini yang sedang
berkembang, dan publik minoritas yang memiliki suara lain cenderung akan diam.
melihat fenomena maraknya pemberitaan tentang terorisme dengan menggunakan
perspektif teori ini. Jika, pemberitaan berbagai media massa banyak yang membingkai
pemberitaan tentang terorisme, maka media lain yang sebenarnya ingin memberitakan
isu lain di luar terorisme akan berpikir ulang untuk memberitakan, karena perhatian
publik akan lebih banyak tertuju pada pemberitaan tentang terorisme. 4 Media sosial dan
media massa yang membuat penyebaran praktik kekerasan berupa radikalisme makin
meluas apalagi mulai ditunggangi kepentingan ormas tertentu, peran media sosial
menjadi penting dalam menyajikan peristiwa kehadapan publik yang majemuk.
Maka dari itu pentingnya penulisan esai ini adalah menyadari akan
tantangan tugas yang akan dihadapi TNI dalam mencegah paham atau kelompok
separatis melalui pemanfaatan lompatan teknologi informasi, maka TNI juga harus
3
Andang Sunarto, “Dampak Media Sosial Terhadap Paham Radikalisme,” Nuansa, Vol. X No. 2,
(Desember 2017), h. 126
4
Ida R., dan Subikato, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 114
3
merubah pola dan cara mengatasinya, sehingga perlu adanya Konsepsi Peningkatan
Kemampuan Intelijen TNI guna mencegah paham atau kelompok separatis dalam
rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya
peningkatan kemampuan intelijen di bidang siber. Selain itu maksud dan tujuan
daripada penulisan esai ini adalah sebagai konsepsi untuk mewujudkan kemampuan
siber intelijen TNI guna mencegah berkembangnya paham separatis di Indonesia yang
dilindungi oleh Undang – Undang terkait dengan semua kegiatan Intelijen TNI dalam
rangka menjaga keutuhan NKRI.
Adapun persoalan yang akan dibahas dalam tulisan esai ini adalah: pertama,
bagimana kemampuan Intelijen TNI khususnya kemampuan siber prajurit intelijen TNI?
Kedua, bagaimana penyebaran paham separatis ditinjau dari aspek siber? Ketiga,
bagaimana adanya regulasi payung hukum pada kegiatan siber yang dilakukan oleh
intelijen TNI?
Pembahasan
a. Kebijakan.
b. Kelembagaan.
Teknologi dan Infrastruktur pendukung yang tersedia saat ini baik yang
bersifat umum maupun khusus menunjang pertahanan siber, masih dalam
proses peningkatan.
5
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan Siber, h. 15,
diakses melalui https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/2016/10/Permenhan-No.-82-
Tahun-2014-tentang-Pertahanan-Siber.pdf, pada 7 Oktober 2021, pkl. 23.12 WIB
5
Propaganda adalah usaha yang disengaja dan sistematis yang ditujukan untuk
mencapai tanggapan yang lebih jauh sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
propagandi. Propaganda juga sering diartikan sebagai proses disseminasi informasi
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat
6
Bagus Artiadi Soewardi, Op.cit
7
“BNPT Waspadai Penyebaran Paham Radikalisme dan Terorisme di Internet Selama Masa Pandemi
Covid-19,” BNPT, diakses melalui https://www.bnpt.go.id/bnpt-waspadai-penyebaran-paham-radikalisme-
dan-terorisme-di-internet-selama-masa-pandemi-covid-19, 7 Oktober 2021, pkl. 23.45 WIB
6
dengan motif indoktrinasi ideologi. 8 Secara umum, propaganda adalah upaya sistimatis
untuk memanipulasi perilaku, keyakinan dan tindakan dari masyarakat melalui
penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gerakan anggota badan, slogan, bendera
dan seragam. Ide, fakta dan "sandiwara" diluncurkan untuk mendukung atau
menentang sesuatu. Faktor yang membedakan antara propaganda dengan informasi
adalah terletak pada pemilihan "tema" dan "pemanipulasian"nya.
Pada gambar di atas, penjelasan yang dapat dipaparkan yakni bahwa, pesan
propaganda yang ditembakan melalui media online oleh komunikator “separatis”, baik
berupa teks, gambar, video, atau pun suara, menjadi stimuli yang ditangkap oleh indra
manusia (komunikan) maka akan menimbulkan persepsi dalam bentuk praduga awal,
kemudian seberapa jauh pengaruhnya tergantung beberapa faktor yang ada dalam
benak komunikan, baik itu pengalaman, faktor sosial maupun faktor psikologi, dll. Jadi
persepsi tidak saja bersumber dari pandangan visual, melainkan semua indera manusia
bisa menimbulkan persepsi sepanjang indera itu tersentuh oleh ransangan (stimuli).
Hasil olah antara rasa dan nalar disatukan dengan sikap berdasarkan pengalaman,
latar belakang sejarah, pendidikan akhirnya melahirkan pendapat dan tanggapan.
8
Changara Hafied, Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 332
7
Propaganda melalui media siber merupakan cara yang ampuh karena sifatnya
yang dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu yang singkat, apalagi jika pesan
yang dilemparkan kepada publik dikemas dengan baik, menggunakan isu trend tentang
keresahan yang sedang terjadi di masyarakat, maka dapat dipastikan sebagian besar
dari khalayak yang dapat menjangkau pesan itu akan terpengaruh, entah seberapa jauh
pengaruhnya pada khalayak. Salah satu keunggulan dari penggunaan media online ini
adalah bahwa sumber informasi yang mengirimkan pesan propaganda tersebut tidaklah
harus seorang yang dianggap kompeten oleh khalayak sebagaimana yang kita pahami
dalam proses pembentukan pendapat umum melalui media lainnya. Selama ini
propaganda yang dilakukan oleh kaum separatis, jika kita liat dari isi pesan yang
disampaikannya, begitu dekat dengan fakta yang terjadi, hanya saja pemerintahan RI
dengan kekuasaan negara dengan kekuatan militer masih mampu meredam gerakan
fisik yang mungkin ditimbulkan.
Regulasi Payung Hukum Pada Kegiatan Siber Yang Dilakukan Oleh Intelijen TNI
9
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan Siber, h. 24-25
8
Dalam pelaksanaan tugas pertahanan siber yang dilakukan oleh intelijen TNI,
maka harus harus disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pertahanan siber,
guna memastikan tujuan dari pertahanan siber dapat tercapai secara optimal. Hal ini
menuntut intelijen TNI untuk dapat menemukan backdoor, trojan dan malware lainnya
agar tidak menjadi potensi ancaman dikemudian hari, serta senantiasa melakukan
koordinasi penanganan serangan dengan organisasi-organisasi terkait.
Penutup
Melalui esai ini dapat disimpulkan bahwa pada era informasi, keberadaan suatu
informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi semua aspek
kehidupan, serta merupakan salah satu kebutuhan hidup bagi semua orang baik
individual maupun organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat
informasi, informasi telah berfungsi sebagaimana layaknya aliran darah sumber
kehidupan bagi tubuh manusia.10 Indonesia saat ini tengah dalam keadaan mendesak
cyber-security atau keamanan dunia maya karena melihat kenyataan bahwa tingkat
kejahatan di dunia maya atau cyber crime di Indonesia sudah mencapai tahap
memprihatinkan.
10
Handrini Ardiyanti, “Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia,” Jurnal Politica,
Vol. 5 No. 1, (Juni 2014), h. 95
9
DAFTAR PUSTAKA
Golda Eksa, “Satuan Siber TNI untuk Dukung Tugas Pokok TNI,” Media Indonesia,
diakses melalui https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/127217/satuan-
siber-tni-untuk-dukung-tugas-pokok-tni, pada 8 Oktober 2021, pkl. 00.15 WIB
Handrini Ardiyanti, “Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia,”
Jurnal Politica, Vol. 5 No. 1, (Juni 2014)
Ida R., dan Subikato, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana,
2014)
Nur Khalimatus Sa’diyah, “Rekonstruksi Pembentukan National Cyber Defense Sebagai
Upaya Mempertahankan Kedaulatan Negara,” Perspektif, Vol. XXI No. 3,
(September, 2016)
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan
Siber, diakses melalui
https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/2016/10/Permenhan-No.-
82-Tahun-2014-tentang-Pertahanan-Siber.pdf, pada 7 Oktober 2021, pkl. 23.12
WIB
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Kajian Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, 2007
Ronald Alfredo, “Propaganda Separatis dalam Situs Sosial,” Populis, Vol. 8 No. 2,
(Oktober, 2014)