Anda di halaman 1dari 11

KONSEPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN INTELIJEN TNI

GUNA MENCEGAH PAHAM SEPARATIS


DALAM RANGKA MENJAGA KEDAULATAN NKRI

Pendahuluan

Hampir satu dekade ini, isu tentang perang siber (cyber war) terus
didengungkan, bahkan diramalkan bisa memicu ketegangan antar Negara yang
berimbas pada terancamnya kedamaian dunia. 1 Terkait dengan internet terdapat
sejumlah konsep yang berhubungan yaitu telematika, multimedia dan cyber space.
Istilah telematika dikenal sebagai the new hybrid of technology yang muncul karena
perkembangan teknologi digital yang membuat perkembangan teknologi telekomunikasi
dan informatika semakin terpadu atau yang biasa disebut dengan konvergensi.
Konvergensi itu sendiri adalah merupakan gejala yang mengemuka dalam industri jasa
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang muncul sejalan dengan pesatnya kemajuan
teknologi elektronika pada akhir abad 20. Dampak konvergensi secara sosial telah
dirasakan masyarakat baik itu positif maupun negatif. 2 Salah satu dampak negatif yang
muncul dalam cyber-space adalah terjadinya cyber crime. Maraknya cyber crime
memerlukan perhatian dan keseriusan dalam mengembangkan cyber security bagi
sebuah negara termasuk Indonesia.

Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon genggam (handphone),


bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dapat
dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa. Akibatnya, segala informasi baik
yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat.
Dan di akui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran

1
Bagus Artiadi Soewardi, “Perlunya Pembangunan Sistem Pertahanan Siber (Cyber Defense) yang
tangguh bagi Indonesia,” Media Informasi Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan, diakses melalui
https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/migrasi/admin/Cyber%20Defence.pdf, pada 7
Oktober 2021, pkl. 23.00 WIB
2
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kajian
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
BPPT, 2007, h.3
2

masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri
khas mereka.3

Dalam hal penyebaran radikalisme oleh para teroris saat ini mereka
menggunakan komunikasi massa dikenal teori gelombang kebisuan dan opini publik
yang menyatakan bahwa publik akan cenderung mengikuti opini yang sedang
berkembang, dan publik minoritas yang memiliki suara lain cenderung akan diam.
melihat fenomena maraknya pemberitaan tentang terorisme dengan menggunakan
perspektif teori ini. Jika, pemberitaan berbagai media massa banyak yang membingkai
pemberitaan tentang terorisme, maka media lain yang sebenarnya ingin memberitakan
isu lain di luar terorisme akan berpikir ulang untuk memberitakan, karena perhatian
publik akan lebih banyak tertuju pada pemberitaan tentang terorisme. 4 Media sosial dan
media massa yang membuat penyebaran praktik kekerasan berupa radikalisme makin
meluas apalagi mulai ditunggangi kepentingan ormas tertentu, peran media sosial
menjadi penting dalam menyajikan peristiwa kehadapan publik yang majemuk.

Diketahui bahwa proses penyampaian berita atau penyebaran suatu paham


dari suatu kelompok tertentu tidak secepat saat ini, disisi lain pola perlawanan yang
dilakukan oleh paham atau kelompok separatis sudah berubah yang dulunya hanya
mengandalkan perlawanan fisik di lapangan menggunakan senjata, berubah menjadi
perlawanan non fisik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini,
sehingga paham atau kelompok separatis ini memanfaatkan dunia maya sebagai
sarana melakukan perlawanan, propaganda, menyebarkan berita bersentimen negatif
terhadap pemerintah maupun untuk menunjukkan eksistensi paham atau kelompok
separatis tersebut baik di dalam negeri maupun dalam dunia internasional, oleh karena
itu perlu adanya perubahan juga terhadap TNI dalam menghadapi paham atau
kelompok separatis berkembang lebih pesat.

Maka dari itu pentingnya penulisan esai ini adalah menyadari akan
tantangan tugas yang akan dihadapi TNI dalam mencegah paham atau kelompok
separatis melalui pemanfaatan lompatan teknologi informasi, maka TNI juga harus

3
Andang Sunarto, “Dampak Media Sosial Terhadap Paham Radikalisme,” Nuansa, Vol. X No. 2,
(Desember 2017), h. 126
4
Ida R., dan Subikato, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 114
3

merubah pola dan cara mengatasinya, sehingga perlu adanya Konsepsi Peningkatan
Kemampuan Intelijen TNI guna mencegah paham atau kelompok separatis dalam
rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya
peningkatan kemampuan intelijen di bidang siber. Selain itu maksud dan tujuan
daripada penulisan esai ini adalah sebagai konsepsi untuk mewujudkan kemampuan
siber intelijen TNI guna mencegah berkembangnya paham separatis di Indonesia yang
dilindungi oleh Undang – Undang terkait dengan semua kegiatan Intelijen TNI dalam
rangka menjaga keutuhan NKRI.

Adapun persoalan yang akan dibahas dalam tulisan esai ini adalah: pertama,
bagimana kemampuan Intelijen TNI khususnya kemampuan siber prajurit intelijen TNI?
Kedua, bagaimana penyebaran paham separatis ditinjau dari aspek siber? Ketiga,
bagaimana adanya regulasi payung hukum pada kegiatan siber yang dilakukan oleh
intelijen TNI?

Pembahasan

Kemampuan Intelijen TNI Khususnya Kemampuan Siber Prajurit Intelijen TNI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004 menjelaskan


mengenai tugas pokok TNI yang meliputi melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), salah satu Tugas Pokok TNI dalam OMSP
yaitu mengatasi Gerakan separatis bersenjata yang terjadi di wilayah kedaulatan NKRI.
Tentara Nasional Indonesia sebagai garda terdepan dimana memiliki tuntutan tugas
untuk dapat meningkatkan kemampuan intelijen TNI khususnya yang memiliki
kemampuan siber idealnya dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan
yang dihadapi, sehingga perlu suatu konsep yang dapat mewadahi peningkatan
kemampuan Intelijen TNI khususnya di bidang siber, Kemampuan siber harus didasari
oleh kemampuan intelijen ibaratnya dalam suatu pipa informasi dimana isi pipanya
adalah sibernya dan pipanya adalah intelijen, sehingga dalam melaksanakan kegiatan
siber harus dengan jelas mempertimbangkan berbagai intelijen baik penyelidikan,
penggalangan dan pengamanannya.
4

Kondisi Pertahanan Siber saat ini di lingkungan Kemhan/TNI dapat diuraikan


sebagai berikut:5

a. Kebijakan.

Kebijakan untuk pertahanan siber sudah mulai disusun dan


pelaksanaannya dilakukan pada tahapan berikutnya. Kebijakan tersebut
melengkapi kebijakan yang ada, yang pada umumnya masih fokus pada
pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan
Kementerian secara umum. Salah satu kebijakan pijakan yang ada adalah
Peraturan Menhan Nomor 16/2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kemhan,
yang salah satunya menguraikan peranan dari Pusdatin Kemhan dan Unit-unit
Datin di Satker Kemhan. Selain itu telah disusun pula kebijakan yang diperlukan
dalam menunjang pertahanan siber. Kebijakan tersebut pada masa yang akan
datang akan menjadi acuan bagi persiapan, pengembangan, pelatihan dan
pengoperasian pertahanan siber.

b. Kelembagaan.

Sebagaimana diuraikan dalam butir a, kelembagaan pada saat ini masih


bersifat mendukung teknologi informasi secara umum dan belum mendukung
keperluan pertahanan siber yang lebih spesifik. Langkah-langkah pembentukan
kelembagaan pertahanan siber sudah mulai diambil, tetapi masih dalam bentuk
penambahan tugas dan fungsi pertahanan siber ke dalam struktur yang ada.

c. Teknologi dan Infrastruktur Pendukung.

Teknologi dan Infrastruktur pendukung yang tersedia saat ini baik yang
bersifat umum maupun khusus menunjang pertahanan siber, masih dalam
proses peningkatan.

d. Sumber Daya Manusia.

5
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan Siber, h. 15,
diakses melalui https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/2016/10/Permenhan-No.-82-
Tahun-2014-tentang-Pertahanan-Siber.pdf, pada 7 Oktober 2021, pkl. 23.12 WIB
5

Persiapan untuk penyediaan SDM dalam rangka mendukung pertahanan


siber sudah mulai dilakukan, meskipun baru persiapan awal dalam bentuk
program peningkatan kesadaran (awareness) dan peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan keamanan informasi. Implementasi Pertahanan siber pada
masa yang akan datang akan memerlukan program peningkatan SDM yang
jauh lebih besar dan substantif.

Dengan terbentuknya National Cyber Defense, diharapkan pembangunan


kapasitas nasional dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional terhadap berbagai
ancaman dari dunia cyber akan dapat lebih ditingkatkan. Namun di sisi lain,
pembangunan infrastruktur perlu juga segera direalisasikan secara terintegrasi,
khususnya di lingkungan Kemhan/TNI maupun lembaga negara lainnya. Kemampuan
yang telah ada saat ini, seperti APJII, ID SIRTI, ID CERT dan lainnya dapat dianggap
sebagai modal dasar dalam rangka penyiapan konsep dan pembangunan awal atau
Backbone Cyber Defense yang komprehensif, mengingat sejauh ini pembangunan
konsep Cyber Defense masih bersifat sektoral atau belum menyeluruh sebagai satu
kesatuan National Cyber Defense.6

Penyebaran Paham Separatis Ditinjau Dari Aspek Siber

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Dr.


Boy Rafli Amar, M.H., mengungkapkan tantangan utama penanggulangan aksi-aksi
separatisme yang menjurus ke arah radikalisme dan terorisme, secara khusus di masa
pandemik Covid-19 kini muncul di media internet atau siber. Selama masa pandemik,
kelompok-kelompok separatis dan teroris memaksimalkan aktivitas daring. Mereka
melakukan propaganda, proses rekrutmen anggota bahkan soal pendanaan. 7

Propaganda adalah usaha yang disengaja dan sistematis yang ditujukan untuk
mencapai tanggapan yang lebih jauh sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
propagandi. Propaganda juga sering diartikan sebagai proses disseminasi informasi
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat

6
Bagus Artiadi Soewardi, Op.cit
7
“BNPT Waspadai Penyebaran Paham Radikalisme dan Terorisme di Internet Selama Masa Pandemi
Covid-19,” BNPT, diakses melalui https://www.bnpt.go.id/bnpt-waspadai-penyebaran-paham-radikalisme-
dan-terorisme-di-internet-selama-masa-pandemi-covid-19, 7 Oktober 2021, pkl. 23.45 WIB
6

dengan motif indoktrinasi ideologi. 8 Secara umum, propaganda adalah upaya sistimatis
untuk memanipulasi perilaku, keyakinan dan tindakan dari masyarakat melalui
penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gerakan anggota badan, slogan, bendera
dan seragam. Ide, fakta dan "sandiwara" diluncurkan untuk mendukung atau
menentang sesuatu. Faktor yang membedakan antara propaganda dengan informasi
adalah terletak pada pemilihan "tema" dan "pemanipulasian"nya.

Gambar 1. Proses Terjadinya Pendapat

Sumber: “Pendapat Umum,” diakses melalui https://www.google.com/url?sa=i&url=https


%3A%2F%2Fslideplayer.info%2Fslide
%2F3116887%2F&psig=AOvVaw1ZEfZjqO3rgXnK--
oS6_YM&ust=1633713808797000&source=images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCPjI
mbHouPMCFQAAAAAdAAAAABAI, pada 8 Oktober 2021, pkl. 00.00 WIB

Pada gambar di atas, penjelasan yang dapat dipaparkan yakni bahwa, pesan
propaganda yang ditembakan melalui media online oleh komunikator “separatis”, baik
berupa teks, gambar, video, atau pun suara, menjadi stimuli yang ditangkap oleh indra
manusia (komunikan) maka akan menimbulkan persepsi dalam bentuk praduga awal,
kemudian seberapa jauh pengaruhnya tergantung beberapa faktor yang ada dalam
benak komunikan, baik itu pengalaman, faktor sosial maupun faktor psikologi, dll. Jadi
persepsi tidak saja bersumber dari pandangan visual, melainkan semua indera manusia
bisa menimbulkan persepsi sepanjang indera itu tersentuh oleh ransangan (stimuli).
Hasil olah antara rasa dan nalar disatukan dengan sikap berdasarkan pengalaman,
latar belakang sejarah, pendidikan akhirnya melahirkan pendapat dan tanggapan.

8
Changara Hafied, Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 332
7

Propaganda melalui media siber merupakan cara yang ampuh karena sifatnya
yang dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu yang singkat, apalagi jika pesan
yang dilemparkan kepada publik dikemas dengan baik, menggunakan isu trend tentang
keresahan yang sedang terjadi di masyarakat, maka dapat dipastikan sebagian besar
dari khalayak yang dapat menjangkau pesan itu akan terpengaruh, entah seberapa jauh
pengaruhnya pada khalayak. Salah satu keunggulan dari penggunaan media online ini
adalah bahwa sumber informasi yang mengirimkan pesan propaganda tersebut tidaklah
harus seorang yang dianggap kompeten oleh khalayak sebagaimana yang kita pahami
dalam proses pembentukan pendapat umum melalui media lainnya. Selama ini
propaganda yang dilakukan oleh kaum separatis, jika kita liat dari isi pesan yang
disampaikannya, begitu dekat dengan fakta yang terjadi, hanya saja pemerintahan RI
dengan kekuasaan negara dengan kekuatan militer masih mampu meredam gerakan
fisik yang mungkin ditimbulkan.

Regulasi Payung Hukum Pada Kegiatan Siber Yang Dilakukan Oleh Intelijen TNI

Sesuai dengan tata kelola kepemerintahan yang baik (good corporate


governance) yang menjadi fondasi pelaksanaan tugas-tugas instansi pemerintah,
termasuk Kemhan/TNI, maka diperlukan kebijakan/regulasi sebagai landasan hukum.
Kebijakan dan regulasi juga diperlukan untuk menjaga arah dari kegiatan-kegiatan
pengembangan pembangunan dan penerapan pertahanan siber agar senantiasa sesuai
dengan peraturan perundangan. Adapun kebijakan dasar untuk regulasi kegiatan
pertahanan siber yang dilakukan oleh TNI dalam kaitannya dengan ini adalah oleh
Intelijen TNI sebagai berikut:9

a. Kebijakan dasar/pijakan untuk regulasi pertahanan siber.


a) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No.
11/2008.
b) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
c) Peraturan Pemerintah Penyelenggara Sistem dan Transaksi
Elektronik (PP PSTE) No. 82/2012.

9
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan Siber, h. 24-25
8

d) Peraturan Menhan Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan


Tata Kerja Kemhan.
b. Kebijakan strategis pertahanan siber Kementerian Pertahanan / TNI.
a) Kebijakan umum pertahanan siber.
b) Kebijakan kelembagaan pertahanan siber
c) Kebijakan pengembangan SDM pertahanan siber.
d) Kebijakan pembangunan teknologi, pengembangan dan pemanfaatan
infrastruktur pertahanan siber.
e) Kebijakan kerjasama lintas sektor pertahanan siber.
f) Kebijakan pembinaan potensi pertahanan siber.

Dalam pelaksanaan tugas pertahanan siber yang dilakukan oleh intelijen TNI,
maka harus harus disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pertahanan siber,
guna memastikan tujuan dari pertahanan siber dapat tercapai secara optimal. Hal ini
menuntut intelijen TNI untuk dapat menemukan backdoor, trojan dan malware lainnya
agar tidak menjadi potensi ancaman dikemudian hari, serta senantiasa melakukan
koordinasi penanganan serangan dengan organisasi-organisasi terkait.

Penutup

Melalui esai ini dapat disimpulkan bahwa pada era informasi, keberadaan suatu
informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi semua aspek
kehidupan, serta merupakan salah satu kebutuhan hidup bagi semua orang baik
individual maupun organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat
informasi, informasi telah berfungsi sebagaimana layaknya aliran darah sumber
kehidupan bagi tubuh manusia.10 Indonesia saat ini tengah dalam keadaan mendesak
cyber-security atau keamanan dunia maya karena melihat kenyataan bahwa tingkat
kejahatan di dunia maya atau cyber crime di Indonesia sudah mencapai tahap
memprihatinkan.

10
Handrini Ardiyanti, “Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia,” Jurnal Politica,
Vol. 5 No. 1, (Juni 2014), h. 95
9

Kondisi ini sangatlah menjadi kebutuhan mendesak bagi Kementerian


Pertahanan/ TNI, mengingat ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia saat ini bukan hanya berwujud pada serangan bersenjata namun lebih
kepada perang pemikiran dan pembangunan opini yang banyak menggunakan media
internet atau cyber. Sehingga sudah saatnyalah implementasi dari unit operasi
pertahanan siber melalui satuan intelijen TNI dibentuk. Muaranya, tentu saja diharapkan
konsep National Cyber Defense sebagai pencetus terbentuknya kekuatan pengganda
dari kekuatan yang sudah ada, dapat segera terealisasi. Karena sudah waktunya
Indonesia memIliki “tentara dunia siber” atau cyber army yang terampil dalam operasi
militer cyber warfare.

Maka dari itu penulis merekomendasikan agar peningkatan kemampuan


intelijen khususnya di bidang siber saat ini harus dilakukan oleh seluruh personel
intelijen TNI untuk mengantisipasi bagaimana pesatnya paham atau kelompok
Separatis secara massif melakukan propaganda-propaganda, dan apabila ini dibiarkan
secara terus menerus, maka kelompok atau paham separatis akan semakin mendapat
perhatian dari dunia internasional, pengalaman yang pernah terjadi bahwa ada
beberapa negara tertentu yang sudah nyata nyata memberikan dukungan terhadap
kelompok atau paham separatis ini.

Penyiapan personel intelijen yang memilki kemampuan siber perlu disiapkan


dari sekarang, sehingga dengan penyiapan yang direncanakan dengan baik, persiapan
yang matang akan menghasilkan hasil yang maksimal, untuk menghadapi tantangan
tugas di masa yang akan datang khususnya untuk menjawab lompatan teknologi yang
semakin maju akan dapat mencegah dan menghentikan paham atau kelompok
separatis melakukan tindakan-tindakan yang dapat keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang kita cintai, sehingga kita harus tetap mengkampanyekan
khususnya di dunia maya bahwa Kedaulatan Republik Indonesia Harga Mati dan tetap
menjadi satu keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10

DAFTAR PUSTAKA

“BIN: Radikalisme, Separatisme di Papua, hingga Serangan Siber Jadi Ancaman


Nasional,” Kompas, diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/15/17464991/bin-radikalisme-
separatisme-di-papua-hingga-serangan-siber-jadi-ancaman?page=all, pada 8
Oktober 2021, 00.30 WIB
“BNPT Waspadai Penyebaran Paham Radikalisme dan Terorisme di Internet Selama
Masa Pandemi Covid-19,” BNPT, diakses melalui https://www.bnpt.go.id/bnpt-
waspadai-penyebaran-paham-radikalisme-dan-terorisme-di-internet-selama-masa-
pandemi-covid-19, 7 Oktober 2021, pkl. 23.45 WIB
Andang Sunarto, “Dampak Media Sosial Terhadap Paham Radikalisme,” Nuansa, Vol.
X No. 2, (Desember 2017)
Bagus Artiadi Soewardi, “Perlunya Pembangunan Sistem Pertahanan Siber (Cyber
Defense) yang tangguh bagi Indonesia,” Media Informasi Ditjen Pothan
Kementerian Pertahanan, diakses melalui https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-
content/uploads/migrasi/admin/Cyber%20Defence.pdf, pada 7 Oktober 2021, pkl.
23.00 WIB
Bilqis Rihadatul Aisy, dkk, “Penegakan Kontra Radikalisasi Melalui Media Sosial Oleh
Pemerintah Dalam Menangkal Radikalisme,” Jurnal Hukum Magnum Opus, Vol. II
No. 2, (Februari 2019)
Changara Hafied, Komunikasi Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
Dany, “Negara dan Pihak Asing Ini Dukung Papua Merdeka dari NKRI, Salah Satunya
Vanuatu di Forum PBB,” Boombastis, diakses melalui
https://www.boombastis.com/negara-pendukung-papua-merdeka/277697, pada 7
Oktober 2021, pkl. 23.30 WIB
Elly Sebastian, “Peningkatan Peranan SDM Pertahanan Nasional Guna Menghadapi
Perang Generasi Keempat,” Jurnal Pertahanan, Vol. 25 No. 1, (April 2015)
11

Golda Eksa, “Satuan Siber TNI untuk Dukung Tugas Pokok TNI,” Media Indonesia,
diakses melalui https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/127217/satuan-
siber-tni-untuk-dukung-tugas-pokok-tni, pada 8 Oktober 2021, pkl. 00.15 WIB
Handrini Ardiyanti, “Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia,”
Jurnal Politica, Vol. 5 No. 1, (Juni 2014)
Ida R., dan Subikato, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana,
2014)
Nur Khalimatus Sa’diyah, “Rekonstruksi Pembentukan National Cyber Defense Sebagai
Upaya Mempertahankan Kedaulatan Negara,” Perspektif, Vol. XXI No. 3,
(September, 2016)
Permenhan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan
Siber, diakses melalui
https://www.kemhan.go.id/pothan/wp-content/uploads/2016/10/Permenhan-No.-
82-Tahun-2014-tentang-Pertahanan-Siber.pdf, pada 7 Oktober 2021, pkl. 23.12
WIB
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Kajian Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, 2007
Ronald Alfredo, “Propaganda Separatis dalam Situs Sosial,” Populis, Vol. 8 No. 2,
(Oktober, 2014)

Anda mungkin juga menyukai