Anda di halaman 1dari 61

1

OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN KODIM DALAM


MENDUKUNG TERCAPAINYA KETAHANAN PANGAN
NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
a. Latar Belakang. Seperti kita ketahui bersama letak geografis
Indonesia menyebabkan bangsa ini tidak hanya dikenal sebagai negara
maritim, tetapi Indonesia juga di kenal sebagai negara agraris karena
sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di sektor
pertanian. Sebagai negara agraris tropis terbesar di dunia setelah Brazil.
Dari 27 persen zona tropis di dunia, Indonesia memiliki 11 persen wilayah
tropis. Indonesia memiliki hasil tani seperti beras, singkong, kacang tanah,
tembakau, kedelai, merica, kelapa sawit, teh, gula, dan masih banyak
lainnya. Indonesia pernah menjadi swasembada beras pada tahun 1980,
namun sudah tidak pernah terjadi lagi. 1 Bahkan Indonesia saat ini harus
impor beras dari Thailand dan Vietnam sebagai upaya kerja sama
agrikultur. Bahkan pemerintah belum bisa lepas dari impor beras. Meski
diklaim mengalami surplus, tapi pembelian beras dari luar negeri, salah
satunya beras Thailand, masih dibutuhkan. Beras itu kemudian dijadikan
stok oleh pemerintah guna mengantisipasi berbagai hal termasuk gagal
panen atau untuk bantuan bencana alam yang berdampak pada
masyarakat, hal ini adalah sebuah fakta ironis dimana sebuah negara
agraris lemah di sektor ketahanan pangan nasionalnya.
Melihat pentingnya sektor pertanian dan untuk memenuhi
kebutuhan pangan nasional, dan memperkuat ketahanan pangan ini
pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk upaya khusus Padi,
Jagung dan kedele (UPSUS PAJALE). Dimana untuk memperkuat upsus

1
Riwanto, Tirto Sudarmo. 2007. LIPI Press: Jakarta. Hal. 20
2

ini dan dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan dewasa ini


yang sarat dengan perubahan yang signifikan, pemerintah melibatkan
TNI AD untuk mendukung kegiatan upsus tersebut. Keterlibatan TNI AD,
dilihat sebagai peran Teritorial non perang dan dalam bentuk
kemanunggalan TNI dengan masyarakat. Pelibatan TNI AD dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan ini diwujudkan melalui tugas
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dengan Pembinaan Teritorialnya
yang dituntut untuk dapat berperanserta aktif dalam membantu
Pemerintah mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional. Oleh karenanya,
Komandan satuan jajaran TNI AD sebagai unsur pelaksana pada tataran
operasional di lapangan sangat perlu untuk menunjukkan perannya
secara maksimal dengan merumuskan program-program nyata satuan
yang diarahkan pada usaha mendukung tercapainya Ketahanan Pangan
Nasional sesuai dengan arahan dan kebijakan dari Komando atas. Namun
pada kenyataannya, peran Komandan-komandan satuan khususnya
Komandan Kodim jajaran TNI AD belum sepenuhnya terlihat sehingga
krisis pangan masih dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia.

b. Pokok-Pokok Permasalahan. Berbagai cara dan upaya telah


dilakukan pemerintah untuk mencari solusi dalam mengatasi krisis pangan
yang terjadi serta mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan
nasional. Tidak hanya melibatkan unsur pertanian itu sendiri tetapi juga
melibatkan Tentara Nasional Indonesia TNI. Untuk mendukung hal
tersebut, maka TNI AD melalui tugas Pemberdayaan Wilayah Pertahanan
dengan Pembinaan Teritorialnya dituntut untuk dapat berperan serta aktif
dalam membantu Pemerintah mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional.
Oleh karenanya, Komandan satuan jajaran TNI AD sebagai unsur
pelaksana pada tataran operasional di lapangan sangat perlu untuk
menunjukkan perannya secara maksimal dengan merumuskan program-
program nyata satuan yang diarahkan pada usaha mendukung
tercapainya Ketahanan Pangan Nasional sesuai dengan arahan dan
3

kebijakan dari Komando atas. Sistem pertahanan negara kita yang


menganut sistem pertahanan rakyat semesta memungkinkan TNI AD
ikut menyukseskan program ketahanan pangan yang dicanangkan oleh
Presiden Jokowi.  Salah satu wujud nyata seperti yang telah dilakukan di
berbagai Kodam dengan melakukan gerakan secara serentak dan
terstruktur di lapangan mulai jajaran Korem, Kodim, Koramil, hingga
tingkat Babinsa, memberikan bimbingan teknis secara langsung kepada
para petani. Namun hal ini belum dapat berjalan maksimal dikarenakan
berbagai kendala yang ada, seperti adanya pro dan kontra masalah
pelibatan TNI AD dan belum siapnya sumber daya TNI AD dalam
melakukan pendampingan Upaya Khusus dalam ketahanan pangan ini .

c. Kondisi Ideal dan Kondisi Sebenarnya. Dilaksanakanannya pelibatan


TNI AD dalam menyukseskan program ketahanan pangan ini bukan
berarti mengambil alih peran kementrian pertanian namun bersifat
membantu agar program ketahanan pangan dapat berjalan dengan
sukses,  mengingat TNI AD memiliki sumber daya yang besar baik
personel maupun sarana dan prasarana yang mendukung untuk bidang
pertanian. Namun bentuk dukungan itu terkadang disalah artikan seperti
yang tertulis dalam artikel kompasiana yang berjudul: 2 Robohnya
Profesionalisme TNI-AD : Babinsa Jadi Penyuluh Pertanian disini jelas
Pelibatan TNI AD dalam Program Upaya Khusus (UPSUS) percepatan
produksi pangan dipersoalkan, padahal jelas hal yang dilakukan TNI
tersebut bekerjasama dengan Kementerian Pertanian memiliki dasar, dan
juga merupakan perintah langsung dari Presiden, dimana peran TNI di
lapangan hanyalah sebagai penyuluh pendamping bukan penyuluh utama.
Selain hal tersebut belum optimalnya peran TNI AD dalam tercapainya
ketahanan pangan ini tidak terlepas dari peranan pimpinan satuan dalam
hal ini adalah Komandan Kodim dalam pendampingan upaya khusus

2
https://www.kompasiana.com/ktyudhonegoro/54f35e81745513902b6c7287/robohnya-
profesionalisme-tniad-babinsa-jadi-penyuluh-pertanian
4

ketahanan pangan yang belum optimal akibat beban tugas yang tidak
hanya terfokus ke satu hal saja sehingga implementasi kebijakan dalam
pendampingan ketahanan tidak berjalan baik. Selain itu tidak semua
komandan satuan maupun anggotanya mempunyai kemampuan khusus
dalam pendampingan ketahanan yang dilaksanakan serta terbatasnya alat
dan peralatan satuan dalam mendukung tugas di bidang ketahanan
pangan ini.

d. Pentingnya Penulisan. Bertitik tolak dari latar belakang di atas agar


ketahanan pangan yang diharapkan oleh bangsa ini terwujud maka
penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai optimalisasi Peran
Komandan Kodim Dalam Mendukung Tercapainya Ketahanan Pangan
Nasional

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan pada sub bab
sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penulisan ini
adalah:
a. Bagaimana optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional
b. Apa saja Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Adapun maksud dari tulisan ini adalah memberikan
gambaran secara singkat mengenai Optimalisasi peran Komandan
Kodim dalam mendukung tercapainya Ketahanan Pangan Nasional
b. Tujuan. Sebagai sumbang saran dan pemikiran bagi pimpinan
Komando atas dalam menentukan kebijakan pemberdayaan
5

wilayah pertahanan bagi satuan-satuan jajaran TNI AD khususnya


Kodim pada masa mendatang. Khususnya di bidang upaya khusus
pelaksanaan pendampingan ketahanan pangan guna mewujudkan
terciptanya ketahanan pangan nasional.

4. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


a. Ruang Lingkup. Penulisan ini dibatasi pada pembahasan tentang
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional yang terbatas pada pada optimalisasi
peran Komandan Kodim menyangkut implementasi kebijakan
Komando atas, kemampuan khusus dibidang Pangan serta alat
peralatan satuan.

b. Tata Urut. Naskah Departemen penyusunan Taskap ini disusun


dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pendahuluan
2) Latar Belakang Pemikiran
3) Gambaran Umum Peran Komandan Kodim Dalam Mendukung
Tercapainya Ketahanan Pangan Nasional Saat ini
a. Umum
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi.
c. Peran Komandan Kodim Dalam Mendukung Tercapainya
Ketahanan Pangan Nasional yang diharapkan
4) Analisis dan Pembahasan
a. Umum
b. Optimalisasi Peran Komandan Kodim Dalam Mendukung
Tercapainya Ketahanan Pangan Nasional
5) Penutup

5. Metoda dan Pendekatan


6

a. Metode. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis


yaitu dengan menguraikan permasalahan dari hasil pengamatan,
selanjutnya dianalisa untuk memberikan gambaran tentang
konsepsi penyelesaian masalah.
b. Pendekatan. Dalam pembahasan masalah ini menggunakan
pendekatan studi kepustakaan dan empiris untuk mendapatkan
landasan ilmiah serta pemecahan pokok-pokok persoalan dalam
perspektif yang akan datang.
7

BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum. Pelibatan TNI dalam kegiatan pendampingan guna


menunjang ketahanan pangan merupakan salah satu wujud kepedulian
TNI AD dalam membantu menangani permasalahan sosial dan
kemanusian baik atas permintaan maupun atas inisiatif sendiri
merupakan kekuatan bila diselenggarakan secara terkoordinasi dan
terintegrasi dengan melibatkan pemerintah dan segenap lapisan
masyarakat. Disamping itu pentingnya Peran Komandan Kodim Dalam
Mendukung Tercapainya Ketahanan Pangan Nasional dapat dijadikan
sebagai sarana untuk melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan
yang menjadi salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh TNI
AD.
Peran seseorang juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian
perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian
seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan.
Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang
dimainkan / diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah
akan mempunyai peran yang sama. Dengan demikian peran seorang
pemimpin dalam hal ini peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional dapat diartikan sebagai
seseorang yang mampu untuk mempengaruhi para anggotanya untuk
lebih mengoptimalkan pemberdayaan wilayah pertahanan yang menjadi
tanggung jawabnya yang bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan
yang diharapkan.
Untuk menjamin optimalnya peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional saat ini sesuai
dengan ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan Komando atas, maka
perlu adanya beberapa landasan pemikiran sebagai kerangka hukum
dalam operasional peran komandan kodim dalam mendukung tercapainya
8

ketahanan pangan nasional yang terdiri dari landasan idiil pancasila,


lansadan konstutitusionil UUD 1945, landasan konsepsional dan
landasan operasional yaitu Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara, Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004
tentang TNI, Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, serta Undang-Undang No
18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Peran Komandan Kodim
Dalam Mendukung Tercapainya Ketahanan Pangan Nasional, maka
dibawah ini akan dijelaskan beberapa landasan dan dasar pemikiran
yang dapat dijadikan pedoman dalam Optimalisasi Peran Komandan
Kodim Dalam Mendukung Tercapainya Ketahanan Pangan Nasional.

7. Landasan Normatif
a. Landasan Historis. Sejarah perjuangan Indonesia menunjukkan
betapa kokohnya persatuan TNI dengan rakyat dalam kesatuan yang
manunggal yang bangkit melancarkan revolusi untuk menumbangkan
penjajahan. Oleh karena itu TNI akan terus berjuang untuk
kepentingan rakyat yang mendambakan keadilan dan kemakmuran,
hal ini tentu akan terwujud melalui Ketahanan pangan yang
diharapkan. Ketahanan pangan yang menuju kepada terwujudnya
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam konteks ini TNI
selalu tampil kedepan menjadi pelopor, bersama-sama rakyat
melaksanakan kegiatan misalnya Karya Bhakti TNI, Operasi Bhakti,
maupun dalam bentuk pendampingan bagi petani, pengawalan
pendistribusian pupuk bersubsidi dan lain sebagainya.
Kemanunggalan TNI – Rakyat harus tetap dipertahankan sebagai
modal utama dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan
jalan mengoptimalkan peran Komandan Kodim Dalam tercapainya
ketahanan pangan nasional
b. Landasan Idiil. Pancasila sebagai dasar negara telah
mengamanatkan dalam Sila ke-3 “Persatuan Indonesia” dan ke-5
9

“Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” merupakan amanat


yang harus dapat dilaksanakan oleh TNI AD untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh masyarakat. Dukungan TNI AD guna mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional dalam bentuk kegiatan
pendampingan petani oleh TNI maupun pengamanan pendistribusian
pupuk bersubsidi merupakan salah satu bentuk tugas-tugas TNI AD
dalam bidang Binter untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat
yang diwujudkan dengan optimalnya peran Komandan Kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
c. Landasan Konstitusional. Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 disebutkan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah
untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia adalah atas dasar persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan
umum. Pokok pikiran yang terkandung dalam pernyataan tersebut
adalah bahwa Negara wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan hidup masyarakat Indonesia, sehingga akan terwujud
kehidupan sosial yang kondusif. Untuk itu maka TNI AD berupaya
untuk membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam bentuk pengoptimalan peran Komandan Kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
d. Landasan Operasional
1) UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Didalamnya disebutkan bahwa pertahanan negara bertujuan untuk
menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman3. Dalam sistem pertahanan negara, kedaulatan negara
dan keutuhan wilayah Indonesia dilindungi oleh sistem pertahanan

3
Undang-undang RI No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 4
10

negara yang kuat dengan melibatkan semua komponen bangsa.


Dan untuk mewujudkan sistem pertahanan tersebut Komando
Kewilayahan berperan sebagai wadah untuk melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan, sehingga dapat mewujudkan
ketahanan wilayah yang tangguh melalui pengoptimalan peran
Komandan Kodim dalam mendukung tercapainya ketahanan
pangan nasional.
2) Undang – Undang RI No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia. Didalamnya disebutkan bahwa TNI AD
sebagai bagian integral dari TNI seperti yang diatur dalam Pasal 8
ayat (d) memiliki tugas melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat4. Hal ini berarti TNI AD memiliki tanggung
jawab untuk membina potensi kewilayahan guna kepentingan
pertahanan di darat melalui pengoptimalan peran Komandan
Kodim dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
3) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, Doktrin merupakan prinsip-
prinsip fundamental yang digunakan sebagai pedoman dan rujukan
dalam melaksanakan kegiatan fungsi pembinaan dan penggunaan,
yang dikembangkan berdasarkan teori dan pengalaman dari hasil
pemikiran terbaik pada kurun waktu tertentu. Salah satu fungsi TNI
AD yang terdapat dalam doktrin tersebut adalah teritorial.5 Fungsi
teritorial tersebut selanjutnya mengatur segala sesuatu yang
berkenaan dengan fungsi yang berada dibawahnya meliputi
petunjuk pembinaan, petunjuk teknik serta petunjuk administrasi.
Oleh karenanya peran Komandan Kodim dalam menunjang
ketahanan pangan nasional perlu senantiasa ditingkatkan dalam
pelaksanaan tugasnya, sehingga dapat memperlancar
peningkatan kekuatan pertahanan di daerah yang menjadi
tanggung jawabnya.

4
Undang-undang RI No.34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 8 Ayat (d)
5
Mabesad, Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”, Skep Kasad Nomor Skep /18/XII/2001, tanggal 15
Desember 2001, Jakarta, 2001.
11

4) Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam


undang undang ini disebutkan Ketahanan Pangan adalah "kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan".6 Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi
manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting
bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih
kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-
stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga
terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang
kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas Nasional, tentunya guna menghindari hal tersebut
diperlukan optimalisasi peran Komandan Kodim dalam menunjang
ketahanan pangan nasional.

8. Landasan Teoritis
a. Konsep Peran. Robbins (2001) mendefinisikan peran sebagai “a
set of expected behaviour patterns attributed to someone occupying a
given position in a social unit”. 7 Menurut Dougherty & Pritchard (1985)
dalam Bauer, teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual
dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa
peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari
perilaku atau tindakan”. Lebih lanjut, dikatakan bahwa relevansi suatu
peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para
penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan pimpinan) terhadap
produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan
6
 UU
No. 18/2012 tentang Pangan
7
Robbins, Stephen P. (2001). Organizational Behavior, 9 ed.. Upper Saddle River, New Jersey,
07458: Prentice-Hall Inc. Hal 227
12

struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi


peran atau role perception.8
Ditinjau dari Perilaku Organisasi, peran ini merupakan salah satu
komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya
organisasi.  Di sini secara umum ‘peran’ dapat didefinisikan sebagai
“expectations about appropriate behavior in a job position (leader,
subordinate)”.  Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu
pekerjaan, yaitu (1) role perception: yaitu persepsi seseorang
mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain
adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau
fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation:
yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi
tertentu.  Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi,
akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan
kemampuan orang itu untuk bekerja.  Dalam hal ini, suatu organisasi
harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan
dengan jelas.
Dalam suatu organisasi pemimpin memainkan peranan yang
sangat penting tidak hanya secara internal bagi organisasi yang
bersangkutan akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di
luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Demikian juga dalam
komando kewilayahan seorang Komandan Kodim tentu memainkan
peranan yang sangat penting dalam menunjang ketahanan pangan.
b. Ketahanan Pangan
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan kondisi
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun

8
Bauer, Jeffrey C. (2003). Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in
Germany and the United States. Dissertation, University of Cincinnati – Clermont.
13

mutunya, aman, merata dan terjangkau.9 Sementara USAID (1992)


menyatakan kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan
konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. Sedangkan FAO
(1997) menyatakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai
akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi
seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko
mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
Persoalan ketahanan pangan menjadi isu yang sangat krusial.
Ketahanan pangan dewasa ini, sejak krisis ekonomi hingga sekarang,
kemampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
kebutuhan pangan bagi penduduk terus menurun, Kenyataan
yang ada menunjukkan, bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan
bagi lebih dari 20 juta jiwa, dalam periode 1997–2003, Indonesia harus
mengimpor bahan pangan diantaranya beras rata-rata 2 juta ton,
kedelai 900 ribu ton, gula pasir 1,6 juta ton, jagung 1 juta ton, akhir-
akhir ini garam sebesar1,2 juta ton dan menghabiskan devisa
negara 900 juta dolar AS pada tahun 2003.10
Untuk itulah masalah ketahanan pangan segera dicarikan
solusinya, agar ketersediaan pangan dapat diwujudkan di seluruh
wilayah tanah air dengan melibatkan berbagai unsur termasuk TNI
dalam pengelolaannya. Salah satu wujudnya adalah optimalisasi peran
Komandan Kodim dalam menunjang ketahanan pangan nasional.
c. Pembinaan Teritorial
Fungsi Teritorial TNI adalah menyelenggarakan pembinaan dan
pendayagunaan unsur-unsur geografi, demografi dan kondisi sosial
menjadi ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh untuk
mencapai tugas pokok TNI.    Dalam perjalanannya, fungsi ini
9
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI.
10
BPPP (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) Departemen Pertanian.
Kondisi Ketahanan Pangan di Indonesia. Sumber: http://www.pustaka.
litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp050004.pdf
14

mengalami dinamika pasang surut seiring dengan kebijakan


pemerintah dalam melaksanakan percepatan pembangunan
nasional.
Meskipun tujuan dan sasaran kegiatan fungsi teritorial
berorientasi kepada kepentingan rakyat secara luas yaitu bangsa
dan negara Republik Indonesia, namun  terdapat ekses-ekses yang
merugikan sebagian pihak/kelompok masyarakat sebagai korban
pembangunan.  Hal ini yang kemudian digunakan kelompok
tertentu sebagai alasan untuk menumbuhkan mosi tidak percaya
terhadap pelaksanaan fungsi teritorial, sehingga timbul kecurigaan
yang tidak relevan. Bagi TNI, fungsi teritorial merupakan  center of
gravity kekuatan pertahanan negara dengan asumsi TNI atau
negara Republik Indonesia tidak akan pernah melaksanakan invasi
ke negara luar, akan tetapi harus siap menghadapi kemungkinan
ancaman militer bersenjata dari negara luar disamping ancaman
dari dalam negeri.
Salim Said (2006) menjelaskan bahwa Implementasi fungsi
teritorial dilaksanakan kegiatan teritorial terdiri dari kegiatan
pembinaan teritorial dan kegiatan operasi teritorial.     Kegiatan
pembinaan teritorial adalah kegiatan TNI bersama rakyat secara
bahu membahu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
agar terwujud ketahanan wilayah dan kepekaan masyarakat di
bidang pertahanan negara.     Pembinaan teritorial dilaksanakan
secara terus menerus pada bidang-bidang yang langsung
bermanfaat bagi masyarakat dan memiliki korelasi dengan aspek
pertahanan negara.     Sedangkan kegiatan operasi teritorial adalah
kegiatan TNI bersama rakyat dalam meningkatkan kegiatan
pembinaan teritorial yang dibatasi sasaran, waktu penyelesaian,
jumlah personel, peralatan dan dana. 11  

11
Salim Said, Militer Indonesia dan Politik : Dulu, Kini, dan Kelak,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006. hal.13
15

Kebersamaan TNI dan rakyat dalam kegiatan pembinaan


teritorial maupun kegiatan operasi teritorial yang diwadahi dalam
fungsi teritorial memberikan kepastian kepada semua pihak bahwa
Teritorial TNI adalah fungsi TNI untuk meningkatkan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Stabilitas keamanan dan kesejahteraan harus dibangun secara
bertahap dan berkesinambungan, agar bangsa Indonesia memiliki
suatu ketahanan pada semua aspek kehidupan. Cakupan
keamanan dan kesejahteraan sangat dibutuhkan, terutama dalam
mempersiapkan Tata Ruang Wilayah Pertahanan yang harus
terpadu dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), sehingga
tata ruang pertahanan yang dibangun oleh TNI melalui fungsi tugas
pemberdayaan wilayah pertahanan memiliki ketangguhan dan
aspek tangkal yang bersifat kewilayahan, dengan demikian
pemaduan program pemberdayaan wilayah pertahanan merupakan
suatu keniscayaan.
Pembinaan Teritorial merupakan salah satu istilah teknis
dalam ilmu kemiliteran dan merupakan cara untuk tercapainya
pelaksanaan tugas pokok. Pembinaan Teritorial bagi TNI-AD adalah
upaya, pekerjaan dan tindakan, baik secara berdiri sendiri maupun
bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya
untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan
pertahanan aspek darat, laut dan udara yang meliputi wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya
kemanunggalan TNI - Rakyat, yang dlaksanakan sesuai
kewenanangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka
tercapainya tugas pokok TNI. Apabila dikaitkan dengan Undang-
Undang No 34 Tahun 2004 tentang TNI pada pasal 7 ayat (2) point
b angka 8 disebutkan bahwa tugas TNI adalah memberdayakan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.
16

Tugas memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan


pendukungnya secara dini, adalah salah satu tugas Operasi Militer
Selain Perang (OMSP). Untuk melaksanakan tugas tersebut TNI-
AD dengan cara Pembinaan Teritorial dimana TNI-AD
menempatkan diri pada posisi membantu pemerintah.
Sesuai Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (2)
tentang pertahanan dan keamanan negara yang berbunyi : “Usaha
pertahanan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”. Untuk menghadapi setiap bentuk ancaman terhadap
keselamatan bangsa dan negara, maka penyelenggaraannya
disusun dalam sistem pertahanan negara yang didasarkan pada
kesadaran akan hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga
negara, melalui perlawanan rakyat secara kesemestaan, yang
bersifat kerakyatan, kesemestaan dan kewilayahan.
Selanjutnya seperti yang dijelaskan dalam SKEP KASAD
NO 98/V/tgl 16 Mei 2007 Tentang Buku Petunjuk Induk Pembinaan
Teritorial bahwa Peran TNI dalam membantu pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan kehidupan berbangsa dan
bernegara, dilakukan melalui kegiatan Pembinaan Teritorial dengan
metode yaitu Bakti TNI yang merupakan pendayagunaan
kemampuan TNI terhadap obyek yang bersifat fisik,
dan Pembinaan Ketahanan Wilayah (Bintahwil) dalam rangka
membangun kesadaran berbangsa dan bernegara,
serta Komunikasi Sosial (Komsos) dalam obyek membina
kesadaran mental spiritual sebagai wujud pembinaan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Keterkaitan antara tugas TNI dan tugas pemerintah daerah
menyebabkan peran kowil dalam membantu tugas pemerintah di
daerah menjadi penting dan merupakan bagian integral dari tugas
17

kowil yang tidak dapat dipisahkan. Peran kowil tersebut agar dapat
berdaya guna dan tepat sasaran, tentunya perlu dikoordinasikan
dan disinegikan dengan program kerja pemerintah daerah.
Menyadari tentang pentingnya koordinasi dan sinergitas seperti
disampaikan diatas, hal tersebut dapat dijadikan entry point bagi
aparat Kowil untuk berperan aktif membantu pemerintah daerah,
yang pelaksanaannya dapat melalui metode Binter agar program
yang diajukan oleh Kowil dapat terarah dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Binter
merupakan salah tugas pokok dari Komando Kewilayahan yang
dilaksanakan untuk memberdayakan potensi wilayah menjadi
kekuatan wilayah dalam bentuk ruang, alat dan kondisi juang yang
tangguh guna penyiapan pertahanan negara  Penyelenggaraan
Binter diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal agar mampu
memberdayakan potensi wilayah menjadi kekuatan yang dapat
dijadikan modal untuk membantu Pemda meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembinaan Teritorial dilaksanakan
secara terus menerus dengan melibatkan instansi terkait terutama
Pemerintah, Masyarakat atau Lembaga Non Departemen serta TNI
AD sebagal inti secara terpadu dengan menggunakan metode
binter yang meliputi Bhakti TNI, Pembinaan Ketahanan
Wilayah dan Pembinaan Komunikasi Sosial.
Bagi TNI,  amanah konstitusi dalam melaksanakan tugas
memberdaya-kan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya
itu, merupakan bagian integral dalam membantu pemerintah untuk
menjawab pengaruh lingkungan operasi dengan menggunakan
metode Binter dalam bentuk kegiatannya. Ini dilakukan untuk
memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa keterlibatan
seluruh komponen kekuatan akan sangat menentukan dalam
menghalau dan menghadapi lingkungan operasi, yang tidak
menutup kemungkinan menjadi skenario dan strategi negara lain
18

untuk memecah belah dan menghancurkan bangsa Indonesia


melalui perannya secara tidak langsung. 
9. Landasan Pemikiran
a. Alur Pikir
Berdasarkan landasan pemikiran berupa landasan normatif
maupun landasan teoritis yang dikemukakan sebelumnya maka dapat
dibentuk sebuah kerangka pemikiran, dimana kerangka pemikiran
tersebut memuat pokok-pokok fenomena kondisi ketahanan pangan
nasional kita serta peranan satuan kewilayahan Kodim dalam
mendukung kegiatan pencapaian ketahanan pangan nasional. Namum
fakta yang ditemukan dilapangan menunjukkan masih belum
optimalnya peran satuan komandan Kodim dalam mendukung
kegiatan satuan yang dipimpinnya dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional yang diharapkan. Terdapat beberapa teori yang
mendukung optimalisasi peran Komandan Kodim Guna mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional antara lain teori peran yang
dikemukakan oleh Beuer Jefry, konsep ketahanan pangan dan teori
pembinaan teritorial yang mencakup pembinaan ketahanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bhakti TNI. Selanjutnya optimalisasi peran
Komandan Kodim Guna mendukung tercapainya ketahanan pangan
nasional di ukur melalui Pemahaman Komandan Kodim, pelaksanaan
pendampingan ketahanan pangan, sarana dan prasarana serta faktor-
faktor yang berpengaruh dalam optimalisasi peran Komandan Kodim
Guna mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
19

b. Kerangka Pemikiran

Instrumental Input

Pancasila dan UUD 1945,


Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi,
Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

TERWUJUD
NYA
KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KONDISI
PERAN DANDIM SAAT INI KONDISI
Subyek Obyek Metode PERAN DANDIM YG DIHARAPKAN

KASAD PERSONEL KOORDINASI


PANGDAM MATERIIL WASEV
DANREM DIK
DANDIM REGULASI

ENVIROMENTAL INPUT
INTERN EKSTERN

KEKUATAN PELUANG
KELEMAHAN ANCAMAN
20

BAB III
GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

10. Umum. Dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional,


selain petani sebagai pemeran utama dalam kegiatan produksi pertanian
tetapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa dalam mewujudkannya. Hal
ini disebabkan ketahanan pangan merupakan bagian dari ketahanan negara.
Sehingga, seluruh elemen bangsa, termasuk TNI, wajib berperan demi
menjaga kedaulatan tanah air. Dalam Pasal 7 UU 34/2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia disebutkan tugas tentara. Secara umum, tugas pokok
TNI untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD negara republik
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara. Secara spesifik, tugas itu dibagi antara tugas perang dan selain
perang.
Keterlibatan TNI AD di sektor pertanian sesuai dengan amanat UU TNI
Nomor 34/2004 dimana tugas pokoknya menjaga kedaulatan, keutuhan,
dan melindungi segenap bangsa dan negara. Pelibatan ini juga sejalan
dengan peran TNI dalam menjaga pertahanan nasional dan dasar
hukumnya Inpres Nomor 5 tahun 2011. Untuk mempertegas kerjasama
dalam pencapaian swasembada pangan, pada 8 Januari 2015 diteken
memoranda kesepahaman antara Kementerian Pertanian dengan Kasad
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di Pangkalanbun, Kalimantan Timur. 12
Kementerian Pertanian dan TNI AD yang secara tulus bekerja keras di
lapangan, khususnya dalam menangani upaya khusus padi, jagung dan
kedelai (Upsus Pajale) dalam tiga tahun terakhir menunjukkan hasil positif.
Dalam dua tahun terakhir, swasembada pangan telah tercapai didukung
perbaikan infrastruktur, dan penyediaan alat mesin pertanian (Alsintan)
sampai ke pelosok pedesaan, hal yang terabaikan sejak puluhan tahun
lalu.
12
https://www.berita2bahasa.com/berita/09/22401703-manunggal-tni-dan-petani-untuk-
swasembada-pangan (diakses 25 April 2020)
21

Fenomena optimalnya peran Komandan Kodim dalam mendukung


tercapainya ketahanan pangan nasional melalui pendampingan terhadap
petani dalam melakukan produksi pangan disebabkan berbagai hal.
Penyebab yang utama adalah makin kompleksnya permasalahan dalam
pembinaan teritorial yang diselenggarakan oleh TNI AD, dimana beban
tugas seorang Komandan Kodim tidak hanya terfokus kepada aspek
pertanian, tetapi meliputi keseluruhan upaya, pekerjaan, dan tindakan,
baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan
komponen bangsa lainnya, untuk membantu pemerintah dalam
menyiapkan kekuatan pertahanan aspek darat yang meliputi wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya, serta terwujudnya
kemanunggalan TNI – Rakyat yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan
peraturan perundang-undangan, dalam rangka tercapainya tugas pokok
TNI AD, yakni mempertahankan dan menjaga kedaulatan, serta keutuhan
wilayah darat NKRI. Hal berikutnya adalah pada Implementasi di lapangan
dalam melakukan pendampingan pertanian tersebut, Dandim menerapkan
pendekatan pembinaan teritorial dengan menjadikan aparat binter
terdepan sebagai tulang punggung dalam pelaksanaannya. Namun hasil
yang dicapai selama ini belum sesuai dengan tujuan sasaran yang telah
ditetapkan, mengingat penyelenggaraan pendampingan saat ini masih
menghadapi berbagai permasalahan mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan tahap akhir serta kurangnya dukungan sarana sehingga
kegiatan koordinasi lintas sektoral yang dilakukan aparat Kowil dalam hal
ini binter terdepan dengan pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya
tidak optimal.

11. Data dan Fakta


22

a. Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan pendampingan


ketahanan pangan pelaksanaan kegiatan pendampingan bagi petani
guna mewujudkan ketahanan pangan nasional memerlukan
pemahaman seorang komandan kodim sebagai pimpinan yang ujung
tombaknya bersinggungan langsung dengan petani dalam
mewujudkannya, salah satunya adalah keterpaduan dalam
pelaksanaan kegiatan TNI dengan Pemerintah daerah belum
maksimal, karena kerjasama dan koordinasi yang dilakukan antara
TNI dengan pemerintah daerah dan instansi sektoral dalam
penyelenggaraan pendampingan petani ini belum optimal. Hal ini
tampak dari munculnya permasalahan- permasalahan sebagai berikut
:
1) Sinergitas atau kerjasama antara Pemerintah dengan TNI belum
terlaksana dengan baik, karena masih adanya keragu-raguan
dalam mengambil keputusan, akibat dari belum adanya
kebijakan yang mengatur secara jelas dan rinci tentang batas-
batas kewenangan masing-masing.
2) Penentuan obyek yang akan dijadikan sasaran di lapangan belum
dapat dilaksanakan secara maksimal oleh TNI
3) Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan data rencana kegiatan
mulai awal seperti kebutuhan pupuk petani/kelompok, kegiatan
pendampingan saat tanam, tahap pemanenan hingga
pendistribusian hasil panen petani belum dilaksanakan dengan
optimal antara pemerintah daerah dengan Satuan Komando
Kewilayahan, dengan belum terkoordinasinya segala kegiatan yang
akan dilakukan tentunya akan menyulitkan berbagai pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.
Seperti kita ketahi bersama satuan Komando Distrik Militer melalui
Babinsa banyak membantu dan mengatasi kesulitan yang dihadapi
oleh petani seperti pupuk, pengairan, masalah harga padi yang
dipermainkan oleh para tenggulak dan banyak lainnya yang bisa
23

Babinsa selesaikan dengan baik. Mereka sudah dilatih oleh tenaga-


tenaga peneliti dan penyuluh Balai Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPTP) yang ada di seluruh propinsi. Babinsa selalu bekerja
bersama-sama dengan petugas pertanian yang ada di lapangan. Data
hingga akhir 2018 menunjukkan jumlah pendamping petani di
pedesaan terus berkurang dan jumlahnya hanya sekitar 44.000
penyuluh pertanian lapangan (PPL) se-Indonesia, kita masih
kekurangan 28.000 orang dari kuota ideal 72.000 PPL, sehingga
keterlibatan 50.000-an personil bintara pembina desa (Babinsa) dari
TNI AD yang bertugas di komando rayon militer (Koramil) pada setiap
kecamatan di seluruh Indonesia berperan penting bagi kemajuan
pertanian nasional.13
Pelaksanaan kegiatan pendampingan bagi petani adalah
kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam bentuk pencapaian swasembada pangan. Pelaksanaan Bakti
TNI yang dilakukan oleh Satuan Kowil melalui peran binternya saat ini
dirasakan masih kurang optimal akibat beban tugas Dandim
menghadapi berbagai permasalahan di daerah teritorialnya selain
sektor pendampingan ketahanan pangan akibatnya dalam
pelaksanaan pendampingan kegiatan pertanian ini bukan menjadi
fokus utama.
1) Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan perlu
diketahui subyek, obyek, metode dan kegiatan yang dilaksanakan
sehingga tersusun dengan cermat namun saat ini belum dapat
dilaksanakan terutama pada pelaksanaan kegiatan baik kegiatan
fisik maupun kegiatan non fisik dikarenakan pada perecanaan
sasaran belum dilaksanakan seobyektif mungkin dengan
memilih sasaran tidak melalui pengkajian yang mendalam dari
aspek kesejahteraan petani melainkan hanya memilih sasaran

13
https://www.berita2bahasa.com/berita/09/22401703-manunggal-tni-dan-petani-untuk-
swasembada-pangan (diakses 20 April 2020)
24

yang dapat dilaksanakan dengan waktu dan kemampuan yang


tersedia.
2) Tahap Persiapan. Tahap persiapan seharusnya dilaksanakan 1
(satu) bulan sebelum pelaksanaan kegiatan namun saat ini
persiapan untuk pelaksanaan kegiatan pendampingan pertanian
sering dilaksanakan secara mendadak seperti saat kebutuhan stok
pangan nasional yang mengalami krisis, adanya penyelewangan
pendistribusian pupuk bersubsidi yang terbongkar, hingga saat
petani kesulitan mendistribusikan hasil panennya sehingga
kegiatan yang seharusnya dilaksanakan pada persiapan tidak
dilaksanakan diataranya :
a) Rapat koordinasi yang seharusnya dilaksanakan ditingkat
pusat oleh Dandim yang daerahnya ditetapkan menjadi obyek
sasaran tidak dilaksanakan tetapi hanya menerima petunjuk agar
mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan secara
mendadak.
b) Penyiapan administrasi kegiatan tidak tersusun dengan baik
meliputi sarana, perintah operasi, dan dukungan administrasi
tidak optimal.
3) Tahap Pelaksanaan. Program Pendampingan bagi petani guna
meningkatkan ketahanan pangan didalam pelaksanaannya terdapat
keterbatasan terutama dalam hal dukungan anggaran yang
diberikan oleh Komando Atas sangat kecil, bahkan ada kegiatan
program yang tidak didukung oleh anggaran sama sekali. Dinamika
dilapangan dirasakan adanya banyak hambatan dan kendala yang
harus diatasi agar sasaran dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keterbatasan dukungan yang ada, mengakibatkan Kowil sering
bersandar kepada Pemda dan instansi yang terkait, agar kegiatan
tersebut dapat berjalan. Hal ini sering mengalami hambatan karena
adanya keterbatasan Pemda dan instansi terkait serta tidak
adanya instruksi/petunjuk dari pusat terhadap kegiatan yang
25

sifatnya lintas Kementrian. Kendala yang ada pada pelaksanaan


kegiatan menyebabkan beberapa permasalahan yaitu :
a) Pencapaian target pada pelaksanaan belum sesuai dengan yang
diharpakan karena dukungan administrasi yang ada tidak sesuai
dengan beban pekerjaan dilapangan.
b) Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendampingan bagi petani
guna mewujudkan ketahanan pangan, satuan tidak memiliki
peralatan penunjang seperti alat transportasi dan komunikasi
khusus untuk hal ini, sehingga belum dapat melaksanakan secara
cepat, karena harus melaksanakan koordinasi dengan pihak lain
baik swasta maupun pemerintah untuk dapat memberikan bantuan
peralatan tersebut. Selain itu dihadapkan dengan daerah yang
terpencil atau sulit untuk dijangkau dengan peralatan tersebut
menjadi kendala yang sulit dihindari.
c) Satuan TNI setingkat Kodim dan Koramil yang bertugas
melaksanakan pendampingan pertanian belum dilengkapi dengan
sistem administrasi dan pengorganisasian yang khusus
disiapkan untuk melaksanakan seperti data rencana kegiatan
hingga panen dan distribusi hasil pertaniannya, sehingga dalam
pelaksanaannya kurang optimal.
d) Belum tertatanya program kegiatan pendampingan petani guna
mewujudkan ketahanan pangan nasional akibat beban kerja
Dandim yang semakian kompleks, sehingga sasaran yang dicapai
kadang- kadang tidak sesuai dengan skala prioritas.
e) Dalam penyelenggaraan kegiatan, Komdandan Kodim dan Aparat
teritorial kurang mengadakan koordinasi dengan masyarakat
setempat maupun pemerintah dan instansi terkait, sehingga
terkesan bekerja sendiri tanpa melibatkan masyarakat, yang pada
akhirnya masyarakat menganggap bahwa hal tersebut hanya
semata tugas aparat.
26

4) Tahap Akhir Pelaksanaan. Hasil yang telah dicapai pada


pelaksanaan pendampingan pertanian ini terkesan manfaatnya tidak
bisa dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama
karena kurangnya tanggungjawab pemerintah daerah terhadap hasil
kegiatan yang dilakukan serta tidak adanya upaya dari dandim dan
aparat Kowil untuk menghimbau Pemda agar dilaksanakan
peningkatan kualitas terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan.
b. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan merupakan pendukung
yang sangat penting bagi Komandan Kodim dan anggota TNI AD yang
lainnya dalam melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial termasuk
dalam menyelenggarakan kegiatan pendampingan pertanian guna
mewujudkan ketahanan pangan nasional, sehingga apa yang dikerjakan
tetap pada jalurnya dan tidak menyimpang dari tujuan semula. Saat ini
masalah sarana dan prasarana dibidang pembinaan teritorial yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pendampingan pertanian guna
mewujudkan ketahanan pangan nasional dirasakan perlu segera
dilakukan pembenahan sebagai berikut :
1) Secara Kualitas.
a) Secara konseptual sarana dan prasarana yang menjadi penunjang
pelaksanaan pendampingan pertanian guna mewujudkan ketahanan
pangan nasional adalah sarana yang telah ada bukan sarana atau
prasarana tambahan yang diberikan khusus untuk penyelenggaraan
kegiatan ini.
b) Keterbatasan sarana ini tentunya kurang mendukung percepatan
pencapaian kegiatan pendampingan pertanian guna mewujudkan
ketahanan pangan nasional itu sendiri.
2) Secara kuantitas, Koramil selaku Komando Kewilayahan terdepan,
umumnya belum mempunyai sarana yang mencukupi sebagai
27

penunjang dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Sarana dan


Prasarana yang lebih komplit biasanya hanya di markas Kodim dan
Koramil-Koramil kota, sedang Koramil-Koramil pedalaman sarana
yang dimilikinya sangat terbatas. Kondisi demikian sangat tidak
menguntungkan Komando Kewilayahan dalam menyelenggarakan
Binter dalam bentuk pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan karena bisa saja terjadi penyimpangan-
penyimpangan di lapangan, dan dari segi pembinaan SDM bagi
aparat Komando Kewilayahan tidak akan profesional.

12. Faktor-faktor yang berpengaruh, Penyelenggaraan pendampingan


bagi petani dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional pada
dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sebagai
sarana untuk mewujdukan swasembada pangan, serta guna
mewujudkan kemanunggalan TNI- Rakyat dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan sehingga proses pelaksanaannya menjadi tugas TNI
AD dapat berjalan optimal. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan TNI AD khususnya setingkat Kodim untuk
mewujudkan tujuan pendampingan bagi petani tersebut. Beberapa
faktor tersebut dapat berasal dari dalam institusi Kodim itu sendiri berupa
kekuatan yang dapat dieksploitir guna menunjang keberhasilan
penyelenggaraan peran Dandim dalam mendukung ketahanan pangan
nasional dan kelemahan yang perlu mendapat perhatian agar tidak
menghambat penyelenggaraan pendampingan petani. Sementara itu
faktor dari luar meliputi peluang yang perlu untuk dimanfaatkan serta
kendala yang harus dapat dieliminir agar tidak berpotensi menimbulkan
hambatan dalam rangka optimalnya peran Komandan Kodim dalam
meningkatkan ketahanan pangan di daerahnya.
a. Faktor Internal
1) Kekuatan
28

a) Kowil jajaran TNI AD dari tingkat Kodam sampai dengan


Babinsa telah tergelar sampai ke pelosok daerah
memungkinkan bagi Komandan Kodim maupun aparat Kowil
untuk lebih mengenal daerahnya masing-masing dan dapat
memantau terhadap segala kebutuhan daerah yang
bersangkutan, sehingga bila ditemukan adanya kekurangan
maka dapat dijadikan sebagai salah satu obyek
penyelenggaraan kegiatan pendampingan bagi petani dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional
b) Tingkat pengalaman Komandan Kodim maupun aparat Kowil
dalam penyelenggaraan pendampingan bagi petani dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional sudah cukup
memadai, mengingat setiap satuan Kowil telah menyusun
dan melaksanakan kegiatan Program Bakti TNI secara
terencana dan menjadi rutinitas memungkinkan setiap aparat
untuk mengetahui berbagai hambatan yang sering dihadapi
dalam penyelenggaraan Bakti TNI dalam hal ini adalah
penyelenggaraan kegiatan pendampingan bagi petani dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional, sehingga kegiatan
evaluasi guna perbaikan penyelenggaraan dapat dilaksanakan
secara optimal sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
c) Daya gerak yang ditopang dengan tingkat kedisiplinan yang
tinggi dan kondisi fisik yang prima dari Komandan Kodim
maupun aparat pelaksananya hasil binaan dari latihan yang
dilaksanakan secara teratur di satuan merupakan kekuatan
yang harus dapat diberdayakan seoptimal mungkin dalam
rangka mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan
pendampingan bagi petani dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional.
d) Penyusunan program kerja satuan Kowil didasarkan pada
sistem “bottom up planning”, dimana Komando atas
29

menyerap kebutuhan satuan yang ada di bawahnya merupakan


kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Kowil untuk
menyusun program kegiatan pendampingan bagi petani dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional guna mendapatkan
persetujuan dari komando atas sehingga dapat memperlancar
penyelenggaraan yang akan dilaksanakan satuan Komando
Distrik Militer.
. 2) Kelemahan
a) Masih adanya sikap dan perilaku oknum aparat Kodim yang
masih belum sepenuhnya mencerminkan jati dirinya sebagai
prajurit TNI, karena masih timbul adanya arogansi aparat yang
cenderung menimbulkan sikap antipati dari sebagian
masyarakat terhadap TNI sehingga berpengaruh pada
dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendampingan
bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan nasional
b) Kemampuan aparat dalam bidang pertanian terbatas
c) Beban kerja aparat kowil yang sangat kompleks tidak hanya
pada bidang pertanian saja
d) Alat peralatan yang dimiliki oleh satuan Kowil sebagai alat
penunjang penyelenggaraan Bakti TNI sangat terbatas baik
secara kuantitas maupun kualitas berakibat pada kegiatan
dilaksanakan seadanya dan dalam kondisi serba
kekurangan berpengaruh pada pencapaian sasaran kegiatan
pendampingan bagi petani yang tidak maksimal.

b. Faktor Eksternal
1) Peluang
a) Tugas-tugas TNI dalam OMSP sesuai dengan UU RI No.34
tahun 2004 tentang TNI diantaranya adalah
menyelenggarakan pemberdayaan wilayah pertahanan
yang salah satu penjabarannya dilaksanakan ke dalam
30

bentuk penyelenggaraan kegiatan Bakti TNI, maka


program pendampingan bagi petani memiliki payung
hukum yang jelas sehingga tidak akan menimbulkan
resistensi di tengah-tengah masyarakat.
b) Guna menghadapi kompleksitas permasalahan dan
intensitas penugasan yang sangat tinggi dihadapkan
kepada keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi, maka
unsur pimpinan TNI AD telah menentukan prioritas sasaran
dimana untuk kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan nasional memungkinkan
bagi Satuan Kowil untuk mendapatkan dukungan Komando
atas terhadap setiap program yang akan digelar di
daerahnya.
c) Penerimaan masyarakat dan instansi sektoral lainnya yang
terkait di daerah terhadap hasil-hasil kegiatan
pendampingan bagi petani cukup besar dan telah dirasakan
manfaat sepenuhnya bagi rakyat, memungkinkan bagi
aparat Kowil untuk mendapatkan bantuan baik tenaga,
dana maupun alat peralatan yang dibutuhkan untuk
memperlancar penyelenggaraan pendampingan kegiatan
bagi petani yang dilaksanakan Kowil, guna menunjang
ketahanan pangan.
d) Besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap
daerah terutama kekayaan alamnya merupakan peluang
yang besar untuk dimanfaatkan sepenuhnya bagi
kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat dan
swasembada pangan dalam rangka memperlancar
penyelenggaraan kegiatan pendampingan bagi petani,
sehingga pemberdayaan wilayah pertahanan pada aspek
sumber kekayaan alam dalam hal ini pertanian dapat tercapai
optimal.
31

2) kendala
a) Sosialisasi kebijakan pemerintah yang menyangkut
dukungan anggaran bagi kegiatan pendampingan bagi
petani oleh Komandan Kodim maupun aparatnya belum
dilaksanakan secara menyeluruh sampai pada tingkat
daerah Kabupaten, sehingga sering timbul adanya
kesalahfahaman antara satuan Kowil yang akan
melaksanakan kegiatan pendampingan di daerah dengan
instansi pemerintah di daerah yang berpengaruh pada
kelancaran proses perencanaan dan pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatannya.
b) Kemampuan daya dukung daerah baik berupa dana, alat
peralatan antara daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya tidak sama, sehingga berpengaruh pada
pemenuhan dukungan alat peralatan dan sarana penunjang
kegiatan pendampingan bagi petani dalam mewujudkan
ketahanan pangan nasional.
c) Belum sinkronnya program Binter yang disusun oleh
Komandan Kodim dan aparatnya dengan program Pemda
terutama menyangkut penyelenggaraan pendampingan bagi
petani sebagai akibat koordinasi yang belum terpadu antara
Pemda dengan Kowil berdampak pada operasionalisasi
kegiatan di lapanganan menjadi tumpang tindih, sehingga
kegiatan yang dilaksanakan tidak optimal.
32

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

13. Umum. Mencermati uraian tentang kondisi peran Komandan Kodim


dalam meningkatkan ketahanan pangan di daerahnya. saat ini, pada
hakekatnya Komandan Kodim beserta satuan yang dipimpinnya sebagai
salah satu bagian dari komponen bangsa telah ikut berperan aktif untuk
mendukung ketahanan pangan melalui serangkaian program
pendampingan bagi petani yang menyentuh langsung pada kebutuhan
hidup rakyat, namun hal tersebut belum dapat terlaksana secara optimal
dan berakibat pada tugas pemberdayaan wilayah pertahanan darat yang
menjadi tugas TNI AD belum dapat tercapai sepenuhnya. Oleh
karenanya ke depan diperlukan pentahapan kegiatan pendampingan bagi
petani dalam rangka ketahanan pangan yang tersusun dengan baik
sehingga peran Komandan Kodim dalam meningkatkan ketahanan pangan
di daerahnya dapat lebih ditingkatkan, dan sarana dan prasarana bagi
Kowil harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta
adanya peningkatan keterpaduan peran Komandan Kodim dalam
meningkatkan ketahanan pangan di daerahnya terutama menyangkut
koordinasi yang dilakukan antara Satuan Kowil dengan pemerintah daerah
dan instansi sektoral lainnya di daerah.
Selanjutnya dalam bab ini akan dikemukakan analisa, pembahasan,
strategi dan gagasan inovatif terkait dengan rumusan permasalahan yang
telah dibuat. Di bagian analisa, penulis akan membandingkan antara
kondisi ideal (Das Sollen) dengan kondisi nyata (Das Sein) selanjutnya
diambil kesimpulan kecil berdasarkan perbedaan kedua kondisi tersebut.
Dan pada bagian pembahasan, penulis akan menguraikan hubungan
sebab akibat dari data hasil penelitian yang diperoleh. Untuk merumuskan
strategi, penulis akan menggunakan teori analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat) dengan memperhatikan faktor-faktor
berpengaruh yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar
33

(eksternal). Sedangkan pada gagasan inovatif, akan diuraikan tentang ide


murni penulis sendiri yang merupakan solusi terhadap permasalahan yang
sedang dibahas.

14. Analisa dan Pembahasan Peran Komandan Kodim dalam


Pelaksanaan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan.
a. Analisa Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan.
Dalam Pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan tidak terlepas dari perannya dalam
pelaksanaan Binter pada dasarnya diarahkan untuk mendukung
suksesnya ketahanan pangan melalui penyelenggaraan
pendampingan bagi petani. Salah satu azas pelaksanaan Binter
adalah adanya kesatuan komando, yaitu penyelenggaraan Binter
dilaksanakan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
yang terkoordinasi di bawah satu komando serta azas manfaat, yaitu
penyelenggaraan Binter harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
di samping untuk kepentingan pertahanan negara. Mengacu pada hal
tersebut diatas, maka penyelenggaraan pengamanan pendistribusian
pupuk bersubsidi sebagai wujud pelaksanaan Binter dalam
prakteknya di lapangan harus dapat dilaksanakan secara terencana
sehingga pelaksanaannya dapat memberikan hasil sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dan oleh karenanya ke
depan baik setiap tahapan kegiatan pendampingan bagi petani dalam
pencapaian ketahanan pangan ini harus dapat dilakukan semaksimal
mungkin yaitu :
. 1) Tahap Perencanaan. Pada tahapan pemilihan sasaran harus
dirumuskan secara terpadu dengan unsur-unsur yang terkait baik
pemerintah daerah maupun instansi sektoral, sehingga daerah
34

Kowil yang dipilih sebagai sasaran pendampingan pertanian


merupakan hasil kesepakatan bersama dan bukan merupakan
pilihan dari Kowil sendiri.
2) Tahap Persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan 1 (satu) bulan
sebelum pelaksanaan dengan kegiatan :
a) Rapat koordinasi teknis tingkat pusat. Dandim yang daerahnya
ditetapkan menjadi obyek sasaran diundang dan menghadiri
rapat koordinasi teknis di tingkat pusat.
b) menyiapkan administrasi kegiatan yang disusun dengan
baik meliputi data rencana kegiatan pendampingan yang akan
dilaksanakan, perintah operasi, dan dukungan sarana dan
prasarana optimal.
3) Tahap Pelaksanaan. Melalui perencanaan yang matang pada
saat tahapan kegiatan perencanaan yang dilakukan secara bersama-
sama antara Dandim dan anggota satuannya, pemerintah daerah dan
instansi sektoral lainnya yang terkait maka diharapkan pada tahap
pelaksanaan semua pihak dapat melibatkan diri dan terjun langsung ke
lapangan, sehingga dapat diketahui apabila terdapat kekurangan dan
hambatan di lapangan terutama menyangkut anggaran yang harus
dapat turun tepat waktu.
4) Tahap akhir pelaksanaan. Adanya kontinuitas kegiatan dalam
memelihara hasil-hasil dari kegiatan pendampingan bagi petani
sehingga ketahanan pangan nasional bisa terwujud.
Dengan mencermati peran dandim pada setiap tahapan
pendampingan bagi petani. Maka peran Dandim yang ada saat ini
merupakan kondisi nyata atau Das Sein meliputi:
1) Tahap Perencanaan. Pada tahapan pemilihan sasaran belum
terpadu karena minimnya kordinasi instansi sektoral dengan satuan
Kowil, sehingga daerah Kowil yang dipilih sebagai sasaran
pendampingan pertanian kadang bukan hasil kesepakatan
bersama.
35

2) Tahap Persiapan. Tahap persiapan yang seharusnya dilaksanakan


1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan dengan kegiatan terkadang
dilaksanakan secara mendadak meski dalam pelaksanaannya terdapat
Rapat koordinasi teknis tingkat pusat. Dandim yang daerahnya
ditetapkan menjadi obyek sasaran diundang dan menghadiri rapat
koordinasi teknis di tingkat pusat. Hal ini mengakibatkan persiapan
administrasi kegiatan yang disusun tidak optimal.
3) Tahap Pelaksanaan. Belum adanya perencanaan yang matang
pada saat tahapan kegiatan secara bersama-sama antara Dandim dan
anggota satuannya, pemerintah daerah dan instansi sektoral lainnya
yang terkait mengakibatkan tidak semua pihak dapat melibatkan diri
dan terjun langsung ke lapangan, sehingga terkadang hambatan di
lapangan terutama menyangkut anggaran tidak tepat waktu.
4) Tahap akhir pelaksanaan. Belum kontinuitas kegiatan dalam
memelihara hasil-hasil dari kegiatan pendampingan bagi petani
sehingga kadang petani tidak dapat mendistribusikan hasil panennya
dengan baik yang berakibat kesejahteraan petani tidak maksimal.

b. Pembahasan Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan


pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan.
Mengacu pada peran Dandim yang merupakan salah satu
komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya
organisasi.  Di sini secara umum ‘peran’ dapat didefinisikan sebagai
“expectations about appropriate behavior in a job position (leader,
subordinate)”.  Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu
pekerjaan, yaitu (1) role perception: yaitu persepsi seseorang
mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain
adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau
fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation:
yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi
tertentu.  Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi,
36

akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan


kemampuan orang itu untuk bekerja.  Dalam hal ini, suatu organisasi
harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan
dengan jelas. Maka Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan tidak
terlepas dari perannya dalam pelaksanaan Binter pada dasarnya
diarahkan untuk mendukung suksesnya ketahanan pangan melalui
penyelenggaraan pendampingan bagi petani, pada setiap tahapannya
yaitu:
Pada tahapan persiapan seorang Dandim harus terlibat aktif
dalam pemilihan sasaran dengan unsur-unsur yang terkait baik
pemerintah daerah maupun instansi sektoral, sehingga daerah Kowil
yang dipilih sebagai sasaran pendampingan pertanian merupakan
hasil kesepakatan bersama dan bukan merupakan pilihan dari Kowil
sendiri. Selain pemilihan sasaran, dalam perencanaan pendampingan
bagi petani dalam menunjang ketahanan nasional membutuhkan
peran Dandim maupun aparat Kowil, pemerintah daerah maupun
instansi sektoral yang terkait dapat menyusun dan merumuskan
secara bersama-sama mengenai jenis kegiatan, kebutuhan dana,
tenaga, personel serta alat peralatan yang dibutuhkan secara matang,
sehingga dalam pelaksanaannya tidak timbul lagi permasalahan
kekurangan yang dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran
pelaksanaan pendampingan bagi petani sehingga ketahanan pangan
nasional dapat dicapai.
Pada tahap perencanaan seorang Dandim harus berperan dalam
melakukan koordinasi teknis tingkat pusat sebelum daerahnya
ditetapkan menjadi obyek sasaran selain itu seorang Dandim harus
menyiapkan administrasi kegiatan yang disusun dengan baik
meliputi data rencana kegiatan pendampingan yang akan
dilaksanakan, perintah operasi, dan dukungan sarana dan prasarana
optimal.
37

Pada tahap pelaksanaan maka peran seorang Dandim yang


sebelumnya melalui perencanaan yang matang pada saat tahapan
kegiatan perencanaan yang dilakukan secara bersama-sama antara
Dandim dan anggota satuannya, pemerintah daerah dan instansi
sektoral lainnya yang terkait maka diharapkan pada tahap
pelaksanaan semua pihak dapat melibatkan diri dan terjun langsung ke
lapangan, sehingga dapat diketahui apabila terdapat kekurangan dan
hambatan di lapangan terutama menyangkut anggaran yang harus
dapat turun tepat waktu. Disamping itu hal-hal yang perlu
diperhatikan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1) Terlibat dalam pelaksanaan pendampingan bagi petani dan harus
mempunyai target hasil kerja untuk sasaran fisik dan
memprosentasikan hasil kerja yang telah dicapai.
2) Alat peralatan yang disipakan harus sesuai dengan obyek
sasaran yang dikerjakan dan dibentuk kelompok yang terdiri dari
TNI dan masyarakat serta dikerjakan secara bahu membahu .
3) Sistem administrasi dan pengorganisasian yang khusus
disiapkan untuk melaksanakan pengamanan pendistribusian
pupuk bersubsidi perlu disusun di satuan-satuan Kowil, sehingga
satuan yang diterjunkan untuk menyelenggarakan pendampingan
bagi petani sudah baku dan terjalin saling pengertian dan soliditas
yang kuat diantara mereka untuk lebih mensukseskan
penyelenggaraan setiap kegiatan yang dilaksanakan.
4) Program kegiatan penyelenggaraan pendampingan bagi petani
guna meningkatkan ketahanan pangan nasional harus dapat tertata
baik yang menyangkut waktu kegiatan, penentuan sasaran,
kegiatan yang dilaksanakan, sehingga sasaran yang ditetapkan
dapat tercapai sesuai dengan skala prioritas.
5) Dalam operasionalisasinya di lapangan selama kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan
nasional, Dandim harus berperan agar aparat teritorialnya harus
38

tetap menjaga dan mengadakan koordinasi dengan masyarakat


setempat, sehingga timbul adanya perasaan dalam diri masyarakat
bahwa kehadirannya sangat dibutuhkan untuk terlibat secara aktif
dalam kegiatan pendampingan bagi petani yang dilaksanakan.
Dengan keterlibatan langsung masyarakat, maka akan timbul suatu
kesadaran dan sikap saling membutuhkan diantara masyarakat dan
satuan teritorial setingkat Kodim sehingga ketahanan pangan
maupun Kemanunggalan TNI – Rakyat dapat terwujud.
Pada tahapan terakhir yaitu tahap akhir pelaksanaan Peran
Dandim dibutuhkan untuk mengatasai permasalahan yang selalu
dihadapi adalah hasil yang dilaksanakan dalam kegiatan
pendampingan bagi petani oleh aparat TNI dalam mewujdukan
ketahanan pangan terutama menyangkut kegiatan kontinuitas kegiatan
belum dapat dilaksanakan secara maksimal, karena belum adanya
kesadaran dari Pemerintah daerah maupun masyarakat akan
pentingnya upaya pemeliharaan dilakukan. Untuk itulah, dandim
dan aparatnya hendaknya lebih berperan unuk dapat menjadi pelopor
dalam kegiatan kontinuitas hasil pendampingan bagi petani. Apabila
hal tersebut dapat ditunjukkan, secara lambat laun akan tumbuh
kesadaran dalam diri masyarakat untuk juga melakukan hal yang sama
yakni memelihara hasil-hasil dari kegiatan pendampingan bagi petani
sehingga ketahanan pangan nasional bisa terwujud.
c. Strategi Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan
1) Penentuan strategi. Untuk merumuskan strategi, maka penulis
memilih untuk menggunakan analisis SWOT dengan
mempertimbangkan pengaruh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor
eksternal berupa peluang dan kendala yang diuraikan dalam bentuk
tabel tabulasi faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL
39

Kekuatan (Strength): Peluang (Opportunity):


1. Kowil jajaran TNI AD dari tingkat 1. Tugas-tugas TNI dalam OMSP
Kodam sampai dengan Babinsa telah sesuai dengan UU RI No.34 tahun
tergelar sampai ke pelosok daerah 2004 tentang TNI
2. Tingkat pengalaman Komandan Kodim 2. prioritas sasaran untuk kegiatan
maupun aparat Kowil pendampingan bagi petani
3. Daya gerak yang ditopang dengan 3. Penerimaan masyarakat dan
tingkat kedisiplinan yang tinggi dan instansi sektoral lainnya yang baik
kondisi fisik yang prima 4. Besarnya potensi sumber daya
4. Penyusunan program kerja satuan alam yang dimiliki setiap daerah
Kowil didasarkan pada sistem “bottom
up planning”

Kelemahan (Weakness): Kendala (Threat):

1. Sikap dan perilaku oknum aparat Kodim 1. Sosialisasi kebijakan pemerintah


2. Kemampuan aparat Kowil Dalam Bidang belum dilaksanakan secara
Pertanian yang terbatas menyeluruh
3. Beban kerja aparat kowil bukan terfokus 2. Kemampuan daya dukung daerah
ke bidang pertanian baik berupa dana, alat peralatan
4. Alat peralatan yang dimiliki oleh satuan antara daerah yang satu dengan
Kowil sebagai alat penunjang daerah yang lainnya tidak sama
penyelenggaraan Bakti TNI sangat 3. Belum sinkronnya program Binter
terbatas dengan program pemda

Tabel 4.1 Tabulasi Faktor Internal dan Eksternal

Dari uraian faktor internal dan eksternal yang dituangkan dalam tabel 4.1
di atas, selanjutnya penulis menetapkan strategi SO, ST, WO, dan WT
yang diuraikan dalam bentuk tabel matrik analisis SWOT sebagai berikut:
40

TABEL 4.2 Matrik SWOT


STREGHT (S) WEAKNESS (W)
1. Kowil jajaran TNI AD 1. Sikap dan perilaku
INTERNAL
dari tingkat Kodam oknum aparat Kodim
sampai dengan Babinsa
telah tergelar sampai ke
pelosok daerah
2. Tingkat pengalaman 2. Kemampuan aparat Kowil
Komandan Kodim maupun Dalam Bidang Pertanian
aparat Kowil yang terbatas
3. Daya gerak yang ditopang 3. Beban kerja aparat kowil
dengan tingkat kedisiplinan bukan terfokus ke bidang
yang tinggi dan kondisi fisik pertanian
yang prima
4. Penyusunan program kerja 4. Alat peralatan yang
satuan Kowil didasarkan dimiliki oleh satuan Kowil
EKSTERNAL pada sistem “bottom up sebagai alat penunjang
planning” penyelenggaraan Bakti
TNI sangat terbatas
OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Tugas-tugas TNI dalam
OMSP sesuai dengan 1. Memaksimalkan prioritas 1. Meningkatkan
UU RI No.34 tahun 2004 sasaran kegiatan kemampuan aparat kowil
tentang TNI pendampingan bagi petani guna mendukung prioritas
2. prioritas sasaran untuk diseluruh Kowil sasaran untuk kegiatan
kegiatan pendampingan 2. Menyusun program satuan pendampingan bagi petani
bagi petani kerja Kowil guna 2. Meningkatkan kualitas dan
3. Penerimaan masyarakat memaksimalkan potensi kuantitas alat peralatan
dan instansi sektoral pertanian guna menunjang yang dimiliki guna
lainnya yang baik ketahanan pangan mendukung prioritas
4. Besarnya potensi sasaran untuk kegiatan
sumber daya alam pendampingan bagi petani
yang dimiliki setiap
daerah
THREAT (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Sosialisasi kebijakan 1. Mensosialisasikan 1. Koordinasi antar pihak
pemerintah belum kebijakan pemerintah terkait guna pelaksanaan
dilaksanakan secara dilaksanakan secara program pendampingan
menyeluruh menyeluruh dengan bagi petani
2. Kemampuan daya bantuan aparat Kowil TNI 2. sinkronisasi program
dukung daerah baik 2. sinkronisasi program Binter dengan program
berupa dana, alat Binter dengan program pemda guna
peralatan antara daerah pemda dengan dukungan meningkatkan kualitas dan
yang satu dengan program kerja satuan kuantitas alat peralatan
daerah yang lainnya Kowil didasarkan pada
tidak sama sistem “bottom up
3. Belum sinkronnya planning”
program Binter dengan
program pemda
41

PELUANG
(Opportunity)
Strategi WO Strategi SO
mampuan aparat kowil guna mendukung prioritas •sasaran untuk kegiatan
Memaksimalkan pendampingan
prioritas bagi pendampingan
sasaran kegiatan petani bagi petani diseluruh Kowil
alitas dan kuantitas alat peralatan yang dimiliki guna mendukung prioritas sasaran untuk kegiatan pendampingan potensi
• Menyusun program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan bagi petani
pertanian guna menunjang ke

KELEMAHAN KEKUATAN
(Weakness) (Strength)
Strategi WT Strategi ST
• Koordinasi antar pihak terkait guna • Mensosialisasikan kebijakan pemerintah
pelaksanaan program pendampingan bagi dilaksanakan secara menyeluruh dengan bantuan
petani aparat Kowil TNI
• sinkronisasi program Binter dengan • sinkronisasi program Binter dengan program
program pemda guna meningkatkan kualitas pemda dengan dukungan program kerja satuan
dan kuantitas alat peralatan Kowil didasarkan pada sistem “bottom up
planning”

ANCAMAN
(Threat)

Berdasarkan analisis SWOT di atas, dapat diperoleh empat strategi


yaitu sebagai berikut:
a) Strategi SO (Strength Opportunity) yaitu dengan
mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang,
melalui:
(1) Memaksimalkan prioritas sasaran kegiatan pendampingan
bagi petani diseluruh Kowil
(2) Menyusun program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan
potensi pertanian guna menunjang ketahanan pangan
b) Strategi ST (Strength Threat) yaitu dengan memanfaatkan
kekuatan untuk mengatasi kendala, melalui:
(1) Mensosialisasikan kebijakan pemerintah dilaksanakan
secara menyeluruh dengan bantuan aparat Kowil TNI
42

(2) sinkronisasi program Binter dengan program pemda dengan


dukungan program kerja satuan Kowil didasarkan pada
sistem “bottom up planning”
c) Strategi WO (Weakness Opportunity) yaitu dengan
meminimalkan kelemahan guna manfaatkan peluang, melalui:
(1) Meningkatkan kemampuan aparat kowil guna mendukung
prioritas sasaran untuk kegiatan pendampingan bagi petani
(2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang
dimiliki guna mendukung prioritas sasaran untuk kegiatan
pendampingan bagi petani
d) Strategi WT (Weakness Threat) yaitu dengan meminimalkan
kelemahan untuk menghindari kendala, melalui:
(1) Koordinasi antar pihak terkait guna pelaksanaan program
pendampingan bagi petani
(2) sinkronisasi program Binter dengan program pemda guna
meningkatkan kualitas dan kuantitas alat peralatan
2) Implementasi strategi
Berdasarkan penentuan strategi pada tabel 4.1 dan 4.2 di
atas, maka kuadran 1 yaitu strategi SO (Strength Opportunity)
dipilih menjadi prioritas untuk menjawab rumusan masalah terkait
dengan Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan
pendampingan ketahanan pangan. Strategi SO dipilih karena
merupakan strategi tersebut paling sesuai bagi Dandim dan
stakeholder lain terkait dengan Pelaksanaan pendampingan
ketahanan pangan dalam menghadapi berbagai kendala eksternal
dihadapkan dengan berbagai kekuatan internal dalam rangka
upaya Pelaksanaan pendampingan ketahanan pangan. Selanjutnya
strategi SO yang telah ditentukan di atas dapat dijabarkan dalam
implementasi sebagai berikut:
a) Memaksimalkan prioritas sasaran kegiatan pendampingan bagi
petani diseluruh Kowil
43

(1) Kasad
(a) Mengeluarkan kebijakan program pembangunan dan
pembinaan bagi Satuan Kowil dalam rangka peningkatan
profesionalisme Aparat Kowil dalam bidang
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan.
(b) Menyusun program pelaksanaan pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan yang
ditujukan untuk memperkokoh kemanunggalan TNI-
Rakyat.
(2) Pangdam
Dalam Pengembangan rencana operasi pertahanan
(Renopshan) Kodam, maka Pangdam memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
(a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
penentuan terhadap kebijaksanaan menyangkut
penyelenggaraan peran pelaksanaan pendampingan
bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(b) Mengadakan kerjasama dengan instansi terkait di
tingkat Provinsi sehingga mempunyai kesamaan pola
pikir dan pola tindak dalam melaksanakan kegiatan di
lapangan.
(c) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
agar dapat mendukung pelaksanaan kegiatan
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
(d) Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan di wilayah sehingga tetap berada dalam koridor
yang telah ditentukan.
(3) Danrem
44

(a) Danrem dalam menyusun Rencana pelaksanaan


pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan berdasarkan Rencana dan Program Kodam
sebagai Konsep dasar bagi penyelenggaraan
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
(b) Danrem membantu Pangdam dan sebagai perantara
dalam mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
dengan pejabat Muspida dan instansi terkait serta tokoh
masyarakat di tingkat kabupaten yang ada di wilayahnya
agar dapat mendukung kegiatan pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(c) Menghimpun, mengklasifikasi data geografi, demografi,
kondisi sosial dari tiap – tiap Kodim terkait peran Dandim
dalam pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
(d) Mensinergikan kekuatan dan kemampuan yang ada dari
Kodim jajarannya meliputi personel dan materiil sehingga
mampu diberdayagunakan untuk penyelenggaraan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan
(4) Dandim. Dandim merupakan Komandan satuan
kewilayahan yang bertanggung jawab secara langsung
dalam membina dan meningkatkan kepampuan prajuritnya
agar dapat melaksanakan tugasnya termasuk dalam
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan
(a) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat secara terus
menerus di tingkat kabupaten dalam merencanakan dan
45

melaksanakan kegiatan pendampingan bagi petani guna


mewujudkan ketahanan pangan
(b) Menyiapkan, melatih dan meningkatkan kemampuan
anggotanya agar siap ditugaskan untuk
menyelenggarakan kegiatan pendampingan bagi petani
guna mewujudkan ketahanan pangan
(c) Menyiapkan perlengkapan dan materiil yang dibutuhkan
dalam melaksanakan kegiatan pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(d) Merencanakan, menyusun, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan untuk menyiapkan daya
tangkal dan kemampuan perlawanan wilayah serta
meningkatkan kemanunggalan antara TNI-Rakyat.
(e) Membuat laporan secara periodik setiap bulan,
triwulan, semestar dan tahunan kepada Danrem.
(5) Obyek dari kegiatan ini adalah Aparat Kowil sebagai Sumber
daya manusianya yang senantiasa harus meningkatkan
keterampilan maupun pengetahuannya di bidang teritorial,
sehingga dapat memadukan kegiatan Binter dan
melaksanakan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan dapt berjalan secara
optimal.
(6) Metode yang digunakan meliputi koordinasi, Pengawasan
dan Evaluasi, Pendidikan, Latihan dan penyusunan regulasi
dalam kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
b) Menyusun program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan
potensi pertanian guna menunjang ketahanan pangan yang
diimplementasikan melaui:
(1) Kasad
46

(a) Mengeluarkan kebijakan program satuan kerja Kowil


guna memaksimalkan potensi pertanian dalam bentuk
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan.
(b) Menyusun program program satuan kerja Kowil
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
(2) Pangdam
(a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
penentuan program satuan kerja Kowil guna
memaksimalkan potensi pertanian dalam bentuk
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan
(b) Mengadakan kerjasama dengan instansi terkait di
tingkat Provinsi terkait program satuan kerja Kowil guna
memaksimalkan potensi pertanian dalam bentuk
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan
(c) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
agar dapat mendukung pelaksanaan program satuan
kerja Kowil guna memaksimalkan potensi pertanian
dalam bentuk pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan.
(d) Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan di wilayah sehingga tetap berada dalam koridor
yang telah ditentukan.
(3) Danrem
(a) Danrem menyusun Rencana pelaksanaan program
satuan kerja Kowil guna memaksimalkan potensi
47

pertanian dalam bentuk pendampingan bagi petani guna


mewujudkan ketahanan pangan
(b) Danrem membantu Pangdam dan sebagai perantara
dalam mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
dengan pejabat Muspida dan instansi terkait serta tokoh
masyarakat di tingkat kabupaten yang ada di wilayahnya
agar dapat mendukung kegiatan program satuan kerja
Kowil guna memaksimalkan potensi pertanian dalam
bentuk pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan
(c) Mensinergikan kekuatan dan kemampuan yang ada dari
Kodim jajarannya meliputi personel dan materiil sehingga
mampu diberdayagunakan untuk penyelenggaraan
program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan
potensi pertanian dalam bentuk pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(4) Dandim. Bertanggung jawab secara langsung dalam
membina dan meningkatkan kepampuan prajuritnya agar
dapat melaksanakan tugasnya termasuk dalam program
satuan kerja Kowil guna memaksimalkan potensi pertanian
dalam bentuk pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan
(a) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat secara terus
menerus di tingkat kabupaten dalam merencanakan
program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan
potensi pertanian dalam bentuk pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(b) Menyiapkan perlengkapan dan materiil yang dibutuhkan
dalam program satuan kerja Kowil guna memaksimalkan
48

potensi pertanian dalam bentuk pendampingan bagi


petani guna mewujudkan ketahanan pangan
(c) Merencanakan, menyusun, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan program satuan kerja Kowil
guna memaksimalkan potensi pertanian dalam bentuk
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan
(d) Membuat laporan secara periodik setiap bulan,
triwulan, semestar dan tahunan kepada Danrem.
(e) Obyek dari kegiatan ini adalah Aparat Kowil sebagai
Sumber daya manusia
(f) Metode yang digunakan meliputi koordinasi,
Pengawasan dan Evaluasi, Pendidikan, Latihan dan
penyusunan regulasi dalam kegiatan pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan

15. Analisa dan Pembahasan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan


guna tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
a. Analisa Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
Piranti lunak berkaitan dengan ketersediaan dan validitas
peralatan penunjang operasi yang dimiliki oleh satuan Kowil agar
kegiatan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan yang telah digariskan
oleh Komando atas dan tidak menyimpang dari tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan. Untuk itu baik secara kualitas maupun kuantitas,
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan
49

nasional harus tersedia dan dapat dioperasionalkan sesuai


kemampuan dan batas kemampuan satuan. Keterpaduan
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan sering diabaikan tentang pentingnya keterpaduan dalam
melakukan setiap perencanaan maupun tindakan yang dilakukan,
sehingga berakibat pada pencapaian kegiatan yang kurang maksimal.
Untuk itu, ke depan diharapkan hal tersebut tidak terjadi lagi. Masing-
masing pihak baik aparat Kowil sebagai pendamping, pemerintah
daerah maupun instansi sektoral lainnya yang terkait harus dapat
memegang teguh azas kesetaraan dan keterpaduan dalam setiap
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan
pendampingan bagi petani, sehingga tujuan ketahanan pangan
mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dapat
tercapai.
Adapun Sarana dan prasarana yang diharapkan agar tercapai
kegiatan pendampingan bagi petani meliputi:
1) Tersedianya piranti lunak yang berisikan doktrin, peraturan,
prosedur tetap, buku petunjuk dan buku lainnya yang dapat
dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan.
2) Alat Peralatan. Alat peralatan seperti Alat Komunikasi yang dapat
digunakan baik milik organik TNI, Pemda, swasta dan milik
masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan dan koordinasi dalam
pelaksanaan dan pelaporan sehingga kegiatan dapat berjalan
lancar, serta Alat Angkutan dan alat peralatan lainnya untuk
mendukung kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan
3) Anggaran berupa pemenuhan alokasi dana dari Komando atas
untuk memenuhi kebutuhan alat peralatan yang diperlukan dalam
operasionalisasi kegiatan pendampingan bagi petani guna
50

mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka pemberdayaan


wilayah pertahanan darat yang dilaksanakan oleh Satuan Kowil.
Dengan mencermati Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran komandan kodim
dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.. Maka
kondisi yang ada saat ini merupakan kondisi nyata atau Das Sein
meliputi:
1) Belum tersedianya piranti lunak yang berisikan doktrin, peraturan,
prosedur tetap, buku petunjuk dan buku lainnya yang dapat
dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan.
Sehingga pelaksanaan pendampingan bagi petani dalam
mewujudkan ketahanan pangan terkesan kurang koordinasi
2) Masih minimnya penyediaan Alat peralatan seperti Alat Komunikasi
yang dapat digunakan baik milik organik TNI, Pemda, swasta dan
milik masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan dan koordinasi
dalam pelaksanaan dan pelaporan sehingga kegiatan dapat
berjalan lancar, serta Alat Angkutan dan alat peralatan lainnya
untuk mendukung kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan
3) Belum adanya koordinasi antar instansi Anggaran berupa
pemenuhan alokasi dana dari Komando atas untuk memenuhi
kebutuhan alat peralatan yang diperlukan dalam operasionalisasi
kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan dalam rangka pemberdayaan wilayah pertahanan darat
yang dilaksanakan oleh Satuan Kowil.
51

b. Pembahasan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan guna


tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional secara tidak langsung akan
membuat sasaran yang akan dicapai dalam program pendampingan
bagi petani dalam ketahanan pangan ini akan terwujud.
Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional akan dapat mewujudkan
pelaksanaan setiap tahapan yang baik dan optimal dalam
menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan pendampingan bagi petani
guna mewujudkan ketahanan pangan. Selain itu akan terwujud
kerjasama lintas sektoral TNI dengan Pemerintah daerah dan
dengan Kementrian/Non Kementrian sehingga dapat menjamin adanya
keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pelaksanaan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan.
Peran Komandan Kodim dalam Pelaksanaan pendampingan
bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan merupakan suatu
upaya yang dilakukan secara terus menerus oleh TNI – AD dan
segenap komponen bangsa lainnya, agar ketahanan pangan dapat
terwujud. Pelaksanaan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan sebagai salah satu metode Pembinaan Teritorial
merupakan sarana yang efektif untuk mendukung tugas
pemberdayaan wilayah pertahanan darat, sehingga
penyelenggaraannya perlu lebih dioptimalkan. Oleh karena itu guna
terwujudnya optimalisasi Pelaksanaan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan dapat mendukung pelaksanaan tugas
pokok TNI AD dalam rangka pemberdayaan wilayah pertahanan
52

darat di masa yang akan datang maupun swasembada pangan,


perlu dirumuskan berbagai upaya dan langkah-langkah
pengembangan yang menyangkut peningkatan kegiatan Pelaksanaan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan
dalam setiap tahapan, seperti peningkatan sarana dan prasarana serta
peningkatan keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan Bakti TNI dengan Pemerintah dan instansi sektoral tlainnya
melalui kerjasama lintas sektoral TNI dengan Kementrian/Non
Kementrian.
c. Strategi Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.

1) Penentuan strategi. Pada penentuan strategi terhadap rumusan


masalah efektivitas pelaksanaan tugas satuan Arhanud TNI AD hasil
dari modernisasi, penulis masih menggunakan analisis SWOT seperti
pada rumusan permasalahan pertama. Faktor internal berupa
kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal berupa peluang dan
kendala sudah diuraikan pada tabel 4.1 (Tabulasi Faktor Internal dan
Eksternal) di atas. Dari uraian faktor internal dan eksternal seperti yang
dituangkan dalam tabel 4.1 di atas, selanjutnya ditetapkan strategi SO,
ST, WO, dan WT seperti yang telah diuraikan dalam bentuk tabel 4.2
(Matrik analisis SWOT) dan diagram 4.1 (Diagram Analisis SWOT) di
atas.
2) Implementasi strategi
Berdasarkan penentuan strategi pada tabel 4.1 dan 4.2 di
atas, maka kuadran 1 yaitu strategi SO (Strength Opportunity)
dipilih menjadi prioritas untuk menjawab rumusan masalah terkait
dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional. Strategi SO dipilih karena
53

merupakan strategi tersebut paling sesuai bagi Dandim dan


stakeholder lain terkait dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran komandan kodim
dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional dalam
menghadapi berbagai kendala eksternal dihadapkan dengan
berbagai kekuatan internal dalam rangka upaya Pelaksanaan
pendampingan ketahanan pangan. Selanjutnya strategi SO yang
telah ditentukan di atas dapat dijabarkan dalam implementasi
sebagai berikut:
a) Memaksimalkan prioritas sasaran kegiatan pendampingan bagi
petani diseluruh Kowil
(1) Kasad
(a) Mengeluarkan kebijakan pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(b) Menyusun program pelaksanaan pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(2) Pangdam
Dalam Pengembangan rencana operasi pertahanan
(Renopshan) Kodam, maka Pangdam memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
(1) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
penentuan terhadap kebutuhan pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(2) Mengadakan kerjasama dengan instansi terkait di
tingkat Provinsi sehingga mempunyai kesamaan pola
54

pikir dan pola tindak dalam pemenuhan sarana dan


prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(3) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
agar dapat mendukung pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(4) Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan di wilayah sehingga tetap berada dalam koridor
yang telah ditentukan.
(3) Danrem
(a) Danrem dalam menyusun Rencana pemenuhan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(b) Danrem membantu Pangdam dan sebagai perantara
dalam mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
dengan pejabat Muspida dan instansi terkait serta tokoh
masyarakat di tingkat kabupaten yang ada di wilayahnya
dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran
komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional.
(c) Menghimpun, mengklasifikasi data geografi, demografi,
kondisi sosial dari tiap – tiap Kodim terkait kebutuhan
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
55

tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam


mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
(4) Dandim. Dandim merupakan Komandan satuan
kewilayahan yang bertanggung jawab secara langsung
dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
guna tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
(a) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat secara terus
menerus di tingkat kabupaten dalam pemenuhan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(b) Merencanakan, menyusun, melaksanakan dan
mengendalikan pemenuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran
komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional.
(c) Membuat laporan secara periodik setiap bulan,
triwulan, semestar dan tahunan kepada Danrem.
(d) Metode yang digunakan meliputi koordinasi,
Pengawasan dan Evaluasi, Pendidikan, Latihan dan
penyusunan regulasi dalam kegiatan pendampingan bagi
petani guna mewujudkan ketahanan pangan
c) Menyusun program satuan kerja Kowil dalam pemenuhan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional. yang
diimplementasikan melaui:
(1) Kasad
56

(a) Mengeluarkan kebijakan program satuan kerja Kowil


dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran
komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional.
(2) Pangdam
(a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
penentuan program satuan kerja Kowil dalam
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
(b) Mengadakan kerjasama dengan instansi terkait di
tingkat Provinsi terkait program satuan kerja Kowil guna
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
(c) Mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi
agar dapat mendukung pelaksanaan program satuan
kerja Kowil guna pemenuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan guna tercapainya optimalisasi peran
komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional.
(3) Danrem
(a) Danrem menyusun Rencana pelaksanaan program
satuan kerja Kowil guna pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(b) Danrem membantu Pangdam dan sebagai perantara
dalam mengkoordinasikan dengan pejabat Muspida dan
57

instansi terkait serta tokoh masyarakat di tingkat propinsi


dengan pejabat Muspida dan instansi terkait serta tokoh
masyarakat di tingkat kabupaten yang ada di wilayahnya
agar dapat mendukung pemenuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya
optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung
tercapainya ketahanan pangan nasional.
(4) Dandim. Bertanggung jawab secara langsung dalam
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
tercapainya optimalisasi peran komandan kodim dalam
mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.
(5) Metode yang digunakan meliputi koordinasi, Pengawasan
dan Evaluasi, Pendidikan, Latihan dan penyusunan regulasi
dalam kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan

16. Gagasan Inovasi


a. Optimalisasi peran komandan kodim dalam mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional sebagai salah satu metode Binter
dilaksanakan secara terus menerus guna terwujudnya Kemanunggalan
TNI–Rakyat serta ketahanan pangan yang diharapkan. Agar
penyelenggaraan pendampingan bagi petani dapat berjalan dengan
baik dan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada
kegiatan pentahapan yang diawali dari tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan tahap akhir.
1) Tahap Perencanaan.
a) Pada tahapan pemilihan sasaran dalam kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan yang digabungkan dan dikembangkan dengan
Program Kementrian/Non Kementrian, rencana anggaran
dirumuskan secara terpadu dengan unsur-unsur yang terkait
58

serta mempertimbangkan keinginan dan kepentingan


masyarakat.
b) Pada tingkat Pusat, melakukan koordinasi dengan
Kementrian/Non Kementrian dalam menyusun perencanaan
kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan, agar program-program Kementrian/Non
Kementrian yang dapat dipadukan dengan kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan untuk satu tahun ke depan dapat diprogramkan
dimasing-masing Kementrian/Non Kementrian.
2) Tahap Persiapan. Tahap persiapan dilaksanakan 1 (satu) bulan
sebelum pelaksanaan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan dengan kegiatan.
a) Rapat Koordinasi Teknis tingkat Pusat. Dandim yang
daerahnya ditetapkan menjadi obyek sasaran kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan dengan mengadakan Rapat Koordinasi Teknis
(Rakornis) di tingkat Pusat dalam rangka membahas
rencana kegiatan sasaran secara terpadu bersama-sama
dengan instansi terkait.
b) Menyiapkan Personel yang terlibat dalam Satuan Tugas.
Dandim menyusun personel yang terlibat dalam nominatif
Satuan Tugas sesuai kemampuan satuan, instansi dan
bidang tugas.
3) Tahap Pelaksanaan. Kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan yang selama ini telah
dilaksanakan pada akhirnya menjadikan rutinitas biasa dan
belum menampakkan hasil yang signifikan.
4) Tahap Akhir. Untuk dapat menjamin kesempurnaan
pelaksanaan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan perlu dilaksanakan tahap purna
59

manunggal dengan kegiatan pembuatan laporan, evaluasi


pelaksanaan kegiatan dan pemeliharaan hasil kegiatan.
b. Penyusunan dan revisi Aturan/tatanan hukum tentang
penyelenggaraan kegiatan kegiatan pendampingan bagi petani
guna mewujudkan ketahanan pangan. Untuk memberikan
pemahaman kepada aparat Kowil tentang aturan-aturan
perundang-undangan seperti Undang-Undang Dasar 1945 pasal
30 tentang kewajiban bela negara bagi seluruh warga negara
Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang
pertahanan negara, Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia, maka perlu diadakan kegiatan
pengadaan buku-buku petunjuk lapangan dan teknis pelaksanaan
kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan.
c. Peningkatan Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan
ketahanan pangan dengan Pemerintah. Agar kerjasama antara
Pemerintah dengan TNI dapat terlaksana dengan baik, serta
didukung oleh adanya kebijakan atau sarana dan aturan yang
mengatur secara jelas dan rinci tentang batas-batas kewenangan
masing-masing sehinggga keragu-raguan dalam mengambil
keputusan dapat teratasi.
60

BAB V

PENUTUP

17. Kesimpulan.
a. Kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan merupakan salah satu metode yang dinilai efektif untuk
mewujudkan kemanunggalan TNI dengan Rakyat. Namun dalam
implementasinya penyelenggaraan Bhakti TNI belum mencapai
hasil yang optimal, hal ini disebabkan karena peran Dandim dalam
pelaksanaan setiap tahapan pada kegiatan kegiatan pendampingan
bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan belum
dilaksanakan secara, piranti lunak belum lengkap, serta
Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan dengan pemerintah daerah belum maksimal.
b. Agar penyelenggaraan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan mampu mencapai hasil yang
optimal maka perlu ditempuh langkah optimalisasi dengan
meningkatkan kegiatan pada setiap tahapan kegiatan
pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan,
latihan dan penataran, penyamaan visi dan misi tentang
penyelenggaraan kegiatan pendampingan bagi petani guna
mewujudkan ketahanan pangan, serta peningkatan kerjasama
antara aparat Kowil dengan pemerintah daerah serta instansi
terkait lainnya dengan harapan melalui kegiatan pendampingan
bagi petani guna mewujudkan ketahanan pangan dapat mencapai
sasaran yang telah disusun yakni terwujudnya kemanunggalan TNI
dengan rakyat serta ketahanan pangan nasional.
c. Dengan adanya upaya ke arah yang lebih baik dengan
berbagai langkah yang disesuaikan dengan aturan dan norma yang
61

diberlakukan, baik terhadap peran dan fungsi dari Kowil itu sendiri
melalui penyamaan visi, misi dan persepsi, maupun kinerja Aparat
Kowil melalui peningkatan lima kemampuan teritorial serta kegiatan
kegiatan pendampingan bagi petani guna mewujudkan ketahanan
pangan yang dilaksanakan pada intinya adalah untuk merebut hati
rakyat dengan bersikap dan berperilaku baik terhadap rakyat
sehingga timbul simpati rakyat terhadap TNI sehingga
mendorong terwujudnya Kemanunggalan TNI-Rakyat serta
terwujudnya swasembada pangan.
18. Saran
a. Perlu adanya peningkatan kegiatan pada setiap tahapan pada
kegiatan pendampingan bagi petani mewujudkan ketahanan
pangan sehingga tersusun dengan cermat sehingga hasil yang
dicapai sesuai dengan yang diharapakan yaitu mewujudkan
ketahanan pangan nasional.
b. Perlu adanya kegiatan pendidikan, latihan dan penataran yang
dilaksanakan di satuan untuk membekali pengetahuan dan
keterampilan bagi aparat Kowil yang menyangkut materi kegiatan
pendampingan bagi petani mewujudkan ketahanan pangan

Anda mungkin juga menyukai