Anda di halaman 1dari 6

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK DOKTRIN MILITER INDONESIA Pendahuluan Mengenai Doktrin militer harus mampu diaplikasikan dijabarkan

di semua strata maupun matra, dan dapat dijelaskan bahwa khususnya dalam rangka penyusunan doktrin TNI mengacu atau berpedoman kepada Doktrin Pertahanan Negara, sedangkan penyusunan doktrin angkatan harus mengacu atau berpedoman kepada Doktrin TNI tetapi tetap berdasarkan kepada karakteristik dan ke-khas-an matra masing-masing. Namun

yang terjadi justru sebaliknya, Doktrin masing-masing Angkatan justru terbit terlebih dahulu dari pada Doktrin TNI. Tetapi kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap

pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI. Karena dudukannya sebagai Doktrin Dasar, maka Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntunan bagi seluruh doktrin dalam lingkup pertahanan negara. Doktrin induk adalah Doktrin Pertahanan Militer dan Doktrin Pertahanan Non militer. Doktrin Pertahanan Militer dijabarkan oleh TNI menjadi Doktrin Tri Dharma Eka Karma atau disingkat Doktrin Tridek. Doktrin Pertahanan Militer berlaku bagi TNI dan komponen penggandanya. Doktrin-doktrin yang bersifat kematraan berinduk pada Doktrin Pertahanan Militer. Mengenai hal ini, pembentukan Doktrin tersebut

sebetulnya tidak dapat terlepas dari beberapa faktor sebagai berikut : faktor sejarah perjuangan bangsa, kedudukan geografi, persepsi kepemimpinan nasional tentang ancaman, perkembangan teknologi, dan perubahan lingkungan strategis. Adapun terkait hal tersebut maka melalui tulisan ini akan dianalisa tentang bagaimana faktor-faktor tersebut menjadi pembentuk diwujudkannya doktrin militer Indonesia. Latar Belakang Persoalan. Doktrin militer merupakan doktrin-doktrin pada tingkat matra. Doktrin matra terdiri atas doktrin pertahanan militer matra darat, yakni Doktrin Kartika Eka Paksi, doktrin pertahanan militer matra laut, yakni Doktrin Eka Sasana Jaya, serta doktrin pertahanan militer matra udara, yakni Doktrin Swa Bhuwana Paka. Sedangkan Doktrin Pertahanan Non militer dapat dijabarkan ke dalam doktrin-doktrin pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini setiap fungsi pemerintahan di luar bidang pertahanan dapat membuat doktrin pelaksanaan sesuai dengan bidangnya yang menginduk pada Doktrin Pertahanan Non militer, serta pelaksanaannya di bawah supervisi Kementerian Pertahanan. Adapun mengenai doktrin itu sendiri, perlu diingat adalah bahwa doktrin

2 militer bukan falsafah, dogma ataupun ajaran-ajaran yang sifatnya abadi. Doktrin militer bersifat dinamis, karena doktrin tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan politik, perkembangan teknologi, perkembangan kemajuan militer, dan perkembangan ekonomi. Dengan demikian doktrin militer memang harus dikembangkan dan dikaji ulang sesuai dengan tuntutan yang harus dihadapi. Adapun dalam hal ini, pengertian Doktrin dalam pengertian yang umum digunakan, istilah doktrin berarti sesuatu yang diajarkan/ pengajaran atau bahkan diperjelas secara khusus sebagai sesuatu yang diyakini kebenarannya dan dianggap sebagai suatu pegangan/pedoman dalam rangka pelaksanaan tugas/pencapaian tujuan. Memang belum ada pengertian doktrin secara formal yang dapat diterima secara umum. Dari sisi militer doktrin dipandang sebagai sesuatu yang berkaitan dengan strategi dan taktik. Namun demikian untuk menyamakan persepsi tentang doktrin terutama yang berkaitan dengan militer kita dapat mengacu pada pengertian yang dicantumkan dalam NATO Glossary and Military Terms yaitu Prinsip-prinsip dasar dimana pasukan militer membimbing tindakan mereka dalam mendukung suatu tujuan. Ini memang seperti otoriter namun

membutuhkan pertimbangan dalam mengaplikasikannya . Dengan menggunakan definisi tersebut maka doktrin militer lebih terfokuskan pada aspek strategi dan taktik. Perlu diingat adalah bahwa doktrin militer bukan falsafah, dogma ataupun ajaran-ajaran yang sifatnya abadi. Doktrin militer bersifat dinamis, karena doktrin tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan politik, perkembangan teknologi, perkembangan kemajuan militer, dan perkembangan ekonomi. Dengan demikian doktrin militer memang harus dikembangkan dan dikaji ulang sesuai dengan tuntutan yang harus dihadapi. Doktrin Militer secara universal didefinisikan sebagai prinsip-prinsip fundamental yang digunakan sebagai pedoman militer dalam melaksanakan tujuannya. Doktrin Militer merupakan suatau rangkaian pengertian dari hal-hal yang berkaitan dengan konflik bersenjata dan penggunaan kekuatan militer. Doktrin diartikan juga sebagai suatu kumpulan pemikiran tentang pengembangan kebijakan dalam bidang pertahanan dan penjelasan dari kebijakan-kebijakan pertahanan itu sendiri. Doktrin Militer pada umumnya memiliki dasar sejarah yang diambil dari pengalaman kemenangan dalam pertempuran. Doktrin Militer juga mencerminkan perubahan dari politik atau strategi suatu negara yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kebijakan, perencanaan, organisasi, latihan dan perlengkapan militer yang akan dimiliki. Sebelum dilaksanakan perubahan organisasi dan penambahan perlengkapan Alutsista, pada umumnya diawali dengan penyempurnaan

3 Doktrin Militer terlebih dahulu. Secara universal doktrin militer didefinisikan sebagai asasasas fundamental yang digunakan oleh angkatan perang untuk dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakan mereka dalam rangka mendukung pencapaian suatu tujuan tertentu. Doktrin bersifat mengikat (memiliki otoritas kewenangan), tetapi memerlukan proses pengambilan keputusan didalam penerapannya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi dalam penyusunan doktrin antara lain ancaman (threat), geografi dan demografi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya, strategi militer dan budaya militer, kebijakan-kebijakan yang ada, konsep-konsep yang ada, taktik, teknik dan prosedur, konsep strategi dan kampanye, pergantian pemerintahan, sejarah dan pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman pertempuran yang pernah ada serta doktrin-doktrin yang pernah ada. Pembahasan Dalam menjelaskan mengenai bagaimana faktor-faktor baik itu sejarah perjuangan bangsa, faktor bentuk geografi,, faktor perkembangan teknologi, maupun faktor kepemimpinan nasional dalam menentukan arah ancaman, maka hal tersebut terlebih dahulu dapat ditinjau dari faktor sejarah perjuangan bangsa, yang memiliki pengaruh utama dalam membentuk arah doktrin militer dibentuk adalah adanya penggalian sejarah yang dilakukan melalui pengkajian untuk mengambil pelajaran yang dapat dipetik, baik dari pengalaman/sejarah kita sendiri maupun dari pengalaman / sejarah bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki pengalaman / peristiwa sejarah perjuangan yang tidak boleh dilupakan oleh siapapun, karena dari sjearah kita dapat belajar dan menggali hal-hal penting yang berharaga guna menentukan langkah-langkah untuk kedepan yang lebih maju. Dari Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia memiliki kisah peristiwa-peristiwa yang perlu dikaji untuk mendapatkan pelajaran yang dapat dipetik dan dirumuskan menjadi konsep-konsep strategik. Hal ini sangat penting khususnya bagi TNI, karena melindungi, menjaga dan memelihara eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari berbagai kemungkinan ancaman yang terjadi dalam dinamika kehidupan bangsa-bangsa di dunia yang memerlukan konsep-konsep strategik. Pada faktor kedudukan geografi, dalam pembentukan suatu doktrin, kedudukan geografi tidak bisa lepas begitu saja, dimana salah satu dari Doktrin Militer diantaranya Doktrin Lingkungan/environmental adalah kumpulan dari keyakinan-keyakinan tentang penggunaan kekuatan militer pada media operasi tertentu yang dipengaruhi oleh

4 kemajuan teknologi. Doktrin lingkungan ini mempunyai beberapa karakteristik khusus dan lebih sempit ruang lingkupnya dibandingkan doktrin dasar, sebab doktrin ini berurusan dengan penggunaan kekuatan militer pada media tertentu. Doktrin Lingkungan

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor geografi dan teknologi secara signifikan. Doktrin kekuatan laut sangat dipengaruhi oleh faktor geografi, disisi lain doktrin kekuatan udara sangat tergantung kepada teknologi. Sedangkan pada faktor persepsi kepemimpinan nasional tentang ancaman, keterkaitan dengan pembentukan doktrin militer, dalam hal ini pada penyelenggaraan pertahanan negara, sangat penting memiliki kemampuan memahami, mengindentifikasi, dan menganalisis ancaman. Pemimpin nasional menilai ancaman sebagai suatu bentuk yang hakikatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik yang berasal dari luar negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Dengan demikian, pimpinan nasional dapat menyesuaikan kebutuhan doktrin militer yang akan dibentuk yang disesuaikan dengan eskalasi ancaman yang akan muncul. Jika dilihat dari sumbernya, ancaman yang dihadapi Indonesia dalam berasal dari luar Indonesia atau kejahatan lintas negara, baik yang dilakukan oleh aktor negara maupun aktor yang bukan negara, serta ancaman yang timbul di dalam negeri. Dimana ancaman tersebut secara sistematis mengancam atau diperkirakan dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa. Pada aspek perkembangan teknologi, sangat memiliki pengaruh yang relatif besar terhadap pembentukan doktrin militer, dimana kemajuan Iptek di satu sisi memberikan nilai positif bagi umat manusia, namun di sisi lain sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melaksanakan tindakan kejahatan seperti kejahatan siber , kejahatan perbankan, penyadapan, dan pembajakan hak cipta. Sebaliknya, hak untuk mendapatkan transfer teknologi, penghargaan atas hasil karya Iptek, serta perlindungan hak-hak intelektual belum tampak kemajuannya. Kondisi tersebut tanpa disadari menjadi penghambat pertumbuhan kreativitas dan inovasi masyarakat Indonesia yang lambat-laun berimplikasi berkembangnya mentalitas masyarakat untuk lebih menghargai produkproduk asing daripada produk anak bangsa sendiri. Hal ini dapat terlihat dari membanjirnya produk-produk asing di Indonesia, sementara produk Iptek hasil dalam negeri kurang diminati. Dikaitkan dengan era perdagangan bebas yang akan berlangsung dalam waktu dekat, sinyalemen ini berpotensi menjadi ancaman yang cukup serius.

5 Dan terakhir adalah ditinjau dari faktor perubahan lingkungan strategis, dimana lingkungan strategis yang sangat dinamis menyebabkan kondisi global dan regional yang tidak menentu. Kondisi ketidakpastian tersebut juga mengakibatkan hakikat ancaman menjadi semakin kompleks dan sulit diprediksi. Dinamika lingkungan strategis yang tidak menentu tersebut menuntut pertahanan negara untuk dipersiapkan dalam menghadapi kemungkinan yang berubah secara tiba-tiba sehingga tidak terdadak oleh ancaman yang berkembang cepat. Dihadapkan hal ini maka faktor lingkungan strategis sangat berpengaruh dalam pembentukan doktrin militer Indonesia. Penutup Sebagai kesimpulan dari uraian diatas, bahwasannya pembentukan doktrin militer Indonesia tidak dapat terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi

pembentukannya, seperti misalnya faktor sejarah perjuangan bangsa, kedudukan geografi, persepsi kepemimpinan nasional tentang ancaman, perkembangan teknologi, dan perubahan lingkungan strategis. Adapun terkait hal tersebut maka melalui tulisan ini didapat suatu penjelasan tentang bagaimana faktor-faktor tersebut menjadi pembentuk diwujudkannya doktrin militer Indonesia. Selain faktor tersebut, hal-hal yang mempengaruhi dan menjadi dominan dalam penyusunan doktrin antara lain ancaman (threat), geografi dan demografi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya, strategi militer dan budaya militer, kebijakankebijakan yang ada, konsep-konsep yang ada, taktik, teknik dan prosedur, konsep strategi dan kampanye, pergantian pemerintahan, sejarah dan pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman pertempuran yang pernah ada serta doktrin-doktrin yang pernah ada. Selain itu, Doktrin Militer terdiri atas Doktrin Dasar/fundamental, Doktrin

Lingkungan/environmental dan Doktrin Organisasional. Doktrin Dasar merupakan fondasi bagi semua bentuk doktrin lainnya. Ruang lingkupnya luas dan konsepsinya abstrak. Esensi doktrin dasar mendefinisikan hakekat perang, penggunaan kekuatan militer, hubungan antara kekuatan militer dengan peralatan-peralatan kekuatan lainnya dan gagasan lain yang serupa, sehingga keyakinan-keyakinan yang tidak terlalu abstrak dapat diletakkan. Doktrin Dasar hampir tidak dipengaruhi oleh hakekat waktu. Jarang berubah karena lebih berkaitan dengan konsep-konsep dasar daripada teknik-teknik yang berkembang. Karakteristik ke-dua sesungguhnya mendasari karakteristik pertama, bahwa doktrin dasar tidak sensitif terhadap filosopi politik maupun perubahan teknologi. Di masa

6 yang akan datang, Doktrin Militer akan berpengaruh pada penyusunan, kebijakan dan strategi, program dan postur, perencanaan, penyusunan konsepkonsep, pendidikan dan latihan, rules of engagement, taktik, teknik dan prosedur serta penyusunan doktrin-doktrin lainnya.

Anda mungkin juga menyukai