jawab
segenap
komponen
bangsa
dalam
upaya
meningkatkan
kekompakan kerja di daerah, dan tidak seperti sekarang ini yang cenderung kurang
aktif menyikapi dinamika sosial yang timbul dimasyarakat,
sehingga kesan
keberadaan Koramil saat ini kurang memberi kontribusi maksimal seperti apa yang
diharapkan institusi. Dalam hal ini masyarakat berperan sebagai objek dari
penerapan program kerja yang dibuat oleh pemerintah, sehingga apabila Kinerja
unsur pimpinan pada tingkat Kecamatan dapat bekerja sama secara baik dan dapat
menunjukkan kinerja yang kompak serta terpadu, maka tidak mustahil masyarakat
akan selalu mengikuti/senantiasa akan mendukung sepenuhnya setiap gagasan
yang dicetuskan oleh para unsur terkait pada tingkat Kecamatan. Dengan demikian
hal tersebut membuktikan dan menunjukan bahwa kesadaran hidup berbangsa dan
bernegara pada wilayah tersebut relatif dapat terbina dengan baik, sehingga apabila
terjadi gejolak di daerah terlebih hal-hal yang dapat merugikan masyarakat banyak,
secara otomatis masyarakat akan segera melaporkan kepada aparat yang
berwenang. Adapun objek-objek lainnya yang ikut serta dalam hal ini diantaranya
aspek geografi, demografi dan kondisi sosial masyarakat. Pembinaan terhadap
sasaran geografi secara baik akan berdampak manfaat yang banyak bagi
kesejahteraan masyarakat dan menimbulkan rasa nyaman karena bahaya bencana
alam dapat dihindari, tetapi sebaliknya tindakan yang salah, dapat menimbulkan
malapetaka bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya. Guna menghindari terjadinya
efek negatif yang timbul pejabat Koramil harus selalu memantau dan berkoordinasi
secara aktif dengan melakukan upaya-upaya dan tindakan yang senantiasa pro aktif
dalam mengatasi setiap perkembangan situasi gejala alam melalui tindakan deteksi
dini dan cegah dini baik yang ditimbulkan oleh alam maupun oleh manusia. Selain
itu keberhasilan pembinaan unsur demografi sangat mempengaruhi terhadap upaya
optimalisasi Binter pada tingkat Koramil. Namun sebaliknya, apabila pada
pembinaan terhadap unsur demografi tidak berhasil maka akan sangat berpengaruh
pada upaya pelaksanaan tindakan deteksi dini dan cegah dini guna mendukung
pelaksanaan pembinaan teritorial dari setiap kemungkinan permasalahan yang
timbul di wilayah. Kondisi sosial masyarakat juga turut mempengaruhi kinerja
instansi terkait, kondisi sosial yang dinamis dapat mewujudkan tatanan tingkah laku
masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat setiap hari. Sehingga
apabila proses pembinaan terhadap unsur geografi dan unsur demografi berhasil
maka akan memperlancar usaha pembinaan kondisi sosial wilayah. Keberhasilan
usaha pembinaan kondisi sosial akan mempermudah mekanisme pelaksanaan
upaya optimalisasi pembinaan teritorial di daerah. Menyikapi perkembangan situasi
di daerah yang cenderung meningkat, khususnya timbulnya kerawanan di bidang
sosial dalam masyarakat, terdapat kecenderungan bahwa aparat pemerintah terkait
kurang memperhatikan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan fungsi dan
tanggung jawabnya. Dengan demikian terjadinya benturan serta gesekan dalam
masyarakat yang terjadi menandakan minimnya peran serta dan tanggung jawab
serta kekompakan antar lintas sektoral yang ada di daerah dalam mewujudkan suatu
terform/wajah daerah ke arah yang diharapkan bersama. Kemudian Danramil
diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan yang berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebagai prasyarat terselenggaranya sistem
pembinaan teritorial yang mantap dalam mendukung terwujudnya ketahanan
pembinaan
teritoral
dengan
sering
meninggalkan
wilayah
secara
maksimal
dengan
situasi
daerah
senantiasa
diikuti
karenanya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat dalam pembinaan internal
bagi setiap unsur Komandan teritorial. Disamping melalui teknik dan sistem
pembinaan yang terarah, perilaku adil memberikan sanksi hukum bagi pelanggar
disiplin berpengaruh langsung pada terjadinya kemerosotan mental prajurit yang
secara langsung berdampak negatif pada upaya Dandim mengajak para Danramil
untuk melakukan tugas pembinaan teritorial dilapangan. Mengapa demikian? Pada
masa lalu terjadi langkah/konsep yang membuat opini terkotak isi kaitan dengan
upaya-upaya yang mengarah pada persaingan tidak sehat dengan selalu
membenarkan tradisi yang kurang mendidik/ABS melalui bentuk pelanggaran atas
kebijakan yang terlalu keluar dari ketentuan yang berlaku. Sehingga mau tidak mau
terjadi dedegrasi moral yang berdampak menurunnya moril dan mental serta
dedikasi dalam pelaksanaan tugas. Akan tetapi apabila sistem pembinaan benarbenar dilakukan secara baik dan benar dengan diimbangi perlakukan tindakan adil
maka hal ini dapat menjadi kekuatan yang dapat mendukung pada upaya
pencapaian sasaran akan etos kerja para prajurit yang diharapkan Komandan Kodim
sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab selaku pembina wilayah di
lingkungan tugas. Pembinaan teritorial yang diharapkan mampu meningkatkan
segenap potensi wilayah menjadi kekuatan kewilayahan untuk mendukung
terselenggaranya Sishankamneg yang tangguh, perlu tindakan arif dan bijaksana
dari unsur pimpinan Danramil melalui perbuatan dan perilaku yang mencerminkan
sosok TNI yang dibanggakan serta dapat dijadikan contoh bagi masyarakat
sekitarnya, sehingga masyarakat merasa terpanggil untuk mau mengikuti setiap
arahan dan saran yang diberikan Danramil dilingkungannya. Peran dan sosok
Danramil dalam mendukung tugas tidak dapat dipisahkan dengan faktor keluarga di
lihat dari plita bibit (latar belakang) keluarga. Dengan demikian faktor tersebut dapat
berpengaruh dalam cara memimpin para anggota di dalam lingkungan tugas.
Namun demikian faktor tersebut tidak mutlak bahwasannya mutu kepemimpinan
dominan negatif, tetapi melalui pembinaan yang terarah, terencana secara
berkesinambungan dapat menghasilkan mutu pimpinan yang handal.
Pola
pembinaan yang baik akan mempengaruhi bebet (bobot) hasil yang dihasilkan. Hal
ini sangat penting berkaitan dengan menciptakan etos kerja para anggota dalam
mewujudkan sistem pembinaan teritorial yang baik melalui upaya tindakan deteksi
dini dan cegah dini disetiap waktu pada lingkup tugas yang dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya kaitan faktor keluarga latar belakang kultural keluarga juga berpengaruh
bobot
(mutu)
person
pada
sifat
kepemimpinan
yang
dimiliki
serta
cara
pejabat Danramil mampu menempatkan pada situasi dan kondisi yang berlaku di
daerahnya. Faktor budaya setempat juga sangat penting dan mempengaruhi
pencapaian sasaran pembinaan teritorial yang diharapkan. Karenanya guna
memaksimalkan upaya pembinaan teritorial melalui kegiatan deteksi dini dan cegah
dini di wilayah budaya setempat harus benar-benar dipelajari dan dipahami oleh
pejabat Koramil, agar tidak terjadi salah penafsiran dengan program yang dibuat
satuan. Pembinaan teritorial di tingkat Koramil mengalami banyak kendala
dihadapkan dengan luas dan tugas yang dilaksanakan. Berkaitan dengan hal
tersebut peningkatan sarana dan prasarana di Koramil perlu diperhatikan agar tugas
Binter melalui langkah deteksi dini dan cegah dini dapat tercapai secara optimal
dengan tidak mengganggu sasaran pokok yang ingin dicapai. Dalam pelaksanaan
pembinaan wilayah memerlukan pondasi yang kuat bagi pejabat Danramil agar
tugas tidak terbias karena faktor kesejahteraan yang terbatas, oleh karenanya
kreatifitas satuan dan improvisasi perlu senantiasa dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan personel. Sehingga para prajurit dalam melaksanakan tingkat
pembinaan secara baik. Faktor ekonomi keluarga dan lingkungan sekitar karena
terbatasnya Komando memberikan fasilitas dan kesejahteraan sangat berpengaruh
prajurit dalam pelaksanaan tugas. Akibat dampak tersebut merupakan suatu kendala
yang harus segera diambil jalan pemacahannya, sehingga para prajurit dan pejabat
Koramil tidak tergoda untuk melakukan tindakan diluar ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian upaya peningkatan pembinaan teritorial dalam membantu
pemerintah daerah untuk mencapai tujuan nasional melalui upaya antisipasi deteksi
dini dan cegah dini tidak mengalami hambatan yang berarti.
Pembinaan teritorial yang diharapkan dapat membantu mewujudkan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui langkah-langkah tindakan deteksi
dini dan cegah dini harus dapat dilakukan oleh setiap pejabat Danramil beserta
perangkatnya. Hal ini diperlukan dalam rangka meningkatkan citra TNI-AD
dihadapkan dengan fungsi tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparat pembina
wilayah. Dengan bergulirnya sistem otonomi daerah sebagai pejabat Danramil harus
mampu berbuat, bersikap dan bertindak sebagai dinamisator dan stabilisator
pembangunan daerah sesuai kebijakan Komando. Hal ini penting untuk memberikan
pandangan kepada masyarakat bahwa TNI telah berbuat yang terbaik, melalui
langkah redifinisi, resposisi dan reaktualisasi sesuai dengan peran dan tuntutan
reformasi menuju sosok prajurit yang profesional, efektif, efisien dan modern dan
menjadi kebanggaan nasional dalam rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari setiap ancaman dan rongrongan yang datang dari
luar negeri dan dalam negeri. Kondisi Koramil ditinjau dari segi kualitas dan
kuantitas harus lebih baik agar pelaksanaan tugas pembinaan teritorial dapat
berjalan sesuai rencana. Untuk mendukung pencapaian sasaran, kreatifitas, inisiatif
dan improvisasi perlu dilakukan agar target sasaran dapat tercapai secara optimal.
Sebagai mitra kerja Koramil, pejabat Danramil harus dapat dan mampu menjadi
pelopor dalam setiap kegiatan di wilayahnya. Hal ini penting dan diperlukan agar
kekompakan antar lintas sektoral dapat terwujud secara baik. Dengan demikian
selaku pejabat Danramil memiliki nilai tambah yang positif sesuai dengan arah
perjuangan
TNI.
Sebagai
Danramil
harus
dapat
berlaku
sebagai
10
dapat mengambil keputusan yang tepat dari hasil deteksi dini dan cegat dini yang
dilaksanakan sebagai langkah awal tindakan antisipasi guna menciptakan kondisi
yang kondusif diwilayahnya. Pejabat Danramil harus bersikap kritis dalam
menghadapi dinamika perkembangan situasi yang terjadi dalam masyarakat dengan
senantiasa memantau dan melaksanakan pembinaan kewilayahan agar sasaran
pembinaan yang dilaksanakan dapat mencapai hasil guna dan daya guna yang
diharuskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman wilayah. Pejabat Danramil
minimal harus memiliki jenjang pendidikan spesialisasi jabatan (Suspater) agar
didapat kesesuaiannya dalam langkah dan gerak penugasan selaku aparat pembina
teritorial yang tangguh dengan senantiasa berpedoman pada etika dan disiplin ilmu
yang
berlaku.
Seorang
Danramil
harus
dapat
menyesuaikan
diri
untuk
mengaplikasikan dengan benar ilmu yang dalam penataran perintah tugas ataupun
kegiatan lain yang bertujuan memperbaiki dan melancarkan seluruh sistem dan
teknik yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan teritorial melalui langkah
dan tindakan deteksi dini dan cegah dini. Guna memaksimalkan pelancaran
pelaksanaan tugas Binter dilapangan, Danramil wajib mengikuti penyuluhan sebagai
evaluasi atas kinerja yang telah dilakukan diwilayahnya, sehingga kekurangan yang
terjadi dilingkungan tugas dapat seoptimal mungkin dicegah dan dicari jalan
pemecahan terbaik.
Dalam mendukung pencapaian sasaran antara, khusus dan pokok dalam
proses Binter perlu dilakukan upaya Prakondisi melalui guna koordinasi lintas
sektoral antar jawatan/instansi terkait dearah guna mewujudkan instansi setingkat
untuk mendukung program pembinaan masyarakat dilingkungan yang telah
dikukuhkan dalam tatanan dan peraturan daerah yang berlaku. Titik berat dalam
rangka mewujudkan sasaran Binter adalah KISS dan kerja sama melalui sistem
pembinaan terpadu. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pembuatan Protap
Binkamwil dalam rangka validasi Protap Binkamwil yang meliputi Protap tentang
banjir, Protap bahaya tanah longsor, Protap pendataan terhadap mantan G 30S.
PKI, Ekstrim kanan dan Ekstrim lainnya, Protap pengendalian bahaya kebakaran,
Protap pengamanan unjuk rasa, Protap pengamanan Bakorinda yang merupakan
kegiatan secara langsung. Secara tidak langsung kita dapat menyarankan Pemda
pada rapat Muspida/ Muspika yang melibatkan kerja sama lintas sektoral yang
mengarah pada pencapaian sasaran pokok meliputi pembentukan team terpadu
11
12
golongan yang ingin merubah Pancasila dan UUD 45, kemudian Bidang Politik yaitu
individu atau golongan yang memutar balikkan fakta untuk mempengaruhi
masyarakat demi kepentingan pribadi atau golongan, individu atau golongan tertentu
yang secara apreori menentang kebijakan pemerintah, individu atau golongan yang
menjalankan politik secara negative, dalam gerak langkah individu atau golongan
selalu mendiskreditkan pemerintah. Selanjutnya dalam Bidang Ekonomi yaitu
individu atau golongan tertentu yang ingin memanfaatkan kelemahan bidang
ekonomi untuk kepentingan pribadi atau golongan, individu atau golongan yang
menentang kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi. Kemudian di Bidang
Sosial Budaya yaitu individu atau golongan tertentu yang mempengaruhi masyarakat
untuk mencetuskan permasalahan SARA, individu atau golongan tertentu yang
mempengaruhi masyarakat untuk mempertentangkan tradisi, kebudayaan dan moral
peradaban daerah. Serta Bidang Hankam yaitu individu atau golongan tertentu yang
selalu membangun dan mengarah kepada tindakan kekerasan yang dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, individu atau golongan
tertentu yang dapat dipengaruhi oleh pihak lain yang terlibat dalam aksi sabotase,
teror atau kegiatan subversi dan kegiatan ekstrim lainnya. Kemudian Sasaran Cegah
Dini antara lain dalam Bidang Idiologi yaitu tercegahnya pengaruh-pengaruh yang
dapat merongrong Pancasila dan UUD 1945, tercegahnya pengaruh-pengaruh yang
merusak kewaspadaan nasional terhadap ancaman golongan ekstrim kiri, ekstrim
kanan dan ekstrim lainnya. Dalam Bidang Politik yaitu tercegahnya opini masyarakat
yang negatif terhadap proses pembangunan daerah dan program-program
pemerintah serta tercegahnya rongrongan terhadap kesadaran politik masyarakat.
Lalu pada Bidang Ekonomi yaitu terkendalinya harga kebutuhan Sembako dalam
perekonomian
masyarakat,
tercegahnya
hambatan
arus
distribusi
barang,
adalah
menyusun
dan
menentukan
mitra
karib
dilapangan,
13
terkait
daerah,
melaksanakan
pembinaan
terhadap
tokoh
melaksanakan
pengendalian
dan
pengawasan,
serta
menentukan
Selalu . . . . . . .
bencana alam dan lain sebagainya. Secara periodik para Babinsa melaksanakan
anjangsana sekaligus mengecek situasi daerah dan memberikan petunjuk sesuai
perintah Danramil, kemudian harus selalu menghargai/diuwongkan apa yang telah
dikerjakan mitra karib. Pembinaan objek lingkungan sebagai objek sangat ditentukan
oleh upaya para unsur pimpinan daerah tingkat kecamatan. Kerja sama yang baik
dan saling pengertian/menghormati di dalam menangani masalah akan mewujudkan
upaya optimalisasi Binter secara optimal seperti yang diharapkan. Jadi keberhasilan
Binter sangat tergantung kepada kerjasama saling pengertian dan keterpaduan
antar unsur pimpinan di daerah.
Pembinaan teritorial memiliki nilai strategis yang tinggi bagi kepentingan
hankamneg oleh karenanya perlu diimbangi dengan tehnik dan methode pembinaan
teritorial yang terarah dan berkesinambungan disesuaikan dengan dinamika
perkembangan zaman. Upaya optimalisasi Binter pada tingkat Kodim dapat dicapai
melalui pola pembinaan yang terencana dan terprogram secara berkesinambungan
dengan senantiasa mengikuti perkembangan dinamika yang terjadi dalam
masyarakat. Melalui methode dan tehnik pembinaan teritorial yang baik sesuai
prosedur dan aturan yang berlaku akan dicapai sasaran yang diharapkan Komando
atas. Guna mencapai sasaran Binter yang diharapkan mohon dapat kiranya
personel yang akan ditempatkan di jajaran Koter memiliki kemampuan bidang
teritorial melalui perbekalan kursus. Perkembangan situasi dewasa ini dengan luas
daerah dan kerawanan sosial mohon kiranya mendapat prioritas penambahan
personel di tingkat Koramil mengingat jumlah Desa ditiap Kecamatan tidak seimbang
dengan jumlah personel di tiap Koramil.
Demikian penulisan Essay Tentang Upaya meningkatkan kemampuan
Danramil dalam rangka deteksi dini dan cegah dini di Koramil dibuat sebagai
sumbangan pemikiran ke Komando atas, semoga bermanfaat bagi kepentingan dan
kemajuan serta peningkatan citra TNI-AD dimasa mendatang.