Anda di halaman 1dari 14

UPAYA MENINGK ATK AN KEM AMPU AN D ANR AMIL

DALAM RANGKA DETEKSI DINI DAN CEGAH DINI


DI KORAMIL

Pembinaan teritorial merupakan metode teknis yang bersifat aplikatif serta


berkaitan untuk menyiapkan dan menggali segenap potensi wilayah, meliputi dan
menggali segenap potensi wilayah, meliputi geografi, demografi dan kondisi sosial
menjadi ruang, alat dan kondisi juang (RAK JUANG) yang tangguh untuk
mendukung kepentingan hankam negara melalui metode pembinaan yang terarah
dengan baik, demikian sebaliknya hal ini penting dalam rangka memperbaiki citra
TNI-AD. Kodim selaku badan pelaksanaan tugas dalam pembinaan kewilayahan
memiliki peran penting atas terselenggaranya sistem pembinaan wilayah agar
dicapai sasaran pokok yang diharapkan komando atas. Kaitan dengan hal tersebut
pola pembinaan teritorial yang telah dan sedang berjalan perlu penyempurnaan
dihadapkan dengan perkembangan situasi yang terjadi, sesuai dengan dinamika
sosial yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini dengan demikian konsep tahapan
serta pola sistem pembinaan kewilayahaan sangat berpengaruh pada pencapaian
pembinaan masyarakat. Sehingga permasalahan yang ada dalam masyarakat
minimal dapat ditekan semaksimal mungkin.
Kemampuan dan ketangguhan wilayah akan sangat berpengruh kepada
bagaimana sistem pembinaan yang dilaksanakan oleh aparat Pemda. Pembinaan
dan peningkatan suatu sumber daya manusia merupakan hal mutlak dan menjadi
tanggung

jawab

segenap

komponen

bangsa

dalam

upaya

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di daerah, sehingga diharapkan sasaran program


pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dapat tercapai secara optimal sesuai
dengan tujuan bersama. Pada tanggal 1 Januari 2001 pemberlakuan sistem otonomi
daerah di mulai, dengan demikian seluruh kebijakan dan peraturan yang berlaku
didaerah mutlak menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, kecuali 5 komponen
mendasar yang masih menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Kebijakan
tersebut terdiri dari : Bidang Politik, Bidang Perimbangan Keuangan/Fiscal,
Kebijakan bidang agama, bidang investasi asing/penanaman modal dan bidang
hankam. Selanjutnya guna meningkatkan upaya optimalisasi peran Binter sangat

dipengaruhi pada aspek lingkungan yang merupakan subyek adalah aparat


pemerintahan (Koramil, Polsek, Kecamatan serta dinas jawatan yang berada di
wilayah Kecamatan serta masyarakat. Adapun aspek yang merupakan obyek adalah
aspek geografi, Demografi dan kondisi sosial. Jika kita lihat secara seksama, masih
banyak faktor-faktor yang perlu diperbaiki baik dari instansi pemerintahan maupun
instansi Hankam, agar kedepannya maksud dan tujuan yang di inginkan dapat
tercapai dengan maksimal. Melihat dari kondisi Koramil saat ini, ditinjau baik dari
segi kuantitas maupun kualitas personel dan materil masih kurang memadai
dihadapkan kepada tugas serta wilayah Koramil yang cukup luas. Relevansi yang
dihadapi kaitani tersebut di atas, perlu kemampuan dalam penguasaan wilayah oleh
unsur Koramil terlebih Danramil, agar tuntutan tugas dapat senantiasa dilaksanakan
sesuai harapan Komando. Oleh karena itu, Guna terselenggaranya upaya
optimalisasi peningkatan peran Binter, memerlukan suatu seni dan daya kreasi serta
kratifitas para anggota Koramil dan Danramil itu sendiri, sehingga mutu dan
kemampuan dalam olah Yudha diwilayah Koramil untuk mencapai target yang
diharapkan dapat dilakukan secara optimal. Pada jajaran Pemerintah Daerah
sebagai mitra kerja Koramil adalah Kecamatan, Polsek serta dinas jawatan yang
berada diwilayahnya oleh karenanya dalam menjalin hubungan kerja harus dapat
mengkoordininir mitra kerja sehingga dapat terwujud kekompakan dalam bertindak
serta tercapai keterpaduan yang utuh dalam proses pemecahan persoalan yang
timbul di daerah, agar setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya Danramil selaku dinamisator, stabilisator dan inovator pembangunan di
tuntut untuk dapat bertindak

secara adil dan bijaksana dalam mempelopori

kekompakan kerja di daerah, dan tidak seperti sekarang ini yang cenderung kurang
aktif menyikapi dinamika sosial yang timbul dimasyarakat,

sehingga kesan

keberadaan Koramil saat ini kurang memberi kontribusi maksimal seperti apa yang
diharapkan institusi. Dalam hal ini masyarakat berperan sebagai objek dari
penerapan program kerja yang dibuat oleh pemerintah, sehingga apabila Kinerja
unsur pimpinan pada tingkat Kecamatan dapat bekerja sama secara baik dan dapat
menunjukkan kinerja yang kompak serta terpadu, maka tidak mustahil masyarakat
akan selalu mengikuti/senantiasa akan mendukung sepenuhnya setiap gagasan
yang dicetuskan oleh para unsur terkait pada tingkat Kecamatan. Dengan demikian
hal tersebut membuktikan dan menunjukan bahwa kesadaran hidup berbangsa dan
bernegara pada wilayah tersebut relatif dapat terbina dengan baik, sehingga apabila

terjadi gejolak di daerah terlebih hal-hal yang dapat merugikan masyarakat banyak,
secara otomatis masyarakat akan segera melaporkan kepada aparat yang
berwenang. Adapun objek-objek lainnya yang ikut serta dalam hal ini diantaranya
aspek geografi, demografi dan kondisi sosial masyarakat. Pembinaan terhadap
sasaran geografi secara baik akan berdampak manfaat yang banyak bagi
kesejahteraan masyarakat dan menimbulkan rasa nyaman karena bahaya bencana
alam dapat dihindari, tetapi sebaliknya tindakan yang salah, dapat menimbulkan
malapetaka bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya. Guna menghindari terjadinya
efek negatif yang timbul pejabat Koramil harus selalu memantau dan berkoordinasi
secara aktif dengan melakukan upaya-upaya dan tindakan yang senantiasa pro aktif
dalam mengatasi setiap perkembangan situasi gejala alam melalui tindakan deteksi
dini dan cegah dini baik yang ditimbulkan oleh alam maupun oleh manusia. Selain
itu keberhasilan pembinaan unsur demografi sangat mempengaruhi terhadap upaya
optimalisasi Binter pada tingkat Koramil. Namun sebaliknya, apabila pada
pembinaan terhadap unsur demografi tidak berhasil maka akan sangat berpengaruh
pada upaya pelaksanaan tindakan deteksi dini dan cegah dini guna mendukung
pelaksanaan pembinaan teritorial dari setiap kemungkinan permasalahan yang
timbul di wilayah. Kondisi sosial masyarakat juga turut mempengaruhi kinerja
instansi terkait, kondisi sosial yang dinamis dapat mewujudkan tatanan tingkah laku
masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat setiap hari. Sehingga
apabila proses pembinaan terhadap unsur geografi dan unsur demografi berhasil
maka akan memperlancar usaha pembinaan kondisi sosial wilayah. Keberhasilan
usaha pembinaan kondisi sosial akan mempermudah mekanisme pelaksanaan
upaya optimalisasi pembinaan teritorial di daerah. Menyikapi perkembangan situasi
di daerah yang cenderung meningkat, khususnya timbulnya kerawanan di bidang
sosial dalam masyarakat, terdapat kecenderungan bahwa aparat pemerintah terkait
kurang memperhatikan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan fungsi dan
tanggung jawabnya. Dengan demikian terjadinya benturan serta gesekan dalam
masyarakat yang terjadi menandakan minimnya peran serta dan tanggung jawab
serta kekompakan antar lintas sektoral yang ada di daerah dalam mewujudkan suatu
terform/wajah daerah ke arah yang diharapkan bersama. Kemudian Danramil
diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan yang berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebagai prasyarat terselenggaranya sistem
pembinaan teritorial yang mantap dalam mendukung terwujudnya ketahanan

nasional dalam rangka pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional.


Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa aspek yang mempengaruhi
ketidakmasimalan pelaksanaan di lapangan, diantaranya pola kepemimpinan para
Danramil di nilai masih sangat rendah di lapangan. Hal ini terlihat dengan munculnya
beberapa kejadian-kejadian yang bernuansa SARA. Konsep awal pembentukan
Koter di daerah merupakan cikal bakal terwujudnya tindakan deteksi dini dan cegah
dini dalam rangka mengamankan dan mempertahankan kedaulatan dan integritas
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala bentuk ancaman yang datang dari
luar negeri dan dalam negeri, menimbang kondisi negara kita merupakan negara
kepulauan yang berbentuk republik. Kemudian sikap tidak mau tahu/apatis
cenderung masih mewarnai perilaku sebagian pejabat Danramil di daerah dalam
pelaksanaan

pembinaan

teritoral

dengan

sering

meninggalkan

wilayah

kerja/dinasnya untuk kepentingan yang tidak perlu, sehingga otomatis proses


pembinaan wilayah tidak dapat dilakukan secara maksimal. Padahal untuk
mewujudkan sasaran pembinaan teritorial yang diharapkan perlu penguasaan
wilayah

secara

maksimal

dengan

situasi

daerah

senantiasa

diikuti

perkembangannya dengan baik, dengan demikian keamanan wilayah akan dapat


diwujudkan secara nyata. Selain itu taraf kemajuan akan ketrampilan serta latar
belakang pendidikan para Danramil sebagian besar masih belum memenuhi
persyaratan yang ditentukan, baik dari segi kualitas personel maupun dalam segi
kwantitas hasil didik. Dengan demikian cakrawala pandang serta konsep
pemahamanan yang diharapkan Komando kurang memenuhi kriteria sasaran yang
diharapkan. Adapun pola pembinaan dalam proses peningkatan teknik pembinaan
teritorial yang diharapkan dalam bentuk penataran, belum sepenuhnya mencapai
target dari sasaran yang diharapkan. Oleh karenanya secara tidak langsung dapat
berpengaruh pada proses pencapaian sasaran pokok yang diharapkan Komando.
Dengan demikian sistem penataran dalam pola pembinaan teritorial yang diinginkan
benar-benar senantiasa dilaksanakan secara kontinue dan berkesinambungan.
Serta jika dilihat dari konsep peningkatan dalam pola pembinaan teritorial melalui
teknik penyuluhan dari unsur pimpinan dipandang kurang dapat dijabarkan oleh para
Danramil secara maksimal, hal ini adanya faktor yang senantiasa mempengaruhi
pada pola pembinaan yang diharapkan, sehingga pelaksanaan dilapangan kurang
mengenai pada sasaran yang diharapkan.

Dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan guna mendukung dan


meningkatkan peran dan mutu Danramil, perlu upaya dan langkah yang terencana.
Hal ini tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal yang dirasakan langsung para
pejabat Danramil di daerah dalam upaya merubah teknik dan metoda Binter di
daerah agar lebih baik di masa mendatang dihadapkan pada perkembangan situasi
dan kondisi yang dihadapi. Dalam proses Binter perlu kreatifitas dan inisiatif seluruh
personel Koramil mulai dari tingkat Babinsa sampai dengan Danramil di daerah.
Karena kepribadian dihadapkan dengan cara pandang para personel dalam
pelaksanaan tugas perlu bimbingan dari Dan Sat melalui contoh ketauladanan dan
perlakukan adil serta penerapan hukum dan fraksi hukum melalui penyuluhan dan
bimbingan hukum yang berkesinambungan. Menimbang kepribadian seseorang
merupakan kodrat yang merupakan sifat bawaan sejak lahir, karenanya pola
pembinaan kepada para prajurit khususnya para Danramil diperlukan alternatif serta
teknik yang tepat dan mendasar melalui upaya penerapan peraturan tatib yang baik
dan adil yang berlaku dalam satuan serta pola pendekatan persuasif. Selanjutnya
selain faktor bawaan lahir dan lingkungan tugas, faktor ekonomi dan kondisi
kesejahteraan keluarga berperan penting dalam mendorong etos kerja para
Danramil dan para anggotanya. Dengan demikian sifat ketauladanan unsur pimpinan
atas dalam melihat secara objektif kondisi yang dihadapi para anggota bawahan
dapat memacu para anggota lain untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan peran dan fungsi serta tanggung jawabnya. Faktor-faktor dominan yang
dapat mempengaruhi sifat dan perilaku seseorang adalah pembawaan lahir, kaitan
dengan hal tersebut watak secara tidak langsung menjadi salah satu faktor penentu
seseorang dalam mendukung etos kerja. Akan tetapi dampak itu secara bertahap
dapat berkurang melalui teknik dan metode pembinaan satuan yang dilaksanakan
secara kontinue dan berkesinambungan. Dengan demikian kiat dari Komandan
satuan untuk memperbesar daya guna dengan hasil guna dari kinerja Danramil di
jajaran sangat ditentukan/dipengaruhi oleh bagaimana sistem dan teknik pembinaan
yang dilaksanakan di satuan. Pola pembinaan satuan yang dilaksanakan secara
tidak tepat berdampak langsung pada penemuan tingkat disiplin, loyalitas dan
dedikasi tugas secara dratis. Hal ini akan sangat dimungkinkan akan terjadi
dilingkungan PA (Danramil), menimbang sumber pemirsa yang dihasilkan,
khususnya alokasi tempat tugas di jajaran Koter berasal dari PA Reguler yang
ditinjau dari segi kualitas sangat sedikit yang masih memiliki dedikasi tugas. Oleh

karenanya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat dalam pembinaan internal
bagi setiap unsur Komandan teritorial. Disamping melalui teknik dan sistem
pembinaan yang terarah, perilaku adil memberikan sanksi hukum bagi pelanggar
disiplin berpengaruh langsung pada terjadinya kemerosotan mental prajurit yang
secara langsung berdampak negatif pada upaya Dandim mengajak para Danramil
untuk melakukan tugas pembinaan teritorial dilapangan. Mengapa demikian? Pada
masa lalu terjadi langkah/konsep yang membuat opini terkotak isi kaitan dengan
upaya-upaya yang mengarah pada persaingan tidak sehat dengan selalu
membenarkan tradisi yang kurang mendidik/ABS melalui bentuk pelanggaran atas
kebijakan yang terlalu keluar dari ketentuan yang berlaku. Sehingga mau tidak mau
terjadi dedegrasi moral yang berdampak menurunnya moril dan mental serta
dedikasi dalam pelaksanaan tugas. Akan tetapi apabila sistem pembinaan benarbenar dilakukan secara baik dan benar dengan diimbangi perlakukan tindakan adil
maka hal ini dapat menjadi kekuatan yang dapat mendukung pada upaya
pencapaian sasaran akan etos kerja para prajurit yang diharapkan Komandan Kodim
sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab selaku pembina wilayah di
lingkungan tugas. Pembinaan teritorial yang diharapkan mampu meningkatkan
segenap potensi wilayah menjadi kekuatan kewilayahan untuk mendukung
terselenggaranya Sishankamneg yang tangguh, perlu tindakan arif dan bijaksana
dari unsur pimpinan Danramil melalui perbuatan dan perilaku yang mencerminkan
sosok TNI yang dibanggakan serta dapat dijadikan contoh bagi masyarakat
sekitarnya, sehingga masyarakat merasa terpanggil untuk mau mengikuti setiap
arahan dan saran yang diberikan Danramil dilingkungannya. Peran dan sosok
Danramil dalam mendukung tugas tidak dapat dipisahkan dengan faktor keluarga di
lihat dari plita bibit (latar belakang) keluarga. Dengan demikian faktor tersebut dapat
berpengaruh dalam cara memimpin para anggota di dalam lingkungan tugas.
Namun demikian faktor tersebut tidak mutlak bahwasannya mutu kepemimpinan
dominan negatif, tetapi melalui pembinaan yang terarah, terencana secara
berkesinambungan dapat menghasilkan mutu pimpinan yang handal.

Pola

pembinaan yang baik akan mempengaruhi bebet (bobot) hasil yang dihasilkan. Hal
ini sangat penting berkaitan dengan menciptakan etos kerja para anggota dalam
mewujudkan sistem pembinaan teritorial yang baik melalui upaya tindakan deteksi
dini dan cegah dini disetiap waktu pada lingkup tugas yang dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya kaitan faktor keluarga latar belakang kultural keluarga juga berpengaruh

bobot

(mutu)

person

pada

sifat

kepemimpinan

yang

dimiliki

serta

cara

mengekspresikan kepemimpinan dilingkup tugas. Karenanya baik latar belakang


keluarga akan semakin tampak kedewasaan, kewibawaan dan kematangan dalam
mengaktualisasikan seluruh kemampuan untuk mendukung pelaksanaan tugas
pokok. Namun demikian semua akan terwujud secara optimal apabila pola
pembinaan dalam rangka meningkatkan etos kerja melalui tindakan deteksi dini dan
cegah dini dapat dilakukan secara maksimal oleh Komandan Kodim. Dalam
pembinaan teritorial perlu seni dan teknik serta strategi yang dapat mempengaruhi
kelompok mayoritas dalam lingkungan masyarakat untuk memenangkan pengaruh
agar dapat diterima secara utur oleh masyarakat terhadap keberadaan kita. Oleh
karenanya sebagai pejabat Danramil sebaiknya ditunjuk personel yang kuat dalam
ibadah serta penempatan tour of the duty maupun tour of the area harus selain
memiliki nilai religius, tidak ketinggalan, seyogyanya penempatan pejabat di suatu
tempat harus se iman dengan masyarakat yang mayoritas memiliki kepercayaan
yang dominan, sehingga pelaksanaan tugas tidak mendapatkan hambatan yang
berarti termasuk bagaimana memaksimalkan tindakan deteksi dini dan cegah dini di
wilayahnya. Dalam mendukung peran Binter perlu pembekalan dari para Dan Sat
melalui jam Komandan yang dilakukan setiap waktu sesuai jadwal. Hal ini penting
guna menghindari pengaruh negatif dan dapat meringankan beban akan tanggung
jawab para unsur pelaksana tugas dilapangan, mengingat permasalahan yang
dihadapi di daerah sangat komplek, dengan demikian jalan keluar dalam
menghadapi persoalan sosial di masyarakat dapat dicari jalan keluar yang terbaik.
Unsur dinamis yang berpengaruh pada baik dan tidaknya dedikasi tugas dapat
disebabkan karena faktor lingkungan sehingga mental dan disiplin para Danramil
pada menciptakan kinerja yang baik senantiasa dapat dipelihara dengan baik
Dandim melalui teknik pemantauan yang dilakukan setiap saat sehingga efek negatif
dominan yang menghambat proses pencapaian tugas pokok melalui tindakan
deteksi dini dan cegah dini yang senantiasa dilakukan tidak menjadi semboyan
semata sehingga makin dapat memperburuk situasi lingkungan tugas. Latar
belakang adat istiadat daerah merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam
upaya aparat teritorial untuk mampu berbuat maksimal dalam etos kerja yang
dipertanggung jawabkan oleh karenanya selalu perangkat pembina teritorial harus
memiliki mental yang baik agar dapat mengimbangi dan menyesuaikan dini terhadap
adat istiadat dan etika yang berlaku. Dengan demikian aparat teritorial khususnya

pejabat Danramil mampu menempatkan pada situasi dan kondisi yang berlaku di
daerahnya. Faktor budaya setempat juga sangat penting dan mempengaruhi
pencapaian sasaran pembinaan teritorial yang diharapkan. Karenanya guna
memaksimalkan upaya pembinaan teritorial melalui kegiatan deteksi dini dan cegah
dini di wilayah budaya setempat harus benar-benar dipelajari dan dipahami oleh
pejabat Koramil, agar tidak terjadi salah penafsiran dengan program yang dibuat
satuan. Pembinaan teritorial di tingkat Koramil mengalami banyak kendala
dihadapkan dengan luas dan tugas yang dilaksanakan. Berkaitan dengan hal
tersebut peningkatan sarana dan prasarana di Koramil perlu diperhatikan agar tugas
Binter melalui langkah deteksi dini dan cegah dini dapat tercapai secara optimal
dengan tidak mengganggu sasaran pokok yang ingin dicapai. Dalam pelaksanaan
pembinaan wilayah memerlukan pondasi yang kuat bagi pejabat Danramil agar
tugas tidak terbias karena faktor kesejahteraan yang terbatas, oleh karenanya
kreatifitas satuan dan improvisasi perlu senantiasa dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan personel. Sehingga para prajurit dalam melaksanakan tingkat
pembinaan secara baik. Faktor ekonomi keluarga dan lingkungan sekitar karena
terbatasnya Komando memberikan fasilitas dan kesejahteraan sangat berpengaruh
prajurit dalam pelaksanaan tugas. Akibat dampak tersebut merupakan suatu kendala
yang harus segera diambil jalan pemacahannya, sehingga para prajurit dan pejabat
Koramil tidak tergoda untuk melakukan tindakan diluar ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian upaya peningkatan pembinaan teritorial dalam membantu
pemerintah daerah untuk mencapai tujuan nasional melalui upaya antisipasi deteksi
dini dan cegah dini tidak mengalami hambatan yang berarti.
Pembinaan teritorial yang diharapkan dapat membantu mewujudkan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui langkah-langkah tindakan deteksi
dini dan cegah dini harus dapat dilakukan oleh setiap pejabat Danramil beserta
perangkatnya. Hal ini diperlukan dalam rangka meningkatkan citra TNI-AD
dihadapkan dengan fungsi tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparat pembina
wilayah. Dengan bergulirnya sistem otonomi daerah sebagai pejabat Danramil harus
mampu berbuat, bersikap dan bertindak sebagai dinamisator dan stabilisator
pembangunan daerah sesuai kebijakan Komando. Hal ini penting untuk memberikan
pandangan kepada masyarakat bahwa TNI telah berbuat yang terbaik, melalui
langkah redifinisi, resposisi dan reaktualisasi sesuai dengan peran dan tuntutan

reformasi menuju sosok prajurit yang profesional, efektif, efisien dan modern dan
menjadi kebanggaan nasional dalam rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari setiap ancaman dan rongrongan yang datang dari
luar negeri dan dalam negeri. Kondisi Koramil ditinjau dari segi kualitas dan
kuantitas harus lebih baik agar pelaksanaan tugas pembinaan teritorial dapat
berjalan sesuai rencana. Untuk mendukung pencapaian sasaran, kreatifitas, inisiatif
dan improvisasi perlu dilakukan agar target sasaran dapat tercapai secara optimal.
Sebagai mitra kerja Koramil, pejabat Danramil harus dapat dan mampu menjadi
pelopor dalam setiap kegiatan di wilayahnya. Hal ini penting dan diperlukan agar
kekompakan antar lintas sektoral dapat terwujud secara baik. Dengan demikian
selaku pejabat Danramil memiliki nilai tambah yang positif sesuai dengan arah
perjuangan

TNI.

Sebagai

Danramil

harus

dapat

berlaku

sebagai

pemersatu/dinamisator antar lintas sektoral diwilayahnya dalam rangka mewujudkan


kinerja yang kompak, terpadu dan terintegrasi secara baik, sehingga kebersamaan
dalam mengantisipasi permasalahan yang terjadi di daerah dapat dilaksanakan
secara maksimal. Selaku pejabat Danramil harus dapat berbuat dan berinisiatif
bagaimana agar potensi alam dan sumber daya Binter mampu mendukung
terselenggara sishankamrata serta menjadikan potensi alam sebagai pendukung
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini hanya dapat dilakukan
apabila Danramil aktif melakukan koordinasi melalui penganalisaan yang tepat atas
pelaksanaan upaya deteksi dini dan cegah dini diwilayahnya. Danramil harus
mampu melakukan pembinaan penggalangan kepada masyarakat secara maksimal
untuk dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kearah tercapainya
tujuan dan cita-cita bersama dalam rangka membangun wilayah. Danramil harus
mampu mengantisipasi setiap perkembangan dinamika sosial yang terjadi ditengah
kehidupan masyarakat agar gejolak sosial yang timbul dalam lingkungan tanggung
jawabnya dapat diatasi dan diambil langkah alternatif pemecahan yang terbaik.
Sistem kerja aparat terkait di wilayah tanggung jawab binaan Koramil harus dapat di
padukan dalam mendukung sasaran pembinaan yang diharapkan bersama dengan
tehnik kreatifitas, inovasi dan kerjasama yang saling menguntungkan dan saling
menghargai sistem metoda kinerja aparat pemerintah daerah agar semaksimal
mungkin dapat terwujud guna tercapai Koordinasi, Integrasi, Sosialisasi dan
Sinkronisasi (KISS) yang diharapkan. Kepemimpinan larangan Danramil harus
meningkat agar memungkinkan pejabat Danramil aktif dan mampu berbuat serta

10

dapat mengambil keputusan yang tepat dari hasil deteksi dini dan cegat dini yang
dilaksanakan sebagai langkah awal tindakan antisipasi guna menciptakan kondisi
yang kondusif diwilayahnya. Pejabat Danramil harus bersikap kritis dalam
menghadapi dinamika perkembangan situasi yang terjadi dalam masyarakat dengan
senantiasa memantau dan melaksanakan pembinaan kewilayahan agar sasaran
pembinaan yang dilaksanakan dapat mencapai hasil guna dan daya guna yang
diharuskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman wilayah. Pejabat Danramil
minimal harus memiliki jenjang pendidikan spesialisasi jabatan (Suspater) agar
didapat kesesuaiannya dalam langkah dan gerak penugasan selaku aparat pembina
teritorial yang tangguh dengan senantiasa berpedoman pada etika dan disiplin ilmu
yang

berlaku.

Seorang

Danramil

harus

dapat

menyesuaikan

diri

untuk

mengaplikasikan dengan benar ilmu yang dalam penataran perintah tugas ataupun
kegiatan lain yang bertujuan memperbaiki dan melancarkan seluruh sistem dan
teknik yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan teritorial melalui langkah
dan tindakan deteksi dini dan cegah dini. Guna memaksimalkan pelancaran
pelaksanaan tugas Binter dilapangan, Danramil wajib mengikuti penyuluhan sebagai
evaluasi atas kinerja yang telah dilakukan diwilayahnya, sehingga kekurangan yang
terjadi dilingkungan tugas dapat seoptimal mungkin dicegah dan dicari jalan
pemecahan terbaik.
Dalam mendukung pencapaian sasaran antara, khusus dan pokok dalam
proses Binter perlu dilakukan upaya Prakondisi melalui guna koordinasi lintas
sektoral antar jawatan/instansi terkait dearah guna mewujudkan instansi setingkat
untuk mendukung program pembinaan masyarakat dilingkungan yang telah
dikukuhkan dalam tatanan dan peraturan daerah yang berlaku. Titik berat dalam
rangka mewujudkan sasaran Binter adalah KISS dan kerja sama melalui sistem
pembinaan terpadu. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pembuatan Protap
Binkamwil dalam rangka validasi Protap Binkamwil yang meliputi Protap tentang
banjir, Protap bahaya tanah longsor, Protap pendataan terhadap mantan G 30S.
PKI, Ekstrim kanan dan Ekstrim lainnya, Protap pengendalian bahaya kebakaran,
Protap pengamanan unjuk rasa, Protap pengamanan Bakorinda yang merupakan
kegiatan secara langsung. Secara tidak langsung kita dapat menyarankan Pemda
pada rapat Muspida/ Muspika yang melibatkan kerja sama lintas sektoral yang
mengarah pada pencapaian sasaran pokok meliputi pembentukan team terpadu

11

tentang protap daerah, pelatihan dan penataran Suskalak/Calon Hansip yang


diselenggarakan Pemda bekerja sama dengan TNI, serta memberikan saran Pemda
tentang tindak lanjut protap terpadu khususnya bagi Apter dalam masalah Binkawil
dan kegiatan bhakti TNI. Pelaksanaan Binter daerah ditujukan kepada setiap aspek
bidang geografi, demografi dan kondisi sosial dapat mempengaruhi semua aspek
kehidupan masyarakat. Usaha mendapatkan keterangan tentang gejala yang secara
potensial dapat menimbulkan kegiatan pihak sendiri (masyarakat luas) dilaksanakan
sebagai tugas rutin maupun sebagai tugas khusus berdasarkan arahan dan petunjuk
Dan Dim. Dalam bidang geografi sasaran deteksi dini ditujukan terhadap setiap
gejala kerawanan yang berkaitan dengan letak dan bentuk medan, tingkat
kesuburan tanah, kelestarian dan kekayaan alam, lingkungan hidup dan bencana
alam yang dapat menimbulkan kerugian secara luas. Sebagai sasaran nyata antara
lain adanya gejala-gejala tanah longsor disuatu daerah tertentu, adanya gejalagejala gelombang pasang didaerah aliran sungai, adanya gejala-gejala pengrusakan
daerah aliran sungai, adanya gejala-gejala pengrusakan hutan, penebangan liar
serta perambahan hutan, adanya gejala-gejala penggalian batu, pasir, tanah dan
penambangan liar, adanya gejala-gejala pencemaran air dan polusi yang dapat
membahayakan lingkungan, adanya gejala-gejala alam yang dapat menimbulkan
banjir, gelombang pasang, angin topan, dan sebagainya. Sasaran kegiatan ditujukan
terhadap setiap gejala kerawanan-kerawanan dibidang geografi yang dapat
menimbulkan permasalahan. Sebagai sasaran nyata antara lain adanya gejalagejala dari individu atau golongan yang memanfaatkan tingkat pendidikan
masyarakat yang masih rendah demi kepentingannya, adanya gejala-gejala dari
individu atau golongan yang memanfaatkan pengangguran demi kepentingannya,
adanya gejala-gejala dari individu atau golongan yang memanfaatkan tingkat
kesehatan masyarakat yang masih rendah untuk kepentingannya, adanya gejalagejala individu atau golongan yang memanfaatkan ketrampilan/profesi rakyat yang
masih rendah untuk kepentingannya, adanya ekses keberhasilan pembangunan
yang meresahkan masyarakat. Sasaran kegiatan ditujukan terhadap gejala yang
dapat menimbulkan kerawanan dibidang Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya
maupun Hankam. Sebagai sasaran nyata adalah individu atau golongan yang dapat
menimbulkan aksi dan interaksi yang merugikan pihak sendiri maupun masyarakat
luas. Sasaran deteksi dini antara lain Bidang Idiologi yaitu individu atau golongan
tertentu yang masih menentang Pancasila sebagai satu-satunya azas, individu atau

12

golongan yang ingin merubah Pancasila dan UUD 45, kemudian Bidang Politik yaitu
individu atau golongan yang memutar balikkan fakta untuk mempengaruhi
masyarakat demi kepentingan pribadi atau golongan, individu atau golongan tertentu
yang secara apreori menentang kebijakan pemerintah, individu atau golongan yang
menjalankan politik secara negative, dalam gerak langkah individu atau golongan
selalu mendiskreditkan pemerintah. Selanjutnya dalam Bidang Ekonomi yaitu
individu atau golongan tertentu yang ingin memanfaatkan kelemahan bidang
ekonomi untuk kepentingan pribadi atau golongan, individu atau golongan yang
menentang kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi. Kemudian di Bidang
Sosial Budaya yaitu individu atau golongan tertentu yang mempengaruhi masyarakat
untuk mencetuskan permasalahan SARA, individu atau golongan tertentu yang
mempengaruhi masyarakat untuk mempertentangkan tradisi, kebudayaan dan moral
peradaban daerah. Serta Bidang Hankam yaitu individu atau golongan tertentu yang
selalu membangun dan mengarah kepada tindakan kekerasan yang dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, individu atau golongan
tertentu yang dapat dipengaruhi oleh pihak lain yang terlibat dalam aksi sabotase,
teror atau kegiatan subversi dan kegiatan ekstrim lainnya. Kemudian Sasaran Cegah
Dini antara lain dalam Bidang Idiologi yaitu tercegahnya pengaruh-pengaruh yang
dapat merongrong Pancasila dan UUD 1945, tercegahnya pengaruh-pengaruh yang
merusak kewaspadaan nasional terhadap ancaman golongan ekstrim kiri, ekstrim
kanan dan ekstrim lainnya. Dalam Bidang Politik yaitu tercegahnya opini masyarakat
yang negatif terhadap proses pembangunan daerah dan program-program
pemerintah serta tercegahnya rongrongan terhadap kesadaran politik masyarakat.
Lalu pada Bidang Ekonomi yaitu terkendalinya harga kebutuhan Sembako dalam
perekonomian

masyarakat,

tercegahnya

hambatan

arus

distribusi

barang,

tercegahnya hambatan dibidang koperasi desa. Kemudian di Bidang Sosial Budaya


yaitu tercegahnya aksi sara, tercegahnya pengaruh budaya asing yang dapat
merusak kebudayaan nasional, tercegahnya timbulnya kenakalan remaja akibat
pengaruh Narkoba dan pola hidup santai. Serta pada Bidang Hankam yaitu
tercegahnya keresahan masyarakat, tercegahnya ketegangan sosial masyarakat,
tercegahnya tindakan-tindakan sabotase, teror dan kegiatan subversi. Dalam
melaksanakan pokok-pokok kegiatan Binter hal yang perlu dilaksanakan antara lain
kegiatan secara Langsung dan tidak langsung, secara langsung yang dapat
dilaksanakan

adalah

menyusun

dan

menentukan

mitra

karib

dilapangan,

13

melaksanakan pembinaan mitra karib secara berkesinambungan, menentukan


sarana pemberitaan yang diperlukan, melaksanakan kunjungan kerja Babinsa ke
daerah binaan, menyusun dan menentukan kegiatan patrol, melaksanakan
pengendalian dan pengawasan, serta menentukan mengarahkan prosdur laporan
sesuai dengan protap yang berlaku. Secara tidak Langsung yaitu melaksanakan
koordinasi, integrasi, singkronisasi dan sosialisasi serta kerja sama terpadu antar
instansi/jawatan

terkait

daerah,

melaksanakan

pembinaan

terhadap

tokoh

masyarakat, mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan Binter, penangangan


masalah secara terpadu, melaksanakan dan meningkatkan tehnis penguasaan
wilayah,

melaksanakan

pengendalian

dan

pengawasan,

serta

menentukan

mengarahkan prosedur laporan sesuai dengan protap yang berlaku. Untuk


melaksanakan pokok-pokok kegiatan tersebut diatas maka perlu adanya beberapa
hal yang perlu dilakukan, diantaranya yang dilakukan secara Langsung yaitu
menyusun dan menentukan mitra karib dilapangan, membina mitra karib sebagai
sumber informasi dikalangan masyarakat dan aparat lain berdasarkan penilaian dan
persyaratan antara lain memiliki mental idiologi yang baik, mampu berkomunikasi,
memiliki loyalitas, cukup cerdas/memiliki kemampuan intelijensia, memiliki setia
kawan, dapat dipercaya, sadar bela Negara, dapat menyampaikan laporan yang
jelas dan lengkap (Siabidi dan Abidi). Personel/masyarakat tersebut diatas dipilih
dari beberapa lingkungan yaitu tokoh masyarakat formal maupun non formal, tukang
becak, supir, nelayan, pedagang, buruh, karang Taruna/OKP, aparat keamanan
setempat (Satpam, Polsus, Hansip, Ratih), aparat Desa/Kecamatan, aparat
Dinas/Instansid yang ada diwilayah Kecamatan, Keluarga besar ABRI (KBA).
Berdasarkan hasil penilaian para Babinsa dan Kepala Desa pejabat Danramil
menyeleksi personel/masyarakat tersebut diatas yang dapat dijadikan Mitra Karib
dengan mempelajari riwayat hidup yang bersangkutan. Agar Mitra Karib mengerti
akan tugas dan tanggung jawabnya, Babinsa memberikan arahan tentang tugas
sesuai petunjuk Danramil meliputi melakukan pencatatan dan segera melaporkan
kepaa Babinsa atau langsung kepada Danramil, hal-hal yang dapat menimbulkan
kerawanan masyarakat. Hal-hal yang harus dicatat dan dilaporkan antara lain adalah
adanya rapat-rapat gelap, dakwah yang mencela pemerintah, perkelahian antara
/ c)

Selalu . . . . . . .

WNI dengan Pribumi, perkelahian antar anak sekolah, perkelahian antar

suku/kampong, tingkah laku masyarakat, hewan dan alam diluar kebiasaan,


pencemaran limbah ari dan udara, terjadinya pengrusakan hutan/penebangan liar,

bencana alam dan lain sebagainya. Secara periodik para Babinsa melaksanakan
anjangsana sekaligus mengecek situasi daerah dan memberikan petunjuk sesuai
perintah Danramil, kemudian harus selalu menghargai/diuwongkan apa yang telah
dikerjakan mitra karib. Pembinaan objek lingkungan sebagai objek sangat ditentukan
oleh upaya para unsur pimpinan daerah tingkat kecamatan. Kerja sama yang baik
dan saling pengertian/menghormati di dalam menangani masalah akan mewujudkan
upaya optimalisasi Binter secara optimal seperti yang diharapkan. Jadi keberhasilan
Binter sangat tergantung kepada kerjasama saling pengertian dan keterpaduan
antar unsur pimpinan di daerah.
Pembinaan teritorial memiliki nilai strategis yang tinggi bagi kepentingan
hankamneg oleh karenanya perlu diimbangi dengan tehnik dan methode pembinaan
teritorial yang terarah dan berkesinambungan disesuaikan dengan dinamika
perkembangan zaman. Upaya optimalisasi Binter pada tingkat Kodim dapat dicapai
melalui pola pembinaan yang terencana dan terprogram secara berkesinambungan
dengan senantiasa mengikuti perkembangan dinamika yang terjadi dalam
masyarakat. Melalui methode dan tehnik pembinaan teritorial yang baik sesuai
prosedur dan aturan yang berlaku akan dicapai sasaran yang diharapkan Komando
atas. Guna mencapai sasaran Binter yang diharapkan mohon dapat kiranya
personel yang akan ditempatkan di jajaran Koter memiliki kemampuan bidang
teritorial melalui perbekalan kursus. Perkembangan situasi dewasa ini dengan luas
daerah dan kerawanan sosial mohon kiranya mendapat prioritas penambahan
personel di tingkat Koramil mengingat jumlah Desa ditiap Kecamatan tidak seimbang
dengan jumlah personel di tiap Koramil.
Demikian penulisan Essay Tentang Upaya meningkatkan kemampuan
Danramil dalam rangka deteksi dini dan cegah dini di Koramil dibuat sebagai
sumbangan pemikiran ke Komando atas, semoga bermanfaat bagi kepentingan dan
kemajuan serta peningkatan citra TNI-AD dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai