PRODUK PERORANGAN
MATA KULIAH :
MANAJEMEN PENYELENGGARAAN LATIHAN
BAHAN KAJIAN:
PENYELENGGARAAN FUNGSI LATIHAN, DIREKTIF & RGB, SUN NASKAH LAT
BUKU I, SUN NASKAH LAT BUKU IIA, SUN NASKAH LAT BUKU IIB, SUN NASKAH
LAT BUKU III, LAT POSKO I TK KOREM DALAM OMSP (GULBEN), LAT POSKO I TK
BRIGIF DALAM OMP (SER/HAN), LAT POSKO I TK DIVISI DALAM OMP (SER/HAN),
LAT POSKO I PKB OPSGAB DAN LAT POSKO I TK KODAM DALAM OMP (OPS
GERILYA)
TOPIK :
“MEWUJUDKAN KESIAPAN SATUAN SETINGKAT BRIGADE
TERBATAS
TERBATAS
2
Pendahuluan
1
UU No 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.
2
UU TNI No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
3
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1024/XII/2020.
4
Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Bab IV, Pasal 7.
TERBATAS
TERBATAS
3
TERBATAS
TERBATAS
4
Pembahasan
Setelah mengidentifikasi permasalahan dan menemukannya, maka menurut teori
MPP langkah selanjutnya adalah mempersempit permasalahan sampai ke tingkat yang
dapat diteliti oleh Penulis. Penyempitan masalah pada optimalisasi interoperabilitas
Kecabangan TNI AD guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka
keberhasilan tugas operasi dengan cara menggali lebih dalam tentang latar belakang
TERBATAS
TERBATAS
5
mengapa hal tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal. Disini Penulis
menggunakan teori Kerlinger (1986) sehingga ditemukan inti permasalahan yang harus
dipecahkan yaitu : Pertama, Mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga
menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan operasi. Kedua, Inovasi yang
dapat dilakukan dalam akselerasi keberhasilan operasi. Sesuai dengan metoda MPP, maka
setiap persoalan dalam permasalahan tersebut harus dihilangkan sehingga tercipta suatu
strategi yang tepat.
Menentukan Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan dan
Sasaran Latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini.
Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini mengarah berbasis teknologi tinggi dan modern
melalui pengadaan alutsista yang memenuhi kriteria dan persyaratan yang diantaranya
adalah Interoperabilitas. Alutsista dengan teknologi tinggi diharapkan juga memiliki tingkat
interoperabilitas yang tinggi sehingga mudah untuk diintegrasikan pada tingkat antar
kecabangan maupun antar angkatan sehingga mampu digunakan di segala medan operasi
seperti perkotaan (urban), hutan gunung, rawa, laut, sungai, dan pantai 5. Adapun data fakta
tentang Mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber
daya yang efektif dalam keberhasilan operasi adalah pada paparan Wakasad Letjen TNI
Bhakti Agus Fadjari, Sip., Msi pada acara Sarasehan Wakasad di Pussenif, Bandung 24
Maret 2021. Pada pembinaan keterpaduan kesenjataan pada masa lalu yaitu Inclusive dan
terpisah-pisah sedangkan untuk saat ini yaitu terintegrasi dan simultan. Latihan TNI AD saat
ini dihadapkan situasi dan kondisi haruslah terarah dan memiliki sasaran latihan yang tepat,
dimana pengembangan kemampuan dan cara bertempur Satpur dan Banpur seyogyanya
tdk terpisah-pisah, modernisasi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan perlu
sinkronisasi antara Pendidikan, Doktrin dan Latihan. Hal ini menyebabkan satuan TNI AD
perlu mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber
daya yang efektif dalam keberhasilan operasi dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian
perang di masa depan.
Harapan yang diinginkan adalah tujuan dan sasaran latihan tercapai dihadapkan pada
situasi dan kondisi saat ini. Tujuan latihan TNI AD yang dimaksud adalah Memberi,
Meningkatkan, Memelihara, dan Menguji sesuai standar yang telah ditetapkan. Mencapai
sasaran latihan harus didukung sumber daya latihan (program latihan, naskah latihan dan
5
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1024/XII/2020 tanggal 21
Desember 2020. Hal 38
TERBATAS
TERBATAS
6
referensi, pelatih, pendukung latihan, pelaku latihan, sarana prasarana latihan, metode
latihan, rendalwaslat, anggaran, dan daerah latihan). Satuan TNI AD pada proyeksi masa
depan terintegrasi antar unsur terkait untuk menghadapi tantangan dan tuntutan tugas di
masa depan, diarahkan pada penentuan materi, macam, sifat, bentuk, dan metode latihan
agar tujuan dan sasaran latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini,
sehingga TNI AD di masa depan diproyeksikan pada Penguasaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dan Penggunaan Alutsista dengan Teknologi Tinggi yang terintegrasi.
Merujuk teori Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai, “Segala aktivitas mental yang
membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi
keinginan untuk memahami: berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah
pencapaian makna.” John Chaffee, direktur pusat bahasa dan pemikiran kritis di LaGuardi
College, City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai “sebuah
proses aktif, teratur dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia”. Chaffee
mendefenisikan berpikir kritis sebagai “ berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses
berpikir itu sendiri”. Kemudian ditambahkan oleh Elaine B. Johnson, Ph.D. “Maksudnya
tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika” secara sederhana menurut Robert Duron, critical thinking
dapat didefenisikan sebagai: the ability to analyze and evaluate information (kemampuan
untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap data atau informasi).6
Interoperabilitas merupakan kemampuan berbagai ragam sistem untuk bekerjasama
dan kemampuan sebuah sistem untuk bekerja atau digunakan oleh sistem lain (Merriam
Webster)7. Dari teori tersebut dapat dianalisa bahwa guna menghadapi operasi dalam
negeri dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI dapat dilakukan
Interoperabilitas antar unsur terkait dengan kemampuan berbagai ragam sistem untuk
bekerja sama sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan
operasi taktik pertempuran darat masa depan yang akan semakin kompleks. Dimana
bukanlah suatu urutan persitiwa dalam palagan pertempuran melainkan sebagai pilihan
dalam mengambil langkah karena musuh tidak bisa diatur kecuali merubah haluan
kehendaknya (tidak beritikad melakukan peperangan).
Adapun kendala yang dihadapi dalam mewujudkan Interoperabilitas antar unsur
terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan operasi
diantaranya adalah ada materi latihan dalam Sisbinlat TNI AD yang tidak pernah dilatihkan
6
Alec Fisher, Berpikir Kritis (Jakarta: Erlangga, 2008) h.52.
7
https://adalah.co.id/interoperabilitas/
TERBATAS
TERBATAS
7
dalam program latihan. Padahal bagian dari sistem pembinaan TNI Angkatan Darat (TNI
AD) yang dilaksanakan adalah melalui pembinaan kekuatan guna menghasilkan
kemampuan intelijen, tempur, dukungan dan pembinaan teritorial dengan mengoptimalkan
pemberdayaan komponen latihan guna mendukung tugas pokok TNI AD. Operasi Militer
Perang pada fase Operasi Penindakan selalu dilatihkan Penindakan Utama
(Konvensional) saja, sedangkan Perlawanan Wilayah (Gerilya) yang menuntut
interoperabilitas yang tinggi sehingga mudah untuk diintegrasikan pada tingkat antar
kecabangan belum pernah dilatihkan. Sedangkan kelemahan yang dihadapi adalah
pertama. Pengenalan materi secara teknis dan taktis dalam sinkronisasi interoperabilitas
antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan
operasi. Belum optimalnya kontribusi satuan sesuai bidangnya masing-masing untuk
mewujudkan interoperabilitas; dua. Kurangnya kemampuan personel dalam
interoperabilitas dari segi Pengalaman dan Pengetahuan; tiga. Masih tingginya ego
sektoral satuan.
Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan adalah TNI AD terus melakukan kajian
akademisi semacam forum diskusi group, studi kasus, maupun studi banding akademik
dengan militer negara lain sehingga sangat memungkinkan berpeluang melangkah aplikatif
ke arah uji materi atau kolaborasi dengan materi yang sudah baku dan berlaku saat ini.
Sedangkan kekuatan yang dimiliki adalah interoperabilitas materi latihan yang selaras
dengan Jati Diri TNI untuk menghasilkan sumber daya efektif dalam keberhasilan operasi
sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Dengan melihat peluang dan kekuatan
tersebut maka upaya mengatasi persoalan antara lain: satu. TNI AD harus melakukan
terobosan terhadap materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya) terintegritas
antar kecabangan yang mengarahkan tujuan dan sasaran latihan pada penguatan peran
(unity), tugas, dan fungsi, serta memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perubahan
karakter perang. Untuk menjawab tantangan dan tuntutan tugas TNI AD masa depan,
dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, Analisis Sistem Riset Operasi
(ASRO), dan Transfer of Technology (ToT) serta penguatan peran pembinaan Kemampuan
Interoperabilitas untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI
ke depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat masterplan
arah pengembangan kemampuan dan cara bertempur TNI AD pada OMP secara
komprehensif antar kecabangan meliputi Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur
terkait lainnya terintegrasi dan simultan; tiga. Melakukan sinkronisasi kemampuan satuan
TERBATAS
TERBATAS
8
TNI AD sesuai Doktrin KEP saat ini yang meliputi : a. Personel (Keahlian, Spesialisasi); b.
Doktrin, Latihan dan Siklus penugasan; c. Alutsista (Sistem, alkap dan Fasilitas).
8
https://kalteng.antaranews.com/berita/606313/indonesia-harus-siap-hadapi-perang-inovasi
TERBATAS
TERBATAS
9
TERBATAS
TERBATAS
10
TERBATAS
TERBATAS
11
berbagai unsur kecabangan dalam sebuah interoperabilitas yang mantap. Oleh karena itu
perlu disusun, kajian akademis tentang penataan secara komprehensif doktrin bertempur
dihadapkan pada modernisasi Alutsista dan tantangan di masa depan, sehingga
interoperabilitas antar kecabangan dalam rangka operasi mendukung tugas pokok TNI AD
dapat terwujud. Agar penyelenggaraan latihan di lingkungan TNI AD dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang ditetapkan dibutuhkan maka pedomani Petunjuk Penyelenggaraan
tentang Penyelenggaraan Latihan sebagai pedoman dalam mendukung terselenggaranya
latihan bagi satuan dan sumber bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di lingkungan
TNI AD.9 Sebagai suatu sistem tata kelola kebijakan dalam pembangunan kemampuan TNI
Angkatan Darat akar persoalan diidentifikasikan akibat belum terbentuknya paradigma yang
sama di kalangan stakeholders dan leadership di lingkungan TNI Angkatan Darat tentang
peran strategis konsep interoperabilitas antar kecabangan terpadu TNI Angkatan Darat
yang beresiko terhadap ketidaksinambungan pelaksanaan pengintegrasian fungsi
kecabangan dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Darat.
Adapun data fakta tentang Interoperabilitas antar unsur terkait perubahan doktrin,
perkembangan kemajuan alutsista masing-masing kecabangan, sehingga menyulitkan
dalam pelaksanaan interoperabilitas antar kecabangan. Satu contoh dalam pelaksanaan
bantuan penembakan pada setiap pentahapan operasi serangan/pertahanan sudah dapat
dilaksanakan secara serentak oleh masing-masing senjata bantuan tembakan, baik
Penerbad, Armed maupun unsur bantuan lainnya, yang selama ini cenderung masih
dilaksanakan secara bergantian oleh karena masih kurang percaya diri untuk
melaksanakan serentak. Belum optimalnya peran masing-masing kecabangan dalam
fungsi pertempuran. Sementara itu, dihadapkan paradigma perang saat ini diantaranya
asymmetric warfare yang dengan menggunakan kecanggihan teknologi (cyber, network
centric, robotic dan nano technology).10 Hal ini menyebabkan satuan TNI AD perlu
mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang
efektif dalam keberhasilan operasi dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian perang di
masa depan.
Harapan yang diinginkan adalah penyiapan latihan satuan TNI AD pada proyeksi
masa depan dapat diintegrasikan antar unsur terkait untuk menghadapi tantangan dan
tuntutan tugas di masa depan, diarahkan pada pembangunan kekuatan berbasis
kemampuan dengan mempertimbangkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta
9
Petunjuk Penyelenggaraan tentang Penyelenggaraan Latihan Keputusan Kasad Nomor Kep/1012/XI/2019
Tanggal 4 November 2019.
10
Jurnal Seskoad, Edisi 04 (Mei 2019) Karya Vira Jati. Hal.8.
TERBATAS
TERBATAS
12
TERBATAS
TERBATAS
13
pertempuran masa depan, yang mempunyai daya hancur lebih besar (high level of
destruction) dan juga harus siap menghadapi pertempuran yang berjalan lebih singkat
dalam menentukan pemenang (decisive battle), serta harus siap menghadapi pertempuran
hibrida yang menggabungkan berbagai taktik sekaligus, baik taktik konvensional dengan
nonkonvensional, serta taktik lintas dimensi, baik sosial, politik maupun ekonomi.
Sedangkan kekuatan yang dimiliki adalah kedisiplinan prajurit dan ketertiban administrasi
latihan untuk menaati ketentuan-ketentuan yang ada dalam Petunjuk Penyelenggaraan
tentang Penyelenggaraan Latihan Satjar TNI AD untuk menghasilkan sumber daya yang
efektif dalam keberhasilan operasi sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Dengan melihat peluang dan kekuatan tersebut maka upaya mengatasi persoalan antara
lain: satu. Membuat standarisasi berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana hasil
penyelenggaraan latihan dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada suatu dinamika
kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas terkait kemampuan interoperabilitas antar
kecabangan untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI ke
depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat arah
pengembangan kemampuan interoperabilitas dan cara bertempur TNI AD meliputi integrasi
Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur terkait lainnya secara simultan.
Penutup
Dari serangkaian penjelasan di atas mengenai latar belakang tentang Optimalisasi
Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna Pengembangan Sistem Pertahanan Semesta
Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi, permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
faktor-faktor yang mempengaruhi serta pemecahan persoalan yang ditawarkan maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa interoperabilitas kecabangan TNI AD dalam rangka
keberhasilan tugas operasi saat ini masih perlu mendapatkan perhatian. Namun demikian
masih adanya beberapa kendala yang ditemui terkait interoperabilitas Kecabangan TNI AD
guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas
operasi : A. Menentukan Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan
dan Sasaran Latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini . Persoalan
ini dapat diatasi dengan upaya-upaya diantaranya: satu. TNI AD harus melakukan
terobosan terhadap materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya) terintegritas
antar kecabangan yang mengarahkan tujuan dan sasaran latihan pada penguatan peran
(unity), tugas, dan fungsi, serta memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perubahan
karakter perang. Untuk menjawab tantangan dan tuntutan tugas TNI AD masa depan,
TERBATAS
TERBATAS
14
dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, Analisis Sistem Riset Operasi
(ASRO), dan Transfer of Technology (ToT) serta penguatan peran pembinaan Kemampuan
Interoperabilitas untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI
ke depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat masterplan
arah pengembangan kemampuan dan cara bertempur TNI AD pada OMP secara
komprehensif antar kecabangan meliputi Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur
terkait lainnya terintegrasi dan simultan; tiga. Melakukan sinkronisasi kemampuan satuan
TNI AD sesuai Doktrin KEP saat ini yang meliputi : a. Personel (Keahlian, Spesialisasi); b.
Doktrin, Latihan dan Siklus penugasan; c. Alutsista (Sistem, alkap dan Fasilitas); B.
Penyelenggaraan Latihan Yang Terkoordinasi Dan Selaras Dengan Melibatkan Semua
Tingkat Tataran Kewenangan Pembina Latihan Satuan TNI AD Termasuk Alutsista Masing-
Masing Kecabangan. Persoalan ini dapat diatasi dengan upaya-upaya diantaranya: satu.
Perubahan dan Penerapan Siklus Pembangunan Doktrin yg tepat; dua. Akselerasi
Penyempurnaan Doktrin Bertempur, melalui berbagi pengetahuan dengan negara lain
(memanfaatkan Pengetahuan yg didapat prajurit abit Dik LN dan Latma); tiga. Pelaksanaan
latihan bersifat Fleksibel dan tidak teks book dihadapkan dengan beberapa materi ataupun
taktik yang memerlukan perubahan serta situasi musuh; empat. Melakukan Riset latihan
yang disesuaikan dengan Study Kasus Operasi, Latihan bersama dengan negara sahabat
dan pendidikan luar negeri untuk disinkronkan dengan pola operasi di negara kita; C. Hasil
Penyelenggaraan Latihan Dapat Dievaluasi Dan Terukur Dihadapkan Pada Suatu Dinamika
Kegiatan Yang Dihadapi Dan Waktu Yang Terbatas. Persoalan ini dapat diatasi dengan
upaya-upaya diantaranya : Standarisasi berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana
inkitar penilaian penyelenggaraan latihan dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada
suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas terkait kemampuan
interoperabilitas antar kecabangan.
Berangkat dari kesimpulan yang disampaikan di atas, maka penulis mencoba
memberikan sumbang saran kepada Pimpinan dan komando atas terkait Optimalisasi
Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna Pengembangan Sistem Pertahanan
Semesta Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi diantaranya adalah satu;
Kodiklatad perlu memasukkan materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya)
terintegritas antar kecabangan berkemampuan interoperabilitas secara komprehensif
terkait Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan dan Sasaran Latihan
tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini; dua; Mabesad agar dapat
merekonstruksi Doktrin TNI AD terkait akselerasi penyempurnaan doktrin Bertempur
TERBATAS
TERBATAS
15
secara interoperabilitas kecabangan TNI AD. tiga; piranti lunak standarisasi penilaian
standarisasi penyelenggraraan latihan berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana
hasil penyelenggaraan latihan interoperabilitas antar kecabangan dapat dievaluasi dan
terukur dihadapkan pada suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas
terkait kemampuan interoperabilitas antar kecabangan.
Demikianlah essay tentang Optimalisasi Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna
Pengembangan Sistem Pertahanan Semesta Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa essay ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
diperlukan adanya masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan penulisan di masa-masa yang akan datang.
LE63ND
Mayor Inf NRP XXXXXXXXXXXXXX
TERBATAS
TERBATAS
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi
1. UU No. 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara
2. UU TNI No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
3. Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor
Kep/1024/XII/2020
4. Petunjuk Penyelenggaraan tentang Penyelenggaraan Latihan Keputusan Kasad
Nomor Kep/1012/XI/2019 Tanggal 4 November 2019
5. Jukmin Sun, Terbit Doktrin dan Petunjuk TNI AD, Kep Kasad No.
Kep/633/VIII/2017 tanggal 29 Agustus 2017
6. Jurnal Seskoad, Edisi 04 (Mei 2019) Karya Vira Jati
C. Teori-teori.
1. Teori Metode Pemecahan Persoalan (MPP)
2. Teori Kerlinger
3. Teori Inovasi oleh Sa’ud (2014)
4. Teori Inovasi oleh Van de Ven, Andrew H
5. Teori Pemikiran sebagai proses aktif oleh John Chaffee, LaGuardi College, City
University of New York (CUNY)
6. Teori Berpikir Kritis oleh Chaffee
TERBATAS
TERBATAS
TUGAS
OPERASI
BERHASIL
INSTRUMENTAL INPUT
P
E BGMN TERCAPAINYA
R TUJUAN DAN SASARAN INTEROPERABI-
INTEROPERA- S LATIHAN OPTIMALISASI LITAS KECAB PENGEMBA-
BILITAS KECAB BGMN GARLAT HARUS INTEROPERABI- SATUAN TNI AD NGAN SISHAN
SATUAN TNI AD O TERKOODINASI DAN LITAS SAT TNI AD YANG SEMESTA
SAAT INI A SELARAS DIHARAPKAN
L
BGMN HASIl GARLAT
A DAPAT DIEVALUASI DAN
N TERUKUR
ENVIRONMENTAL INPUT
TERBATAS