Anda di halaman 1dari 17

TERBATAS

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

PRODUK PERORANGAN

PENDIDIKAN REGULER LXIII SESKOAD TA 2023

MATA KULIAH :
MANAJEMEN PENYELENGGARAAN LATIHAN

BAHAN KAJIAN:
PENYELENGGARAAN FUNGSI LATIHAN, DIREKTIF & RGB, SUN NASKAH LAT
BUKU I, SUN NASKAH LAT BUKU IIA, SUN NASKAH LAT BUKU IIB, SUN NASKAH
LAT BUKU III, LAT POSKO I TK KOREM DALAM OMSP (GULBEN), LAT POSKO I TK
BRIGIF DALAM OMP (SER/HAN), LAT POSKO I TK DIVISI DALAM OMP (SER/HAN),
LAT POSKO I PKB OPSGAB DAN LAT POSKO I TK KODAM DALAM OMP (OPS
GERILYA)

TOPIK :
“MEWUJUDKAN KESIAPAN SATUAN SETINGKAT BRIGADE

MELALUI MANAJEMEN LATIHAN


DALAM RANGKA MENDUKUNG LATIHAN ANTAR KECABANGAN

Bandung, Agustus 2023

TERBATAS
TERBATAS
2

OPTIMALISASI INTEROPERABILITAS KECABANGAN TNI AD


GUNA PENGEMBANGAN SISTEM PERTAHANAN SEMESTA
DALAM RANGKA KEBERHASILAN TUGAS OPERASI

Pendahuluan

TNI AD dalam melaksanakan tugas pokoknya menjabarkan ke dalam fungsi-fungsi


meliputi fungsi utama, fungsi organik militer, fungsi organik pembinaan, fungsi teknis militer
umum, fungsi teknis militer khusus dan fungsi khusus. Salah satu fungsi organik pembinaan
TNI AD adalah doktrin yang bertugas menyelenggarakan pembinaan doktrin, dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD (UU No 3 Tahun 2002, Pertahanan Negara)1 memiliki
tugas pokok untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari segala macam bentuk ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara
(UU TNI No 34 Tahun 2004)2. Tugas pokok ini diimplementasikan melalui operasi militer
untuk perang dan operasi militer selain perang. Proyeksi TNI AD masa depan akan lebih
memanfaatkan lompatan di bidang teknologi informasi, teknologi nano, dan teknologi
kecerdasan buatan, agar dapat mengantisipasi karakter baru pertempuran masa depan
yang memiliki daya hancur yang tinggi (high level of destruction), pertempuran yang
menentukan (decisive battle) dengan akurasi yang tinggi (precise), sehingga mengurangi
resiko kehancuran atau kerusakan, dan penderitaan yang tidak perlu (collateral damage
and unnecessary suffering), dan pertempuran hibrida. Berkenaan dengan hal tersebut,
maka taktik pertempuran darat masa depan akan semakin kompleks dengan lebih
mengedepankan keselamatan personel dengan mengeliminir besaran korban jiwa prajurit,
sehingga dibutuhkan keterpaduan operasi dan interoperabilitas antar kecabangan matra
darat3. TNI Angkatan Darat adalah bagian integral dari TNI yang mengemban tugas pokok
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.4 Sebagai upaya agar dapat menjamin
keberhasilan tugas pokok tersebut, TNI/TNI Angkatan Darat perlu memelihara

1
UU No 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.
2
UU TNI No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
3
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1024/XII/2020.
4
Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Bab IV, Pasal 7.
TERBATAS
TERBATAS
3

kesiapsiagaan operasionalnya agar memiliki kemampuan untuk menghadapi segala bentuk


ancaman militer yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Tampilan kesiapsiagaan
operasional TNI Angkatan Darat tersebut salah satunya dapat dilihat dari terwujudnya
interoperabilitas antar kecabangan TNI Angkatan Darat yang memiliki keterpaduan atau
terintegrasi dengan baik, sehingga akan memiliki daya tangkal dan daya tanggap serta
kecepatan merespon dan mampu mempertimbangkan waktu reaksi dan fleksibilitas
pelaksanaan operasi, terutama dalam rangka menghadapi setiap ancaman dari manapun
datangnya.
Kecabangan Satuan TNI AD dengan menguatkan Kemampuan Interoperabilitas
diharapkan dapat dilakukan secara profesional dan proporsional dalam melaksanakan
operasi dalam negeri dengan perubahan design pola operasi tempur yang menjadi kunci
keberhasilan konsep operasi. Aspek penting untuk dapat menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara adalah kesiapsiagaan melalui kemantapan latihan. Namun pada
kenyataannya Pembinaan kekuatan TNI AD terhadap kemampuan Interoperabilitas masih
belum optimal khususnya antar unsur, terhadap Operasi Penindakan (Khususnya
Penindakan Utama/Konvensional dan Perlawanan Wilayah/Gerilya). Interoperabilitas antar
kecabangan TNI Angkatan Darat sebagai platform dasar pembangunan kekuatan dan
kemampuan masih kurang terintegrasi secara baik. Daya gerak dan daya tembak satuan
yang terlibat dalam operasi matra darat belum dapat dioptimalkan, yang akan berimplikasi
pada interoperabilitas antar kecabangan belum dapat dilaksanakan.
Dari penjelasan latar belakang di atas, dapat digambarkan bahwa pelaksanaan
konsep operasi Kesiapsiagaan Satuan TNI dengan Menguatkan Kemampuan
Interoperabilitas belum dapat terlaksana secara optimal dikarenakan masih adanya
beberapa hambatan dan kendala yang perlu dieliminir, dicarikan solusi untuk dapat
mengoptimalkan keberhasilan operasi. Dari kondisi tersebut dapat diidentifikasi
beberapa persoalan diantaranya : satu. Bagaimana menentukan materi, macam, sifat,
bentuk, dan metode Latihan agar tujuan dan sasaran latihan tercapai dihadapkan pada
situasi dan kondisi saat ini; dua. Bagaimana suatu penyelenggaraan latihan harus
dikoordinasikan dan diselaraskan dengan melibatkan semua tingkat tataran kewenangan
Pembina latihan satuan TNI AD termasuk Alutsista masing-masing kecabangan; tiga.
Bagaimana hasil penyelenggaraan latihan dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada
suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas. Dari persoalan-persoalan
tersebut dapat ditarik suatu rumusan masalah yang mengakomodir seluruh persoalan di
atas yaitu “Bagaimanakah Optimalisasi Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna

TERBATAS
TERBATAS
4

Pengembangan Sistem Pertahanan Semesta Dalam Rangka Keberhasilan Tugas


Operasi?”. Dari rumusan masalah ini, penulis mencoba untuk menganalisa dari beberapa
sudut pandang yang berbeda sehingga dapat ditemukan solusi dari permasalahan
tersebut.
Merujuk dari penjelasan tentang identifikasi Persoalan serta rumusan masalah maka
pentingnya tulisan ini adalah untuk mewujudkan optimalisasi interoperabilitas Kecabangan
TNI AD guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas
operasi. Adapun metode yang digunakan penulis dalam menyusun tulisan ini adalah
menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan pengamatan dilapangan dan studi
pustaka dengan menggunakan beberapa buku petunjuk maupun referensi serta
pendekatan empiris selama penulis bertugas di Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat.
Adapun nilai guna dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca untuk mengetahui optimalisasi interoperabilitas Kecabangan TNI AD guna
pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas operasi
yang diharapkan dapat mengeliminir hambatan dan kendala guna mendapatkan solusi.
Maksud dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran kepada pimpinan tentang
optimalisasi interoperabilitas Kecabangan TNI AD guna pengembangan sistem
pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas operasi terkait permasalahan,
kendala serta upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan di lapangan. Sedangkan
tujuannya adalah untuk memberikan sumbang saran berupa ide dan gagasan yang
berguna dalam mewujudkan optimalisasi interoperabilitas Kecabangan TNI AD guna
pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas operasi.
Penulisan ini dibatasi pada pembahasan mengenai optimalisasi interoperabilitas
Kecabangan TNI AD guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka
keberhasilan tugas operasi. Adapun ruang lingkup tulisan ini meliputi pendahuluan,
pembahasan dan penutup.

Pembahasan
Setelah mengidentifikasi permasalahan dan menemukannya, maka menurut teori
MPP langkah selanjutnya adalah mempersempit permasalahan sampai ke tingkat yang
dapat diteliti oleh Penulis. Penyempitan masalah pada optimalisasi interoperabilitas
Kecabangan TNI AD guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka
keberhasilan tugas operasi dengan cara menggali lebih dalam tentang latar belakang

TERBATAS
TERBATAS
5

mengapa hal tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal. Disini Penulis
menggunakan teori Kerlinger (1986) sehingga ditemukan inti permasalahan yang harus
dipecahkan yaitu : Pertama, Mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga
menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan operasi. Kedua, Inovasi yang
dapat dilakukan dalam akselerasi keberhasilan operasi. Sesuai dengan metoda MPP, maka
setiap persoalan dalam permasalahan tersebut harus dihilangkan sehingga tercipta suatu
strategi yang tepat.

Menentukan Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan dan
Sasaran Latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini.
Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini mengarah berbasis teknologi tinggi dan modern
melalui pengadaan alutsista yang memenuhi kriteria dan persyaratan yang diantaranya
adalah Interoperabilitas. Alutsista dengan teknologi tinggi diharapkan juga memiliki tingkat
interoperabilitas yang tinggi sehingga mudah untuk diintegrasikan pada tingkat antar
kecabangan maupun antar angkatan sehingga mampu digunakan di segala medan operasi
seperti perkotaan (urban), hutan gunung, rawa, laut, sungai, dan pantai 5. Adapun data fakta
tentang Mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber
daya yang efektif dalam keberhasilan operasi adalah pada paparan Wakasad Letjen TNI
Bhakti Agus Fadjari, Sip., Msi pada acara Sarasehan Wakasad di Pussenif, Bandung 24
Maret 2021. Pada pembinaan keterpaduan kesenjataan pada masa lalu yaitu Inclusive dan
terpisah-pisah sedangkan untuk saat ini yaitu terintegrasi dan simultan. Latihan TNI AD saat
ini dihadapkan situasi dan kondisi haruslah terarah dan memiliki sasaran latihan yang tepat,
dimana pengembangan kemampuan dan cara bertempur Satpur dan Banpur seyogyanya
tdk terpisah-pisah, modernisasi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan perlu
sinkronisasi antara Pendidikan, Doktrin dan Latihan. Hal ini menyebabkan satuan TNI AD
perlu mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber
daya yang efektif dalam keberhasilan operasi dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian
perang di masa depan.
Harapan yang diinginkan adalah tujuan dan sasaran latihan tercapai dihadapkan pada
situasi dan kondisi saat ini. Tujuan latihan TNI AD yang dimaksud adalah Memberi,
Meningkatkan, Memelihara, dan Menguji sesuai standar yang telah ditetapkan. Mencapai
sasaran latihan harus didukung sumber daya latihan (program latihan, naskah latihan dan

5
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1024/XII/2020 tanggal 21
Desember 2020. Hal 38
TERBATAS
TERBATAS
6

referensi, pelatih, pendukung latihan, pelaku latihan, sarana prasarana latihan, metode
latihan, rendalwaslat, anggaran, dan daerah latihan). Satuan TNI AD pada proyeksi masa
depan terintegrasi antar unsur terkait untuk menghadapi tantangan dan tuntutan tugas di
masa depan, diarahkan pada penentuan materi, macam, sifat, bentuk, dan metode latihan
agar tujuan dan sasaran latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini,
sehingga TNI AD di masa depan diproyeksikan pada Penguasaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dan Penggunaan Alutsista dengan Teknologi Tinggi yang terintegrasi.
Merujuk teori Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai, “Segala aktivitas mental yang
membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi
keinginan untuk memahami: berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah
pencapaian makna.” John Chaffee, direktur pusat bahasa dan pemikiran kritis di LaGuardi
College, City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai “sebuah
proses aktif, teratur dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia”. Chaffee
mendefenisikan berpikir kritis sebagai “ berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses
berpikir itu sendiri”. Kemudian ditambahkan oleh Elaine B. Johnson, Ph.D. “Maksudnya
tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika” secara sederhana menurut Robert Duron, critical thinking
dapat didefenisikan sebagai: the ability to analyze and evaluate information (kemampuan
untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap data atau informasi).6
Interoperabilitas merupakan kemampuan berbagai ragam sistem untuk bekerjasama
dan kemampuan sebuah sistem untuk bekerja atau digunakan oleh sistem lain (Merriam
Webster)7. Dari teori tersebut dapat dianalisa bahwa guna menghadapi operasi dalam
negeri dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI dapat dilakukan
Interoperabilitas antar unsur terkait dengan kemampuan berbagai ragam sistem untuk
bekerja sama sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan
operasi taktik pertempuran darat masa depan yang akan semakin kompleks. Dimana
bukanlah suatu urutan persitiwa dalam palagan pertempuran melainkan sebagai pilihan
dalam mengambil langkah karena musuh tidak bisa diatur kecuali merubah haluan
kehendaknya (tidak beritikad melakukan peperangan).
Adapun kendala yang dihadapi dalam mewujudkan Interoperabilitas antar unsur
terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan operasi
diantaranya adalah ada materi latihan dalam Sisbinlat TNI AD yang tidak pernah dilatihkan

6
Alec Fisher, Berpikir Kritis (Jakarta: Erlangga, 2008) h.52.
7
https://adalah.co.id/interoperabilitas/
TERBATAS
TERBATAS
7

dalam program latihan. Padahal bagian dari sistem pembinaan TNI Angkatan Darat (TNI
AD) yang dilaksanakan adalah melalui pembinaan kekuatan guna menghasilkan
kemampuan intelijen, tempur, dukungan dan pembinaan teritorial dengan mengoptimalkan
pemberdayaan komponen latihan guna mendukung tugas pokok TNI AD. Operasi Militer
Perang pada fase Operasi Penindakan selalu dilatihkan Penindakan Utama
(Konvensional) saja, sedangkan Perlawanan Wilayah (Gerilya) yang menuntut
interoperabilitas yang tinggi sehingga mudah untuk diintegrasikan pada tingkat antar
kecabangan belum pernah dilatihkan. Sedangkan kelemahan yang dihadapi adalah
pertama. Pengenalan materi secara teknis dan taktis dalam sinkronisasi interoperabilitas
antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang efektif dalam keberhasilan
operasi. Belum optimalnya kontribusi satuan sesuai bidangnya masing-masing untuk
mewujudkan interoperabilitas; dua. Kurangnya kemampuan personel dalam
interoperabilitas dari segi Pengalaman dan Pengetahuan; tiga. Masih tingginya ego
sektoral satuan.
Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan adalah TNI AD terus melakukan kajian
akademisi semacam forum diskusi group, studi kasus, maupun studi banding akademik
dengan militer negara lain sehingga sangat memungkinkan berpeluang melangkah aplikatif
ke arah uji materi atau kolaborasi dengan materi yang sudah baku dan berlaku saat ini.
Sedangkan kekuatan yang dimiliki adalah interoperabilitas materi latihan yang selaras
dengan Jati Diri TNI untuk menghasilkan sumber daya efektif dalam keberhasilan operasi
sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Dengan melihat peluang dan kekuatan
tersebut maka upaya mengatasi persoalan antara lain: satu. TNI AD harus melakukan
terobosan terhadap materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya) terintegritas
antar kecabangan yang mengarahkan tujuan dan sasaran latihan pada penguatan peran
(unity), tugas, dan fungsi, serta memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perubahan
karakter perang. Untuk menjawab tantangan dan tuntutan tugas TNI AD masa depan,
dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, Analisis Sistem Riset Operasi
(ASRO), dan Transfer of Technology (ToT) serta penguatan peran pembinaan Kemampuan
Interoperabilitas untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI
ke depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat masterplan
arah pengembangan kemampuan dan cara bertempur TNI AD pada OMP secara
komprehensif antar kecabangan meliputi Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur
terkait lainnya terintegrasi dan simultan; tiga. Melakukan sinkronisasi kemampuan satuan

TERBATAS
TERBATAS
8

TNI AD sesuai Doktrin KEP saat ini yang meliputi : a. Personel (Keahlian, Spesialisasi); b.
Doktrin, Latihan dan Siklus penugasan; c. Alutsista (Sistem, alkap dan Fasilitas).

Penyelenggaraan Latihan Yang Terkoordinasi Dan Selaras Dengan Melibatkan


Semua Tingkat Tataran Kewenangan Pembina Latihan Satuan TNI AD Termasuk
Alutsista Masing-Masing Kecabangan
Adapun data fakta dalam perjalanan sejarah, sesungguhnya Indonesia mampu
mengatasi berbagai macam ancaman yang melanda dan menimpanya di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kesiapsiagaan operasional satuan tetap harus dilakukan hal
itulah mendasari TNI AD melakukan latihan-latihan pembinaan kekuatan dalam menjaga
performa kesiapsiagaan penggunaan kekuatan TNI oleh negara. Hal ini senada
penyampaian oleh Panglima TNI pada acara pembukaan kegiatan Latposko 1 Latgab TNI
TA 2023 pada bulan Juli yang lalu. Inovasi adalah pilihan utama melalui kreatif, pengaturan
dan seperangkat manusia dan sumber-sumber material baru atau menggunakan cara unik
yang akan menghasilkan peningkatan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapkan. Sa’ud
(2014). Dan menurut Van de Ven, Andrew H, Inovasi ialah pengembangan dan
implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dalam jangka waktu tertentu yang
dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi di dalam tatanan organisasi tertentu. Serta
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yosanna Hamonangan Laoly
mengingatkan beragam kekayaan Intelektual yang dimiliki Indonesia harus bisa dikaitkan
dengan kemajuan tekhnologi. Sebab di era 4.0 dan 5.0 hal itu akan bersinggungan dengan
teknologi8. Kaitannya dengan penyelenggaraan latihan yang pada hakikatnya merupakan
pembinaan TNI AD sebagai suatu institusi, organisasi TNI AD menjalankan dan
melaksanakan pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat melalui kegiatan
penyiapan postur TNI AD. Pembinaan dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan
berkelanjutan dengan berpedoman pada kaidah-kaidah manajemen modern dan mengikuti
prinsip-prinsip penyelenggaraan pertahanan negara. Pokok-pokok kebijakan pembinaan
TNI AD diarahkan pada pembinaan postur TNI AD yang dilakukan melalui pembinaan
kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan. Hal ini terjadi disebabkan saat ini dimana
Palagan pertempuran melawan agresor sudah tidak ada lagi, operasi milter perang yang
melibatkan kecabangan matra darat pada Penindakan Utama (Konvensional) maupun
Perlawanan Wilayah (Gerilya), terutama latihan-latihan Gerilya yang melibatkan antar
kecabangan sampai dengan saat belum pernah dilakukan.

8
https://kalteng.antaranews.com/berita/606313/indonesia-harus-siap-hadapi-perang-inovasi
TERBATAS
TERBATAS
9

Harapan yang diinginkan adalah pelaksanaan operasi TNI AD ke depan dapat


mengintegrasikan seluruh elemen daya tempur antar kecabangan, terpadu dengan instansi
terkait di segala medan operasi seperti perkotaan (urban), hutan gunung, rawa, laut, sungai,
dan pantai di Operasi Militer Perang pada Penindakan Utama (Konvensional) maupun
Perlawanan Wilayah (Gerilya). Keterpaduan operasi dapat dilakukan dengan menyusun
satuan tempur dasar TNI AD setingkat Brigade dan Batalyon Tim Pertempuran sesuai
kebutuhan serta mengembangkan taktik gerilya modern pada latihan antar kecabangan
dengan mengerahkan seluruh alutsista yang ada, dengan Inovasi dan akselerasi
keberhasilan operasi menggunakan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara dan
manusia yang mampu mengendalikannya.
Keterpaduan operasi dan interoperabilitas penggunaan kekuatan TNI termasuk di
dalamnya matra darat pada palagan pertempuran darat, TNI AD sebagai bagian integral
TNI bertugas melaksanakan tugas-tugas TNI matra darat dalam menjaga dan melindungi
kedaulatan negara serta keutuhan wilayah NKRI. Penyelenggaraan disesuaikan dengan
kebijakan Kasad, dalam rangka kepentingan pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI
AD. Dalam penyelenggaraannya diarahkan untuk menghasilkan doktrin dan Bujuk
Kecabangan masing-masing yang valid dan berkualitas melalui kegiatan penyusunan,
penerbitan, pengkajian dan pengembangan doktrin dan Bujuk sesuai sasaran dan tahapan
penyelenggaraan dengan menggunakan metode yang telah ditentukan.
Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih dalam
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Penyelesaian masalah
merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya
sampai menemukan penyelesaiannya menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan. Dari teori tersebut dapat dianalisa bahwa guna meyelenggarakan latihan
OMP operasi dalam negeri dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI dapat
dilakukan dengan mempelajari Palagan masa lalu di Indonesia guna menyiapkan
keberhasilan operasi di masa depan.

TERBATAS
TERBATAS
10

Adapun kendala yang dihadapi yang dapat dilakukan dalam Penyelenggaraan


Latihan yang terkoordinasi dan selaras dengan melibatkan semua tingkat tataran
kewenangan pembina latihan Satuan TNI AD termasuk alutsista masing-masing
Kecabangan adalah pertama. Belum diwadahi model Latihan Modular (terintegrasi 2 atau
lebih kecabangan dalam satu tempat dan satu waktu); kedua. Pelaksanaan latihan belum
terintegrasi dan masih menggunakan pola Jaman dulu (Jadul)/belum Update apalagi
Progjagar satuan antar kecabangan masing-masing (butuh sinkronisasi yang aplikatif dan
operasional); ketiga Adanya aturan latihan yang mengikat diatur oleh bujuk atau Doktrin
yang dijadikan sebagai payung hukum. Sedangkan kelemahan yang dihadapi diantaranya
adalah pertama. Kurangnya pemahaman dan kesadaran untuk mengeksploitasi kekayaan
Intelektual yang dimiliki oleh setiap Individu; dua. Kurangnya motivasi prajurit (Dansat)
untuk berinovasi dalam latihan dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi; tiga. Merasa
aman dengan dengan pola lama dan anti akan perubahan (paradigma lama).
Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan adalah TNI AD terus melakukan
perubahan dan pembaharuan dengan pembaharuan Doktrin dan sistem bertempur serta
penyelengaaraan latihan yang lebih operasional terkoordinasi dan selaras dengan
melibatkan semua tingkat tataran kewenangan pembina latihan Satuan TNI AD termasuk
alutsista masing-masing Kecabangan. Sedangkan kekuatan yang dimiliki adalah satuan
TNI AD didukung dengan anggaran yang memadai dan adaptif terhadap perubahan sistem
bertempur sesuai dengan instruksi komando atas. Dengan melihat peluang dan kekuatan
tersebut maka upaya mengatasi persoalan antara lain: satu. Perubahan dan Penerapan
Siklus Pembangunan Doktrin yg tepat; dua. Akselerasi Penyempurnaan Doktrin Bertempur,
melalui berbagi pengetahuan dengan negara lain (memanfaatkan Pengetahuan yg didapat
prajurit abit Dik LN dan Latma); tiga. Pelaksanaan latihan bersifat Fleksibel dan tidak teks
book dihadapkan dengan beberapa materi ataupun taktik yang memerlukan perubahan
serta situasi musuh; empat. Melakukan Riset latihan yang disesuaikan dengan Study Kasus
Operasi, Latihan bersama dengan negara sahabat dan pendidikan luar negeri untuk
disinkronkan dengan pola operasi di negara kita.

Hasil Penyelenggaraan Latihan Dapat Dievaluasi Dan Terukur Dihadapkan pada


Suatu Dinamika Kegiatan yang Dihadapi dan Waktu yang Terbatas
Agar modernisasi Alutsista yang dimiliki oleh satuan TNI AD mampu menghadapi
tantangan tugas di masa yang akan datang, serta ancaman yang terus berkembang saat
ini, maka diperlukan perubahan doktrin, taktik dan teknik bertempur yang melibatkan

TERBATAS
TERBATAS
11

berbagai unsur kecabangan dalam sebuah interoperabilitas yang mantap. Oleh karena itu
perlu disusun, kajian akademis tentang penataan secara komprehensif doktrin bertempur
dihadapkan pada modernisasi Alutsista dan tantangan di masa depan, sehingga
interoperabilitas antar kecabangan dalam rangka operasi mendukung tugas pokok TNI AD
dapat terwujud. Agar penyelenggaraan latihan di lingkungan TNI AD dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang ditetapkan dibutuhkan maka pedomani Petunjuk Penyelenggaraan
tentang Penyelenggaraan Latihan sebagai pedoman dalam mendukung terselenggaranya
latihan bagi satuan dan sumber bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di lingkungan
TNI AD.9 Sebagai suatu sistem tata kelola kebijakan dalam pembangunan kemampuan TNI
Angkatan Darat akar persoalan diidentifikasikan akibat belum terbentuknya paradigma yang
sama di kalangan stakeholders dan leadership di lingkungan TNI Angkatan Darat tentang
peran strategis konsep interoperabilitas antar kecabangan terpadu TNI Angkatan Darat
yang beresiko terhadap ketidaksinambungan pelaksanaan pengintegrasian fungsi
kecabangan dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Darat.
Adapun data fakta tentang Interoperabilitas antar unsur terkait perubahan doktrin,
perkembangan kemajuan alutsista masing-masing kecabangan, sehingga menyulitkan
dalam pelaksanaan interoperabilitas antar kecabangan. Satu contoh dalam pelaksanaan
bantuan penembakan pada setiap pentahapan operasi serangan/pertahanan sudah dapat
dilaksanakan secara serentak oleh masing-masing senjata bantuan tembakan, baik
Penerbad, Armed maupun unsur bantuan lainnya, yang selama ini cenderung masih
dilaksanakan secara bergantian oleh karena masih kurang percaya diri untuk
melaksanakan serentak. Belum optimalnya peran masing-masing kecabangan dalam
fungsi pertempuran. Sementara itu, dihadapkan paradigma perang saat ini diantaranya
asymmetric warfare yang dengan menggunakan kecanggihan teknologi (cyber, network
centric, robotic dan nano technology).10 Hal ini menyebabkan satuan TNI AD perlu
mewujudkan Interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan sumber daya yang
efektif dalam keberhasilan operasi dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian perang di
masa depan.
Harapan yang diinginkan adalah penyiapan latihan satuan TNI AD pada proyeksi
masa depan dapat diintegrasikan antar unsur terkait untuk menghadapi tantangan dan
tuntutan tugas di masa depan, diarahkan pada pembangunan kekuatan berbasis
kemampuan dengan mempertimbangkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta

9
Petunjuk Penyelenggaraan tentang Penyelenggaraan Latihan Keputusan Kasad Nomor Kep/1012/XI/2019
Tanggal 4 November 2019.
10
Jurnal Seskoad, Edisi 04 (Mei 2019) Karya Vira Jati. Hal.8.
TERBATAS
TERBATAS
12

kecenderungan perkembangan lingkungan strategis. Dimana penyelenggaraan latihan


dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan
waktu yang terbatas, diproyeksikan pada Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dan Penggunaan Alutsista dengan Teknologi Tinggi yang terintegrasi.
Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai, “Segala aktivitas mental yang
membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi
keinginan untuk memahami: berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah
pencapaian makna.” John Chaffee, direktur pusat bahasa dan pemikiran kritis di LaGuardi
College, City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai “sebuah
proses aktif, teratur dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia”. Chaffee
mendefenisikan berpikir kritis sebagai “ berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses
berpikir itu sendiri”. Kemudian ditambahkan oleh Elaine B. Johnson, Ph.D. “Maksudnya
tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika” secara sederhana menurut Robert Duron, critical thinking
dapat didefenisikan sebagai: the ability to analyze and evaluate information (kemampuan
untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap data atau informasi). Dari teori
tersebut dapat dianalisa bahwa guna mendapatkan hasil penyelenggaraan latihan dapat
dievaluasi dan terukur dihadapkan pada suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu
yang terbatas dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI dapat dilakukan.
Adapun kendala yang dihadapi dalam mewujudkan hasil penyelenggaraan latihan
dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan
waktu yang terbatas adalah pertama. Sasaran latihan harus logis dengan lamanya
penyelenggaraan latihan dan tujuan latihan; kedua. Belum adanya standar evaluasi dan
sistem penilaian terintegrasi dalam mewujudkan Interoperabilitas antar unsur/bagian yang
terlibat operasional latihan; Sedangkan kelemahan yang dihadapi diantaranya adalah
pertama. Belum optimalnya kesadaran perorangan maupun unsur satuan sesuai
bidangnya masing-masing untuk mewujudkan interoperabilitas sesuai harapan (sulit
merubah kebiasaan); dua. Kurangnya kemampuan personel dalam interoperabilitas dari
segi kualitas (pengetahuan dan keterampilan penyelenggara) maupun kuantitas (personel
yang terkualifikasi sebagai penyelenggara latihan secara standar).
Adapun peluang yang dapat dimanfaatkan adalah Pus/Cab/Fung TNI AD yang
memiliki perangkat pengendalian tentang penyelenggaraan latihan perorangan, latihan
satuan, latihan antarkecabangan, dan satuan-satuan yang akan ditunjuk melaksanakan
latihan gabungan di lingkungan TNI AD agar siap mengantisipasi karakter baru

TERBATAS
TERBATAS
13

pertempuran masa depan, yang mempunyai daya hancur lebih besar (high level of
destruction) dan juga harus siap menghadapi pertempuran yang berjalan lebih singkat
dalam menentukan pemenang (decisive battle), serta harus siap menghadapi pertempuran
hibrida yang menggabungkan berbagai taktik sekaligus, baik taktik konvensional dengan
nonkonvensional, serta taktik lintas dimensi, baik sosial, politik maupun ekonomi.
Sedangkan kekuatan yang dimiliki adalah kedisiplinan prajurit dan ketertiban administrasi
latihan untuk menaati ketentuan-ketentuan yang ada dalam Petunjuk Penyelenggaraan
tentang Penyelenggaraan Latihan Satjar TNI AD untuk menghasilkan sumber daya yang
efektif dalam keberhasilan operasi sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Dengan melihat peluang dan kekuatan tersebut maka upaya mengatasi persoalan antara
lain: satu. Membuat standarisasi berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana hasil
penyelenggaraan latihan dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada suatu dinamika
kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas terkait kemampuan interoperabilitas antar
kecabangan untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI ke
depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat arah
pengembangan kemampuan interoperabilitas dan cara bertempur TNI AD meliputi integrasi
Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur terkait lainnya secara simultan.

Penutup
Dari serangkaian penjelasan di atas mengenai latar belakang tentang Optimalisasi
Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna Pengembangan Sistem Pertahanan Semesta
Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi, permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
faktor-faktor yang mempengaruhi serta pemecahan persoalan yang ditawarkan maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa interoperabilitas kecabangan TNI AD dalam rangka
keberhasilan tugas operasi saat ini masih perlu mendapatkan perhatian. Namun demikian
masih adanya beberapa kendala yang ditemui terkait interoperabilitas Kecabangan TNI AD
guna pengembangan sistem pertahanan semesta dalam rangka keberhasilan tugas
operasi : A. Menentukan Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan
dan Sasaran Latihan tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini . Persoalan
ini dapat diatasi dengan upaya-upaya diantaranya: satu. TNI AD harus melakukan
terobosan terhadap materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya) terintegritas
antar kecabangan yang mengarahkan tujuan dan sasaran latihan pada penguatan peran
(unity), tugas, dan fungsi, serta memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perubahan
karakter perang. Untuk menjawab tantangan dan tuntutan tugas TNI AD masa depan,

TERBATAS
TERBATAS
14

dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, Analisis Sistem Riset Operasi
(ASRO), dan Transfer of Technology (ToT) serta penguatan peran pembinaan Kemampuan
Interoperabilitas untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan TNI
ke depan agar dapat berperan di lingkup regional dan global; dua. Membuat masterplan
arah pengembangan kemampuan dan cara bertempur TNI AD pada OMP secara
komprehensif antar kecabangan meliputi Satpur, Satbanpur, Satintel, Satter dan unsur
terkait lainnya terintegrasi dan simultan; tiga. Melakukan sinkronisasi kemampuan satuan
TNI AD sesuai Doktrin KEP saat ini yang meliputi : a. Personel (Keahlian, Spesialisasi); b.
Doktrin, Latihan dan Siklus penugasan; c. Alutsista (Sistem, alkap dan Fasilitas); B.
Penyelenggaraan Latihan Yang Terkoordinasi Dan Selaras Dengan Melibatkan Semua
Tingkat Tataran Kewenangan Pembina Latihan Satuan TNI AD Termasuk Alutsista Masing-
Masing Kecabangan. Persoalan ini dapat diatasi dengan upaya-upaya diantaranya: satu.
Perubahan dan Penerapan Siklus Pembangunan Doktrin yg tepat; dua. Akselerasi
Penyempurnaan Doktrin Bertempur, melalui berbagi pengetahuan dengan negara lain
(memanfaatkan Pengetahuan yg didapat prajurit abit Dik LN dan Latma); tiga. Pelaksanaan
latihan bersifat Fleksibel dan tidak teks book dihadapkan dengan beberapa materi ataupun
taktik yang memerlukan perubahan serta situasi musuh; empat. Melakukan Riset latihan
yang disesuaikan dengan Study Kasus Operasi, Latihan bersama dengan negara sahabat
dan pendidikan luar negeri untuk disinkronkan dengan pola operasi di negara kita; C. Hasil
Penyelenggaraan Latihan Dapat Dievaluasi Dan Terukur Dihadapkan Pada Suatu Dinamika
Kegiatan Yang Dihadapi Dan Waktu Yang Terbatas. Persoalan ini dapat diatasi dengan
upaya-upaya diantaranya : Standarisasi berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana
inkitar penilaian penyelenggaraan latihan dapat dievaluasi dan terukur dihadapkan pada
suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas terkait kemampuan
interoperabilitas antar kecabangan.
Berangkat dari kesimpulan yang disampaikan di atas, maka penulis mencoba
memberikan sumbang saran kepada Pimpinan dan komando atas terkait Optimalisasi
Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna Pengembangan Sistem Pertahanan
Semesta Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi diantaranya adalah satu;
Kodiklatad perlu memasukkan materi latihan (mengupas Perlawanan Wilayah/Gerilya)
terintegritas antar kecabangan berkemampuan interoperabilitas secara komprehensif
terkait Materi, Macam, Sifat, Bentuk, dan Metode Latihan agar Tujuan dan Sasaran Latihan
tercapai dihadapkan pada situasi dan kondisi saat ini; dua; Mabesad agar dapat
merekonstruksi Doktrin TNI AD terkait akselerasi penyempurnaan doktrin Bertempur

TERBATAS
TERBATAS
15

secara interoperabilitas kecabangan TNI AD. tiga; piranti lunak standarisasi penilaian
standarisasi penyelenggraraan latihan berupa Bujuk atau Pedoman terkait bagaimana
hasil penyelenggaraan latihan interoperabilitas antar kecabangan dapat dievaluasi dan
terukur dihadapkan pada suatu dinamika kegiatan yang dihadapi dan waktu yang terbatas
terkait kemampuan interoperabilitas antar kecabangan.
Demikianlah essay tentang Optimalisasi Interoperabilitas Kecabangan TNI AD Guna
Pengembangan Sistem Pertahanan Semesta Dalam Rangka Keberhasilan Tugas Operasi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa essay ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
diperlukan adanya masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan penulisan di masa-masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2023


Penulis

LE63ND
Mayor Inf NRP XXXXXXXXXXXXXX

TERBATAS
TERBATAS
16

LAMPIRAN 1 : DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi
1. UU No. 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara
2. UU TNI No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
3. Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP) Keputusan Panglima TNI Nomor
Kep/1024/XII/2020
4. Petunjuk Penyelenggaraan tentang Penyelenggaraan Latihan Keputusan Kasad
Nomor Kep/1012/XI/2019 Tanggal 4 November 2019
5. Jukmin Sun, Terbit Doktrin dan Petunjuk TNI AD, Kep Kasad No.
Kep/633/VIII/2017 tanggal 29 Agustus 2017
6. Jurnal Seskoad, Edisi 04 (Mei 2019) Karya Vira Jati

B. Sumber Pranala Lain


1. https://adalah.co.id/interoperabilitas/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa_korsa
3. https://pussimpur.kodiklat-tniad.mil.id/2022/09/20/pussimpur-kodiklatad-dan-pt -
nexin - inovasi – sejahtera – mendukung – kegiatan- latihan - taktis-terintegrasi-di-
pussenarhanud/
4. https://kalteng.antaranews.com/berita/606313/indonesia-harus-siap-hadapi-
perang-inovasi

C. Teori-teori.
1. Teori Metode Pemecahan Persoalan (MPP)
2. Teori Kerlinger
3. Teori Inovasi oleh Sa’ud (2014)
4. Teori Inovasi oleh Van de Ven, Andrew H
5. Teori Pemikiran sebagai proses aktif oleh John Chaffee, LaGuardi College, City
University of New York (CUNY)
6. Teori Berpikir Kritis oleh Chaffee

TERBATAS
TERBATAS

LAMPIRAN 2 : POLA PIKIR


OPTIMALISASI INTEROPERABILITAS KECABANGAN TNI AD
GUNA PENGEMBANGAN SISTEM PERTAHANAN SEMESTA
DALAM RANGKA KEBERHASILAN TUGAS OPERASI

TUGAS
OPERASI
BERHASIL

INSTRUMENTAL INPUT

P
E BGMN TERCAPAINYA
R TUJUAN DAN SASARAN INTEROPERABI-
INTEROPERA- S LATIHAN OPTIMALISASI LITAS KECAB PENGEMBA-
BILITAS KECAB BGMN GARLAT HARUS INTEROPERABI- SATUAN TNI AD NGAN SISHAN
SATUAN TNI AD O TERKOODINASI DAN LITAS SAT TNI AD YANG SEMESTA
SAAT INI A SELARAS DIHARAPKAN

L
BGMN HASIl GARLAT
A DAPAT DIEVALUASI DAN
N TERUKUR

ENVIRONMENTAL INPUT

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai