Letak Indonesia yang berada di antara 2 lempeng dunia yaitu lempeng Eurosia
dan lempeng Indo Australia kemudian pada Cincin Api Pasifik (Pacifik Ring Of Fire)
dan memiliki ratusan gunung berapi membuat Indonesia dalam kondisi yang rawan
terhadap bencana. Bencana alam adalah sebuah ancaman yang harus diwaspadai
oleh setiap warga negara.
Nilai guna esai ini adalah memberikan gambaran peran TNI dalam
menanggulangi dampak bencana alam.
Pada tahapan pra bencana bila kita analisa dari sudut pandang landasan
hukum pelibatan TNI didalam kegiatan ini mulai dari UU RI No.3/2002 tentang
Pertahanan Negara, UU RI No.34/2004 tentang TNI, UU RI No.24/2007 tentang
penanggulangan bencana, sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No.21/2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan
Presiden No. 8/2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, secara jelas
telah menyebutkan peran TNI dalam kegiatan tersebut, akan tetapi peraturan
pelaksana yang mengatur mekanisme kerja dari satuan-satuan di lapangan belum
ada sehingga terkadang di dalam pelaksanaannya masih terkesan tidak terkoordinasi
dengan baik. Kemudian juga bila dilihat dari perspektif sarana prasarana yang ada di
dalam tahap prabencana masih minim, kurangnya alat peringatan dini (early warning
device) terjadinya bencana tsunami termasuk di dalamnya, serta terbatasnya kegiatan
mitigasi bencana yang terjadi di tanah air. Diharapkan dalam penanggulangan
dampak bencana alam selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik. Upaya yang
dapat dilaksanakan oleh TNI pada tahap prabencana adalah sebagai berikut: 1)
Melaksanakan pengkajian dan penerapan doktrin/pedoman yang harus dijadikan
acuan mulai dari tataran kebijakan sampai dengan Role of Engagement (RoE) atau
aturan pelibatan bagi satuan-satuan TNI AD dalam penanggulangan bencana; 2) Ikut
berperan serta dalam kegiatan mitigasi atau usaha untuk meminimal dampak
bencana melalui kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) yang dilakukan
dengan memberikan bantuan secara fisik berupa pembuatan bangunan tahan gempa,
pembuatan bendungan dan lain sebagainya serta kegiatan non fisik yang dilakukan
dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat tentang kegiatan
yang harus dilakukan bila gempa/tsunami terjadi; 3) Melaksanakan koordinasi secara
terus menerus dengan instansi terkait seperti dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah, dan sebagainya sebagai wujud dari
3
alat utama sistem senjata (alutsista) yang digunakan dalam kegiatan ini. Diharapkan
dalam penanggulangan dampak bencana alam selanjutnya dapat dilaksanakan
dengan baik. Upaya yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1) Membantu
instansi terkait atau pemerintah daerah dalam rangka upaya rekonsiliasi dan
rehabilitasi akibat bencana dengan cara berperan aktif dalam membantu perbaikan
bangunan dan sarana prasarana umum, perbaikan rumah-rumah masyarakat,
pemulihan sosial psikologis serta pelayanan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan adalah peran TNI dalam
menanggulangi dampak bencana alam yang masih belum optimal baik pada tahap
prabencana, tanggap darurat maupun pasca bencana dapat dioptimalkan melalui
berbagai upaya-upaya seperti pengkajian dan penyusunan aturan pelibatan,
meningkatkan peran serta didalam proses mitigasi, pemberdayaan aparat kowil,
melaksanakan koordinasi melekat dengan instansi terkait serta pengerahan satuan
TNI secara cepat dan tepat sasaran ke wilayah bencana baik pada saat tanggap
darurat maupun pasca bencana serta kesiapan kemampuan personel dan materiil
dalam menanggulangi dampak bencana alam dapat dioptimalkan, kesiapan
kemampuan personel melalui reorganisasi, pembekalan berupa kursus dan
pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi situasi yang ekstrem, kesiapan
materiil adalah melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan materiil. Langkah-
langkah ini diambil agar proses penanggulangan dampak bencana alam dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta hal ini merupakan tindakan integratif bagi
seluruh komponen bangsa yang harus dipedomani bersama, dihadapkan pada
keterbatasan bangsa Indonesia di dalam menanggulangi dampak bencana alam.
Lampiran :
- Alur Pikir
Penulis
2. PERUMUSAN MASALAH
Untuk memfokuskan pembahasan dalam tulisan ini penulis merumuskan
permasalahan “Bagaimana peran TNI dalam memberikan bantuan kemanusiaan
bila terjadi bencana alam? bagaimana menghindari tumpang tindih tugas dan
tanggungjawab? bagaimana mengsingkronisasikan semua unsur yang ada?”
7
3. NILAI GUNA Nilai guna esai ini adalah memberikan gambaran peran TNI
dalam menanggulangi bencana alam.
INTI
KERANGKA ANALISIS:
- KONSEP, teori, pendekatan
Sesuai UU nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, Tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.
PEMBAHASAN:
Bencana alam yang terjadi dibeberapa wilayah Indonesia sering terjadi
seketika dan sulit diprediksi kapan akan terjadi sehingga menimbulkan banyak
persoalan dalam penanganannya. Dari kasus-kasus bencana alam yang terjadi di
perlukan suatu persepsi kemungkinan ancaman bencana alam maupun bentuk
ancaman bencana alam sehingga ada suatu upaya dalam menanggulanggi bencana
secara terkoordinir yang meliputi upaya pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pemulihan oleh semua komponen bangsa sesuai Peran, fungsi dan tugas yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga dapat meminimalkan korban
yang terjadi akibat bencana.
Berbagai kebijakan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan belum
terintegrasi dengan baik sehingga berdampak pada tugas TNI ke depan dalam
penanganan bencana. Otonomi daerah memberikan peran lebih besar kepada daerah
untuk mengelola rumah tangganya sendiri, berimplikasi pada pemikiran sektoral di
masing-masing daerah. Besarnya sumber daya manusia yang belum disertai dengan
8
Upaya yang dapat dilaksanakan oleh TNI pada tahap prabencana adalah
sebagai berikut: 1) Melaksanakan pengkajian dan penerapan doktrin/pedoman yang
harus dijadikan acuan mulai dari tataran kebijakan sampai dengan Role of
Engagement (RoE) atau aturan pelibatan bagi satuan-satuan TNI AD dalam
penanggulangan bencana; 2) Kesiapan kemampuan personel melalui reorganisasi,
pembekalan berupa kursus dan pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi
situasi yang ekstrem 3) Ikut berperan serta dalam kegiatan mitigasi atau usaha untuk
meminimal dampak bencana melalui kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD)
yang dilakukan dengan memberikan bantuan secara fisik berupa pembuatan Rob,
bangunan tahan gempa, pembuatan bendungan dan lain lain serta kegiatan non fisik
berupa pemberian penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat tentang kegiatan
yang harus dilakukan bila gempa/tsunami terjadi; 4) Melaksanakan koordinasi secara
terus menerus dengan pemangku kepentingan seperti dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), pemerintah daerah dan Polri, sebagai wujud
koordinasi antar instansi; 5) Menyusun, menerapkan dan melatihkan prosedur tetap
(protap) tentang pelibatan satuan TNI dalam penanggulangan bencana baik secara
internal TNI maupun terintegrasi dengan semua unsur yang terlibat; 6) kesiapan
materiil adalah melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan materiil. Untuk
peralatan yang belum dimiliki menyarankan kepada BNPB dan pemerintah daerah
untuk memperbaiki dan menambah alat peralatan evakuasi, seperti perahu karet,
pelampung, Alat berat, alat peringatan dini terhadap bencana alam.
Upaya yang dapat dilaksanakan demi optimalnya peran TNI adalah sebagai
berikut : 1) Melaksankan tugas sesuai Protap/SOP yang telah ditentukan dan
dilatihkan. 2) Mengerahkan satuan tempur, satuan batuan tempur maupun satuan
teritorial terdekat dari lokasi bencana ataupun yang tergabung dalam Pasukan Reaksi
Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) di dalam merespon kejadian yang ada
10
secara cepat dan tepat, sehingga dapat meminimalkan jumlah korban jiwa yang di
lokasi bencana. Hal ini dilakukan sesuai aturan atau prosedur tetap yang ada secara
cepat dan efektif.
Pada tahapan pasca bencana, merupakan fase rehabilitasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah, guna memulihkan kondisi setelah bencana alam. Pada tahap ini
peran TNI dititik beratkan pada satuan teritorial dibantu oleh satuan tempur maupun
satuan bantuan tempur, dalam membantu pemerintah daerah mengembalikan kondisi
yang telah hancur ke kondisi normal kembali.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran TNI dalam menangani
bencana alam yang masih belum optimal baik dari segi koordinasi dan singkronisasi
pada tahap prabencana, tanggap darurat maupun pasca bencana. Hal ini dapat
ditingkatkan dengan mengoptimalkan berbagai upaya, seperti pengkajian dan
penyusunan aturan pelibatan, meningkatkan peran serta didalam proses mitigasi,
pemberdayaan aparat Kowil, melaksanakan koordinasi melekat dengan instansi
terkait serta pengerahan satuan TNI secara cepat dan tepat sasaran ke lokasi
bencana alam. Kesiapan kemampuan personel melalui reorganisasi, pembekalan
berupa kursus dan pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi situasi yang
ekstrem. Kesiapan materiil dengan melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan
materiil. Langkah-langkah ini diambil agar proses penanggulangan dampak bencana
alam dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta hal ini merupakan tindakan
integratif bagi seluruh komponen bangsa yang harus dipedomani bersama,
dihadapkan pada keterbatasan bangsa Indonesia di dalam menanggulangi dampak
bencana alam.