Anda di halaman 1dari 11

PERAN TNI

DALAM MENANGGULANGI DAMPAK BENCANA ALAM

Letak Indonesia yang berada di antara 2 lempeng dunia yaitu lempeng Eurosia
dan lempeng Indo Australia kemudian pada Cincin Api Pasifik (Pacifik Ring Of Fire)
dan memiliki ratusan gunung berapi membuat Indonesia dalam kondisi yang rawan
terhadap bencana. Bencana alam adalah sebuah ancaman yang harus diwaspadai
oleh setiap warga negara.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana alam saat ini masih belum


terkoordinasi dengan baik, masih adanya tumpang tindih kegiatan yang dilakukan
bahkan masih lamban dalam pelaksanaannya, sehingga pelaksanaan
penanggulangan bencana belum mencapai hasil yang optimal. TNI mempunyai
kewajiban untuk memberikan peran dalam membantu dalam penanggulangan
bencana alam dengan kemampuan personel dan alutsista yang dimiliki. Namun dari
kondisi yang ada masih banyak kekurangan dan kelemahan yang masih terjadi di
lapangan sebagai bentuk ketidaksiapan yang dimiliki sebagai tindakan antisipasi yang
harus dimiliki untuk memberikan perannya dalam memberikan bantuan dalam tugas
penanggulangan bencana. Perlu adanya langkah yang nyata dalam mengantisipasi
hal tersebut secara terkoordinasi dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal
sesuai tujuan yang diharapkan.

Untuk memfokuskan pembahasan dalam tulisan ini penulis merumuskan


permasalahan Bagaimana pelaksanaan tugas bantuan kemanusiaan untuk mengatasi
dampak bencana alam yang menimbulkan korban terhadap penduduk dan
kerusakan infrastuktur di sekitar bencana alam dapat optimal?

Nilai guna esai ini adalah memberikan gambaran peran TNI dalam
menanggulangi dampak bencana alam.

Rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia secara langsung telah


membuat TNI baik secara langsung maupun secara tidak langsung berperan di dalam
2

upaya menanggulangi dampak bencana alam tersebut, yang tercantum dalam UU


nomor 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 7 tentang tugas TNI dalam OMSP yaitu
membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis menggunakan


pendekatan empiris pengalaman penugasan bantuan TNI dalam menanggulangi
dampak bencana alam.

Pada tahapan pra bencana bila kita analisa dari sudut pandang landasan
hukum pelibatan TNI didalam kegiatan ini mulai dari UU RI No.3/2002 tentang
Pertahanan Negara, UU RI No.34/2004 tentang TNI, UU RI No.24/2007 tentang
penanggulangan bencana, sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No.21/2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan
Presiden No. 8/2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, secara jelas
telah menyebutkan peran TNI dalam kegiatan tersebut, akan tetapi peraturan
pelaksana yang mengatur mekanisme kerja dari satuan-satuan di lapangan belum
ada sehingga terkadang di dalam pelaksanaannya masih terkesan tidak terkoordinasi
dengan baik. Kemudian juga bila dilihat dari perspektif sarana prasarana yang ada di
dalam tahap prabencana masih minim, kurangnya alat peringatan dini (early warning
device) terjadinya bencana tsunami termasuk di dalamnya, serta terbatasnya kegiatan
mitigasi bencana yang terjadi di tanah air. Diharapkan dalam penanggulangan
dampak bencana alam selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik. Upaya yang
dapat dilaksanakan oleh TNI pada tahap prabencana adalah sebagai berikut: 1)
Melaksanakan pengkajian dan penerapan doktrin/pedoman yang harus dijadikan
acuan mulai dari tataran kebijakan sampai dengan Role of Engagement (RoE) atau
aturan pelibatan bagi satuan-satuan TNI AD dalam penanggulangan bencana; 2) Ikut
berperan serta dalam kegiatan mitigasi atau usaha untuk meminimal dampak
bencana melalui kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) yang dilakukan
dengan memberikan bantuan secara fisik berupa pembuatan bangunan tahan gempa,
pembuatan bendungan dan lain sebagainya serta kegiatan non fisik yang dilakukan
dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat tentang kegiatan
yang harus dilakukan bila gempa/tsunami terjadi; 3) Melaksanakan koordinasi secara
terus menerus dengan instansi terkait seperti dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah, dan sebagainya sebagai wujud dari
3

terpeliharanya koordinasi antar instansi; 4) Menyusun, menerapkan dan melatihkan


prosedur tetap (protap) tentang pelibatan satuan TNI dalam penanggulangan bencana
baik secara internal TNI maupun terintegrasi dengan bagian-bagian lain; 4)
Mengoptimalkan peran komando kewilayahan sebagai satuan terdepan yang
langsung bersentuhan dengan rakyat; dan 6) Menyarankan kepada pemerintah untuk
memperbaiki dan menambah alat peringatan dini terhadap bencana alam khususnya
tsunami agar korban bencana dapat diminimalkan.

Pada tahapan tahap tanggap darurat bencana, kesiapsiagaan satuan TNI


dalam menghadapi kegiatan penanggulangan dampak bencana alam masih belum
optimal sehingga hal ini telah mengakibatkan mobilitas dari satuan TNI tersebut
kurang maksimal khususnya bila dihadapkan dengan kecepatan respon yang
ada/waktu dan alat utama sistem senjata (alutsista) yang digunakan dalam kegiatan
ini. Diharapkan dalam penanggulangan dampak bencana alam
selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik. Upaya yang dapat dilaksanakan demi
optimalnya peran TNI adalah sebagai berikut : 1) Mengerahkan satuan yang telah
disiapkan baik berdasarkan perintah dari Mabes TNI atau pun yang tergabung dalam
Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) di dalam merespon
kejadian yang ada secara cepat dan tepat sehingga dapat meminimalkan jumlah
korban jiwa yang di lokasi bencana. Hal ini dilakukan sesuai aturan atau prosedur
tetap yang ada secara cepat dan efektif; 2) Melaksanakan koordinasi secara melekat
baik dengan BNPB, Instansi terkait atau dengan satuan-satuan dari matra lain
sehingga pelaksanaan tugas dapat optimal dan tepat sasaran; 3) Tugas dan
tanggung jawab dilaksanakan sesuai dengan bagiannya masing-masing sehingga
tidak ada tumpang tindih pekerjaan di daerah bencana, di mana hal ini membutuhkan
peran dari unsur komandan satuan untuk mengarahkan anggota-anggota yang
bergerak di lapangan; dan 4) Meningkatkan moril serta menjaga kesehatan personel
yang terlibat sebab pelaksanaan penanggulangan bencana dapat berlangsung
dengan cepat ataupun lama tergantung dari dampak yang telah dihasilkan dan sesuai
dengan perintah dari komando atas.

Pada tahapan tahap pasca bencana, kesiapsiagaan satuan TNI dalam


menghadapi kegiatan penanggulangan dampak bencana masih belum optimal
sehingga hal ini telah mengakibatkan mobilitas dari satuan TNI tersebut kurang
maksimal khususnya bila dihadapkan dengan kecepatan respon yang ada/waktu dan
4

alat utama sistem senjata (alutsista) yang digunakan dalam kegiatan ini. Diharapkan
dalam penanggulangan dampak bencana alam selanjutnya dapat dilaksanakan
dengan baik. Upaya yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1) Membantu
instansi terkait atau pemerintah daerah dalam rangka upaya rekonsiliasi dan
rehabilitasi akibat bencana dengan cara berperan aktif dalam membantu perbaikan
bangunan dan sarana prasarana umum, perbaikan rumah-rumah masyarakat,
pemulihan sosial psikologis serta pelayanan

kesehatan dengan memanfaatkan personel dan alutsista yang ada; 2) Melaksanakan


konsolidasi dan evaluasi terhadap tugas yang telah dilaksanakan sehingga terdapat
perbaikan bila dilibatkan oleh satuan atas pada tugas selanjutnya.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan adalah peran TNI dalam
menanggulangi dampak bencana alam yang masih belum optimal baik pada tahap
prabencana, tanggap darurat maupun pasca bencana dapat dioptimalkan melalui
berbagai upaya-upaya seperti pengkajian dan penyusunan aturan pelibatan,
meningkatkan peran serta didalam proses mitigasi, pemberdayaan aparat kowil,
melaksanakan koordinasi melekat dengan instansi terkait serta pengerahan satuan
TNI secara cepat dan tepat sasaran ke wilayah bencana baik pada saat tanggap
darurat maupun pasca bencana serta kesiapan kemampuan personel dan materiil
dalam menanggulangi dampak bencana alam dapat dioptimalkan, kesiapan
kemampuan personel melalui reorganisasi, pembekalan berupa kursus dan
pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi situasi yang ekstrem, kesiapan
materiil adalah melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan materiil. Langkah-
langkah ini diambil agar proses penanggulangan dampak bencana alam dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta hal ini merupakan tindakan integratif bagi
seluruh komponen bangsa yang harus dipedomani bersama, dihadapkan pada
keterbatasan bangsa Indonesia di dalam menanggulangi dampak bencana alam.

Untuk mengoptimalkan peran TNI dalam menanggulangi dampak bencana


alam agar dapat berjalan dengan lancar disarankan agar dilaksanakannya pengkajian
dan penerapan doktrin yang dapat dijadikan pedoman secara teknis oleh satuan-
satuan di lapangan dalam penanggulangan bencana alam.
5

Demikian penulisan ini tentang peran TNI dalam menanggulangi bencana


alam. Semoga tulisan ini dapat memberikan masukan dalam pelaksanaan
penanganan dampak bencana alam di Indonesia di masa mendatang.

Lampiran :
- Alur Pikir
Penulis

Moh. Arif Sjaerozi


Mayor Arm NRP 11960034100473
6

1. LATAR BELAKANG, ISINYA


- KODISI NYATA (EXISTING CONDITION)
Indonesia terletak di antara 2 lempeng dunia yaitu lempeng Eurosia dan
lempeng Indo Australia kemudian pada Cincin Api Pasifik (Pacifik Ring Of Fire) dan
memiliki ratusan gunung berapi membuat Indonesia dalam kondisi yang rawan
terhadap bencana. Bencana alam adalah sebuah ancaman yang harus diwaspadai
oleh setiap warga negara.

- MENGANTARKAN PD PERMASALAHAN /PERSOALAN


Pengaruh geografi dan eksploitasi yang berlebihan oleh sekelompok manusia
mengakibatkan tingginya intensitas bencana alam diberbagai wilayah Indonesia baik
berupa gempa dan tsunami di Aceh, gempa tektonik di Jawa Tengah di daerah
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Klaten, bencana di daerah Pangandaran Ciamis,
Lumpur Lapindo di Surabaya, banjir, tanah longsor maupun bencana lain yang terjadi
di wilayah Indonesia.

- INVENTARISASI PERMASALAHAN / PERSOALAN


Penyelenggaraan penanggulangan bencana alam saat ini masih belum terkoordinasi
dengan baik, masih adanya tumpang tindih kegiatan yang dilakukan bahkan masih
lamban dalam pelaksanaannya, sehingga pelaksanaan penanggulangan bencana
belum mencapai hasil yang optimal. TNI mempunyai kewajiban untuk memberikan
peran dalam membantu dalam penanggulangan bencana alam dengan kemampuan
personel dan alutsista yang dimiliki. Namun dari kondisi yang ada masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang masih terjadi di lapangan sebagai bentuk
ketidaksiapan sebagai tindakan antisipasi yang harus dimiliki untuk memberikan
perannya dalam memberikan bantuan penanggulangan bencana. Perlu adanya
langkah yang nyata dalam mengantisipasi hal tersebut secara terkoordinasi dengan
baik untuk mencapai hasil yang optimal sesuai tujuan yang diharapkan.

2. PERUMUSAN MASALAH
Untuk memfokuskan pembahasan dalam tulisan ini penulis merumuskan
permasalahan “Bagaimana peran TNI dalam memberikan bantuan kemanusiaan
bila terjadi bencana alam? bagaimana menghindari tumpang tindih tugas dan
tanggungjawab? bagaimana mengsingkronisasikan semua unsur yang ada?”
7

3. NILAI GUNA  Nilai guna esai ini adalah memberikan gambaran peran TNI
dalam menanggulangi bencana alam.

INTI
KERANGKA ANALISIS:
- KONSEP, teori, pendekatan
Sesuai UU nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, Tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.

Sebagai wujud penjabaran tentang Bencana alam tertuang pada UU nomor 34


tahun 2004 tentang TNI pasal 7 ayat 2 poin b no 12, tentang tugas TNI dalam OMSP
yaitu membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan. Bencana alam yang terjadi di Indonesia secara langsung telah
membuat TNI baik diminta maupun tidak diminta harus turut berperan di dalam upaya
menanggulangi bencana alam tersebut.

PEMBAHASAN:
Bencana alam yang terjadi dibeberapa wilayah Indonesia sering terjadi
seketika dan sulit diprediksi kapan akan terjadi sehingga menimbulkan banyak
persoalan dalam penanganannya. Dari kasus-kasus bencana alam yang terjadi di
perlukan suatu persepsi kemungkinan ancaman bencana alam maupun bentuk
ancaman bencana alam sehingga ada suatu upaya dalam menanggulanggi bencana
secara terkoordinir yang meliputi upaya pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pemulihan oleh semua komponen bangsa sesuai Peran, fungsi dan tugas yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga dapat meminimalkan korban
yang terjadi akibat bencana.
Berbagai kebijakan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan belum
terintegrasi dengan baik sehingga berdampak pada tugas TNI ke depan dalam
penanganan bencana. Otonomi daerah memberikan peran lebih besar kepada daerah
untuk mengelola rumah tangganya sendiri, berimplikasi pada pemikiran sektoral di
masing-masing daerah. Besarnya sumber daya manusia yang belum disertai dengan
8

kualitas, belum mampu memberikan kontribusi besar dalam penanggulangan


bencana alam dan Iemahnya kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadi bencana.

Pemberdayaan sumber daya nasional dalam rangka menanggulangi bencana


alam perlu disiapkan secara dini dan terkoordinasi di berbagai daerah khususnya di
daerah-daerah rawan bencana alam serta didukung sumber daya nasional yang
memadai. Dengan tersedianya sumber daya nasional yang dikelola dengan balk dan
sistem yang dapat mengakomodasi berbagai lembaga yang berkepentingan secara
sinergi serta kesiapan masyarakat di daerah bencana, penangulangan bencana akan
dapat berjalan efektif.
Ketidakmerataan kemampuan sumber daya nasional ditiap daerah, bila terjadi
bencana alam di daerah yang kurang kemampuan sumber daya nasionalnya maka
akan terjadi kesulitan dalam pemberian bantuan. Pembedayaan sumber daya
nasional dalam menanggulangi akibat bencana alam belum dapat berjalan secara
optimal terutama penanganan masih bersifat sektoral yang berakibat terjadinya
kelebihan kebutuhan di satu tempat dan di tempat lain terjadi kekurangan.

- MEJAWAB PERMASALAHAN YG DIRUMUSKAN DLM RUMUSAN MASALAH


Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis menggunakan
pendekatan empiris pengalaman penugasan bantuan TNI dalam menanggulangi
bencana alam, yang di bagi kedalam tiga fase, yaitu Pra bencana, tanggap darurat
dan pasca bencana.

Pada tahapan pra bencana, payung hokum pelibatan TNI didalam


penangulangan bencana tertuang dalam UU RI No.3/2002, UU RI No.34/2004, UU RI
No.24/2007, Peraturan Pemerintah No.21/2008 dan Perpres No. 8/2008. Akan tetapi
peraturan pelaksana yang mengatur mekanisme kerja dari satuan-satuan di lapangan
belum ada, sehingga terkadang di dalam pelaksanaannya masih tumpang tindih dan
terkesan tidak terkoordinasi dengan baik. Kemudian juga bila dilihat dari perspektif
sarana prasarana yang ada di dalam tahap prabencana masih minim, kurangnya alat
peringatan dini (early warning device) terjadinya bencana tsunami termasuk di
dalamnya, serta terbatasnya kegiatan mitigasi bencana yang terjadi di tanah air.
9

Upaya yang dapat dilaksanakan oleh TNI pada tahap prabencana adalah
sebagai berikut: 1) Melaksanakan pengkajian dan penerapan doktrin/pedoman yang
harus dijadikan acuan mulai dari tataran kebijakan sampai dengan Role of
Engagement (RoE) atau aturan pelibatan bagi satuan-satuan TNI AD dalam
penanggulangan bencana; 2) Kesiapan kemampuan personel melalui reorganisasi,
pembekalan berupa kursus dan pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi
situasi yang ekstrem 3) Ikut berperan serta dalam kegiatan mitigasi atau usaha untuk
meminimal dampak bencana melalui kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD)
yang dilakukan dengan memberikan bantuan secara fisik berupa pembuatan Rob,
bangunan tahan gempa, pembuatan bendungan dan lain lain serta kegiatan non fisik
berupa pemberian penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat tentang kegiatan
yang harus dilakukan bila gempa/tsunami terjadi; 4) Melaksanakan koordinasi secara
terus menerus dengan pemangku kepentingan seperti dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), pemerintah daerah dan Polri, sebagai wujud
koordinasi antar instansi; 5) Menyusun, menerapkan dan melatihkan prosedur tetap
(protap) tentang pelibatan satuan TNI dalam penanggulangan bencana baik secara
internal TNI maupun terintegrasi dengan semua unsur yang terlibat; 6) kesiapan
materiil adalah melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan materiil. Untuk
peralatan yang belum dimiliki menyarankan kepada BNPB dan pemerintah daerah
untuk memperbaiki dan menambah alat peralatan evakuasi, seperti perahu karet,
pelampung, Alat berat, alat peringatan dini terhadap bencana alam.

Pada tahapan tahap tanggap darurat bencana, kesiapsiagaan satuan TNI


dalam menghadapi kegiatan penanggulangan dampak bencana alam masih belum
optimal, yang berakibat mobilitas dari satuan TNI tersebut kurang optimal, khususnya
bila dihadapkan dengan kecepatan respon yang ada/waktu, minimnya alat peralatan
penanggulangan bencana yang dimiliki satuan TNI, saling melepas tanggung jawab
bila menghadapi kendala dilapangan dan masih adanya ego sektoral dari masing-
masing bagian.

Upaya yang dapat dilaksanakan demi optimalnya peran TNI adalah sebagai
berikut : 1) Melaksankan tugas sesuai Protap/SOP yang telah ditentukan dan
dilatihkan. 2) Mengerahkan satuan tempur, satuan batuan tempur maupun satuan
teritorial terdekat dari lokasi bencana ataupun yang tergabung dalam Pasukan Reaksi
Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) di dalam merespon kejadian yang ada
10

secara cepat dan tepat, sehingga dapat meminimalkan jumlah korban jiwa yang di
lokasi bencana. Hal ini dilakukan sesuai aturan atau prosedur tetap yang ada secara
cepat dan efektif.

Upaya untuk menghindari tumpang tindih tugas dan tanggungjawab serta


mengsingkronisasikan semua unsur yang ada, dilakukan dengan : 1) Melaksanakan
koordinasi secara melekat baik dengan satuan atas, Pemda, BNPB, Instansi terkait,
Polri ataupun dengan satuan-satuan dari matra lain. 2) Melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai bidangnya masing-masing, namun koordinasi dilapangan
tetap dilakukan secara terus-menerus guna menghindari tumpang tindih pekerjaan
dan meminimalisir gesekan di lokasi bencana. 3) Bagi satuan maupun Instansi yang
terlebih dahulu datang di lokasi bencana, dengan segera melakukan langkah-langkah
sebagai berikut : a) Segera mengungsikan penduduk korban bencana ke daerah yang
aman. b) Pencarian korban di bawah reruntuhan gedung atau rumah bila masih ada
serta evakuasi. c) Menyelamatkan barang-barang/harta benda penduduk yang
masing utuh. 4) Melaksanakan rotasi personel, bila pelaksanaan penanggulangan
bencana berjalan lama, guna memelihara moril dan kesehatan prajurit.

Pada tahapan pasca bencana, merupakan fase rehabilitasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah, guna memulihkan kondisi setelah bencana alam. Pada tahap ini
peran TNI dititik beratkan pada satuan teritorial dibantu oleh satuan tempur maupun
satuan bantuan tempur, dalam membantu pemerintah daerah mengembalikan kondisi
yang telah hancur ke kondisi normal kembali.

Upaya pemulihan ini ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam


rangka rekonsiliasi dan rehabilitasi akibat bencana, yang dilakukan baik secara fisik
maupun non fisik. 1) Kegiatan fisik dengan cara berperan aktif dalam membantu
perbaikan bangunan dan sarana prasarana umum, perbaikan rumah-rumah
masyarakat. 2) Kegiatan non fisik dengan pemulihan kondisi sosial dan psikologis
serta pelayanan kesehatan, dengan memanfaatkan personel prajurit sebagai tenaga
pengajar dan tenaga medis. Dalam pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi dan rehabilitasi
ini, tetap mengedepankan koordinasi secara terus menerus dengan satuan atas,
pemerintah daerah dan Instansi terkait.
11

- JWBAN HRS SESUAI / RELEVAN / KONSISTEN DGN KERANGKA ANALISIS


YG DITETAPKAN
- DISERTAI DGN FAKTA & DATA (KUALITATIF / KUANTITATIF) UTK MEM
PERKUAT JWBAN / PERNYATAAN / ARGUMENTASI

1. KESIMPULAN  KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PERNYATAAN SBG


KESIMPULAN YG MENJWB PERMASALAHAN SBG HASIL
PENALARAN
2. SARAN  KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PERNYATAAN SBG SARAN
DA
LAM KERANGKA PERMASALAHAN YG DIKAJI

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran TNI dalam menangani
bencana alam yang masih belum optimal baik dari segi koordinasi dan singkronisasi
pada tahap prabencana, tanggap darurat maupun pasca bencana. Hal ini dapat
ditingkatkan dengan mengoptimalkan berbagai upaya, seperti pengkajian dan
penyusunan aturan pelibatan, meningkatkan peran serta didalam proses mitigasi,
pemberdayaan aparat Kowil, melaksanakan koordinasi melekat dengan instansi
terkait serta pengerahan satuan TNI secara cepat dan tepat sasaran ke lokasi
bencana alam. Kesiapan kemampuan personel melalui reorganisasi, pembekalan
berupa kursus dan pendidikan serta latihan khusus untuk menghadapi situasi yang
ekstrem. Kesiapan materiil dengan melaksanakan pembinaan materiil dan penyiapan
materiil. Langkah-langkah ini diambil agar proses penanggulangan dampak bencana
alam dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta hal ini merupakan tindakan
integratif bagi seluruh komponen bangsa yang harus dipedomani bersama,
dihadapkan pada keterbatasan bangsa Indonesia di dalam menanggulangi dampak
bencana alam.

Untuk mengoptimalkan peran TNI dalam menanggulangi bencana alam agar


dapat berjalan dengan lancar, disarankan agar dilaksanakannya latihan kontigensi
yang melibatkan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana alam, terutama
hal yang cukup krusial adalah peningkatan kemampuan prajurit dalam hal ini
Komandan satuan dalam bidang singkronisasi dan koordinasi dengan unsur Pemda,
Polri, Instansi terkait di wilayah serta dengan komponen masyarakat lainnya,
sehingga akan dapat mendukung kelancaran tugas-tugas yang akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai