Anda di halaman 1dari 6

Gempa Bumi Guncang Ambon Hingga l

1
Andini Bhuana Puspa Sari, 2Setya Haksama
1
Mahasiswa IKM A 2017 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
Surabaya Jawa Timur
2
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya Jawa Timur
Indonesia
1
Andini.bhuana.puspa-2017@fkm.unair.ac.id
2
setyahaksama@fkm.unair.ac.id

0895395599975
+6281235042040

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Kota Ambon merupakan Ibukota Provinsi Maluku dengan luas daratan 359,45
km2 dan luas lautan 17,55 km2 dengan panjang garis pantai 98km (Survey Tata Guna
Tanah 1980). Wilayah Administratif Kota Ambon sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 1979 dengan luas 377 Km² atau 2/5 dari luas Pulau Ambon. Secara
Geografis Kota Ambon terletak pada 3º 34’ 8,40” – 3º 47’ 42,00” Lintang Selatan dan
128º 1’ 33,60” – 128º 18’ 3,60” Bujur Timur. Ambon sendiri yang terletak pada
pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia. Lempeng
Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik yang
mengakibatkan patahan yang tidak beraturan sehingga tak heran jika wilayah ini dapat
dikatakan daerah rawan gempa dan bahkan juga dapat berpotensi timbulnya tsunami.
Jika berbicara mengenai kejadian bencana alam yang mana menurut Hadi
Purnomo & Ronny Sugiantoro (th:hal) menyebutkan bahwa 87% wilayah Indonesia
adalah rawan bencana alam, sebanyak 383 kabupaten atau kotamadya merupakan
daerah rawan bencana alam dari 440 kabupaten atau kotamadya di seluruh Indonesia.
Selain itu kondisi Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan tidak merata,
keanekaragaman suku, agama, adat istiadat, budaya dan golongan menyebabkan
Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, banjir, gunung meletus, tanah longsor, dan angin topan yang sering terjadi di
Indonesia tentu berdampak kehancuran, juga menyebabkan penderitaan dan kerugian
baik bagi masyarakat maupun negara. Oleh karena itu dengan seringnya bencana alam
yang terjadi di Indonesia, untuk itu diperlukan sebuah manajemen penanggulangan
bencana seperti dibutuhkan penanggulangan bencana baik itu pra bencana atau
(mitigasi bencana), bencana, maupun pasca bencana. Sesuai dengan UU 24/2007,
penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Ketiga upaya tersebut
masing-masing memiliki fungsi dan tujuan terkait dengan penanggulangan bencana
alam dan ketiga proses penanggulangan tersebut juga sangat penting dalam
menghadapi bencana alam. Permasalahan yang timbul adalah masih banyaknya warga
masyarakat Indonesia yang belum mengetahui dan memahami tentang apa itu
bencana, bagaimana cara mengantisipasi dan mengatasi bencana, sehingga risiko yang
ditimbulkan akibat bencana tersebut dapat diminimal mungkin, dan dapat
dipertanggungjawabkan akibat kejadian tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Penanggulangan Bencana
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama
risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana. Manajemen bencana
merupakan proses dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita
kenal selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan controling. Cara
bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap
kuadran atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan,
tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan tujuannya secra umum antara lain untuk
melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari ancaman bencana. Adapun proses
manajemen bencana adalah sebagai beriku.
Menurut Nurjanah (2012:47), secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi
dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Kegiatan pada tahap pra bencana ini sangat
penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam
menghadapi bencana dan pasca bencana. Pemerintah bersama masyarakat maupun
swasta sangat sedikit memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa
yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil
dampak bencana.
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti search and rescue (SAR), bantuan
daruirat dan pengungsian. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada
saat kejadian bencana. Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan , terutama
berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan
mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadimya bencana biasanay banyak pihak yang menaruh
perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun
material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan
yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,
tepat sasaran, tepat manfaat, dan efisien.
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikian kondisi
masyarakat yang tekena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana 16 dan
sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidahkaidah
kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi perlu juga
diperhatikan rehabilitasi psikis yang tejadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

METODE
Metode yang digunakan adalah studi literatur. Didalam metode ini yang
dilakukan adalah mencari sebanyak – banyaknya literatur serta membandingkan untuk
mendapatkan riset yang maksimal. Selain itu, Studi literatur adalah mencari referensi
teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini
dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet.
Output dari studi literatur ini adalah terkoleksinya referensi yang relefan dengan
perumusan masalah. Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai
dasar teori dalam melakukan studi dan juga menjadi dasar untuk mengetahui peran
dari manajemen penanggulangan bencana.

HASIL
Gempa bumi yang mengguncang Ambon pada tanggal 31 Oktober 2017 dimana
dalam gempa tersebut mengakibatkan kerugian materiil berupa adanya retakan dan
rusaknya langit-langit pada gedung Maluku City Mall, dan beberapa kaca jendela
retak dan plafon rusak yang terjadi di bandara Ambon. Namun, tidak ada korban jiwa
yang diakibatkan gempa tersebut. Meski tidak memakan korban jiwa, namun dampak
psikologis dari para korban juga masih ada mengingat gempa ini terjadi hingga 88
kali selama 14 jam. Gempa yang terjadi akibat utara wilayah tersebut didesak oleh
zona subduksi Seram yang aktif, dan dari selatan terdapat struktur sesar yang dikenal
sebagai South Seram Thrust. Struktur sesar ini sangat aktif karena terbentuk oleh efek
adanya “tumbukan lempeng” dan hujaman balik sistem subduksi Seram, sehingga
wajar jika sumber gempa ini menyimpan medan tegangan kulit bumi yang dapat
terlepaskan sebagai peristiwa gempa kuat. Indikator ini tampak dari seluruh gempa
yang terjadi memiliki mekanisme sumber berupa sesar naik (thrust fault) dengan
strike/jurus yang berarah barat-timur. Sehingga kuat dugaan bahwa gempa Ambon ini
dipicu oleh struktur geologi sesar naik selatan Seram. Sehingga wilayah Ambon
tersebut terkenal dengan wilayah yang rawan terjadi gempa.
Dalam pengimplementasian manajemen penanggulangan bencana itu sendiri yang
mana terdapat fase pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana yang memiliki
intervensi kegiatan berbeda-beda terkhusus untuk bencana gempa bumi. Misal,
intervensi kegiatan pada saat pra-bencana untuk bencana gempa bumi ialah dengan
memberikan edukasi kepada warganya agar tanggap bencana seperti pembekalan
yang diberikan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) seperti yang
diwartakan media Kompas pada Jumat, 3 November 2017. Selain itu dapat
dilakukannya pengurangan risiko bencana dengan cara melakukan penerapan sistem
peringatan dini menggunakan teknologi tepat guna. Strategi tersebut dituangkan
dalam suatu standar nasional dan internasional agar dijadikan acuan/ rujukan aksi
pengurangan risiko bencana di Indonesia dan seluruh dunia. Peringatan dini tersebur
dapat dilakukan oleh seorang epidemiolog berupa melakukan surveilans, dan upaya
sistem deteksi dini. Berikutnya adalah optimalisasi pengelolaan sumberdaya serta
penataan ruang dan lahan untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana yang mana
dapat dilakukan dengan zonasi daerah rawan bencana gempa bumi dan pengaturan
penggunaan lahan, penerapan standar bangunan aman gempa hingga ke tingkat
kelurahan yang di adopsi dari Building Code provinsi, menerapkan peraturan tata
guna lahan dan IMB berdasarkan kajian risiko bencana gempa bumi, dan menerapkan
peraturan building code hingga tingkat kelurahan. Serta fokus prioritas dalam
peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana dengan fokus program
melakukan peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana dengan
merealisasikan suatu kegiatan seperti mensosialisasikan ancaman bencana dan
dampak yang dapat ditimbulkan.
Untuk fase saat bencana, pihak BPBD sendiri telah menginformasikan untuk
tidak mempercayai hoax apapun dan lebih percaya serta ikut memantau lewat
informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geologi) seperti sumber dari
koran …………. Selain itu untuk fokus prioritas dalam meningkatkankan
kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana untuk intervensi program dapat
dilakukan dengan percepatan pembangunan sarana prasarana dan logistik dalam
penanganan darurat yang mana dalam pengimplementasiannya seperti menyediakan
tempat dan jalur evakuasi, tempat pengungsian sementara, dan sarana prasarana air
bersih dan sanitasi lingkungan / MCK. Lalu membentuk pos komando tanggap
darurat, mendukung upaya evakuasi warga, tindakan SAR untuk korban bencana,
serta dalam standar kompetensi petugas kesehatan seperti seorang epidemiolog pada
saat terjadinya bencana dapat berupaya dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yakni dengan melalui pelayanan kesahatan tentang penyebaran dan
penyebabnya yang mana petugas yang secara langsung melakukan kontak adalag para
dokter.
Dan yang terakhir adalah fase pasca bencana yang mana pada fase ini bencana
alam telah dilalui. Namun, dampak dari bencana masih ada misal masih adanya rasa
trauma pada sisi psikologis masyarakat serta kerugian materiil karena rusaknya
pemukiman dan hilangnya harta benda. Dalam fokus prioritas penyelenggaraan
pemulihan dampak bencana yang mana program yang dapat ditawarkan adalah
Pengkajian Kerusakan dan Kerugian akibat bencana, Pemulihan prasarana sarana
publik dan rekonstruksi rumah warga korban bencana, pemulihan normalisasi
kehidupan warga masyarakat korban bencana
Daftar Pustaka

Di Balik Keindahan alam, Ambon Miliki Ancaman Bencana


Tinggi.https://www.bnpb.go.id/di-balik-keindahan-alam-ambon-miliki-an
caman-bencana-tinggi
BNPB.2015.PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TINGKAT
KABUPATEN/KOTA.https://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/document/00_Petu
njuk_Teknis.pdf. Diakses pada 19-09-2019:9.01

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA


NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA.

Agung.2018.Pengurangan Risiko Bencana Salah Satu Prioritas


Pembangunan.https://www.ugm.ac.id/id/berita/16147-pengurangan.risiko.bencana.sal
ah.satu.prioritas.pembangunan.diakses pada 19-09-2019:9.05

Purwadi, Didi.2014.Terletak di Pertemuan Tiga Lempeng, Maluku Daerah Rawan


Gempa.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/11/15/nf2cdu-terletak-di-perte
muan-tiga-lempeng-maluku-daerah-rawan-gempa.Diakses pada 16-09-2019

BAKORNAS Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penangulangan Bencana.


2010-2014
Bakornas PBP (2005), Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN:
2442-4480 189 Migitasinya di Indonesia, SatBakornas PBP, Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008), Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008, BNPB, Jakarta.
Coburn, A. W, et.al (1994) , Modul Mitigasi Bencana, UNDP, United Kingdom
Bakornas PBP (2005), Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya
Migitasinya di Indonesia, SatBakornas PBP, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai