Anda di halaman 1dari 15

Nama : Destiana Nur Fitriani

NIM : 1810115120011
Mata Kuliah : Geografi Kebencanaan (ABKA554)
Dosen Pengampu : - Dr. Deasy Arisanty, M.Sc
- Dr.Sidharta Adyatma, M.Si
-Aswin Noor Saputera, S.Pd., M.Sc

POTENSI BENCANA MUSIM PENGHUJAN

PEMATERI 1 – Prof. Dr. Dewi Liesnoor S., M.Si

Letak astronomis Indonesia secara detail berada di antara 6°LU (Lintang Utara)-
11°LS (Lintang Selatan) dan 95°BT (Bujur Timur)-141°BT (Bujur Timur). Berdasarkan letak
astronomi tersebut berdampak atau berpengaruh bagi wilayah Indonesia.

Pentingnya edukasi bencana di indonesia: Potensi bencana di Indonesia sangat besar. Sebagai
negara ditempat rawan bencana alam, ring of fire, kita harus siap merespons dan bertanggug
jawab mengahadapi segala bencana alam.

TREND HUJAN 2020-2021

Mitigasi dengan melakukan pengolahan tata air yang terintegrasi dari hulu sampai
dengan hilir, antara lain dengan upaya menyimpan air lebih lama ke danau, waduk, embung,
kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya, serta penyiapan kapasitas sungai dan
kanal untuk antisipasi debit air berlebih.

 Hasil pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomaly suhu muka laut
pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina (indeks
Nino3.4 = 0.69), yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan
 BMKG: Waspadai puncak La Nina saat musim hujan Desember-Januari
 BMKG mngimbau sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak
musim hujan pada Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 246 ZOM (Zona Musim)
atau 72,5%.
 La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Samudera Pasifik ekuator
dan lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, La Nina bias
memicu peningkatan suplai uap air yang pertumbuhan awan – awan hujan di wilayah
Indonesia.
 BMKG memperingatkan sebagian Kawasan di Indonesia rawan mengalami bencana
banjir dan longsor pada musim hujan 2020-2021. Ini karena curah hujan di wilayah –
wilayah itu diperkirakan lebih tinggi daripada situasi normal.
 September 2020, banjir melanda wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan
tegah banjir telah merendam 1.118 rumah di delapan desa di Kotawaringin Timur,
dengan ketinggian genangan 80-150 cm, disebabkan meluapnya sungai Mentaya
 Dikalsel, daerah rawan musibah banjir berada di kota Banjarbaru, Kabupaten Balangan,
dan Kabupaten Tabalong

BANJIR MASAMBA 13 JULI 2020

Banjir masamba diakibatkan oleh hutan dibuka untuk perkebunan/pertanian dan


industri ekstraktif berupa tambang, akan merusak daya dukung ekologis Kawasan tanah –
tanah subur

Semarang rentan bencana banjir

Pengelolaan Banjir Kota Semarang dengan cara menahan di hulu, menjaga di tengah, dan
menarik ke hilir. Penyebab banjir, sungai Indonesia 5.590 sungai induk 600 sungai berpotensi
menimbulkan banjir mencapai 1,4 Juta Ha.

 Kegiatan manusia : perubahan tata ruang dan perubahan alam.


 Peristiwa Alam : Curah Hujan sangat tinggi, kanaikan permukaan air laut, badai, dst.
 Degradasi lingkungan : hilangnya tumbuhan penutup tanah, pendangkalan sungai,
penyempitan alur sungai dsb.

Pengelolaan DAS: Adalah upaya menusia dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar
terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya
alam bagi manusia secara berkelanjutan (PP No.37 Th.2012)

Tujuan pengelolaan DAS

 Mencapai masyarakat yang sejahtera (adil, makmur, merdeka dan berdaulat)


 Mewujudkan kepedulian, kemampuan dan partisipasi aktif instansi terkait dan
masyarakat dalam rangka manghasilkan harmoni dan sinergi dalam pengelolaan DAS.
 Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan dan ekosistem DAS,
termasuk menjaga produktifitas hutan dan lahan.
 Tata air DAS optimal (kuantitas, kualitas dan kontinuitas air optimal dalam distribusi
ruang dan waktu)
PEMATERI 2-Sahruddin, S.E
Peraturan Perundangan Penangguangan Bencana

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Non
Departemen dalam Penanggulangan Bencana; Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
tentang Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Dalam UU no. 24 tahun
2007 disebutkan: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh dan/atau
faktor nonalam maupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta faktor alam benda, dan dampak psikologis. Bencana
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Evaluasi bencana

Pra Bencana: kurang diperhatikan, kesiapsiagaan kurang, Bencana terjadi pada waktu
kita tidak siap Pada saat kondisi darurat: Panik berkepanjangan tidak tahu apa yang harus
diperbuat koordinasi kacau, kewenangan tidak jelas Stress (diri, keluarga, tetangga menjadi
korban) distribusi bantuan kacau, ketidakpercayaan pada pemerintah, tekanan media, isu
yang menyesatkan dari pihak yang tidak bertanggungjawab Semua ingin membantu tapi tidak
banyak yang bisa diperbuat, keamanan terganggu.

Kondisi Pasca Bencana: Pemulihan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan berjalan
lambat, dan tidak menyeluruh, bantuan hanya sebatas pada masa tanggap darurat, bantuan
tidak merata, psikososial tidak tertangani secara tuntas, menyisakan depresi yang mendalam.

Kebijakan UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana - Urusan bersama, hak dan


kewajiban seluruh stakeholder diatur Pemerintah sebagai penanggungjawab PB dengan peran
serta aktif masyarakat dan lembaga usaha => Platform Nasional Merubah paradigma respons
menjadi Pengurangan Risiko Bencana Perlindungan masyarakat terhadap bencana dimulai
sejak Pra bencana, pada saat dan pasca bencana, secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi
Membangun masyarakat yang tangguh/tahan dalam menghadapi bencana Membangun sistem
penanggulangan bencana yang handal melalui Kelembagaan yang kuat, pendanaan yang
memadai Integrasi PB dalam Rencana Pembangunan (RKP/D, RPJM/D, RPJP/D)

Tugas Pokok Pelaksana BPBD: Melaksanakan usaha penanggulangan bencana secara


terintegrasi yang meliputi prabencana/pencegahan, saat tanggap darurat dan penanganan
pascabencana/pemulihan secara adil dan merata. Fungsi BPBD: Koordinasi Komando
Pelaksana. Fungsi Koordinasi Mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan terencana,
terpadu dan bencana secara menyeluruh. Mengkoordinasikan perangkat daerah lainnya,
instansi vertikal di daerah, badan usaha dan/atau pihak lain yang dipandang perlu pada tahap
pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana dengan satuan kerja. Fungsi komando
dalam status keadaan darurat Kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya memerintahkan
sektor/lembaga dalam satu komando untuk pengerahan sumber daya manusia, peralatan,
logistik, dan penyelamatan. berfungsi sebagai komando untuk Untuk melaksanakan fungsi
komando Kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya dapat menunjuk seorang pejabat
sebagai Komandan penanganan darurat bencana. Komandan penanganan darurat bencana,
sesuai dengan lokasi dan tingkatan komando pengerahan sumber daya manusia, peralatan,
logistik, dan penyelamatan berwenang mengendalikan para pejabat yang mewakili
instansi/lembaga bencananya, dalam melaksanakan. Kemudian fungsi pelaksana yaitu
melaksanakan penanggulangan bencana yang dilaksanakan secara terkoordinasi dan
terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya, Instansi vertikal di daerah dengan
memperhatikan kebijakan bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana penyelenggaraan
penanggulangan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap
meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.

Karakteristik bencana di Indonesia:

Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman


terhadap karakteristik bencana. Sering kali bencana terjadi secara tiba-tiba sehingga
masyarakat kurang siap menghadapinya, akibatnya timbul banyak kerugian bahkan korban
jiwa. ancaman Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu kejadiannya dengan
tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan dan kesiapan alat serta
sumber daya manusia.
PEMATERI 3 – Dr.Sidharta Adyatma, M.Si

PUSAT STUDI MITIGASI BENCANA


VISI

Terwujudnya Pusat studi mitigasi bencana yang berkualitas dalam lingkup regional,
nasional dan internasional, yang mampu memecahkan permasalahan kebencanaan, mengkaji
penanggulangan bencana secara holistik untuk pengembangan strategi dan integratif dalam
peningkatan dan manajemen penanggulangan bencana, serta sebagai pusat penelitian dan
pengembangan IPTEK untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam bencana bencana
secara spasial dan temporal.

PROGRAM

1.Meningkatkan efektivitas pencegahan bencana,

2. Meningkatkan efektivitas tanggap darurat saat bencana,

3. Meningkatkan efektivitas rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana,

4. Capacity Building pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat serta Organisasi Masyarakat

5. Pengembangan sumberdaya manusia Pusat studi Mitigasi Bencana Universitas Lambung


Mangkurat secara aktif

6. Pengembangan dan pengadaan fasilitas pendukung Pusat studi Mitigasi Bencana


Universitas Lambung Mangkurat, meliputi: kesekretariatan, ketersediaan data dan informasi,
kecepatan dan keakuratan pelayanan serta fasilitas pelatihan pengembangan sumberdaya
manusia.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI METEOROLOGI


MENGIDENTIFIKASI POTENSI BENCANA HIDROMETEOROLOGI

Contohnya : AccuWheater,Windfinder dan Ventusky

Ini contoh Ventusky :


Suhu yang diamati dari radar. Suhu ini nanti akan berpengaruh pada angin.Pola angin
disini kecepatannya adalah km/jam. Jadi,bagaimana diwilayah kita anginnya cukup
kencang.Di Amerika Selatan ada 2 siklon,walaupun tidak sebesar yang terjadi di samudera
hindia. Gelombang pasang dengan adanya siklon alisia di samudera hindia maka potensi
bencana gelombang pasang itu terjadi di selatan jawa dan sebagian di barat sumatera.
Bahkan,kalau kita lihat di aceh ada siklon dalam kecepatan 8 meter per jam. Sebagai contoh
untuk wilayah kalsel karena anginnya bertiup ke arah kalsel,maka wilayah kalsel di tanah laut
atau tanah bumbu ada potensi gelombang tinggi.

Dari angin akan menimbulkan gelombang. Dari teknologi radar ini kita bisa tau
berapa tinggi gelombang akan mengenai daerah di seluruh dunia bahkan tidak hanya
Indonesia,misalnya diselatan jawa kita bisa tahu bahwa ketinggian gelombang yang akan
menghampiri di daerah pantai diselatan jawa,bali,nusa tenggara,kita bisa memonitor dan
cukup mudah,kita bisa melihat yang sudah terjadi dan prediksinya.Jadi angin akan meniup
permukaan laut atau samudra dan ini yang mengakibatkan gelombang.

Gelombang pecah sangat berbahaya,karena kalau ada perahu atau kapal besar
dipelabuhan,kalau gelombangnya terlalu besar bisa mengalami kerusakan bahkan terdampar.
Makanya di daerah negara maju seperti Amerika informasi dari kecepatan angin yang dapat
menimbulkan gelombang tinggi berapa mereka akan disuruh untuk kapal besar
berlabuh,tujuannya supaya kapalnya tidak kandas. Lalu bagaimana dengan kapal kapal kecil?
Masuk kemuara sungai,yang fungsinya untuk menghindari gelombang pasang dan
angin.Kapal kecil misalnya di kalsel,pelabuhan yang ada di sungai martapura itu relatif
aman,karena pengaruh gelombang dari laut jawa relatif tidak besar. Jadi angin pun juga
demikian.

Dari pola angin kita bisa tau pola bencana misalnya bencana puting beliung.
Contohnya di kalsel,Biasanya angin akan kencang bertiup di wilayah daerah perkotaan,dan
angin akan meningkat pada waktu siang akan terjadi pusat pusat tekanan rendah di daerah
perkotaan,Potensi Hujan badai angin bertiup kencang ke pusat tekanan rendah .Petir jadi
bagian bencana dampak banyaknya etir disaat musim hujan

Dengan pemanfaatan teknologi ini unsur unsur bencana hidrometeorologi Dan dapat
mengetahui juga curah hujan berapa mili meter perjam berubah setiap saat yang terkoneksi
dengan radar dan pergerakan awan bisa diperkirakan dari curah hujan akan kemungkinan
potensi rawan banjir kita sudah bisa mengatisipasi yang terjadi banjir selain ada bencana
gelombang tinggi dan puting beliung yaitu petir.

Awan yang terbentuk dari awan combulus lalu pengaruh konveksi yang terbentuk
columnimbus pada saat bergerak naik konveksi maka yang terbentuk awan hujan yang
sangat tebal, proses kejadiannya pada saat permukaan bumi terdapat sinar matahari yang
cukup besar maka terjadinya banyak penguapan akan terbentuk awan combulus ,awan
combulus ini semakin banyak uap air maka awan combulus bergabung menjadi awan
combulunimbus. Awan combulunimbus ini pada ketinggian sekitar kurang dari 4 kilo ini
awan nya terdiri dari butir butir air tapi begitu diatas 4 kilometer atau lebih butir butir air
tersebut berubah menjadi kristal es nah karna ada arus konveksi naik dan juga ada angin
horizontal maka akan terjadi pergesakan antara butir air dengan butir es inilah yang akan
menyebabkan terjadinya positif kristral es dan nrgatif di butir butir air sedangakan
dipermukaan bumi kita adalah bentuk positif karena terjadinya perbedaan bentuk ini lah maka
akan terjadi petir .

Petir dimasukan dalam bencana karena kerugian lebih banyak pada kerugian materi
karena begitu petir menyambar pohon tidak seberapa tapi ketika petir menyambar tiang listrik
maka akan banyak peralatan elektronik yang rusak dan itu itidak pernah diganti oleh PLN dan
menyebabkan kerugian. Petir jadi bagian bencana karena dampak banyaknya petir disaat
musim hujan.Angin bertiup dipermukaan laut menjadi gelombang tinggi selain itu angin juga
menggerakan awan yang nanti terjadi awan combulunimbus dan hujan yang sangat deras dan
dampaknya terjadi banjir dan juga petir selain itu juga putting beliung

Anda mungkin juga menyukai