Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME MATERI PERKULIAHAN DISASTER MANAGEMENT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disaster Management

Yang diampu oleh dosen pembimbing: Yuyud Wahyudi, MNS

Disusun Oleh:

Lingga Dewi Saraswati (212102245)

Mar’atus Solihah

Ratna Dwi Astika

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA

PROGRAM STUDI S1 – ILMU KEPERAWATAN

MALANG

2022
TUGAS RESUME MATA KULIAH DISASTER MANAGEMENT
PERTEMUAN I

Nama, Nim : 1. Lingga Dewi Saraswati (212102245)


2. Mar’atus Solihah
3. Ratna Dwi Astikasari
Program Studi : Ahli Jenjang S1 Keperawatan
Dosen Pengajar : Bapak Yuyud Wahyudi, MNS
Materi : Situasi Bencana di Indonesia
Materi Pertemuan ke : 3

1. Latar Belakang
Kondisi geografis, demografis, sosiologis dan historis Indonesia menjadikan wilayah
Indonesia rawan terhadap bencana (alam, non alam, dan sosial). Sebagai contoh,
kejadian gempa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, baik yang disertai
kejadian tsunami maupun tidak, menunjukkan bahwa bencana alam merupakan
ancaman nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Risiko bencana adalah kejadian
yang kira-kira terjadi dan didesain untuk mengelola kejadian yang
penanggulangannya tidak tepat. Gambaran risiko bencana di Indonesia juga
diidentifikasi oleh BNPB dalam buku RBI (Risiko Bencana Indonesia) dengan
berbagai macam kajian risiko bencana alam di seluruh wilayah Indonesia.
2. Profil Geologi Indonesia
Indonesia memang merupakan daerah yang sangat menarik. Selain memiliki wilayah
paparan benua yang luas (Paparan Sunda dan Paparan Sahul), juga memiliki
pegunungan lipatan tertinggi di daerah tropika dan bersalju abadi (Pegunungan
Tengah Papua). Selain itu satu-satunya di dunia terdapat laut antar pulau yang sangat
dalam yaitu Laut Banda (lebih dari 5.000 meter), dan laut sangat dalam antara dua
busur kepulauan yaitu palung Weber (lebih dari 7.000 meter). Dua jalur gunung api
besar dunia juga bertemu di Nusantara dan beberapa jalur pegunungan lipatan dunia
pun saling bertemu di Indonesia. Kondisi tersebut merupakan bagian dari hasil dari
proses pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia
dan lempeng Pasifik. Zona pertemuan antara lempeng Indo Australia dengan lempeng
Eurasia di lepas pantai barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan
dengan lempeng Pasifik di bagian utara pulau Papua dan Halmahera. Zona ini
umumnya juga ditandai dengan keberadaan palung yang cukup dalam.
3. Profil Lingkungan
Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan paling kaya
keanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan juta masyarakat Indonesia
mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan
berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada
sektor industri pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna
yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama.
Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan
tropis Indonesia selalu menghasilkan spesies baru.
4. Profil Geografi dan Kependudukan
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Dalam Negeri dan rekapitulasi
data BPS tahun 2014, Indonesia memiliki luas wilayah daratan sekitar 1.910.931 km2
(peringkat 15 terluas di dunia) dan terbagi menjadi 34 wilayah administrasi Provinsi
dengan jumlah desa sebanyak 82.190. Desa tersebut mayoritas berada di daerah yang
reatif dataran (sekitar 76%), sisanya tersebar di wilayah lembah dan lereng yang
memiliki tingkat kemiringan yang cukup tinggi (sekitar 24%). Indonesia disebut juga
sebagai Nusantara, yang terdiri atas pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17.000
pulau dengan wilayah yang terbentang sepanjang 3.900 mil dari Samudera Indonesia
hingga Samudera Pasifik. Ini menjadikan Indonesia memiliki lautan yang luas sekitar
3.273.000 km². Lautan Indonesia pun memiliki batas sesuai hukum laut internasional,
yaitu dengan menggunakan teritorial laut sepanjang 12 mil laut serta zona ekonomi
eksklusif sepanjang 200 mil laut.
5. Profil Ekonomi
Pada hakikatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini dilakukan dengan
memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi
dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah dari
pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik,
disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Jika dilihat dari data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di Indonesia
sejak tahun 2011 telah mengalami peningkatan. Salah satu indikator yang dapat
menunjukkan hal tersebut adalah dari peningkatan nilai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
6. Profil Kejadian Bencana
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga
2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi
dan hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana
kelompok hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim,
kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca ekstrim. Sedangkan untuk
kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total
untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana
yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah
kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis. Meskipun
demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya
banyak menimbulkan dampak yang cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian
ekonomi. Pengaruh perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam
peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang
banyak, kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar terutama
pada sektor ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung kejadian bencana
maupun dampak tidak langsung. Aktivitas manusia juga ikut memperburuk kondisi
lingkungan, seperti perambahan hutan untuk perkebunan dan permukiman atau
aktivitas pembangunan yang mempengaruhi ekosistem dan ekologi di daerah
penyangga.
7. Risiko Bencana di Indonesia
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang ada.
Potensi dampak negatif tersebut dihitung juga dengan mempertimbangkan tingkat
kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini
menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan yang terpapar oleh potensi bencana. Dalam pelaksanaannya, pengkajian
risiko menggunakan rumus umum sebagai berikut : Risk = Hazard x Vulnerability :
Capacity
Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari tiga parameter
pembentuk risiko bencana, yaitu ancaman, kerentanan, dan kapasitas terkait bencana.
Beberapa prinsip dari proses pengkajian risiko bencana yang juga menjadi
pertimbangan proses analisa adalah:
1. Menggunakan data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada, dengan
mengutamakan data resmi dari lembaga yang berwenang;
2. Melakukan integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat
3. Proses analisis yang dilakukan harus mampu menghitung potensi jumlah
jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar
4. Hasil kajian risiko dapat diterjemahkan menjadi kebijakan umum untuk
pengurangan risiko bencana.
Sedangkan beberapa kriteria yang digunakan dalam pemanfaatan data untuk kajian ini
yang diperoleh dari berbagai sumber adalah:
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis di tingkat provinsi, yaitu
minimal hingga kecamatan dengan skala peta minimal adalah 1:250.000.
2. Data yang ada harus dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa
terpapar bencana (dalam jiwa), menghitung nilai kerugian harta benda (dalam
rupiah), dan menghitung luas kerusakan lingkungan (dalam hektar) dengan
menggunakan analisa Grid GIS 1 ha dalam pemetaan risiko bencana.
3. Dapat digunakan dalam perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan 3
kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.

8. Metodologi Kajian Risiko Bencana


a. Bahaya
Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen:
1. Kemungkinan terjadi suatu ancaman dan
2. Besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.
Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan
sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah. Ancaman diperoleh
dari data yang valid dari sumber terpercaya yang biasanya dimasukan kedalam
bentuk PETA.
b. Kerentanan
Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi
keterpaparan. Indeks Kerentanan terbagi menjadi:
1. Sosial
Kerentanan Sosial Faktor kerentanan terdiri atas : Kepadatan Penduduk
(60%) Rasio Penduduk Usia Rentan (15%) Rasio Jenis Kelamin (15%)
Rasio Penduduk Miskin (10%)
2. Ekonomi
3. Fisik
Kerentanan Fisik diperoleh dari melakukan pembobotan dan skoring dari
beberapa bangunan fisik. Jumlah Bangunan 40%, Kepadatan Bangunan
30%, Fasilitas Kritis 30%
4. Ekologi Lingkungan
c. Risiko
9. Hasil Kajian Risiko Bencana

Anda mungkin juga menyukai