Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN TINGKAT DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN PARKINSON DI


POLI SARAF
RS WAVA HUSADA MALANG

OLEH:
LINGGA DEWI SARASWATI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
JUNI 2023
BAB I LATAR
BELAKANG

• Pemberian obat pada pasien penyakit


Penyakit Parkinson merupakan penyakit Parkinson dapat memberikan
neurodegeneratif kedua terbanyak perubahan yang signifikan pada
setelah Alzheimer dan penyebab utama gejala klinis (termasuk tremor)
morbiditas neurologis secara global • Pengobatan parkinson memerlukan
(Esmail, 2018). waktu yang cukup lama, dan bahkan
cenderung dapat berlangsung terus
menerus
Parkinson masih menjadi
penyakit dengan angka
kematian pada manusia yang Insiden ini meningkat 5
cukup tinggi, penyakit ini hingga 10 kali lipat, dan
berdasarkan data dari WHO prevalensi penyakit parkinson
(World Health Organization) juga meningkat seiring
merupakan penyakit dengan bertambahnya usia (Tanner,
angka kematian sebesar Simon, and Brundin, 2020).
42,5% di dunia pada tahun
2018.
Rumusan masalah

Apakah terdapat hubungan dukungan


keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasien Parkinson di poli saraf RS
Wava Husada Malang?
Tujuan penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah


mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien
Parkinson di poli saraf RS Wava Husada
Tujuan khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik responden/pasien yang terdapat
dalam penelitian ini.
2. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien
Parkinson di poli saraf RS Wava Husada Malang.
3. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pada pasien Parkinson di
poli saraf RS Wava Husada Malang
4. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien Parkinson di poli saraf RS Wava Husada
Malang.
BAB II
KONSEP
PARKINSON

KONSEP KONSEP
KEPATUHAN MINUM DUKUNGAN
OBAT KELUARGA
Hipotesis

Ada pengaruh hubungan dukungan


keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien parkinson di Poli
Saraf RS Wava Husada Malang tahun
2023.
BAB III

Teknik pengambilan
Penelitian ini adalah samplel menggunakan
penelitian Purposive sampling
observaisonal analitik
METODE
PENELITI
AN
Pendekatan yang Analisa bivariate yang
digunakan adalah menggunakan Uji
Cross sectional Spearman Rank
study
Instrumen
• Kuisioner dukungan
Sampel keluarga kuesioner
respons sosial yang
Populasi Sampel yang diperlukan
untuk penelitian ini adalah
diadopsi dari kuesioner
Nursalam pada tahun
pasien rawat jalan dengan 37 responden 2005 dan dimodifikasi
penyakit parkinson di RS oleh Kurniawan (2016).
Wava Husada Malang yang • kuisioner kepatuhan obat
berjumlah 50 orang morisky (MMAS)
BAB IV
Hasil penelitian
dan pembahasan
Distribusi frekuensi karakteristik responden di RS Wafa
Husada Malang
Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin Laki-Laki 22 59,5
Perempuan 15 40,5
Usia <60 Tahun 12 32,4
≥60Tahun 25 67,6
Pendidikan Tidak Sekolah 1 2,7
SD 7 18,9
SMP 15 40,5
SMA 12 32,4
Perguruan Tinggi 2 5,5

Pekerjaan Tidak Bekerja 12 32,4


Petani 10 27,0
Wiraswasta 3 8,1
Karyawan 3 8,1
Pegawai Negeri/ TNI/ POLRI 2 5,5
Lain-Lain 7 18,9
Teori Penelitian terkait Opini
• Penyakit parkinson lebih • Berbeda dengan • Menurut asumsi peneliti,
sering terjadi pada laki- penelitian Latifa Hanum tingginya prevalensi
laki masih belum (2022) tentang Hubungan Parkinson pada laki-laki
diketahui pasti, namun Derajat Penyakit diakibatkan karena laki-
diduga karena adanya Parkinson Dengan laki dengan pekerjaannya
efek protektif hormon Gangguan Fungsi atau mobilitasnya lebih
seksual pada perempuan Kognitif Menggunakan banyak terpapar dengan
dan lebih seringnya laki- Instrumen Montreal toksintoksin, infeksi dan
laki terkena paparan Cognitive Assessment trauma kepala. Selain itu,
toksin terkait pekerjaan Versi Indonesia. Hasil laki-laki mungkin lebih
dan cedera kepala. Pada yang didapatkan adalah terpapar faktor risiko
wanita menunjukkan subjek penelitian terdiri lingkungan karena sifat
kemungkinan dari 13 orang (43%) laki- pekerjaan profesional
perlindungan saraf laki dan 17 orang (57%) mereka.
hormonal yang dimediasi perempuan.
oleh sekresi estrogen
pada wanita (PERDOSSI,
2015).
Kasus early onset
Menurut teori proses yang dimulai sebelum Berdasarkan asumsi
degeneratif yang usia 20 peneliti, tingginya
berlangsung kronik kadangkadang prevalensi Parkinson
progresif pada disebut penyakit pada usia lanjut salah
penyakit parkinson parkinson juvenile. satunya karena
dimana pelindung Bentuk late-onset meningkatnya usia
utama neuron adalah jenis penyakit harapan hidup.
terhadap stress Parkinson yang paling Sehingga jumlah
oksidatif yaitu umum, dan risiko orang dengan
dopamin transporter berkembangnya penyakit ini
(DAT) berkurang kondisi ini meningkat diperkirakan akan
seiring dengan seiring bertambahnya meningkat dalam
peningkatan usia usia (U.S. National beberapa dekade
(Stoker TB, 2018). Library of Medicine, mendatang
2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Vikas
Kotagal (2015) menyimpulkan bahwa
Status pendidikan rendah berhubungan IQ yang diprediksi secara genetik lebih
dengan minimnya kemampuan dalam tinggi dikaitkan dengan peningkatan
mengakses informasi terkait penyakit risiko Parkinson di seluruh populasi,
dan terapinya, sedangkan pada status terlepas dari jenis kelamin. Pada
pendidikan tinggi cenderung lebih analisis dengan metode IVW diperoleh
memperhatikan gejala klinis yang timbul odds ratio sebesar 1,37 (p = 0,0064).
dan mencari informasi terkait Pria dengan IQ lebih tinggi, pendidikan
lebih lama, atau kemampuan kognitif
pengobatan (Melka D,2019). yang lebih kuat lebih beresiko
dibandingkan wanita

Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebagian


besar pendidikan responden masih dalam
kategori rendah. Tingkat pendidikan yang
rendah pada responden yang diteliti juga
menunjukkan adanya kaitan dengan tingkat
keparahan motorik yang lebih tinggi gangguan
yang dialami pasien
Penelitian terkait
Opini
Menurut asumsi peneliti, Melka, dkk. di dua rumah sakit
rujukan neurologi ethiopia,
sebagian besar responden menunjukkan mayoritas
tidak bekerja, dikarenakan penderita parkinson tidak bekerja
dari faktor usia dimana (71,6%).22 Penyakit Parkinson
sebagian besar sudah dluar memiliki gejala klinis motorik dan
kategori usia produktif. Juga non motorik, yang mana dapat
sebagian diantaranya karena mengakibatkan disabilitas pada
parkinson menimbulkan penderita dan berdampak pada
terganggunya aktivitas sehari-
gejala motorik yang dapat hari dan menurunkan daya
menghambat pekerjaan produktivitas kerja (Leroi I,,
mereka. 2021).
Gambaran Dukungan keluarga pada Sebagian besar
pasien Parkinson di poli saraf RS dukungan
Wava Husada Malang keluarga pada
Dukungan f %
pasien parkinson
Kurang 16 43,2 di RS Wafa
Baik 21 56,8 Husada Malang
Total 37 100,0 pada kategori
baik yaitu
sebanyak 21
responden
(56,8%).
Teori Penelitian terkait Opini
• dukungan keluarga yang • Dukungan keluarga • Berdasarkan hasil
positif diharapkan baik dilakukan dengan penelitian, dapat dilihat
mengantar langsung untuk memberikan perawatan keluarga sudah berusaha
periksa di puskesmas bagi anggota keluarga yang untuk memberikan
maupun di rumah sakit, mengalami Parkinson. dukungan kepada
dokter atau petugas Tanggung jawab utama penderita. Akan tetapi
kesehatan lainnya. anggota keluarga dalam masih terdapat keluarga
Dukungan keluarga yang memberikan dukungan yang kurang mendukun, hal
positif adalah berpartisipasi yaitu dengan ini kemungkinan juga dapat
penuh pada pengobatan mengkordinasikan diakibatkan oleh adanya
penderita seperti; pelayanan yang diberikan faktor lain yang lebih
pengaturan menu makan oleh para professional mempengaruhi kepatuhan
dan minum, pola istrahat, tenaga kesehatan kepada seperti kurangnya
perawatan diri terutama pasien (Achjar, 2010). pengetahuan yang dimiliki
kebersihan, pengambilan keluarga tentang
obat serta mampu merujuk pengobatan yang dijalani
penderita bila ada gejala oleh pasien parkinson
samping obat yang berat
(Limbu dan Marni, 2013)
Gambaran kepatuhan minum obat pada pasien
Parkinson di poli saraf RS Wava Husada Malang

Kepatuhan f %
Tidak patuh 9 24,3
Kurang patuh 3 8,1
Patuh 25 67,6
Total 37 100,0

Sebagian besar sudah patuh sebanyak 25 responden


(67,6%), namun ada 9 responden (24,3%) tidak patuh
minum obat
Kepatuhan adalah suatu Penelitian ini sejalan Pada penelitian ini,

Penelitian terkait
Teori

Opini
sikap yang merupakan dengan penelitian yang ketidakpatuhan pasien
respon yang hanya dilakukan oleh Igor dalam minum obat dapat
muncul apabila individu Straka (2017) tentang diakibatkan dari kondisi
tersebut dihadapkan Kepatuhan terhadap penyakit yang
pada suatu stimulus yang Farmakoterapi pada memburuk.
menghendaki adanya Pasien Dengan Penyakit Ketidakpatuhan juga
reaksi individual. Parkinson Mengonsumsi berhubungan dengan
Kepatuhan minum obat Tiga Dosis Obat Harian memburuknya gejala
di pengaruhi oleh atau Lebih. Dari total 124 motorik dan komplikasi
beberapa variabel yaitu subjek, 33,9% motorik seperti seringnya
variabel umur, melaporkan tingkat tidur/kelelahan dan
pendidikan, penghasilan, kepatuhan tinggi, 29,8% berkurangnya perhatian
pengetahuan, sikap, dan melaporkan tingkat atau memori
peran PMO (Anggreini,
2018).
Analisis Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum
Obat
Kepatuhan minum obat
Dukungan Tidak patuh Kurang patuh Patuh f %
f % f % f %
Kurang 8 21,6 2 5,4 6 16,2 16 43,2

Baik 1 2,7 1 2,7 19 51,4 21 56,8

Total 9 24,3 3 8,1 25 67,6 37 100

Spearman Rho, p : 0,000, r : 0,536

Analisis menggunakan uji statistik Spearman Rho didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,000 dan
nilai koefisien (r) = 0,536. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik Spearman Rho
didapatkan nilai signifikansi (p) 0,000 < 0,05 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara
Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien parkinson. Sedangkan nilai koefisien
korelasi (r) 0,536 bermakna bahwa terjadi hubungan yang kuat (0,51 – 0,75) antara dukungan
keluarga dengan dengan kepatuhan minum obat.
Menurut Niven (2016), keluarga dapat menjadi faktor
yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat
mereka terima. Dukungan keluarga dalam bentuk
dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor
penting dalam kepatuhan terhadap program-program
medis

Berdasarkan hasil penelitian diketahui


Hal ini sejalan dengan pernyataan hampir seluruh responden memiliki
dukungan keluarga oleh Friedman et dukungan keluarga yang baik. Hal ini
al., (2010) yaitu dukungan emosional dapat dilihat pada hasil penelitian yang
dan penghargaan dimana keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar
sebagai sebuah tempat yang aman mendapatkan dukungan emosional dan
dan damai untuk istirahat dan penghargaan yang baik dimana keluarga
pemulihan serta membantu selalu mendampingi, mencintai, dan
penguasaaan emosional. memperhatikan anggota keluarganya
selama pengobatan.
Bab V
KESIMPULAN

• Sebagian besar
Karakteristik pasien dukungan keluarga pada
parkinson di RS Wava pasien parkinson di RS Ada hubungan antara
Husada yaitu banyak pada Wava Husada Malang Dukungan Keluarga dan
pasien laki-laki sebanyak 21 pada kategori baik yaitu Kepatuhan Minum Obat
responden, berusia >60 sebanyak 21 responden pada pasien parkinson
tahun sebanyak 25 (56,8%). (p=0,000) dengan nilai
responden, berpendidikan • Tingkat kepatuhan pada korelasi kuat nilai
terakhir SMP sebanyak 15 responden selama koefisien korelasi (r =
responden, dan tidak minum obat sebagian 0,536)
bekerja sebanyak 12 besar patuh sebanyak
responden. 25 responden (67,6%).
SARAN
Bagi tenaga Bagi penelitian
Bagi responden
kesehatan selanjutnya

Dapat meningkatkan Diharapkan pada


motivasi dalam penelitian selanjutnya
menjalankan pengobatan Diharapkan dapat dapat dilakukan
dengan baik agar resiko menjadi evidence based penelitian lanjut
komplikasi yang mungkin bagi perkembangan dengan metode yang
terjadi dapat diturunkan ilmu keperawatan, berbeda atau dengan
dan menurunkan angka khususnya mengenai menggunakan
mortalitas serta dukungan keluarga pendekatan kualitatif
morbiditas akibat pada pasien Parkinson dan variabel yang
penyakit parkinson. berbeda

Anda mungkin juga menyukai