Oleh :
KELOMPOK 1
Mengetahui,
(______________________) (______________________)
NIP. _________________ NIP. __________________
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................61
2
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KASUS INTOXICASI/KERACUNAN
I. PENGERTIAN
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular,
pernapasan sistem saraf pusat, hati, pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma,
2013).
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh
serangga. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman, 2008).
A. KLASIFIKASI
Menurut Arisman, 2008 keracunan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Keracunan Hidrokarbon
2. Keracunan Makanan
3. Keracunan Bahan Kimia
B. ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat.
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah
minyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api
(Arisman, 2008).
2. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah memakan jamur belakangan ini sering terjadi. Ada
jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin dimana muskarin
merupakan zat alkaloid beracun yang menyebebkan paralisis otot dan
bereaksi sangat cepat.
b. Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum, terdapat dalam
makanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara tidak sempurna
sehingga tercemar kuman tersebut.
c. Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada tubuli,
ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
d. Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam
sianida (HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit
mengandung lebih dari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
3
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh
kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat
menyebabkan keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus,
Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara,
kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi
pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalam makanan cepat
memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan
tergantung dari virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak
tahan panas (Arisman, 2008).
2. Keracunan Hidrokarbon
4
a. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi
susunan saraf pusat.
b. Iritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan
udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di
kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
c. Depresi CNS (Central Nervous System) / SSP (Sistem Saraf Pusat) : Terjadi
penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma, kadang-kadang disertai
kejang.
d. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare (Arisman, 2008).
3. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Gejala klinik : Rasa mual, Muntah, Sakit perut, Mengeluarkan banyak ludah
dan keringat, Miosis, Diplopia, Bradikardi sampai konfusi (Kejang).
b. Keracunan Makanan Kaleng
Gejala klinik : Penglihatan kabur, refleks cahaya menurun atau negatif,
midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata, Kelumpuhan saraf-saraf otak yang
bersifat simetrik, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan (general paralyse).
c. Keracunan Jengkol
Gejala klinik : Sakit pinggang, nyeri perut, muntah, hematuria, oliguria sampai
anuria dan urin berbau jengkol, dapat terjadi gagal ginjal akut.
d. Keracunan Ketela Pohon
Gejala klinis : Tergantung pada kandungan asam sianida (HCN), kalau
banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat, penderita merasa mual,
perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak, kejang, lemas, berkeringat, mata
menonjol, midriasis, mulut berbusa bercampur darah, warna kulit merah bata
(pada orang kulit putih) dan sianosis.
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri
dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas (Arisman, 2008).
3) Gejala Sentral
Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya
reflek, kejang dan koma.
4) Kematian, apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian
dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan (Prijanto, 2009).
IV. PATOFISIOLOGI
PATH-WAY
Kematian
Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
2013
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea,
kreatinin, glukosa, transaminase hati). EKG, untuk melihat dan memantau kerja dari
jantung, Foto toraks/abdomen, untuk melihat apakah terjadi perubahan pada organ
pernafasan dan organ pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif (Boswick, 1997).
7
VI. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala :
a. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
b. Gangguan sistem susunan saraf pusat :
1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
2) Odem otak : beri manitol atau dexametason
c. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis,
kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor
muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.
Pada usia < 12 tahun pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kgBB,
IV perlahan dilanjutkan dengan 0,02-0,05mg/kgBB setiap 5-20 menit sampai
atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila :
1) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
2) Pupil dilatasi (melebar)
3) Mukosa mulut kering
4) Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan
respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis
penderita, atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara
bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas
karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan
otot) organofosfat
d. Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah.
Obat antiemetik adalah : Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang
menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran
cerna. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual
dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan
ini adalah : Domperidon, Ondansentron, Dolasetron (Boswick, 1997).
2. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis
fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan untuk mencegah serta mengobati
komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru,
pneumonia, rhabdomiolisis (kumpulan gejala yang ditimbulkan karena gangguan
dalam sel-sel otot), gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat
hipoksia atau syok berkepanjangan. Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB IV,
Kejang : diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).
3. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara
ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak
tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b. Bilas lambung :
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
8
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %,
atau asam asetat 5 %.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang (Arisman, 2009).
B. PENGKAJIAN
c). Primer Survey
1). Airway (A) : Kaji apakah terdapat sumbatan karena edema (inflamasi)
saluran pernapasan akibat dari keracunan gas (inhalasi) atau reaksi alergi
berat.
2). Breathing (B) : Nafas cepat atau lambat, keracunan asetaminofen dapat
menyebabkan depresi pusat nafas.
3). Circulation (C) : Kaji jika ada reaksi perdarahan lambung karena keracunan
zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, kaji jika ada mual-muntah,
tanda dehidrasi, diare/GE.
4). Disability (D) : Kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun, reaksi pupil
terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.
d). Secondary Survey
1). Exposure (E) : Kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat terpapar racun
(tersiram zat kimia).
2). Fluid, Farenheit (F) : Observasi output urine jika terdapat dehidrasi atau
tanda-tanda syok (urine output : 1-2cc/kgBB/jam).
3). Get Vital Sign (G) : Kaji tanda-tanda vital, dan perubahanya secara
teratur. Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun.
4). Head To toe, History (H) : Monitoring kerja jantung jika keracunan
asetominopen.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar
Takikardi, Hipertensi,
Midriasis
Data Subjektif : Masuknya insektisida
1. Klien menyatakan kawatir organofosfat ke GI Ansietas
karena perubahan dalam peristiwa
hidup. Intoksikasi insektisida
organofosfat
Data Objektif :
1. Perilaku : gelisah, agitasi Respon psikologis
2. Affektive: ketakutan,
3. Fisiologis: suara bergetar,
gemetar, peningkatan keringat,
4. Respirasi meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah
meningkat
10
2. Respon frekuensi jantung
Kelelahan, kelemahan fisik
abnormal terhadap aktivitas,
11
X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NIC-NOC)
Rencana Tindakan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : setelah dilakukan 1. Posisikan klien untuk 1. Posisi setengah duduk dapat
berhubungan dengan hiperventilasi, asuhan keperawatan memaksimalkan ventilasi. meringankan kerja dari otot-
ansietas. 1x24 jam pola nafas otot pernafasan,
klien teratur 2. Identifikasi klien perlunya 2. Mengetahui tindakan
Batasan karakteristik : pemasangan alat jalan selanjutnya yang perlu untuk
Data Subjuektif : Kriteria Hasil : nafas buatan. mempermudah klien
1. Klien menyatakan sulit untuk 3. Auskultasi suara nafas,
bernafas,
bernafas 1. Menunjukkan jalan nafas catat adanya suara
3. Mengetahui kondisi saluran
2. Klien menyatakan merasa seperti yang paten (Klien tidak tambahan.
pernapasan klien,
tercekik merasa tercekik, irama 4. Berikan bronkodilator bila
nafas teratur, frekuensi perlu.
4. Bronkodilator untuk
Data Objektif : pernafasan dalam
5. Monitor TTV. melebarkan saluran
1. perubahan kedalaman pernafasan rentang normal, tidak ada pernapasan untuk
2. takipnea suara nafas abnormal)
3. suara nafas abnormal pemenuhan O2 yang
2. Tanda-tanda vital dalam 6. Berikan Terapi oksigen adekuat,
rentang normal (tekanan sesuai indikasi. 5. Menunjukkan keadaan /
darah, nadi, perafasan, respon klien dan untuk
suhu). menentukan tindakan
selanjutnya
6. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh klien.
2. Gangguan pertukaran gas Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1.Menunjukkan keadaan /
berhubungan dengan ventilasi-perfusi. tindakan asuhan respon klien dan untuk
keperawatan 1x24 jam menentukan tindakan
Batasan Karakteristik : 2. Atur posisi klien menjadi
pertukaran gas klien selanjutnya
semi-fowler
kembali normal 2. Posisi semi-fowler dapat
12
Data Subjektif : memaksimalkan ventilasi dan
1. Klien mengatakan penglihatanya Kriteria Hasil : meringankan kerja otot-otot
kabur 1. Tanda-tanda vital dalam 3.Auskultasi suara nafas. pernafasan
rentang normal, 3. Untuk mengetahui adanya
4. Identifikasi klien perlunya
Data Objektif : 2. Tidak ada Sianosis dan sumbatan jalan nafas atau
pemasangan alat jalan
1. pH darah arteri abnormal Dispnea tidak.
nafas buatan.
2. Dispnea 3. Peningkatan ventilasi dan 5. Monitor respirasi dan 4. Hasil identifikasi dapat
3. Hipoksia oksigenasi yang adekuat status O2. mempermudah klien dalam
4. Takikardi memenuhi oksigenasinya.
5. Somnolen 6. Kolaborasi untuk 5. Melihat perkembangan status
pemberian O2 sesuai O2 serta untuk menentukan
indikasi. tindakan selanjutnya.
6. Untuk pemenuhan kebutuhan
oksigenasi klien.
3. Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk menentukan tingkat
pemajanan toksin asuhan keperawatan kecemasan. kecemasan klien dan untuk
selama 1x24 jam menentukan tindakan
Batasan Karakteristik : ansietas klien selanjutnya.
Data Subjektif : 2. Monitor TTV
berkurang. 2. Menunjukkan keadaan /
1. Klien menyatakan kawatir
respon klien dan untuk
karena perubahan dalam peristiwa
hidup. 3. Bantu klien mengenal menentukan tindakan
Kriteria hasil : situasi yang selanjutnya
Data Objektif : 1. Vital sign dalam batas menyebabkan 3. Klien dapat melakukan
1. Perilaku : gelisah, agitasi normal. kecemasan. latihan nafas dalam agar
2. Affektive: ketakutan, 2. Mengidentifikasi, 4. Dorong klien untuk perasaan cemas berkurang.
3. Fisiologis: suara bergetar, gemetar, mengungkapkan dan 4. Dengan mengungkapkan apa
mengungkapkan
peningkatan keringat, menunjukkan teknik untuk yang sedang dirasakan dapat
perasaan, ketakutan,
4. Respirasi meningkat, nadi
mengontrol cemas. persepsi. menurunkan tingkat
meningkat, tekanan darah
kecemasan.
meningkat. 5. Instruksikan klien
3. Postur tubuh, ekspresi
13
wajah, bahasa tubuh dan menggunakan teknik 5. Teknik nafas dalam dapat
tingkat aktivitas relaksasi. memberikan rasa tenang
menunjukkan 6. berikan obat untuk kepada klien
berkurangnya kecemasan. mengurangi kecemasan. 6. kandungan obat langsung
berkerja pada otak sehingga
mengurangi rasa cemas klien.
4. Intoleran aktivitas berhubungan Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Menunjukkan keadaan /
dengan kelemahan umum asuhan keperawatan respon klien dan untuk
selama 1x24 jam klien menentukan tindakan
Batasan karakteristik : dapat kembali 2. Bantu klien selanjutnya
Data Subjektif :
beraktivitas mengidentifikasi aktivitas 2. Untuk mengetahui apa saja
1. Klien menyatakan merasa letih,
2. Klien menyatakan mersa lemah, yang mampu dilakukan yang masih mampu dilakukan
Kriteria hasil : 3. Bantu klien untuk klien secara mandiri.
Data Objektif : 1. Vital sign normal mendapatkan alat 3. Mempermudah klien
1. Respon terkanan darah abnormal 2. Mampu berpindah dengan bantuan aktivitas seperti melakukan aktivitas dengan
terhadap aktivitas. atau tanpa alat kursi roda, krek. aman.
2. Respon frekuensi jantung 3. Status kardiopulmonari 4. Bantu klien dan keluarga
abnormal terhadap aktivitas, adekuat untuk mengidentifiasi 4. Untuk menapatkan evaluasi
4. Sirkulasi baik kekurangan dalam mengenai kegiatan apa yang
5. Status respirasi : berkativitas. memerlukan bantuan dan
pertukaran gas dan untuk menentukan tindakan
5. Monitor respon fisik,
ventilasi adekuat. yang lebih lanjut.
emosi, sosial dan
5. Respon fisik, emosi, sosial
spiritual.
dan spiritual yang belum baik
harus diperbaiki agar klien
memiliki semangat untuk
beraktivitas.
14
XI. DAFTAR PUSTAKA
15
BAB II
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Non Trauma
Intoksikasi Metanol
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah = 156/70 mmHg
Suhu = 35,5 0C
Respirasi = 40 x/menit
Nadi = 68 x/menit
Saturasi = 98 %
GDA = 184 mg/dl
GCS:
E: 1 V: x M: 1
Data Subjektif
Keluhan Utama : Klien mulai mengalami penurunan kesadaran sejak di Rumah Sakit Islam
Aisiyah Malang
Alergi (Allergy):
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat
tertentu.
Medikasi (Medication):
Keluarga klien mengatakan dirumah klien tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun kecuali jika
klien sakit.
Riwayat Penyakit Dahulu (Past Medical History):
Keluarga mengatakan klien tidak pernah MRS sebelumnya, pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit hipertensi ataupun DM.
Makan terakhir (Last Meal):
16
Klien makan nasi , lauk dan sayur pada 16 April 2018 pukul 12.00
Kejadian pemicu (Event)/ Mekanisme Injuri:
Keluarga Klien mengatakan jika pada Hari Minggu, 15 April 2018 diketahui klien minum
minuman keras oplosan bersama teman-temanya sebelum menonton pertandingan sepakbola
Arema. Sepulang menonton Arema, klien pulang dan mengeluh jika pandangannya kabur dan
kepalanya terasa sangat pusing. Klien juga bercerita jika saat menonton Arema telah terjadi
keributan dan klien mengatakan bahwa dirinya terkena gas air mata yang sudah di tembakkan
oleh petugas. Saat dirumah, kakak klien memberikan kompres pada mata klien dengan harapan
keadaan adiknya membaik. Namun saat keluarga klien menganggap bahwa keadaan klien tidak
kunjung membaik maka pada tanggal 16 Agustus pukul 08.00 klien dibawa ke RSIA. Dan saat di
RSIA pada tanggal 17 April 2018 klien terus mengalami penurunan kesadaran, maka oleh RSIA
dirujuk ke IGD RSSA Malang dan masuk ke ruang CC/P1.
Data Objektif:
Airway
Paten
Tidak paten
Temuan lainnya:
Pangkal lidah jatuh ke belakang menutupi jalan nafas
Terdengar suara nafas gargling / ngorok
Tindakan resusitasi:
Membuka jalan nafas dengan head tilt chin lift
Memasang oropharingeal tube no.7
Memasang ETT no.7
Breathing Penggunaan otot bantu Irama pernafasan:
pernafasan:
Reguler
Ya Ireguler
Tidak
Kesimetrisan gerak:
Kedalaman respirasi:
Simetris
Dangkal Asimetris
Dalam
Temuan lainnya:
Pola napas takipnea
Bunyi nafas vesikuler
17
Napas cepat dan dangkal
Tindakan resusitasi:
Memberikan posisi head up 300
Memberikan support ventilator dengan PEEP 5cmH20
Melakukan intubasi pemasangan endotrakeal tube ukuran 7
Circulation
Anemis
Nadi:
Pucat Kuat
Keringat dingin Lemah
Sianosis
Reguler
Jaundice
Ireguler
Temuan lainnya:
Akral teraba dingin
CRT kembali dalam waktu 3 detik
Kulit lembab turgor kulit normal
Tindakan resusitasi:
Mengobservasi tanda tanda vital
Mengobservasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
Mengobservasi perdarahan yang keluar
Berikan infus NS 0,9% 20 tpm drip nabic 4 flash
Disability Temuan:
AVPU : Patient Unconscious
Kesadaran Koma
GCS 1-x-1
Pupil anisokor 4 mm / 4mm
Reflek cahaya -/-
Tindakan resusitasi:
Menilai tingkat kesadaran /GCS
Berikan drip NE 0,05 -2mcg
Exposure/environmenta Temuan:
l control Pada saat pakaian klien di buka tidak terdapat deformitas
tulang belakang
Pada saat pakaian di buka tidak terdapat bekas luka
Tindakan resusitasi:
Memberikan selimut untuk menghindari hipotermia.
Memasang pagar pengaman bed
18
SECONDARY ASESSMENT
Full Set Vital Sign Tekanan darah = 120/70 mmHg
Suhu = 36 0C
Respirasi = 40 x/menit
Nadi = 65 x/menit
Saturasi = 98 %
GDA = 237 mg/dl
GCS:
E: 1 V: x M: 1
Family presence Jelaskan tentang kehadiran keluarga dan dukungan
keluarga terhadap pasien:
Keluarga yang mengatar klien ke IGD RSSA ada 5 orang
Saat di IGD RSSA kakak klien bergantian dengan ayah
klien untuk menemani klien di dalam ruang critical care.
Focused adjunct Tindakan invasif lain yang dilakukan pada pasien:
Penggantian pemasangan infus di vena femoralis
Pemasangan dower kateter dengan ukuran no. 16
Give Comfort Measure Tindakan yang dilakukan perawat untuk meningkatkan
kenyamanan pasien:
Memberikan posisi head up 300
19
Turgor kulit normal kembali dalam 2 detik
Kondisi kulit lembab
Kulit teraba dingin
3. Mata : Letak mata: Pupil: Refleks cahaya=
Asimetris Isokor Ya
Anisokor Tidak
Ket :
Diameter 4 / 4 mm
Konjungtiva anemis
Sklera berwarna merah
Mata teraba kenyal
4. Hidung : Lubang hidung: Perdarahan:
Produksi abnormal
Ada
Tidak ada
Inspeksi:
- Pergerakan dinding dada simetris
- Persebaran warna kulit merata
- Tidak ada lesi, luka, dan massa
Perkusi :
- Terdengar sonor pada ICS 1-5 dekstra dan ics 1-3 sinistra
- Terdengar pekak pada ICS 4-5 sinistra
Palpasi :
- Taktil fremitus teraba kuat kanan dan kiri
- Ictus cordis teraba pada ics 5 midklavicula sinistra line tinggi
denyutan ± 1 cm
Auskultasi :
- Suara nafas vesikuler
- BJ 1 : tunggal
21
- BJ II : tunggal
Ekstremitas Bawah :
- Tidak teraba krepitasi
- Tidak bengkak pada kaki kanan dan kiri
- P : Nadi teraba lemah dan lambat
22
- M : klien tidak mampu menggerakan kaki kanan dan kiri
- S : klien tidak berespon saat kaki di gores
11. Genetalia : Perdarahan abnormal: Keputihan abnormal:
Ada Ada
Tidak ada Tidak ada
Terpasang dower kateter no.16
Focused Asessment:
Klien mengalami penurunan kesadaran
Kesadaran : KOMA
GCS E1 Vx M1
Pupil anisokor diameter 4mm/4mm reflek cahaya -/-
Suara napas terdengar snooring / ngorok
Klien support ventilator dengan PEEP 5 CMH2O
23
PEMERIKSAAN PENUNJANG
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN KET
DEWASA NORMAL
Hematologi
Hemoglobin (HGB) 16.70 g/dL 13.4 17.7 N
Eritrosit (RBC) 5.81 10 4.0 5.5 H
Leukosit (WBC) 33.07 103µL 4.3 10.3 H
Hematokrit 50.50 % 40 47 H
Trombosit (PLT) 495 103µL 142 424 H
MCV 86.90 fl 80 93 N
MCH 28.70 pg 27 31 N
MCHC 33.10 g/dL 32 36 N
RDW 13.70 % 11.5 14.5 N
PDW 13.2 fl 9 13 H
MPV 10.6 fl 7.2 11.1 N
P-LCR 30.5 % 15.0 25.0 H
PCT 0.53 % 0.150 0.400 L
NRBC Absolute 0.00 103µL
NRBC Percent 0.0 %
Hitung Jenis
Eosinosil 0.1 % 04 N
Basofil 0.3 % 01 N
Neutrofil 80.6 % 51- 57 H
Limfosit 10.0 % 25 33 L
Monosit 9.0 % 2-5 H
Immature Granulosit 1.19 103µL
Immature Granulosit (1%) 3.60 %
Lain Lain
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
AST/SGOT 38 U/L 0 40 N
ALT/SGPT 13 U/L 0 41 N
Albumin 4.41 g/dL 3.5 - 5.5 N
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu 204 mg/dL < 200 N
FAAL GINJAL
Ureum 37.00 mg/dL 16.6 48.5 N
Kreatinin 2.31 mg/dL < 1.2 H
KIMIA KLINIK ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 150 mmol/L 136 - 145 H
Kalium (K) 5.18 mmol/L 3.5 - 5.0 H
Klorida (CI) 104 mmol/L 98 - 106 L
24
FOTO EKG
25
TERAPI OBAT
Nama dan Dosis Rute
Fungsi Obat
Obat Pemberian
Nacl 0.9 %/20 tpm IV Digunakan untuk
menggantikan cairan tubuh
yang hilang, sebagai
pengatur keseimbangan
cairan tubuh, mengatur kerja
fungsi otot jantung,
mendukung metabolisme
tubuh dan merangsang kerja
saraf
Nabic drip 4 flash IV Untuk menetralkan asam
darah pada keadaan asidosis
Leucoverin 6X 50 IV Menetralkan toksisits
mg antagonis folic accit
(methotrexate), anemia
megaloblastik.
Omeprazol 1X4 IV Digunakan dalam
mg pengobatan penyakit refluks
gastroesofagus,
ulkuspeptikum, dan
syndrome Zollinger-elison
Metoclopramide IV Metoclopramide adalah obat
3 X 10 mg yang digunakan untuk
meredakan mual dan muntah
yang dapat disebabkan oleh
migrain, efek samping dari
prosedur bedah, kemoterapi,
atau radioterapi.
Norepinephrine IV Hipotensi akut. Terapi
drip 0,05 penunjamg untuk henti
-2mcg/kgBB/meni jantung dan hipotensi berat.
t Untuk memperbaiki dan
menjaga tekanan darah yang
adekuat
26
Diazepam 10mg IV Neurotik, psikosomatik,
reumatik, dan gangguan otot
akibat trauma. Gejala putus
alcohol, status epileptikus,
kondisi pra dan pasca op
SA 2 ampul 0,5 g IV Mengeringkan sekret,
meringankan bradikardi.
27
ANALISIS DATA
Tgl No. Data Etiologi Masalah
Dx
5 1 DATA SUBJEKTIF Masuknya bahan kimia Ketidakefektifan
April Klien mengalami penurunan Intoksikasi perfusi jaringan
2018 kesadaran Hambatan aktifasi enzim serebral
DATA OBJEKTIF asetilkolinisterase (Ache)
Kesadaran koma Akumulasi asetikolin pada
GCS : E1 Vx M1 ujung syaraf
AVPU : Patient Efek stimulasi nikotinik pada
Unconcious syaraf simpati
Pupil anisokor 4 mm / Takikardi/bradikardi,
4mm hipertensi/hipotensi,midriasis/
Reflek cahaya -/- miosis
CRT kembali dalam 3
detik Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
2 DATA SUBJEKTIF Masuknya bahan kimia Gangguan
Klien mengalami penurunan Intoksikasi Pertukaran Gas
kesadaran Hambatan aktifasi enzim
DATA OBJEKTIF asetilkolinisterase (Ache)
Airway : Akumulasi asetikolin pada
Nafas tidak paten ujung syaraf
Support Ventilator Efek stimulasi muskarinik pada
dengan PEEP 5 syaraf parasimpatis
cmH20 Bronkospasme,
Terdengar suara nafas Takikardi/bradikardi,
mengorok hipertensi/hipotensi,midriasis/
miosis, muntah,berkeringat,
diare,keringkencing,hipersaliv
a
Hipoksia, penurunan aliran
darah sistemik, hilangnya
cairan tubuh
Gangguan Pertukaran Gas
28
Klien mengalami penurunan
kesadaran
DATA OBJEKTIF Hipoksia Jaringan
Keadaan Umum :
Klien tidak sadar Tekanan perfusi jaringan
GCS : 1 1 1 menurun
Breathing :
Nafas cepat dan Tekanan darah menurun
dangkal
Irama pernafasan Aliran Darah Balik (venous
ireguler return) menurun
Pergerakan dinding
dada simetris Maldistribusi volume
Pola nafas takipneu sirkulasi
Bunyi nafas vesikuler
TTV : Pelebaran Pembuluh Darah
TD=90/50 mmHg
Suhu = 35,5 Syok anafilatik
0
C
Respirasi =40
x/menit
Nadi =68
x/menit
Saturasi =98 %
dengan support
ventilator
GDA =204
mg/dl
Hasil Lab:
Kalium : 5.18 (H)
Klorida : 104 (L)
Leukosit : 33.07 (H)
MCV : 28.70 (N)
P-LCR :30.5 (H)
PCT : 0.53 (L)
29
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tgl No. Diagnosis Keperawatan
Dx
17 1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan distress sistem saraf
april pusat
2018 2 Gangguan Pertukaran Gas
30
TUJUAN, KRITERIA HASIL, DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
32
untuk mempertahankan
atau menurunkan TIK.
7. Meningkatkan aliran
balik vena dari kepala
sehingga akan
mengurangi kongesti
dan oedema atau
resiko terjadinya
peningkatan TIK.
8. Menurunkan
hipoksemia, yang mana
dapat meningkatkan
vasodilatasi dan volume
darah serebral yang
meningkatkan TIK.
9. Diuretik digunakan
pada fase akut untuk
menurunkan air dari sel
otak, menurunkan
edema otak dan TIK,.
Steroid menurunkan
inflamasi, yang
selanjutnya
menurunkan edema
jaringan. Antikonvulsan
untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya
aktifitas kejang.
Analgesik untuk
menghilangkan nyeri .
Sedatif digunakan
untuk mengendalikan
kegelisahan, agitasi.
Antipiretik menurunkan
atau mengendalikan
demam yang
mempunyai pengaruh
33
meningkatkan
metabolisme serebral
atau peningkatan
kebutuhan terhadap
oksigen.
2 Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Untuk memudahkan
asuhan untuk ekspansi paru/ventilasi
keperawatan 3 x memaksimalkan paru dan menurunkan
24 diharapkan ventilasi adanya kemungkinan
2. Auskultasi suara
klien dapat lidah jatuh yang
nafas, catat hasil
mempertahankan menyumbat jalan napas.
penurunan daerah
pola nafas yang 2. Untuk memonitor
ventilasiatau tidak
efektif kepatenan jalan nafas
NOC : adanya suara adventif 3. Perubahan dapat
Respiratory 3. Pantau frekuensi,
menandakan awitan
status : irama dan kedalaman
komplikasi pulmo atau
Ventilation pernafasan. Catat
menandakan luasnya
Respiratory ketidakteraturan
keterlibatan otak.
status : Airway pernafasan
Pernafasan lambat,
patency 4. Pantau TTV klien
Vital sign Status 5. Kolaborasi periode aprea dapat
KH : memberikan O2 menandakan perlunya
1.Suara nafas yang
sesuai advis dokter ventilasi mekanik
bersih, tidak ada 4. Dengan perubahan TTV
sianosis dan mendadak dapat
dyspneu menentukan peningkatan
2.Menunjukkan
TIK dan trauma batang
jalan nafas yang
otak
paten (klien tidak 5. Memaksimalkan O2 pada
merasa tercekik,
arteri dan membantu
irama nafas,
dalam mencegah hipoksia
frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal
3.Tanda Tanda vital
dalam rentang
34
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
4. Pola nafas
normal (irama
teratur, RR =16-
24x/m
5.Tidak ada
pernafasan
cuping hidung
6.Pergerakan
dinding dada
simetris
3
35
IMPLEMENTASI
No.
Tgl Waktu Implementasi TT
Dx
Mengukur/mengobservasi TTV
(TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
Memberikan posisi head up 300
Menilai GCS klien
21.00
1 Memeriksa kondisi pupil meliputi reflek terhadap
cahaya dan diameter pupil
17
Memantau adanya tanda-tanda muntah proyektil, papila
april
edema, hipertermia , dan kejang
2018
Membatasi kunjungan keluarga
22.00 Mengukur/mengobservasi TTV
(TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
1
Memasang iv line di vena femoralis
Memberikan cairan infus NS 20 tpm
22.30 Mengukur/mengobservasi TTV
1
(TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
01.30 1 Mengukur/mengobservasi TTV
(TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
Memberikan obat injeksi ranitidin 50 mg, citicolin 250
mg, keterolac 30mg, asam tranexamat 500 mg
02.15 1 Mengukur/mengobservasi TTV
18 02.30 (TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
02.30 1 Memberikan cairan infus mannitol 20% 200 cc
april 04.00 1 Mengukur/mengobservasi TTV
2018 05.00 (TD,nadi,RR,suhu,SpO2)
Melakukan RJP
Melakukan Begging
06.00 1 Mememeriksa GCS
Memeriksa kondisi pupil meliputi reflek terhadap
cahaya dan diameter pupil
37
EVALUASI
No.
Tgl Waktu Evaluasi TT
Dx
S:
Klien mengalami penurunan kesadaran
O:
RR : 27 x/menit
Terdapat suara nafas vesikuler
Irama nafas ireguler
Klien tidak mampu mengeluarkan sumbatan secara
mandiri
17 April Jalan nafas paten dengan menggunakan opa
1 24.00
2018 Tidak ada suara nafas tambahan baik ronchi
maupun wheezing
- - - -
- - - -
- -
Ronchi Wheezing
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 17 April 24.00 S:
2018 Klien mengalami penurunan kesadaran
O:
Klien terpasang ETT 7cm dengan O2 15 lpm
Terpasang mayo 100 mm
Suara nafas vesikuler tidak terdapat suara nafas
tambahan
Klien menggunakan otot bantu pernapasan dada
Suara napas terdengar stridor
Masih terdapat sumbatan berupa darah dan lender
pasien terlihat sesak napas
Pola nafas irregular
TTV
TD : 124/66 mmHg
N : 144 x / menit
S : 370C
38
RR : 27 x / menit
SpO2 : 100 %
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3 17 April 07.00 S:
2018 Klien mengalami penurunan kesadaran
O:
K/U : menurun
Kesadaran : koma
GCS : E1 Vx M2
Klien terpasang infus NS 20 tpm di femoralis
Klien tampak gelisah
Pupil isokor dengan diameter 4mm/4mm
Reflek cahaya -/-
Urine output 700 cc /8 jam
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
39
IMPLEMENTASI
Tanggal Jam No.Dx Implementasi
18 April 07.30 1 Mengukur/mengobservasi TTV
2018 (TD,Nadi,Suhu,RR,SpO2)
08.00 Memeriksa GCS
08.10 Memperbaiki posisi head up 30º
08.40 Memeriksa reaksi pupil mata (reflek cahaya)
Membatasi kunjungan keluarga
40
EVALUASI
41
IMPLEMENTASI
15.30
42
2 7-4-2018 14.00 1. memantau pergerakan dinding dada.
14.00 2. memantau RR/irama pernafasan.
17.35 3. melihat pada pasien apakah terjadi batuk
atau tidak.
17.36 4. melihat apakah pasien mengeluarkan
secret atau tidak.
15.00 5. berkolaborasi pemberian manitol 100 cc.
43
EVALUASI
44
3 7-4-2018 19.35 S:-
WIB.
O : -Airway: paten
-Breathing : spontan.
-Circulasi : lancar.
-TD :135/80 mmHg, S: 38,5°C, N :
168x/mnt, RR : 37x/mnt.
-SPO2 : 99-100%.
-terdapat retraksi dada
-Pasien terlihat gelisah ekstremitas atas dan
bawah terlihat terpasang restrain.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
45
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Yang dapat
disebakan oleh hidrokarbon, makanan dan zat kimia.
Dari kasus ditas dengan diagnose intoksikasi manitol didapatkan 3 diagnosa
keperawatan yaitu, gangguan perfusi jaringan serebral, gangguan pertukaran gas dan
syok anafilatik.
3.2. SARAN
Saran yang dapat disampaikan yaitu
1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan intoksikasi metanol
2. Dapat menentukan Batasan GCS
3. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan
intoksikasi metanol
4. Dapat memberikan Pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di
rumah sakit maupun di lingkungan sekitar.
46
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ni Made Ayu A. 2013. Autoregulasi Serebral Pada Cedera Kepala. Bagian/SMF Ilmu
Kedokteran Bedah Fakultas Kedokteran Udayana.
Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran , edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius.
Diklat RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2006). Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
darurat (PPGD). RSUP. Dr.M.Djamil Padang.
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2005. Cedera Kepala. Jakarta: Deltacitra
Grafind.
Ganong, William F. (2005). Review of Medical Physiology. California: McGraw Hill
Professional.
Gilbert, Gregory., DSouza, Peter., Pletz, Barbara. (2009). Patient assessment routine
medical care primary and secondary survey. San Mateo County EMS Agency.
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Hudak, Carolyn M. 2010. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi 6 Volume 2. Jakarta:
EGC
Jakarta Medical Service 119 Training Division, 2012
Kidd, Pamela s. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri:
Mosby Elsevier
Morton, Patricia G, et al. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta:
EGC
Muttakin, arif. 2008. Asuhan keperawatan dengan klien gangguan sistem persyaratan.
Jakarta : Salemba Medika
NANDA Internasional. (2012). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-
2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri
Praptiani. Jakarta; EGC.
Oman, K. S., McLain. J. K., & Scheetz, L. J. (2002). Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta: EGC.
PERDOSSI cabang Pekanbaru. 2007. Simposium trauma kranio-serebral tanggal 3
November 2007. Pekanbaru : PERDOSI.
47
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine Wilson. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Douglas. A., Skinner, Marcus. W. (2000). Primary trauma care standard edition.
Oxford : Primary Trauma Care Foundation.
48