Anda di halaman 1dari 11

Upaya Mengatasi Masalah Bencana di Sulawesi Tengah dengan

Memberikan Pendidikan Mitigasi Bencana Sejak Dini

OLEH :
Andhika Nataniel Madesen
STB.F 121 18 062

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO
PALU,APRIL 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sulawesi merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng, yaitu Indo-
Australia, Eurasia, dan Filipina. Kondisi tersebut menyebabkannya
sangat rawan terhadap bencana gempa bumi tektonik. Lempeng
Lautan Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 50
– 70 mm/tahun dan menunjam di bawah palung laut dalam Sumatra –
Jawa sampai ke barat Pulau Timor di NTT (Bock drr., 2003).
Sementara itu, Lempeng Pasifik menabrak sisi utara Pulau Irian dan
pulau-pulau di utara Maluku dengan kecepatan 120 mm/tahun, dua
kali lipat lebih cepat dari kecepatan penunjaman lempeng di bagian sisi
barat dan selatan Indonesia (Bock drr.,2003).
Tekanan akibat pergerakan lempeng-lempeng ini menyebabkan
banyak sesar lokal aktif di wilayah Sulawesi. Dari aspek tenaga
tektonik jelas bahwa bagian Indonesia Timur memiliki potensi
ancaman bencana gempa bumi dua kali lipat dibandingkan dengan
Indonesia bagian barat (Natawidjaya dan Triyoso, 2007). Namun, jika
dipandang dari aspek kerentanan, bagian barat Indonesia seperti
Sumatra dan Jawa, lebih rentan terhadap bencana gempa bumi karena
populasi penduduknya lebih padat dan infrastrukturnya lebih
berkembang (Natawidjaya dan Triyoso,2007).
Salah satu sesar aktif di Sulawesi adalah sesar Palu Koro yang
memanjang kurang lebih 240 km dari utara (Kota Palu) ke selatan
(Malili) hingga Teluk Bone. Sesar ini merupakan sesar sinistral aktif
dengan kecepatan pergeseran sekitar 25 - 30 mm/tahun (Ka- haruddin
drr., 2011). Sesar Palu Koro berhubungan dengan Sesar Matano-
Sorong dan Lawanoppo-Kendari, sedangkan di ujung utara melalui
selat Makasar berpotongan dengan zona subduksi lempeng Laut
Sulawesi (Kaharuddin drr., 2011).
Seperti yang kita ketahui tanggal 28 September 2018 terjadi gempa
bumi dan tsunami di Sulawesi tengah tepatnya di kota palu dengan
kekuatan 7,4 Mw , ketika bencana tersebut terjadi banyak korban
berjatuhan , hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi
salah satu faktor utama yaitu kurangnya masyarakat memahami
mengenai mitigasi bencana , padahal pendidikan mengenai mitigasi
bencana sangat lah penting mengingat warga kota palu hidup di atas
sesar aktif .
1.2 Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan pembahasan maka perlu adanya pembatasan
masalah. Batasan masalah dalam penulisan ini meliputi :
1. Dalam pembahasan atau ruang lingkup yang diambil adalah berupa
pentingnya pendidikan mengenai mitigasi bencana sejak dini

2. Data yang digunakan dalam penyusunan ini berupa data-data yang


diperoleh dari penelitian dan pengamatan pribadi serta data-data yang
sudah ada yang diperoleh melalui jurnal.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana upaya yang dilakukan agar ketika bencana terjadi korban yang
berjatuhan dapat diminimalisir?
2. Apa pentingnya mempelajari mitigasi bencana ?
3. Mengapa mitigasi bencana sangat erat kaitannya dengan keselamatan
masyarakat ?
1.4 Tujuan
1. Agar mahasiswa geologi peduli dalam upaya memberikan pemahaman
atau pendidikan tentang mitigasi bencana kepada masyarakat kota palu.
2. Agar semua elemen masyarakat dapat memahami pentingnya pendidikan
mitigasi bencana di pelajari sejak dini.

1.5 Metode Dan Teknik Penelitian


1.5.1 Metode
Untuk mendapatkan informasi dan juga data yang diperlukan,
penulis akan menggunakan metode observasi yang telah dilakukan
di lapangan dan juga kepustakaan.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengamatan , ialah penulis mengamati dan juga meneliti
ke lapangan untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi
masyarakat kota palu sesudah bencana terjadi.
Studi Pustaka, Dalam metode ini, ialah penulis membaca
jurnal-jurnal dan juga informasi mengenai keadaan sesar palu koro
serta mitigasi bencana untuk menangani nya dalam ruang lingkup
geologi.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistem penulisan karya tulis ilmiah "Upaya Mengatasi Masalah
Bencana di Sulawesi Tengah dengan Memberikan Pendidikan Mitigasi
Bencana Sejak Dini" ini dibagi menjadi beberapa bab dengan materi
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan, metode dan teknik penelitian, sistematika
penulisan karya tulis ilmiah.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar analisis dan
evaluasi dalam penulisan karya tulis ilmiah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metodelogi atau cara memperoleh data-data
yang akan digunakan untuk analisa dan evaluasi dalam penulisan karya tulis
ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Geologi Regional


2.2 Defenisi Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP
No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun
2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab
I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6).
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan
rawan bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))
Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan
untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21
Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia
maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.
Dalam konteks bencana, dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang
merupakan serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor
alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan tanah longsor, dll. (2) bencana sosial
merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia, seperti
konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik
tolak utama dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam
mitigasi bencana, yaitu:

a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
b) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah
rawan bencana.
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta
mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.

2.2 Manfaat Mitigasi Bencana


Manfaat dari mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian pada saat
terjadinya bahaya pada masa mendatang. Manfaat utama adalah untuk
mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk serta mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan
terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian
ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan
mengurangi kerugian-kerugian sektor swasta sejauh hal-hal itu mungkin
mempengaruhii masyarakat secara keseluruhan. Hal ini mungkin mencakup
dorongan bagi orang-orang untuk melindungi diri mereka sejauh mungkin.
Manfaat utama dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy
costs) dan kerusakan sumber daya alam.
b) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat
dapat hidup dan bekerja dengan aman.
Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia):
a) Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
b) Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan,
tenaga kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
c) Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
d) Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri
dan membangun sendiri.
e) Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip
desentralisasi)
f) Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi
golongan masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya
tambahan membangun rumah.
g) Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
h) Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang
tinggal di daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial,
ekonomi, maupun implikasi politik.
i) Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
2.3 Sejarah Gempa Bumi dan Tsunami di Kota Palu

Daerah Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia


karena dilalui segmentasi sesar yang sangat berpotensi membangkitkan
gempa bumi kuat, yaitu Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke
arah Selatan dan Tenggara. Ditinjau dari kedalaman gempa buminya,
aktivitas gempa bumi di zona ini tampak didominasi oleh gempa bumi
kedalaman dangkal antara 0 hingga 60 kilometer. Dengan demikian,
aktivitas tersebut beresiko untuk menimbulkan tsunami.

Kerawaan gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan sekitarnya ini
terbukti dengan beberapa catatan sejarah gempa bumi dan tsunami yang
berlangsung sejak tahun 1927, seperti gempa bumi dan tsunami Palu
1927, gempa bumi dan tsunami Tambu 1968, dan gempa bumi dan
tsunami Toli-Toli dan Palu 1996 (Daryono, 2011) dan gempa yang bumi
yang baru saja terjadi beberapa tahun silam tepatnya tanggal 28
September 2018 .

2.3 Batas Administrasi dan Letak Geografis Kota Palu

Kota Palu secara geografis berada di tengah wilayah Kabupaten


Donggala. Tepatnya sepanjang bibir pantai Teluk Palu atau
memanjang dari timur ke barat, terletak di sebelah utara garis
katulistiwa pada koordinat 0,35°–1,20° Lintang Utara dan 120°–
122,09° Bujur Timur. Luas wilayah Kota Palu adalah 369,46 km 2 atau
36.946 ha dan terdiri atas 8 Kecamatan. Lebih jelas mengenai batas
administrasi dan letak geografis Kota Palu, dapat dilihat pada
Gambar 2.

2.4 Penggunaan Lahan Kota Palu


Penjelasan mengenai jenis dan luasan penggunaan lahan Kota Palu
dapat dilihat pada Tabel 1.

TABEL 1
LUAS PENGGUNAAN LAHAN KOTA PALU TAHUN 2012

Jenis Luas Luas Wilayah


Wilayah (%)
Penggunaan (Km2)
Lahan
Hutan 186,315 50,43
Semak Belukar 69,327 18,76
Kebun 39,439 10,76
Ladang 5,215 1,41
Lahan Kosong 11,962 3,24
Permukiman 35,401 9,58
Rumput 0,221 0,06
Sawah 12,215 3,31
Jalan 4,025 1,09
Tambak 0,257 0,07
Sungai 5,083 1,38
TOTAL 369.46 100,00

Sumber: RTRW Kota Palu Tahun 2006-2025 dan Data Spasial Kota Palu
Tahun 2012

2.5 Peta Rawan Bencana Palu dan Sekitarnya


Sumber:https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/indonesia/infograp
hic/peta-zona-rawan-bencana-palu-dan-sekitarnya

Peta Zona Rawan Bencana Palu dan Sekitarnya (Peta ZRB Palu dsk) telah
ditetapkan dan disetujui bersama oleh Kementerian Bappenas, Kementerian
ATR / BPN, Kementerian ESDM, BMKG, Kementerian PUPR, dalam rapat
terbatas di Kantor Wakil Presiden RI, Selasa 12 Desember 2018.
Peta ZRB Palu dsk, menjelaskan Zona dan Tipologi, Defenisi/Kriteria, dan
Arahan Spasial Pasca Bencana (Ketentuan Pemanfaatan Ruang)
Berdasarkan Zona dan Tipologinya Perta ZRB Palu dsk dibagi atas 4 Zona yaiitu
ZRB4 (Zona Terlarang) yang berwarna MERAH, ZRB3 (Zona Terbatas) yang
berwarna KUNING TUA, ZRB2 (Zona Bersyarat) yang berwarna KUNING, dan
ZRB1 (Zona Pengembangan) yang berwarna KUNING MUDA.

Berdasarkan defenisi kriterianya untuk Zona Merah (Zona Terlarang) yaitu zona
likuifaksi masif pasca gempa (seperti kws petobko, balaroa, jono oge, dan
sibalaya), zona sempadan pantai rawan tsunami, zona sempadan patahan aktif
Palu-Koro 0-10m dan zona rawan gerakan tanah tinggi.
Zona Kuning Tua (Zona Terbatas) didefenisikan untuk Zona sempadan aktif
Palu-Koro (10-50m), Zona rawan likuifaksi sangat tinggi, zona rawan
tsunami tinggi diluar sempadan pantai, dan zona gerakan tanah tinggi.
Zona Kuning (bersayarat) meliputi zona rawan likuifaksi tinggi, zona rawan
tsunami menengah, zona rawan gerakan tanah menengah, zona rawan banjir
tinggi.
Dan Zona Kuning Muda (Zona Pengembangan) meliputi zona rawan
likuifaksi sedang, zona rawan tsunami rendah, zona rawan gerakan tanah
sangat rendah dan rendah, dan zona rawan banjir menengah dan tinggi.
Dan untuk keseluruhan zona ZRB4, ZRB3, ZRB2 dan ZRB1 dinyatakan
sebagai Zona Rawan Gempa Bumi Tinggi.

Peta ZRB Palu dsk, telah dilemgkapi oleh arahan spasial pasca bencana
(ketentuan pemanfaatan ruang) yang akan menjadi pedoman dalam
pelaksanaan Revisi RTRW Prov Sulteng, Kota Palu, Kab Sigi, Kab
Donggala, dan penyusunan RDTR Kota Palu, Kab Sigi dan Kab Donggala.

2.6 Pendidikan Mitigasi Bencana Sejak Dini

BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah mengumpulkan semua data yang sudah ada lalu di
olah kembali secara singkat padat dan jelas agar mudah di pahami oleh semua
kalangan masyarakat dan semua elemen masyarakat kota palu.
3.2 Tahapan penelitian
Adapaun tahapan penelitian adalah pengambilan data baik di lapangan
maupun data yang sudah ada, pengolahan data, analisis dan interpretasi
data .

Anda mungkin juga menyukai