Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Rizky Harifin

NIM : 1810115310003

Mata Kuliah : Metode Penelitian

Kode Mata Kuliah : ABKA567

Dosen Pengampu : Dr. Deasy Arisanty M.Sc

: Dr. Karunia Puji Astuti, M.Pd

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TERHADAP TANAMAN KARET DI


KECAMATAN LOKSADO KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN KALIMANTAN
SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan perkebunan karet berperanpenting dalam pelestarian lingkungan dan


mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru diwilayah pengembangan. Sebagian
besar wilayah Indonesia memiliki karakteristik lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman karet. Pada umumnya areal pertanaman karet tersebar diwilayah Sumatera (71,19%)
dan Kalimantan (24,45%). Total lahan perkebunan karet nasional tercatat mencapai 3,56 juta
Ha, dimana 85,09% diantaranya merupakan perkebunan rakyat, 6,91% perkebunan besar
negara dan 7,95% perkebunan besar swasta (Badan Pusat Statistik, 2014). Produksi karet
alam nasional pada tahun 2014 mencapai sekitar 3,23 juta ton. Sebanyak71,03% diantaranya
berasal dari Sumatera dan 21,59% berasal dari Kalimantan (BPS, 2014).

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-
sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua
terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas
terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam
produk olahan yang masih terbatas yang didominasi oleh karet remah atau crumb rubber
(Kartasapoetra A.G, 2004).
Produksi pertanian yang tinggi dan berkelanjutan, hanya dapat dicapai dengan praktik
pertanian yang didasarkan pada daya dukung lahan (carrying capacity) yang diindikasikan
dengan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Oleh karena itu, pengelolaan usaha tani
(pengembangan komoditi) pada suatu wilayah harus mempertimbangkan kemampuan lahan
dan kesesuaian lahan wilayah tersebut terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Di sisi
lain, informasi tentang kemampuan lahan dan kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman
masih terbatas. Tersedianya informasi tentang kemampuan lahan dan kesesuaian lahan harus
didahului dengan tersedianya data karakteristik iklim dan lahan yang selanjutnya dievaluasi
untuk memperoleh kelas kemampuan dan kesesuaian lahan (Rayes, 2007).

Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan
kondisinya pada penggunaan-penggunan tertentu (Hardjowigeno S, 2007). Evaluasi lahan
berguna untuk mengetahui potensi/kemampuan lahan bagi penggunaan lahan tertentu.
Misalnya untuk pertanian, padang rumput dan cagar alam. Apabila potensi lahan tresebut
diketahui secara dini, perencanaan untuk tata guna lahan diharapkan dapat memberikan
dampak berkelanjutan bagi lahan tersebut(S. Hardjowigeno, 2007). Kesesuaian lahan pada
hakekatnya merupakan gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu (Nurmiaty dkk, 2019), misalnya untuk budidaya atau pengembangan komoditas
perkebunan.

Kualitas lahan yang berbeda akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan, jika lahan
dipergunakan untuk tanaman yang tidak sesuai dengan kualitas lahan akan menimbulkan
masalah yaitu rusaknya kualitas lahan. Penggunaan lahan yang sesuai atau tidak sesuai bisa
diperoleh setelah melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaan Lahan Terhadap
Tanaman Karet Di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan
Selatan”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana menentukan tingkat kesesuain lahan untuk tanaman karet Di Kecamatan Loksado
Kabupeten Hulu Sungai Selatan?
Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan perkebunan untuk


tanaman karet di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Manfaat

1. Sebagai bentuk penerapan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa
perkuliahan dan sebagai syarat guna mendapatkan gelar serjana pada Program Studi
Pendidikan Geografi FKIP UNLAM.
2. Dinas Pertanian, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebagai sumber informasi,
sumbangan pemikiran dan saran dari semua pihak yang terlibat dalam penggunaan
lahan khususnya dalam pengambilan keputusan pengembangan komiditi potensial
penatagunaan lahan, perencanaan dan pengembangan perkebunan karet berkelanjutan

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Nilai pembobotan parameter diasumsikan sama, artinya masing – masing parameter


mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan perkembangam tanaman karet
akan tumbuh di tempat yang memenuhi syarat tumbuh tanaman karet.

Batasan masalah dalam melakukan penelitian ini ialah:

1. Penelitian dilakukan dikawasan perkebunan karet Kecamatan Loksado Kabupaten


Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan.
2. Penelitian ini sebatas pada karakteristik syarat tumbuh tanaman karet, yaitu suhu,
ketersedian air, ketersedian oksigen, media perakaran, retensi hara, tingkat bahaya
erosi, dan penyiapan lahan

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengeveluasi kesesuaian lahan tanaman karet
untuk arahan penggunaan lahan di kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Objek dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang ditanami karet, sedangkan subjek dalam
penelitian adalah mengeveluasi hasil dari kesesuain lahan tanaman karet.
Definisi Operasional

Definisi yang digunakan dalam penelitian Evaluasi Keseseuian Lahan Tanaman Karet
Di kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Lahan merupakan suatu wilayah dipermukaan bumi mencakup semua komponen


biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada diatas dan dibawah
wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi tumbuhan
dan hewan serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu
dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh
manusia pada saat sekarang dan dimasa akan datang (Food Agricultural
Organization., 1976).
2. Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan tertentu,
meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta studi bentuk lahan, tanah, vegetasi,
iklim, dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat
perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan.
Mengevaluasi lahan akan ada faktor-faktor pembatas yang sangat banyak yang
bahasanya akan disederhanakan sehingga para petani dapat dengan mudah
memahaminya, sehingga mereka dapat menamam tanaman sesuai dengan lahan, dan
mengelola lahan secara efektif dan efisien (Hardjowigeno S. dan Wahyu, 2007).
3. Unsur hara atau kapur yang harus diberikan kesistem tanah tanaman dapat ditentukan
secara tepat dengan mengetahui tingkat kesuburan suatu tanah, yang dapat dilakukan
dengan cara evaluasi tanah. Untuk mengukur tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman
kopi dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik lahan yang ada dilapangan,
dengan tataran idealnya yaitu (S1) sesuai, (S2) agak sesuai dan (S3) tidak sesuai
(Hermon dan Khairani, 2009).
4. Sub-kelas kesesuaian lahan adalah pengelompokan kelas kesesuaian lahan
berdasarkan jenis pembatasnya, pembatas umum dalam sub-kelas kesesuain meliputi
topografi, tanah, iklim, dan kondisi keairan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
A. Lahan
Lahan (land) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua
komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas
dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief,
hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang
(Brinkman, 1973)
Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponenkomponen yang
terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.
Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam
hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Worosuprojo, 2007). Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan,
yaitu (1) sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2) sumberdaya lahan yang
merupakan hasil aktivitas manusia (budidaya manusia). Berdasarkan atas konsepsi
tersebut maka pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan
proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara-cara tertentu dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
B. Karet
Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan, yaitu (1)
sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2) sumberdaya lahan yang merupakan
hasil aktivitas manusia (budidaya manusia). Berdasarkan atas konsepsi tersebut maka
pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan proses-proses
yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara-cara tertentu dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan
satusatunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman Haryanto,
2012). Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864 padamasa
penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjut
nya dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai tanamanperkebunan
komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat ujicoba penanaman
karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yangpertama kali diuji
cobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elasticaatau karet rembung.
Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumaterabagian Timur pada tahun
1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar Swadaya, 2008).
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Batang tanaman mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet berwarnahijau
terdiri dari tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjangtangkai anak
daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya bergetah. Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya
ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Akar Tanaman karet merupakan
akar tunggang. Akar tersebut mampu menopang batangtanaman yang tumbuh tinggi
dan besar (Anwar, 2006).
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil
evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai
dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut
berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan
pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan
untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai
(Ritung.S, Wahyunto, F.Agus, 2007).
D. Satuan Lahan

Satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang
spesifik. Sembarang bagian dari lahan yang menggambarkan karakteristik lahan yang
jelas dan nyata, tidak peduli bagaimana caranya dalam membuat batas-batasnya, dapat
dipandang sebagai satuan lahan untuk evaluasi lahan. Namun demikian evaluasi lahan
akan lebih mudah dilakukan apabila satuan lahan didefinisikan atas kriteria - kriteria
karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan (Tim Asisten, 2010).

E. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman karet tumbuh baik dan menghasilkan lateks optimal jika syarat
lingkungannya sesuai pertumbuhan, karena lingkungan yang cocok akan menunjang
pertumbuhan (Tim Penebar Swadaya, 2008). Pada dasarnya tanaman karet
memerlukan persyaratan kondisi iklim yang menunjang pertumbuhan dan tanah
sebagai media tumbuh. Adapun persyaratan tumbuh tanaman karet dapat diuraikan
sebagai berikut:

a) Latitude
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah zone antara 15° LS dan
15o LU. Di luar zone tersebut, pertumbuhan tanaman karet agak terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat.
b) Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500- 4.000
mm/tahun, dengan hari hujan berkisar 100-150 hari/tahun. Namun jika sering
hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang
c) Ketinggian Tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah hingga ketinggian
200 m di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian > 600 m dpl tidak cocok untuk
pertumbuhan karet. Suhu optimal antara 25º-35ºC.
d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
budidaya karet.
e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan sifat kimia. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai syarat tumbuh karet dapat
dilaksanakan lebih mudah dibandingkan perbaikan sifat fisik. Berbagai jenis
tanah sesuai syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda maupun
tua, bahkan pada tanah gambut <2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi
dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena
kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH <3,0 dan pH >8,0.

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet antara lain:


1) Solum tanah sampai 100 cm
2) Tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
3) Aerasi dan drainase cukup
4) Tekstur tanah remah, porous dan dapat menahan air
5) Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, tanah bergambut tidak
lebih dari 20 cm, kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan
unsur hara mikro
6) Reaksi tanah dengan pH 4,5-pH 6,5
7) Kemiringan tanah <16%
8) Permukaan air tanah <100 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2006). Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian
Karet.

Brinkman, A. R. dan A. . S. (1973). Land Evaluation for Rural Purposes. ILRI Publ. No. 17
Wageningen.ILRI Publ. No. 17 Wageningen.

Budiman Haryanto. (2012). S.P. Budidaya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Food Agricultural Organization. (1976). A Framework For Land Evaluation. Soil Bulletin.
Rome.

Hardjowigeno, S. (2007). Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi


Yogyakarta: Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. dan W. (2007). . Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tata Guna
Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hardjowigeno S. (2007). lmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

Hermon dan Khairani. (2009). Geografi Tanah (Suatu Tinjauan Teoritis, Metodologis, dan
aplikasi proposal penelitian). Yayasan Jihadul Center, Padang.

Kartasapoetra A.G. (2004). Budidaya Tanaman Karet. Bumi Aksara: Jakarta.

Nurmiaty, Baja S., Arif S., R. A., & Rahmad D., S. (2019). Developing agricultural land
geospatial information in supporting regional food resilience. OP Conference Series:
Earth Environ.

Rayes ML. (2007). Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta:
Yogyakarta.

Ritung.S, Wahyunto, F.Agus, H. H. (2007). Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai


Penelitian Tanah Dan World Agroforestry Centre, 48.
www.worldagroforestrycentre.org/sea.

Statistik, B. P. (2014). Statistik Karet Indonesia 2014. Jakarta, Indonesia: BPS.

Tim Asisten. (2010). .Bahan Ajar Praktikum Survey Tanah, Erosi dan Perencanaan
Konservasi. Yogyakarta : Lab. Geomorfologi Terapan F. Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Tim Penebar Swadaya. (2008). Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Worosuprojo, S. (2007). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial Dalam


Pembengunan Berkelanjutan Di Indonesia. Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar
UGM Yojakarta.

Anda mungkin juga menyukai