NIM : 1810115310003
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-
sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua
terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas
terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam
produk olahan yang masih terbatas yang didominasi oleh karet remah atau crumb rubber
(Kartasapoetra A.G, 2004).
Produksi pertanian yang tinggi dan berkelanjutan, hanya dapat dicapai dengan praktik
pertanian yang didasarkan pada daya dukung lahan (carrying capacity) yang diindikasikan
dengan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Oleh karena itu, pengelolaan usaha tani
(pengembangan komoditi) pada suatu wilayah harus mempertimbangkan kemampuan lahan
dan kesesuaian lahan wilayah tersebut terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Di sisi
lain, informasi tentang kemampuan lahan dan kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman
masih terbatas. Tersedianya informasi tentang kemampuan lahan dan kesesuaian lahan harus
didahului dengan tersedianya data karakteristik iklim dan lahan yang selanjutnya dievaluasi
untuk memperoleh kelas kemampuan dan kesesuaian lahan (Rayes, 2007).
Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan
kondisinya pada penggunaan-penggunan tertentu (Hardjowigeno S, 2007). Evaluasi lahan
berguna untuk mengetahui potensi/kemampuan lahan bagi penggunaan lahan tertentu.
Misalnya untuk pertanian, padang rumput dan cagar alam. Apabila potensi lahan tresebut
diketahui secara dini, perencanaan untuk tata guna lahan diharapkan dapat memberikan
dampak berkelanjutan bagi lahan tersebut(S. Hardjowigeno, 2007). Kesesuaian lahan pada
hakekatnya merupakan gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu (Nurmiaty dkk, 2019), misalnya untuk budidaya atau pengembangan komoditas
perkebunan.
Kualitas lahan yang berbeda akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan, jika lahan
dipergunakan untuk tanaman yang tidak sesuai dengan kualitas lahan akan menimbulkan
masalah yaitu rusaknya kualitas lahan. Penggunaan lahan yang sesuai atau tidak sesuai bisa
diperoleh setelah melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaan Lahan Terhadap
Tanaman Karet Di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan
Selatan”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana menentukan tingkat kesesuain lahan untuk tanaman karet Di Kecamatan Loksado
Kabupeten Hulu Sungai Selatan?
Tujuan
Manfaat
1. Sebagai bentuk penerapan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa
perkuliahan dan sebagai syarat guna mendapatkan gelar serjana pada Program Studi
Pendidikan Geografi FKIP UNLAM.
2. Dinas Pertanian, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebagai sumber informasi,
sumbangan pemikiran dan saran dari semua pihak yang terlibat dalam penggunaan
lahan khususnya dalam pengambilan keputusan pengembangan komiditi potensial
penatagunaan lahan, perencanaan dan pengembangan perkebunan karet berkelanjutan
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengeveluasi kesesuaian lahan tanaman karet
untuk arahan penggunaan lahan di kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Objek dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang ditanami karet, sedangkan subjek dalam
penelitian adalah mengeveluasi hasil dari kesesuain lahan tanaman karet.
Definisi Operasional
Definisi yang digunakan dalam penelitian Evaluasi Keseseuian Lahan Tanaman Karet
Di kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat dilihat sebagai berikut.
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil
evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai
dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut
berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan
pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan
untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai
(Ritung.S, Wahyunto, F.Agus, 2007).
D. Satuan Lahan
Satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang
spesifik. Sembarang bagian dari lahan yang menggambarkan karakteristik lahan yang
jelas dan nyata, tidak peduli bagaimana caranya dalam membuat batas-batasnya, dapat
dipandang sebagai satuan lahan untuk evaluasi lahan. Namun demikian evaluasi lahan
akan lebih mudah dilakukan apabila satuan lahan didefinisikan atas kriteria - kriteria
karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan (Tim Asisten, 2010).
Tanaman karet tumbuh baik dan menghasilkan lateks optimal jika syarat
lingkungannya sesuai pertumbuhan, karena lingkungan yang cocok akan menunjang
pertumbuhan (Tim Penebar Swadaya, 2008). Pada dasarnya tanaman karet
memerlukan persyaratan kondisi iklim yang menunjang pertumbuhan dan tanah
sebagai media tumbuh. Adapun persyaratan tumbuh tanaman karet dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Latitude
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah zone antara 15° LS dan
15o LU. Di luar zone tersebut, pertumbuhan tanaman karet agak terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat.
b) Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500- 4.000
mm/tahun, dengan hari hujan berkisar 100-150 hari/tahun. Namun jika sering
hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang
c) Ketinggian Tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah hingga ketinggian
200 m di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian > 600 m dpl tidak cocok untuk
pertumbuhan karet. Suhu optimal antara 25º-35ºC.
d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
budidaya karet.
e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan sifat kimia. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai syarat tumbuh karet dapat
dilaksanakan lebih mudah dibandingkan perbaikan sifat fisik. Berbagai jenis
tanah sesuai syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda maupun
tua, bahkan pada tanah gambut <2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi
dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena
kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH <3,0 dan pH >8,0.
Anwar, C. (2006). Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian
Karet.
Brinkman, A. R. dan A. . S. (1973). Land Evaluation for Rural Purposes. ILRI Publ. No. 17
Wageningen.ILRI Publ. No. 17 Wageningen.
Budiman Haryanto. (2012). S.P. Budidaya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Food Agricultural Organization. (1976). A Framework For Land Evaluation. Soil Bulletin.
Rome.
Hardjowigeno, S. dan W. (2007). . Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tata Guna
Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Hermon dan Khairani. (2009). Geografi Tanah (Suatu Tinjauan Teoritis, Metodologis, dan
aplikasi proposal penelitian). Yayasan Jihadul Center, Padang.
Nurmiaty, Baja S., Arif S., R. A., & Rahmad D., S. (2019). Developing agricultural land
geospatial information in supporting regional food resilience. OP Conference Series:
Earth Environ.
Rayes ML. (2007). Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta:
Yogyakarta.
Tim Asisten. (2010). .Bahan Ajar Praktikum Survey Tanah, Erosi dan Perencanaan
Konservasi. Yogyakarta : Lab. Geomorfologi Terapan F. Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Tim Penebar Swadaya. (2008). Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.