Anda di halaman 1dari 16

Resilliensi dan Mitigasi Bencana Pesisir

dan Pulau pulau Kecil


(3 sks) MSP-11022

Pertemuan 2
Lanjutan…

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Provinsi Kepulauan Riau
Out Line
b). Paradigma Pembangunan Kebencanaan (Terminologi
Resiliensi dan mitigasi bencana)
c). Strategi Mitigasi Bencana (Pendekatan Pengelolaan
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil)
b).Paradigma
Pembangunan Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-
Kebencanaan tiba/ perlahan-lahan akibat alam, ulah manusia dan/atau
(Terminologi Resiliensi keduanya yang menimbulkan korban penderitaan manusia,
dan mitigasi bencana) kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Penanggulangan Bencana (Disaster Management)


adalah suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan,
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan
(preventive), mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness),
tanggap darurat (response), rehabilitasi (rehabilitation) atau evakuasi
(evacuation) dan pembangunan kembali (development). Rangkaian
kegiatan tersebut dapat saling berkaitan dan merupakan siklus
manajemen bencana seperti terlihat pada Gambar 1.
Paradigma Pembangunan
Kebencanaan

Gambar 1. Siklus Manajemen Bencana


Pencegahan adalah upaya untuk Pemulihan adalah suatu proses untuk
menghambat atau menghilangkan membantu masyarakat yang
bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari terkena bencana termasuk sarana dan prasarana
terjadinya peristiwa bencana yang bisa agar segara berfungsi kembali, memulihkan tata
merusak kehidupan dan penghidupan kehidupan serta kemampuan masyarakat dalam
masyrakat. menghadapi bencana berdasarkan asas
kemandirian agar kembali mampu
Mitigasi adalah tindakan-tindakan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya dengan
mengurangi atau meminimalkan dampak dari sebaikbaiknya.
suatu bencana terhadap masyarakat.
Rehabilitasi ekologi lingkungan adalah
Kesiapsiagaan adalah segala upaya dan proses perbaikan habitat ekosistem sehingga
kegiatan yang dilakukan untuk ekosistem tersebut dapat kembali berfungsi
menghadapi/mengantisipasi (tanggap darurat) dengan baik.
bencana lingkungan yang mungkin terjadi
pada skala nasional, regional dan lokal.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali yang dilakukan untuk meningkatkan
keadaan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan
membangun kembali sarana dan prasarana di lokasi bencana sehingga menjadi lebih baik
dari keadaan sebelum terjadinya. Rekonstruksi ekologi dilakukan untuk menciptakan
habitat yang kondusif terhadap pemulihan kondisi flora (vegetasi) dan fauna.

Tanggap Darurat adalah suatu atau serangkaian kegiatan dan upaya


pemberian bantuan kepada korban bencana berupa bahan makanan, obat-obatan,
penampungan sementara, serta mengatasi kerusakan secara darurat supaya dapat
berfungsi kembali. Tanggap darurat ekologi adalah serangkaian kegiatan untuk
memantau kondisi ekologis setempat serta memberikan gambaran kerusakan
ekologi yang ada

Mikrozonasi (Risk Mapping) adalah serangkaian kegiatan untuk mendukung


pengkajian resiko bencana baik fisik maupun ekologis suatu kawasan secara rinci
termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengumpulan data (sekunder maupun survei di
lapangan), analisa dan penyajian dalam bentuk peta resiko.
c). Strategi Mitigasi Bencana
(Pendekatan Pengelolaan Pesisir dan Pulau Pulau Kecil)

Hal ini diperburuk dengan situasi dan


Indonesia berpotensi menghadapi kondisi yang cukup rentan akibat dari
ancaman atau bahaya bencana alam kompleksitas pertumbuhan kota maupun
(hazard), yang cukup rawan antara lain wilayah di daerah pesisir yang seringkali
ancaman berbagai bencana alam seperti banyak mengabaikan atau tidak
gempa, gunung api, banjir, tanah longsor, memperhatikan unsur-unsur mitigasi
kekeringan dan angin badai. bencana alam dalam proses
pembangunannya, demi tercipta lingkungan
Indonesia juga merupakan negara yang binaan yang aman dari bencana.
memiliki pesisir cukup panjang dimana
wilayah pesisir memiliki jalur wilayah Sedangkan untuk wilayah pulau-pulau kecil
yang cukup rawan terhadap gempa dan kondisi kerentanan maupun kesiapan
pengaruhnya seperti gelombang tsunami, wilayah dalam menghadapi bencana alam
erosi, aberasi dan berbagai dampak lanjut menunjukan level yang tidak lebih baik
antropogenik dilihat dari faktor upaya keselamatan.
KEBIJAKAN MITIGASI BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR

Konteks pengendalian dan pengelolaan Kebijakan Mitigasi Bencana di


sumberdaya pesisir dan kelautan, terdapat
beberapa tantangan dan permasalahan : Wilayah Pesisir dan pulau-pulau
 Karakteristik sumberdaya kecil merupakan suatu kerangka
 Keterbatasan pengalaman konseptual yang disusun untuk
 Kurangnya data dan informasi, mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
 Terbatasnya pendanaan bencana terutama di wilayah pesisir.

Mitigasi bencana meliputi pengenalan dan


Pelaksanaan desentralisasi pengelolaan adaptasi terhadap bahaya alam dan buatan
sumberdaya alam pada saat ini telah manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk
memunculkan adanya peralihan beberapa mengurangi atau menghilangkan resiko
kewenangan pusat ke daerah.
jangka
Peralihan kewenangan tersebut menuntut pendek, menengah dan panjang, baik
tanggung jawab yang semakin besar dari terhadap kehidupan manusia maupun harta
semua pihak terhadap pengelolaan sumberdaya benda.
pesisir dan laut.
Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah pesisir

a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk di


wilayah pesisir, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumberdaya alam.

b. Mengurangi dampak negatif terhadap kualitas keberlanjutan ekologi dan lingkungan di


wilayah pesisir akibat bencana alam maupun buatan.

c. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan wilayah pesisir.

d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat pesisir dalam menghadapi serta mengurangi


dampak/resiko bencana.

e. Meningkatkan peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah, pihak swasta maupun
masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir.
STRATEGI MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH PESISIR

a. Pola protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai secara


langsung “menahan proses alam yang terjadi”.
b. Pola adaptif, yakni berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir
dengan perubahan alam yang terjadi.
c. Pola mundur (retreat) atau do-nothing, dengan tidak melawan
proses dinamika alami yang terjadi, tetapi “mengalah” pada
proses alam dan menyesuaikan peruntukan sesuai dengan kondisi
perubahan alam yang terjadi.
PENDEKATAN PENGELOLAAN PESISIR TERPADU (PPT)

Konsep PPT ini, para pengambil kebijakan


di wilayah pesisir dapat mengelola
pembangunan yang sifatnya
multisektor berserta dampak
kumulatifnya dalam batas-batas
keseimbangan yang dapat ditoleransi oleh
masyarakat dan lingkungan (daya dukung
lingkungan dan sosial). 1. Keseimbangan ekologis,
2. Keseimbangan pemanfaatan, dan
KESEIMBANGAN (MERUPAKAN 3. Keseimbangan dalam
SATU KESATUAN) pencegahan bencana (mitigasi).
Perlu pengelolaan terkait dengan lingkungan dan kegiatan
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut

1. Lingkungan biofisik,
2. Habitat dan infrastruktur penting, seperti mangrove, pulau-pulau kecil, estuari, terumbu karang,
dan industri minyak lepas pantai,
3. Aspek sosial ekonomi, yaitu populasi penduduk dan tenaga kerja, profil kelembagaan dan
hukum, kegiatan perekonomian dan pembangunan,
4. Aspek pembangunan, seperti pembangunan dermaga, pelabuhan, dan lain-lain,
5. Aktivitas ekonomi, seperti industri migas, reklamasi, perikanan budidaya dan tangkap, hutan
produksi (mangrove), pertambangan, wisata, dan perhubungan,
6. Bencana alam, seperti erosi pantai, badai, pasang tinggi, gempa, tsunami, dan banjir.
Untuk mencapai maka diperlukan adanya
keterpaduan yang mencakup aspek-aspek

a. Keterpaduan Perencanaan Sektor Secara Horisontal


Keterpaduan perencanaan horisontal, memadukan perencanaan dari berbagai sektor, seperti sektor
pertanian, sektor kehutanan dan konservasi yang berada di hulu, sektor perikanan, sector pariwisata, sektor
perhubungan laut, sektor industri maritim, sektor pertambangan lepas pantai, sektor konservasi laut, dan
sektor pengembangan kota, yang berada dalam satu tingkat pemerintahan yaitu kabupaten/kota, propinsi,
atau pemerintah pusat.

Mitigasi bencana baik secara struktural maupun non struktural menyangkut berbagai sektor. Oleh karena
itu diperlukan keterpaduan sektoral dalam melakukan mitigasi. Misalnya pembuatan prasarana sistem
perairan yang ramah lingkungan dilakukan oleh Departemen atau Dinas Kimpraswil, penghijauan di
daerah hulu dilakukan oleh Departemen atau Dinas Kehutanan, penanaman mangrove dapat dilakukan oleh
Departemen atau Dinas Kehutanan dan Departemen atau Dinas Kelautan dan Perikanan
b. Keterpaduan Perencanaan Secara Vertikal d. Keterpaduan Sains dengan Manajemen
Keterpaduan perencanaan vertikal meliputi Keterpaduan Pengelolaan Pesisir Terpadu perlu didasarkan
kebijakan dan perencanaan mulai dari tingkat Desa, pada input data dan informasi ilmiah yang valid
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, sampai Nasional. untuk memberikan berbagai alternative dan
rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan
c. Keterpaduan Ekosistem Darat dengan Laut. mempertimbangkan kondisi, karakteristik sosial-
Perencanaan pengelolaan pesisir terpadu diprioritaskan ekonomi budaya, kelembagaan dan bio-geofisik
dengan menggunakan kombinasi pendekatan batas ekologis lingkungan setempat.
misalnya:

Daerah aliran sungai (DAS), dan wilayah administratif


Propinsi,Kabupaten/Kota, dan Kecamatan sebagai basis
perencanaan. Sehingga dampak dari suatu kegiatan di DAS,
seperti kegiatan pertanian dan industri perlu diperhitungkan
dalam pengelolaan pesisir. Disamping itu kegiatan
pembangunan sarana bangunan air pada daerah pesisir perlu
diperhitungkan secara integral kaitannya dengan dampak
biotik dan abiotik.
Tugas Mandiri
Resume Jurnal yang bereputasi, nasional /internasional dengan
ketentuan:
a. Cari judul yang berkaitan dengan resiliensi dan mitigasi bencana
pesisir dan pulau kecil.
b. Sumber jurnal (nama jurnal, halaman, dan minimal 5 tahun
terakhir)
c. Telaah jurnal tersebut berkaitan dengan materi yang telah diterima.
d. Simpulkan dari jurnal tersebut
e. Kumpulkan di google class room 1 hari sebelum pertemuan ke 4

Anda mungkin juga menyukai