Anda di halaman 1dari 50

Resilliensi dan Mitigasi Bencana

Pesisir dan Pulau pulau Kecil


(3 sks) MSP-11022

Pertemuan 1 dan 2
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Provinsi Kepulauan Riau
Kontrak Perkuliahan
Lecturer: Winny Retna Melani, SP., M.Sc
Deni Sabriyati, S.Pd., M.Sc.

Office: Gedung FIKP UMRAH Senggarang


Phone: 081270301177
e-mail: winny@umrah.ac.id
Jadwal Perkuliahan

Senin, pukul 10.00 wib sd 12.30 wib.

Ruang zoom meet : Demersal 3 FIKP


UMRAH
Koordinator Kelas/Komti
• Koordinator kelas melalui group WA untuk
koordinasi MK.

• Merekap presensi kelas yang diambil dari group


WA pada awal perkuliahan dan SS dari
participation zoom meet 15 menit sebelum
perkuliahan daring berakhir.
• Mengingatkan hal2 penting berkaitan proses
pembelajaran.
Kurikulum
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Resiliensi dan
Mitigasi Bencana adalah mata
kuliah yang membahas
tentang pengertian dan ruang
lingkup kebencanaan, jenis-
jenis dan sumber bencana
serta pengaruhnya pada
komponen ekosistem pesisir
dan laut. Selanjutnya akan
membahas tentang
kemitigasian dalam
pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau pulau kecil.
Tujuan
Setelah mengikuti
Pembelajaran
perkuliahan Resiliensi dan
mitigasi bencana,
mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan konsep-
konsep tanggap terhadap
kebencanaan serta mampu
menelaah pendekatan
resiliensi dan mitigasi
terhadap pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau
pulau kecil.
Metode Pembelajaran
Perkuliahan
1. Daring (singkron maya ➔Google classroom
dan Zoom
2. Tanya jawab dan diskusi
3. Problem Based Learning/LURING
TERBATAS (Pembelajaran berdasarkan
masalah)

Penugasan dan Evaluasi


1. Tugas Individu dan Kelompok
2. Quiz
3. UTS dan UAS

PENILAIAN TAMBAHAN
Kehadiran
Keaktifan mahasiswa
Keterampilan
Pengetahuan
Penilaian

Point Persentase (%)


Kehadiran 10
Tugas + quiz 25
Keaktifan 5
UTS 30
UAS 30

1 90 - 100 = A
2 81 - 90 = A-
3 76 - 81 = B+
4 71 - 76 = B
Proses
5 66 - 71 = B-
revisi
6 61 - 66 = C+
7 51 - 61 = C
8 46 - 51 = D
9 0 - 46 =E
Penilaian Tugas

• Tugas dan Presentasi ( jika ada)


→Pengumpulan tugas/latihan tepat waktu.
Tugas terlambat/susulan pengurangan nilai 5
poin
→ Tugas susulan di antar pada minggu yang
sama dengan batas waktu pemberian tugas
apabila ada konfirmasi sebelumnya dan
alasan dimengerti.
attention

• Semua keluhan/ komplain nilai dapat LANGSUNG diajukan kepada dosen


pengampu

• On time perkuliahan, perkuliahan dapat dianggap kosong jika dosen tidak


datang 15’ tanpa konfirmasi. Berlaku juga untuk mahasiswa.

• Konfirmasi jika ada hal lain yang mengakibatkan keterlambatan

• TIDAK melayani tugas susulan kecuali dengan alasan tertentu

• TIDAK melayani tugas tambahan Untuk raise up nilai


Rule..
→Mahasiswa berpenampilan rapi dan sopan.
→on camera, izin jika off camera karena kendala
signal.
→Tidak saling chat pada saat perkuliahan daring
Materi
Pembelajaran
Ada hal-hal lain yang perlu
dimasukan dalam kontrak?
Out
Line

1. Ruang Lingkup reilliensi dan mitigasi bencana


pesisir dan pulau pulau kecil (teks book)
a. Sejarah kejadian bencana dan paradigma
b. Terminologi Resiliensi dan mitigasi bencana
c. Peristilahan
d. Pendekatan Pengelolaan Pesisir dan Pulau Pulau
Kecil
Ruang Lingkup
Reilliensi dan Mitigasi Bencana
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
DEFENISI

Menurut Undang-Undang 27 Tahun 2007 jo UU no. 1 tahun 2014,


Pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 2.000 km2 (kilometer
persegi). Contoh pulau yang termasuk kategori pulau kecil antara lain Pulau
Bintan, Batam, Pulau Ambon dan Pulau Selayar.

Pulau sangat kecil Pulau dengan luas < (kurang dari) 100
km2 (kilometer persegi) termasuk dalam kategori seperti contohnya pulau-pulau
di Kepulauan Seribu, Pulau Karimun Jawa, dan Gili Trawangan.

Pulau Besar adalah pulau yang luasnya lebih dari 2.000 km2 yaitu seperti
pulau Madura, Pulau Jawa, Pulau Bali dan Pulau Sumatera.
RESILIENSI

Kemampuan atau kapasias insani yang dimiliki


seseorang, kelompok atau masyarakat,
sumberdaya alam yang memungkinkan untuk
menghadapi, mencegah, meminimalkan dan
bahkan menghilangkan dampak-dampak yang
merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak
menyenangkan, atau bahkan merubah kondisi
yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang
wajar untuk diatasi. yang sangat dibutuhkan
dalam setiap orang.
Konsep Resiliensi
Resiliensi ekologi adalah kapasitas suatu
ekosistem untuk mengabsorbsi gangguan yang
berulang dan beradaptasi dengan perubahan
sementara mempertahankan struktur dan fungsi
utama yang sama.

Resiliensi sosial adalah kemampuan kelompok


atau komunitas untuk mengatasi tekanan dan
gangguan eksternal sebagai hasil perubahan
sosial, politik dan lingkungan hidup (William
Neil Adger, 2000).
• Resiliensi adalah kemampuan untuk
beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.
(Reivich dan Shatté,2002. Resiliensi dibangun
dari tujuh kemampuan yang berbeda dan
hampir tidak ada satupun individu yang secara
keseluruhan memiliki kemampuan tersebut
dengan baik
1. Regulasi emosi Menurut Reivich dan Shatté
(2002) regulasi emosi adalah kemampuan
untuk tetap tenang di bawah tekanan.
2. Pengendalian impuls Reivich dan Shatté
(2002) mendefinisikan pengendalian impuls
sebagai kemampuan mengendalikan keinginan,
dorongan, kesukaan, serta tekanan yang
muncul dari dalam diri seseorang. Individu
dengan pengendalian impuls rendah sering
mengalami perubahan emosi dengan cepat
yang cenderung mengendalikan perilaku dan
pikiran mereka.
3. Optimisme Individu yang resilien adalah
individu yang optimis. Mereka memiliki harapan
pada masa depan dan percaya bahwa mereka
dapat mengontrol arah hidupnya.

4. Empati Empati merepresentasikan bahwa


individu mampu membaca tanda-tanda
psikologis dan emosi dari orang lain.
• 5. Analisis penyebab masalah Seligman
(dalam Reivich & Shatté, 2002) mengungkapkan
sebuah konsep yang berhubungan erat dengan
analisis penyebab masalah yaitu gaya berpikir.
Gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan
individu untuk menjelaskan sesuatu hal yang
baik dan buruk yang terjadi pada dirinya.
• 6. Efikasi diri Reivich dan Shatté (2002)
mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan
pada kemampuan diri sendiri untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dengan
efektif.

• 7. Peningkatan aspek positif Menurut


Reivich dan Shatté (2002), resiliensi merupakan
kemampuan yang meliputi peningkatan aspek
positif dalam hidup . Individu yang
meningkatkan aspek positif dalam hidup,
mampu melakukan dua aspek ini dengan baik,
yaitu: (1) mampu membedakan risiko yang
realistis dan tidak realistis, (2) memiliki makna
dan tujuan hidup serta mampu melihat
gambaran besar dari kehidupan. Individu yang
selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih
mudah dalam mengatasi permasalahan hidup,
serta berperan dalam meningkatkan
kemampuan interpersonal dan pengendalian
emosi (Reivich dan Shatte, 2002)
Definisi Bencana
Diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang Nomor
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
• Bencana yang disebabkan faktor alam adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

• Bencana karena faktor nonalam adalah bencana yang


diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Adapun
bencana yang disebabkan faktor sosial adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
MITIGASI
Penyebab Bencana
Peraturan Pemerintah RI Nomor 64 Tahun 2010 “Mitigasi Bencana Wilayah Pesisir & Pulau-
pulau Kecil”
Konsep Mitigasi Bencana
Bencana alam dapat terjadi Sedangkan beberapa bencana
secara tiba‐tiba maupun lainnya seperti banjir,tanah
melalui proses yang longsor, kekeringan, letusan
berlangsung secara gunungapi, tsunami dan anomali
perlahan. cuaca masih dapat diramalkan
sebelumnya.
Beberapa jenis bencana
seperti gempa Meskipun demikian kejadian
bumi,hampir tidak bencana selalu memberikan
mungkin diperkirakan dampak kejutan dan
secara akurat kapan, menimbulkan banyak kerugian
dimana akan terjadi dan baik jiwa maupun materi.
besaran kekuatannya. Kejutan tersebut terjadi karena
kurangnya kewaspadaan dan
kesiapan dalam menghadapi
ancaman bahaya.
4 Faktor Utama yang Dapat
Menimbulkan Bencana
• Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik
bahaya (hazards)
• Sikap atau perilaku yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumberdaya alam
(vulnerability)
• Kurangnya informasi/peringatan dini (early
warning) yang menyebabkan ketidaksiapan
• Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bahaya
Konsepsi Pengurangan Risiko
Konsep penanggulangan bencana mengalami
pergeseran paradigma dari konvensional menuju ke
holistik.
• Pandangan konvensional
menganggap bencana itu suatu peristiwa atau
kejadian yang tak terelakkan dan korban harus segera
mendapatkan pertolongan, sehingga fokus dari
penanggulangan bencana lebih bersifat bantuan
(relief) dan kedaruratan (emergency). Oleh karena
itu pandangan semacam ini disebut dengan
paradigma Relief atau Bantuan Darurat yang
berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan darurat
berupa: pangan, penampungan darurat, kesehatan
dan pengatasan krisis. Tujuan penanggulangan
bencana berdasarkan pandangan ini adalah
menekan tingkat kerugian, kerusakan dan cepat
memulihkan keadaan.
• Paradigma Mitigasi, yang tujuannya
lebih diarahkan pada identifikasi daerah‐daerah
rawan bencana, mengenali pola‐pola yang dapat
menimbulkan kerawanan, dan melakukan
kegiatan‐kegiatan mitigasi yang bersifat struktural
(seperti membangun konstruksi) maupun
non‐struktural seperti penataan ruang, building
code dan sebagainya.

• Paradigma Pembangunan
mengarah kepada faktor‐faktor kerentanan di dalam
masyarakat dimana upaya‐upaya yang dilakukan
lebih bersifat mengintegrasikan upaya
penanggulangan bencana dengan program
pembangunan. Misalnya melalui perkuatan
ekonomi, penerapan teknologi, pengentasan
kemiskinan dan sebagainya.
SKEMA MITIGASI BENCANA
Paradigma Pengurangan Risiko.
Pendekatan ini merupakan perpaduan dari sudut pandang
teknis dan ilmiah dengan perhatian kepada faktor‐faktor
sosial, ekonomi dan politik dalam perencanaan
pengurangan bencana.

Dalam paradigma ini penanggulangan bencana bertujuan


untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana.

Hal terpenting dalam pendekatan ini adalah memandang


masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek dari
penanggulangan bencana dalam proses pembangunan.
Dalam paradigma sekarang, Pengurangan Risiko Bencana
yang merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas
sektor dan lintas wilayah serta meliputi aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan.

Dalam implementasinya kegiatan pengurangan risiko


bencana nasional akan disesuaikan dengan rencana
pengurangan risiko bencana pada tingkat regional dan
internasional. Dimana masyarakat merupakan subyek,
obyek sekaligus sasaran utama upaya pengurangan risiko
bencana dan berupaya mengadopsi dan memperhatikan
kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan
tradisional (traditional knowledge) yang ada dan
berkembang dalam masyarakat.
• Sebagai subyek masyarakat diharapkan dapat
aktif mengakses saluran informasi formal dan
non‐formal, sehingga upaya pengurangan risiko
bencana secara langsung dapat melibatkan
masyarakat. Pemerintah bertugas
mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber
daya yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan
pengurangan risiko bencana.
3 hal penting perubahan paradigma ini

1. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek


tanggap darurat tetapi lebih pada keseluruhan manajemen
risiko.

2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh


pemerintah merupakan wujud pemenuhan hak asasi
rakyat dan bukan semata‐mata karena kewajiban
pemerintah.

3. Penanggulangan bencana bukan lagi hanya urusan


pemerintah tetapi juga menjadi urusan bersama
masyarakat dan lembaga usaha, dimana pemerintah
menjadi penanggungjawab utamanya Sebagai salah satu
tindak lanjut dalam mengahadapi perubahan
ILUSTRASI….
• Bencana di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan dan seolah telah
menjadi tradisi. Jika tahun 2002 ada 190, 2005
ada 691 bencana dan 2010 ada 2.232 kejadian
bencana. Bencana hidrometeorologi seperti
banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah
longsor, puting beliung dan gelombang pasang
merupakan jenis bencana yang dominan di
Indonesia.
• Sekitar 89%, yang diambil dari data bencana
2002-2011, dari total bencana di Indonesia
didominasi oleh bencana hidrometeorologi.
Bencana hidrometeorologi terjadi rata-rata
hampir 70% dari total bencana di Indonesia.
Perubahan iklim global, degradasi lingkungan,
kemiskinan, dan bertambahnya jumlah
penduduk makin memperbesar ancaman risiko
bencana.
lanjutan
Dengan ditetapkannya Undang‐undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
maka penyelenggaraan penanggulangan bencana
diharapkan akan semakin baik, karena Pemerintah
dan Pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan secara terarah
mulai pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca
bencana.
Tahap awal dalam upaya ini adalah
mengenali/mengidentifikasi terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana. Banyaknya jumlah
kejadian bencana pada tahun 2002‐2006 beserta
jumlah korban dan jumlah rumah yang rusak akibat
bencana tersebut.

Anda mungkin juga menyukai