Anda di halaman 1dari 4

OPTIMALISASI MANAJEMEN LATIHAN PELETON I/A BATALYON

ZENI TEMPUR 4/TANPA KAWANDYA DALAM RANGKA


REHABILITASI DAERAH PASCA BENCANA ALAM

1. Latar Belakang
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi
bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah
gempa bumi, tsunami, banjir,letusan gunung api,tanah longsor,angin rebut,kebakaran
hutan letusan gunung api. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokan
menjadi 2 kelompok utama , yaitu potensi bahaya utama (Main Hazard) dan potensi
bahaya ikutan (Collateral Hazard). Potensi bahaya utama (Main hazard Potency) ini
dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukan
bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan,peta potensi
bencana tanah longsor, peta bencana letusan gunung api, peta potensi banjir, dan lain lain.
Dari indicator – indicator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki bahaya
yang utama (Main Hazard Potency) yang tinggi. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi
negara Indonesia1
Menyikapi hal tersebut TNI AD selaku komponen utama pertahanan negara tidak
dapat berpangku tangan. Salah satunya dengan memaksimalkan potensi Batalyon Zeni
Tempur yang sangat berperan dalam tugas kebencanaan. Mulyono (2013) menjelaskan
bahwa Batalyon Zeni Tempur merupakan tulang punggung TNI sebagai pelaksanana
utama yang membantu masyarakat dalam memulihkan pasca bencana. Dapat kita lihat
bahwa saat ini peran Batalyon Zeni Tempur dalam operasi-operasi kemanusiaan dinilai
efektif membantu kesulitan masyarakat. Melalui penerapan 9 kemampuan zeni di
antaranya : Konstruksi, destruksi, penyelidikan zeni, samaran, rintangan, penyeberangan,
perbekalan air dan listrik, penjinakan bahan peledak, serta melaksanakan peran nubika
pasif sudah banyak yang dilakukan sebagai bentuk upaya rehabilitasi daerah bencana
yang terjadi di masyarakat. Contohnya ketika terjadi bencana alam tanah longsor, banjir,
gempa bumi dan bencana kemanusiaan lainnya, di Wilayah Jawa Tengah Batalyon Zeni
Tempur 4/Tanpa Kwandya selalu hadir membantu masyarakat dan pemerintah daerah.
Seperti bencana alam yang menimpa DI Yogyakarta tahun 2004, Batalyon Zeni Tempur 4
terlibat dalam rekonstruksi dan rehabilitasi di wilayah tersebut yang menghancurkan
banyak bangunan penting dan rumah - rumah warga.
Berdasarkan UU nomor 24 tahun 2007 ayat 1 pasal 10 dan pasal 11 tentang
penanggulangan bencana disebutkan bahwa pada tahap pasca bencana yang mencakup
kegiatan pemulihan , rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada fase ini kegiatan; a) perbaikan
lingkungan daerah bencana; b) perbaikan prasarana dan sarana umum; c) pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat; d)rehabilitasi daerah.2 Dari beberapa kegiatan
tersebut tentunya dapat dilakukan oleh instansi yang memiliki tugas dan fungsi yang
kompeten sesuai perannya. Sebagai satuan zeni, Batalyon Zeni Tempur 4 /Tanpa

1
Kementerian Dalam Negeri, Pedoman Umum Mitigasi Bencana, Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 33 tahun 2006 tanggal 18 Oktober 2006, p.4.
2
UU nomor 24 tahun 2007 ayat 1 pasal 10,11 p. 13.
Kawandya memiliki fungsi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan pasca bencana, dalam
melaksanakan tugasnya Yonzipur tidak berkerja sendiri, Instansi pemerintahpun ikut
membantu bahu membahu dalam menyelesaikan pemulihan daerah. Akan tetapi, terdapat
beberapa permasalahan yang timbul sehingga pelaksanaan penanggulangan bencana
belum bisa tercapai dengan maksimal. Menurut Martha Karolina (2018) kelemahan –
kelemahan yang menghambat proses rehabilitasi pasca bencana diantaranya : belum
optimalnya dukungan anggaran bencana, lambatnya mekaninime proses pelaksanaan
penanggulangan bencana, lambatnya upaya mitigasi dan tanggap darurat bencana, serta
lemahnya koordinasi antar instansi terkait. Kondisi ini turut dirasakan anggota Yonzipur 4
/TK setiap melaksanakan tugas operasi kebencanaan yang ditunjukan dari kepuasan kerja
masyarakat dan anggota yonzipur.
Pelaksanaan tugas kebencanaan yang dilakukan oleh satuan Yonzipur 4/TK
didominasi kegiatan dilapangan dan banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Pada tugas pemulihan di wilayah Yogyakarta mendapat tugas untuk melaksanakan
pembangunan rumah tidak layak pakai dan pembersihan sisa sisa bangunan yang sudah
hancur. Hal ini perlu didukung seluruh stakeholder terkait, termasuk pemda setempat.
Namun kenyataannya masih terdapat hambatan sehingga pada pelaksanaannya masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan minimnnya kemampuan personel dalam mengatasi
tugas kebencanaan baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu permasalahan yang
ditemui dilapangan yakni masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia prajurit
Yonzipur 4/TK mengenai kebencanaan. Di satu sisi keterbatasan sarana prasarana dan
alat peralatan khusus penanggulangan bencana, dimana selama ini alat perlengkapan yang
dimiliki oleh Yonzipur 4/TW masih belum terpenuhi sesuai TOP/DSPP. Hal ini
menyebabkan peran yang dilakukan satuan Yonzipur 4/TK memiliki kendala , walaupun
selama ini dalam melaksanakan tugas tersebut sudah cukup baik.
Proses peningkatan kemampuan prajurit dirasakan perlu untuk memaksimalkan
kinerja di Yonzipur 4/TK dalam melaksanakan tugas kebencanaan. Oleh karena itu
berbagai kegiatan mulai dari penyiapan satuan tugas melalui latihan harus dilaksanakan
dengan baik. Perlunya kemampuan ini di titik beratkan pada pelaksanaan manajemen
latihan yang dilakukan oleh satuan tersebut. Kemampuan manajemen sebuah latihan
sangat menentukan terlaksanannya pembinaan latihan. Secara umum manajemen
dipandang sebagai sebuah ilmu yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh
tujuan organisasi melalui suatu usaha bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik
organisasi. Menurut Robibins dan Coulter (2009) yang dikutip oleh samino dalam
bukunya “Pengantar Manajemen” mengatakan bahwa manajemen mengacu proses
mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif , efisien
dengan melalui orang lain.3Selanjutnya terry berpendapat bahwa terdapat empat fungsi
manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian) , actuating
(pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dengan demikian , maka dalam manajemen
latihan Yonzipur 4/TK berarti segala aktivitas yang dilakuakn melalui fungsi tersebut
dapat disesuaikan dengan unsur – unsur manajemen yang mendukung pencapaian
manajemen latihan yang maksimal. Menurut George R. Terry, unsur- unsur manajemen
disebut juga “ the six M in managemen “ yakni , Man, Money, Material, Machine,

3
Samino, Pengantar Manajemen, (Solo, Fairuz Media, 2009, h. 18.)
Methods dan Market. 4 berdasarkan penjabaran unsur diatas teori manajemen
menyediakan bermacam – macam tools yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
masalah, memberi gambaran, dan memberikan solusi untuk mengoptimalkan pelaksanaan
manajemen latihan guna merehabilitasi pasca bencana yang ada di Yonzipur 4/TK.
Permasalahan manajemen latihan yang belum maksimal di yonzipur 4/TK merupakan
suatu potensi yang dapat kita kembangkan agar latihan dapat diselenggarakan dengan
benar, sehingga nilai guna pencapaian akan kualitas latihan yang mampu menyiapkan
Yonzipu 4/TK dapat diwujudkan. Yonzipur membutuhkan sebuah manajemen latihan
yang mampu di selenggarakan dengan professional, dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan setiap kegiatan latihan dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas
penanganan upaya rehabilitasi pasca bencana baik secara perorangan, kelompok dan
satuan dengan tingkat pentahapan latihan yang sistematis yakni bertahap, bertingkat dan
berlanjut. Maka, di Yonzipur 4/TK diperlukan adanya upaya yang komperhensif,
sehingga dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan manajemen latihan di batalyon tersebut
baik secara teknis dan teknik militer. Pengetahuan Binlat dan kepemimpinan lapangan
serta faktor - faktor lain harus terus ditingkatkan.
Dengan tuntutan tugas yang semakin komplek, Yonzipur 4/TK harus bias menjawab
tantangan tersebut dengan memaksimalkan manajemen latihan yang terselenggara saat
ini. Yonzipur 4/TK harus lebih professional, namun terdapat permasalahan yang terjadi,
dimana pelaksanaan manajemen latihan dalam rangka rehabilitasi daerah pasca bencana
alam masih belum terselenggara dengan optimal, hal ini dikarenakan banyak faktor –
faktor yang belum dapat dimaksimalkan baik penyelenggara maupun unsur- unsur terkait
dengan terselenggaranya latihan tersebut. Dari latar belakang permasalahan tersebut,
maka penulis tertarik untuk membahas dan membuat tulisan tugas akhir dengan judul
“OPTIMALISASI MANAJEMEN LATIHAN PELETON I/A BATALYON ZENI
TEMPUR 4/TANPA KAWANDYA DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH
PASCA BENCANA ALAM” adapun nilai guna dari penulisan ini adalah untuk
memberikan gambaran serta mengetahui tentang bagaimana proses latihan dapat
dioptimalkan dengan manajemen yang professional dalam rangka rehabilitasi daerah
pasca bencana alam.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana mekanisme manajemen latihan di Ton 1A Batalyon Zeni Tempur
4/Tanpa Kawandya dalam rangka rehabilitasi daerah pasca bencana?
b. Bagaimana implementasi optimalisasi manajemen latihan di Ton 1A Batalyon
Zeni Tempur 4/Tanpa Kawandya dalam rangka rehabilitasi daerah pasca bencana?

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
4
Ibid., hal 11
Memberikan gambaran dan gagasan bagaimana mengoptimalkan kemampuan
satuan Batalyon Zeni Tempur 4/ Tanpa Kawandya melalui manajemen latihan yang
professional dalam rangka rehabilitasi daerah pasca bencana alam.
b. Tujuan

Anda mungkin juga menyukai