Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN CAPACITY BUILDING


DI BAGIAN DIVISI UMUM PADA BADAN PELAKSANA OTORITA BOROBUDUR

WENNY AFIFAH ANINDITANTI

18110383

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


APARATUR

POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah hirobbil alamin, Puji syukur saya panjatkan kehadirat


ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA, dan tidak lupa shalawat serta salam yang selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Agung MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA
SALLAM, karena dengan ridho dan rahmat-Nya dan , akhirnya saya dapat menyelesaikan
laporan magang saya dengan judul “Perencanaan Pelatihan Capacity Building di Bidang Umum
pada Badan Pelaksana Otorita Borobudur”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas magang
dan dalam rangka memenuhi salah satu capaian Unit Kompetensi (UK) pada skema sertifikasi.

Penulis sudah mengupayakan semaksimal mungkin dalam penulisan laporan magang dengan
dibantu berbagai pihak sehingga dalam penyusunan laporan bisa berjalan lancar. Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan ini, berbagai pihak tersebut, yaitu :

1. Bapak Joni Dawud, DEA selaku Direktur Politeknik STIA LAN Bandung;
2. Ibu Lidia Maasir , B.Comm. (Hons). MHRM. selaku Ketua Program Studi Manajemen
Sumber Daya Manusia Aparatur;
3. Ibu Dr. Teni Listiani M.M. selaku Penasehat Akademik Kelas MSDMA U-2;
4. Ibu Dra. Tetty Kurniati, M.Ed.Adm. selaku pembimbing kegiatan magang yang telah
membantu dan membimbing dalam penyelesaian laporan magang ini;
5. Bapak Ahmad Zona Adiardi S. Sn selaku Pembimbing Lapangan;
6. Ibu Novi yang membantu selama masa pengajuan magang hingga penerimaan magang;
7. Bapak dan Ibu Staff di bagian umum Badan Pelaksana Otorita Borobudur yang sudah
menerima saya untuk melakukan tanya jawab tentang topik magang saya;
8. Seluruh pegawai Badan Pelaksana Otorita Borobudur yang sudah menerima saya dengan
baik selama melakukan magang;
9. Kedua orang tua;
10. Kekasih yang selalu mendukung;
11. Rekan-rekan kelas MSDMA U-2 angkatan 2018 yang senantiasa berjuang dari awal
hingga saat ini;
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi materi, isi dan aspek lainnya. Oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala
macam kritik, masukan dan saran bagi Laporan Magang ini.

Yogyakarta, 15 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………..

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………..

2.1 Pelatihan Capacity Building……………………………………………………………

2.2 ………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditengah perkembangan zaman yang terus maju organisasi harus mampu beradaptasi dan
menyesuaikan lingkungannya, pelatihan capacity building menjadi hal yang sangat penting
untuk menopang dan mewujudkan hal tersebut.

Pengembangan kapasitas tentunya merupakan proses peningkatan terus menerus (berkelanjutan)


dari individu, organisasi atau institusi, tidak hanya terjadi satu kali. Ini merupakan proses internal
yang hanya bisa difungsikan dan dipercepat dengan bantuan dari luar sebagai contoh
penyumbang (donator), (Milen,2004,h.16). “The ultimate goal of capacity building is to enable
the organization to grow stronger in achieving ats purpose and mission”, (Daniel Rickett dalam
Hardjanto,2006,h.67).

Dewasa ini upaya pengembangan kapasitas merupakan bagian yang penting di dalam berbagai
aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan kapasitas misalnya dilaksanakan
dengan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Di dalam perusahaan misalnya melalui
pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia, pengembangan sistem manajerial. Di dalam
pemerintahan pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan juga penting untuk meningkatkan
performa aparatur dalam menjadalankan tugasnya sebagai abdi negara, dan juga regulasi dan
deregulasi kebijakan pemerintahan. Dalam konteks pembangunan secara keseluruhan pun upaya
pengembangan kapasitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Dengan kata lain tidak mungkin
terjadi suatu proses pembangunan/pengembangan dalam hal apapapun tanpa upaya
pengembangan kapasitas bagi pelaku maupun juga sistem yang mengaturnya.

Pertama mari kita lihat dulu pengertian kapasitas secara terminologi. Menurut
Wikipedia, Kapasitas berasal dari bahasa Belanda; capaciteit yang dapat berarti:

1. daya tampung, daya serap


2. ruang atau fasilitas yang tersedia
3. kemampuan (maksimal)
Hal ini juga sejalan dengan apa yang ditulis di dalam kamusbesar.com bahwa kapasitas dapat
berarti:
1. ruang yg tersedia; daya tampung; (nomina)
2. daya serap (panas, listrik, dsb); (nomina)
3. keluaran maksimum; kemampuan berproduksi; (nomina)
4. El kemampuan kapasitor untuk menghimpun muatan listrik (diukur dl satuan farad);
(nomina)
Pengertian pengembangan kapasitas memang secara terminologi masih ada perbedaaan
pendapat, sebagian orang merujuk kepada pengertian dalam konteks kemampuan (pengetahuan,
keterampilan) sebagian lagi mengartikan kapasitas dalam konteks yang lebih luas termasuk di
dalamnya soal sikap dan perilaku. Sebagian ilmuwan juga melihat pengembangan kapasitas
sebagai capacity development atau capacity strengthening, mengisyaratkan suatu prakarsa pada
pengembangan kemampuan yang sudah ada (existing capacity). Sementara yang lain lebih
merujuk pada constructing capacity sebagai proses kreatif membangun kapasitas yang belum
nampak (not yet exist) (Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS: 2010)

Beberapa pengertian menurut para ahli:


 capacity building sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang,
suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-
citakan, Brown (2001:25) 
 capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian
gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi
dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan
organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada Morison (2001:42) 
 Lain lagi menurut A9CBF: 2001) Peningkatan kapasitas dapat didefinisikan sebagai
sebuah proses untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi, komunitas atau
masyarakat untuk menganalisa lingkungannya; mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan-
kebutuhan, isu-isu dan peluang-peluang; memformulasi strategi-strategi untuk mengatasi
masalah-masalah, isu-isu dan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan memanfaatkan peluaang yang
relevan. merancang sebuah rencana aksi, serta mengumpulkan dan menggunakan secara efektif,
dan atas dasar sumber daya yang berkesinambungan untuk mengimplementasikan, memonitor,
dan mengevaluasi rencana aksi tersebut, serta memanfaatkan umpan balik sebagai pelajaran.

Dalam Buku The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance yang
ditulis oleh Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS, juga menyampaikan bahwa World Bank
menekankan perhatian capacity building pada;
1. Pengembangan sumber daya manusia; training, rekruitmen dan pemutusan pegawai
profesional, manajerial dan teknis,
2. Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya manajemen,
3. Jaringan kerja (network), berupa koordinasi, aktifitas organisasi, fungsi network, serta
interaksi formal dan informal,
4. Lingkungan organisasi, yaitu aturan (rule) dan undang-undang (legislation) yang
mengatur pelayanan publik, tanggung jawab dan kekuasaan antara lembaga, kebijakan yang
menjadi hambatan bagi development tasks, serta dukungan keuangan dan anggaran.
5. Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meliputi faktor-faktor politik, ekonomi dan
situasi-kondisi yang mempengaruhi kinerja.
Sedangkan UNDP memfokuskan pada tiga dimensi, yaitu;
1. Tenaga kerja (dimensi human resources), yaitu kualitas SDM dan cara SDM
dimanfaatkan 
2. Modal (dimensi fisik), menyangkut sarana material, peralatan, bahan-bahan yang
diperlukan dan ruang/gedung, 
3. Teknologi, yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan, penentuan
kebijakan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi, serta sistem informasi manajemen.( lihat
Edralin, 1997:148).
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa upaya pengembangan kapasitas dilaksanakan di
berbagai tingkatan yang mencakup berbagai macam aspek, mulai dari sumberdaya manusianya
maupun juga sistem-sistem yang mengatur proses kerja di dalamnya.

Secara umum tujuan pengembangan kapasitas tentu agar individu, organisasi maupun juga
sistem yang ada dapat dipergunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dari
individu maupun organisasi tersebut.
Sedangkan dalam konteks pembangunan dewasa ini, tidak ada tujuan lain selain untuk
menciptakan tata kepemerintahan yang baik atau yang lebih dikenal dengan good
governance. Suatu kondisi kepemerintahan yang yang dicita-citakan semua pihak dan mampu
menjawab persoalan-persoalan dunia saat ini.
Upaya pengembangan kapasitas dapat dilakukan pada siapa saja dan dimana saja sesuai dengan
kebutuhannya, dalam konteks pembangunan, dimana dikenal pembangunan yang berorientasi
pada keberlanjutan atau yang lebih dikenal dengan good governance, maka sasaran
pengembangan kapasitas adalah pilar good governance itu sendiri, yaitu:

1. Masyarakat; Masyarakat di tingkatkan kapasitasnya baik secara individu maupun


kelembagaannya agar dapat menjadi subyek pembangunan dan sekaligus menjadi mitra pilar
yang lain dalam pembangunan itu sendiri
2. Pemerintah; Mengapa harus? ya karena untuk menciptakan pelayanan yang baik dan
berkualitas kepada masyarakat, maka aparatur pemerintahan dan juga sistem pemerintahan harus
memiliki kapasitas yang baik pula.
3. Swasta dan Kelompok Peduli Lain; Upaya pembangunan tidak cukup dilakukan hanya
dengan inisiatif masyarakat dan pemerintah semata-mata tapi juga oleh pihak lain seperti swasta
yang bisa menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan.

Perlu adanya evaluasi peningkatan kapasitas guna mengontrol akuntabilitas kinerja


organisasi melalui pengukuran berdasarkan pada perubahan kinerja berbasis pengaturan
kelembagaan, kepemimpinan, pengetahuan, dan akuntabilitas. Jika stakeholder yang
terlibat dan keseluruhan anggota organisasi dalam proses perumusan target capaian
terlibat, tentu kesemuanya akan merasa memiliki organisasi dan akan lebih bertanggung
jawab atas hasil dan keberlanjutan capaian organisasi. Keterlibatan keseluruhan
komponen secara langsung jelas sangat memungkinkan untuk pengambilan keputusan
yang cepat dan efektif, sekaligus lebih transparan.

Siapapun dapat melaksanakan upaya pengembangan kapasitas kepada siapapun sesuai


dengan tujuan yang ingin dicapai. Apakah itu individu, kelompok, organisasi formal
maupun non formal, institusi pemerintah maupun swasta dapat melakukan
pengembangan kapasitas sepanjang prasyaratnya disepakati oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.

Dengan demikian, capacity building   bukan hanya sebatas aspek pengetahuan,


ketrampilan dan sikap dari individu/person tetapi juga menyangkut aspek organisasi dan
system. Ketiganya saling terkait dan berkaitan dalam mendorong pencapain program. 

Dalam PERMENPAR No 10 Tahun 2017 pasal 9 ayat 2 disebutkan bahwa Divisi Umum
mempunyai tugas melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya
manusia, tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan, advokasi hukum serta pengelolaan
resiko dan kepatuhan organisasi. Untuk saling mengakrabkan satu sama lain dan Dalam
usaha melakukan pengembangan di internal maka Divisi Umum memiliki program kerja
dalam hal tersebut, misalnya dalam pengembangan pegawai pada pelatihan capacity
building. Oleh karena itu, saat ini di Divisi Umum pada Badan Pelaksana Otorita
Borobudur perlu menjalin keakraban satu sama lain dan komunikasi yang baik agar tetap
terjalin dan solid diantara bawahan dengan atasan dan juga antar pegawai di Divisi
Umum. Dari permasalahan tersebut saya tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan
pelatihan capacity building di Divisi Umum berjalan dengan baik. Pada penjelasan secara
garis besar tersebut, maka saya mengambil topik penelitian “IMPLEMENTASI
PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN CAPACITY BUILDING DI BAGIAN
UMUM PADA BADAN PELAKSANA OTORITA BOROBUDUR”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat dari latar belakang di atas pada pelatihan Capacity Building bagi pegawai di
Divisi Umum, maka saya memiliki rumusan masalah :
1) Apa definisi Pelatihan Capacity Building ?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi Capacity Building ?
3) Apa tujuan dari adanya Capacity Building bagi pegawai di Divisi Umum pada BPOB ?
4) Bagaimana pengaruh Capacity Building bagi Divisi Umum di BPOB ?
5) Bagaimana implementasi dari adanya pelatihan Capacity Building yang sudah dilakukan
?
1.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ilmiah ini adalah :
1) Mengetahui arti penting dan maksud dari pelatihan capacity building
2) Mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi capacity building
3) Menganalisis tujuan dari pelatihan capacity building sesuai dengan yang diharapkan di
Divisi Umum
4) Menganalisis pengaruh capacity building bagi Divisi Umum di BPOB
5) Mengimplementasikan adanya pelatihan capacity building yang pernah dilakukan
1.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ilmiah ini adalah :
1) Aspek praktis : Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Divisi Umum di BPOB
dalam mengembangkan kompetensi pegawai dan dapat menjadi acuan kompetensi
pegawai yang diperlukan dalam rangka mengikuti perkembangan zaman.
2) Aspek teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pemikiran
teori mengenai Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Pegawai dalam Capacity
Building di bidang Divisi Umum pada BPOB.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Penelusuran definisi capacity building memiliki variasi antar satu ahli dengan ahli lainnya. Hal
ini dikarenakan capacity building merupakan kajian yang multi dimensi, dapat dilihat dari
berbagai sisi, sehingga pendefinisian yang masih sulit didapat. Secara umum konsep capacity
building dapat dimaknai sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau
organisasi. Capacity building dapat juga diartikan sebagai upaya memperkuat kapasitas individu,
kelompok atau organisasi yang dicerminkan melalui pengembangan kemampuan, ketrampilan,
potensi dan bakat serta penguasaan kompetensi-kompetensi sehingga individu, kelompok atau
organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat
dan tak terduga. Capacity building dapat pula dimaknai sebagai proses kreatif dalam membangun
kapasitas yang belum nampak. Pengertian mengenai karakteristik dari pengembangan kapasitas
menurut (Milen,2004,h.16) bahwa Pengembangan kapasitas tentunya merupakan proses
peningkatan terus menerus (berkelanjutan) dari individu, organisasi atau institusi, tidak hanya
terjadi satu kali. Ini merupakan proses internal yang hanya bisa difungsikan dan dipercepat
dengan bantuan dari luar sebagai contoh penyumbang (donator).

(Milen,2004,h.21) mengungkapkan bahwa merupakan Pengembangan kapasitas tradisional dan


penguatan organisasi memfokuskan pada sumber daya pengembangan hampir seluruhnya
mengenai permasalahan sumber daya manusia, proses dan struktur organisasi. Pendekatan
modern menguji semua dimensi kapasitas di semua tingkat (misi strategi, kebudayaan, gaya
manajemen, struktur, sumber daya manusia, keuangan, asset informasi, infrastruktur) termasuk
interaksi dalam sistem yang lebih luas terutama dengan kesatuan lain yang ada, pemegang saham
dan para pelanggan. Adanya banyak pendapat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan
dilihat dari teori di atas bahwa dimensi yang menyangkut penguatan organisasi yaitu strategi,
kebudayaan, gaya manajemen, struktur, sumber daya manusia, keuangan, asset informasi dan
infrastruktur. Namun apabila dilihat berdasarkan PP No.59 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Nasional Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah telah tercantum jelas pada Bab II
Ruang Lingkup Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah, Pasal 6 ayat (1-2) sebagai
berikut. (1)Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b

meliputi:
a) peningkatan kapasitas struktur organisasi yang efektif, efisien, rasional dan proporsional;

b) peningkatan kapasitas tata laksana penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja
pemerintahan daerah;

c) pelembagaan budaya kerja organisasi yang produktif dan positif berdasarkan nilai-nilai luhur
budaya bangsa;

d) peningkatan kapasitas anggaran untuk mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas

pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

e) peningkatan kapasitas sarana dan prasarana kerja sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas;
dan

f) penerapan standar prosedur operasi (standard operating procedure) dalam penyelenggaraan


pemerintahan daerah dan pelayanan umum.

(2) Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui :

a) penataan struktur organisasi Pemerintah Daerah yang tepat fungsi dan tepat ukuran melalui
evaluasi dan analisis departementasi dan spesialisasi unit-unit kerja organisasi pemerintahan
daerah;

b) pembenahan mekanisme kerja dan metode serta hubungan kerja antar unit organisasi
Pemerintah Daerah dan antar unit organisasi Pemerintah Daerah dengan pihak lainnya;

c) perumusan nilai-nilai luhur sebagai budaya organisasi dan penanaman budaya organisasi pada
setiap individu;

d) penguatan dan pemantapan metode pengalokasian anggaran sesuai dengan visi, misi dan
sasaran penyelenggaraan pemerintahan serta pengembangan sumber penerimaan daerah;

e) penyediaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang ditetapkan; dan

f) penyediaan standar prosedur operasi (prosedur kerja) dan penerapan metode kerja modern
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Aris. (2017). “Capacity Building dalam Kerangka Penataan Organisasi” Tersedia

[Online] : http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=8754&catid=2& yang


direkam pada 3 November 2017. [14 Oktober 2021].

Herdiana, dikdik (2012). “Capacity Building”. Tersedia [Online] : https://pengembangan

kapasitas.blogspot.com/2012/08/konsep-umum-pengembangan-kapasitas.html yang

direkam pada 11 Agustus 2012. [14 Oktober 2021].

Ratnasari, Jenevia et all. “Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Kelembagaan Pada

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang”. Jurnal Administrasi Publik (JAP),

Vol.1, No.3, h. 103-110.

www.https://bob.kemenparekraf.go.id/dasar-hukum/

Anda mungkin juga menyukai