Anda di halaman 1dari 19

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

LEMBAR JAWABAN
LT / 3 / I / 2015

MATA KULIAH : TULISAN MILITER


POKOK BAHASAN : TULISAN EFEKTIF
SUB POKOK BAHASAN : JURNAL

ARTIKEL
Tentang
OPTIMALISASI PERAN TNI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
ALAM YANG MAMPU MENDUKUNG KINERJA PEMDA DAN
MEMPERKOKOH PERTAHANAN NEGARA

1. Abstrak.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografi terletak di daerah
khatulistiwa dan diantara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia serta diantara
Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik utama dunia, merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap
bencana alam. Menyadari begitu seringnya wilayah Indonesia mengalami bencana
alam yang mengakibatkan begitu banyak korban jiwa maupun harta benda, maka
berbagai elemen masyarakat secara bahu-membahu memberikan bantuan pertolongan
kepada wilayah yang terkena bencana alam baik itu berupa bantuan tenaga maupun
bantuan berupa bahan keperluan sandang dan pangan yang dibutuhkan oleh
masyarakat di wilayah bencana. TNI sebagai bagian dari komponen bangsa yang
selama ini merupakan tulang punggung setiap ada kegiatan kemasyarakatan, terutama
didalam memberikan bantuan penanggulangan bencana alam. Peran, kualitas prajurit,
piranti lunak serta pola dalam penanggulangan bencana alam saat ini dirasakan masih
sangat kurang, apabila dihadapkan dengan penugasan prajurit TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang ada, maka perlu dilakukan optimalisasi peran TNI
dalam penanggulangan bencana, sehingga prajurit TNI menjadi profesional dalam
melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana tersebut. Semua ini dapat tercapai
2

dengan melaksanakan latihan, pendidikan, penugasan, kerjasama yang baik dengan


semua pihak dibawa kendali BNPB untuk tingak nasional dan BPBD untuk tingkat
Provinsi dan Kabupaten. Dengan demikian diharapkan profesional prajurit dalam
penanggulangan bencana alam dapat terwujud sesuai dengan sasaran yang ingin
dicapai.

Kata Kunci : Belum maksimalnya Peran TNI dalam Penanganan Bencana Alam,
membantu kinerja Pemda, Pertahanan Negara.

2. Pendahuluan.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografi terletak di daerah
khatulistiwa dan diantara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia serta diantara
Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik utama dunia, merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap
bencana alam. (Kep Mendagri No. 131 Th 2003 “Pedoman Penanggulangan Bencana Alam dan
Pengungsi di Daerah” diakses 25 Januari 2015) Posisi dan kondisi ini menjadikan Indonesia
senantiasa dalam kondisi rawan bencana, diantaranya adalah bencana geologis,
seperti gempa bumi, gerakan tanah, gempa tsunami dan letusan gunung berapi.
Indonesia secara alamiah terletak di daerah tropis yang memiliki musim kemarau dan
musim penghujan yang menjadikan Indonesia juga memiliki kerawanan lainnya akibat
perubahan musim, seperti terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan angin topan,
sedangkan pada musim kemarau terjadi bencana kekeringan dan kebakaran hutan,
terlebih dengan dampak perubahan iklim (climate change) yang saat ini semakin
dirasakan fenomenanya, yakni semakin seringnya kejadian bencana alam melanda di
berbagai wilayah di Indonesia yang telah menimbulkan kerugian besar, baik jiwa, harta
benda maupun sarana dan prasarana umum lainnya. Bencana alam dalam skala besar
bukan hanya membawa korban jiwa dan harta benda, melainkan sangat mungkin akan
menggangu bahkan mengancam kelangsungan mekanisme roda pemerintahan,
terutama dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat.Situasi demikian akan
rentan mengarah menjadi gangguan keamanan dan ketertiban yang pada eskalasi
tertentu dapat membawa dampak serius terhadap penyelenggaraan pertahanan negara
secara keseluruhan (Departemen Pertahanan RI,” Strategi Pertahanan Negara”, hal 17, Jakarta,2007
diakses 27 Januari 2015).
3

Kondisi wialayah geografis Indonesia rawan bencana alam antara lain seperti
banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung berapi. Bencana alam selalu terjadi
secara mendadak dan tidak terduga, dengan waktu singkat bisa menimbulkan korban
manusia dalam jumlah besar, juga kerusakan infrastruktur di daerah bencana serta
kepanikan dan ketidak berdayaan masyarakat setempat, sehingga memerlukan
dukungan serta bantuan segera dari pemerintah maupun dari berbagai pihak
termasuk TNI. Sedangkan TNI sebagai salah satu institusi pemerintah pada
dasarnya disiapkan untuk melaksanakan tugas Operasi Militer Untuk Perang dan tugas
Operasi Militer Selain Perang. Dalam Operasi Militer Selain Perang terdapat 14 (empat
belas) jenis tugas yang harus dilaksanakan oleh TNI diantaranya adalah operasi
bantuan penanggulangan bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban TNI bersama-sama dengan
komponen bangsa lainnya untuk menyelesaikan secara tuntas terhadap akibat bencana
yang terjadi diwilayah NKRI. Dari penjelasan di atas baik sebelum maupun sesudah
disahkan UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Dalam hal penanggulangan
bencana TNI telah terlibat dan mendapat respon positif dari masyarakat, sehingga
kompetensi TNI sudah cukup terukur dan teruji dalam berbagai penanggulangan
bencana. Kompetensi tersebut yang baru mendapat legitimasi hanya dalam konteks
penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat, sedangkan penanggulangan
bencana pada saat pra danpasca bencana,TNI secara profesional belum
diberdayakan dan baru sebatas sebagai unsur pendukung dalam kegiatan sosialisasi
kepada masyarakat dalam konteks kegiatan kepoloporan dan mitigasi bersama instansi
terkait dalam pencerahan tentang sistem peringatan dini (early warning system).Dalam
konteks penanggulangan bencana, TNI lebih siap dibandingkan dengan
instansilainnya khususnya dalam tindakan awal untuk dapat menangani
penanggulangan bencana terutama pada tahap tanggap darurat karena gelarnya
sampai dengan tingkat Desa (Babinsa), Kendalanya adalah pemberdayaan kompetensi
TNI belum mendapat apresiasi dan legitimasi.Dari latar belakang diatas pemberdayaan
kompetensi TNI dalam penanggulangan bencana tentunya bukan hal yang mudah,
karena secara internal TNI masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan
diantaranya tentang kondisi Kebijakan yang belum memadai, Validitas organisasi
kelembagaan penanggulangan bencana yang belum singkron dengan Pemerintah
Daerah dan bersinergi, Dukungan sarana dan prasarana serta Program terpadu
penanggulangan bencana dengan BNBP/BPBD.
4

Pengalaman penanggulangan bencanan alam yang sudah sering terjadi, maka


TNI perlu mengoptimalkan perannya dalam membantu penanggulangan bencana alam
yang digelar oleh pemerintah daerah.Hal ini penting karena tugas perbantuan oleh TNI
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam situasi yang berbeda dari situasi perang
pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, tugas-tugas perbantuan untuk mendukung
operasi penanggulangan bencana alam lebih banyak berhubungan dengan masyarakat
dan institusi-intitusi sipil (non militer), bahkan dengan satuan-satuan tempur
(combatan). Juga terdapat perbedaan yang menyolok yaitu perbedaan dalam situasi
non perang yang memiliki sistem nilai dan moralitas dari persyaratan di saat
penggunaan kekuatan tempur. Disamping itu, tugas perbantuan dilakukan bersama
dengan institusi/organisasi lain yang memiliki jalur pertanggung jawaban dan tata kerja
berbeda dari hierarki militer. Oleh sebab itu, perlu untuk mengoptimalkan peran TNI
dalam mendukung operasi penanggulangan bencana alam dan hal ini tentunya diawali
dengan penyempurnaan organisasi penanggulangan bencana alam internal TNI yang
dilanjutkan dengan berbagai strategi dan upaya yang harus dilaksanakan.

3. Peran TNI dalam penanggulangan bencana alam. Peran TNI dalam


penanggulangan bencana alam dan penanganan pengungsi adalah kegiatan
pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI dalam membantu kinerja pemerintah
daerah dalam menanggulangi bencana guna meringankan penderitaan rakyat yang
terkena bencana. Pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI saat ini, didasarkan
kepada UU No. 3 tahun 2002 dan UU No. 34 tahun 2004, serta kepres RI No. 3 tahun
2001 tentang penanggulangan bencana alam dan penanganan pengungsi (Keputusan
Presiden RI No. 3 tahun 2001 tentang Penanggulangan Bencana Alam dan Penanganan Pengungsi

diakses 27 Januari 2015). Namun masih terdapat beberapa permasalahan antara lain
Dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan peran TNI dalam kegiatan penanggulangan
bencana alam terkesan berjalan sendiri dan tidak berada di bawa koordinasi
BNPB/BPBD. Sebagai mana misalnya TNI AD melaksanakan beberapa kegiatan
antara lain, bhakti TNI untuk membantu membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana alam, melaksanakan pembinaan ketahanan wilayah melalui
penyuluhan untuk meningkatkan rasa kepedulian masyarakat terhadap penderitaan
sesama anak bangsa, melaksanakan komunikasi sosial untuk menumbuh kembangkan
rasa senasib dan sepenanggungan sehingga tercipta kebersamaan dalam menyikapi
permasalahan akibat bencana, melaksanakan evakuasi dan SAR. TNI AL
5

melaksanakan kegiatan antara lain : Tim evakuasi dan SAR melaksanakan pencarian,
pengumpulan, pendataan korban bencana, tim Mdevac menyempurnakan penanganan
korban yang telah ditangani dan melaksanakan evakuasi korban sesuai prosedur dan
rute evakuasi, UT angkut/KRI melaksanakan embarkasi dan debarkasi bahan bantuan,
Tim BNPB pemerintah, relawan dari atau ke daerah bencana, UT patroli/KRI
mengendalikan pelaksanaan pengamanan kegiatan unsur laut dan pencarian korban
dari atau ke daerah bencana diperairan laut. Sedangkan TNI AU melaksanakan
beberapa kegiatan antara lain mengoperasikan pesawat angkut dan helikopter,
mengatur lalu lintas udara, pengaturan dan pendistribusian barang bantuan dan
pengaturan operasional penerbangan yang dilaksanakan oleh awak pesawat, personel
Lanud dan Paskhasau maupun personel satuan tugas TNI dalam mendukung operasi
penanggulangan bencana alam di lapangan.

4. Kualitas kemampuan prajurit dalam penanggulangan bencana alam belum


optimal. Pada saat melakukan kegiatan diwilayah yang terkena bencana alam dapat
dilihat bahwa kualitas kemampuan prajurit TNI yang ditugaskan dilapangan tidak dapat
bekerja sesuai dengan yang diharapkan, yang sangat menonjol terlihat dilapangan
adalah:
1) Pengetahuan tentang bencana alam dengan berbagai penyebabnya belum
dipahami, juga pengetahuan teknis penanganan pengungsi dan bantuan
kemanusiaan belum dikuasai dengan baik.
2) Pemahaman kodal dan aturan pelibatan masih kurang berjalan sesuai
dengan ketentuan, juga pemahaman kerjasama antar instansi terkait belum
sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3) Pemahaman tentang kedudukan, wewenang, tugas dan tanggung jawab
dalam organisasi BNPB/BPBD masih sangat kurang, juga pemahaman dukungan
dana dan logistik tidak mengerti.
4) Penguasaan penggunaan peralatan yang disiapkan oleh BNPB/ BPBD
masih kurang handal/terkendala.
Pada saat melakukan kegiatan di wilayah yang terkena bencana alam
diharapkan kualitas kemampuan prajurit TNI yang ditugaskan dilapangan dapat bekerja
sesuai dengan yang diharapkan, yang sangat menonjol terlihat di lapangan adalah:
6

1) Pengetahuan tentang bencana alam dengan berbagai penyebabnya sudah


dipahami, juga pengetahuan teknis penanganan pengungsi dan bantuan
kemanusiaan dapat dikuasai dengan baik.
2) Pemahaman kodal dan aturan pelibatan sudah berjalan sesuai dengan
ketentuan, juga pemahaman kerjasama antar instansi terkait dapat sepenuhnya
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3) Pemahaman tentang kedudukan, wewenang, tugas dan tanggung jawab
dalam organisasi BNPB/BPBD cukup memadai, juga pemahaman dukungan
dana dan logistik dapat dimengerti dengan jelas.
4) Penguasaan penggunaan peralatan yang disiapkan oleh BNPB/ BPBD
dapat dioperasionalkan dengan baik.

5. Pola penanganan bencana alam belum tertata dengan baik. Pada


kenyataannya saat melakukan kegiatan penanggulangan bencana alam di wilayah
yang terkena bencana, belum dapat dikatakan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, satuan- satuan TNI maupun unsur-unsur terkait lainnya, terlihat pola
penanganan bencana alam belum tertata dengan seksama,sehingga mengakibatkan
penanganan bencana alam baik itu kegiatan sebelum terjadi bencana (mitigasi),
kegiatan saat tanggap darurat maupun kegiatan pasca bencana (Rehabilitasi) berjalan
sendiri-sendiri,tidak terkonsep mulai dari perncanaan,persiapan,pelaksanaan dan
pengakhiran. Satuan-satuan TNI yang terlibat dalam membantu penanggulangan
bencana alam selama ini dilaksanakan dengan apa adanya termasuk juga peralatan
yang digunakan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,pembiayaan tidak terdukung
secara program, sehingga kesan selama ini satuan TNI yang dilibatkan dalam
penanggulangan becana alam hanya mengandalkan tenaga manusia. Pada saat
melakukan kegiatan penanggulangan bencana alam di wilayah yang terkena bencana,
diharapkan berjalan dengan baik, satuan-satuan TNI maupun unsur-unsur terkait
lainnya dapat melaksanakan penanganan bencana alam dengan seksama, sehingga
penanganan bencana alam baik itu kegiatan sebelum terjadi bencana (mitigasi),
kegiatan saat tanggap darurat maupun kegiatan pasca bencana (Rehabilitasi)
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan,korban dapat tertolong dengan
cepat,bantuan bahan makanan terdistribusi tepat sasaran dan rehabilitasi pasca
bencana dapat dilaksanakan dengan baik.
7

6. Pelaksanaan penanggulangan bencana alam di Daerah belum terdukung


dengan peranti lunak yang memadai. Dari berbagai kekurangan yang terjadi
dilapangan pada saat semua komponen baik itu satuan-satuan TNI, organisasi
kemasyarakatan, unsur pemerintah yang terkait dan masyarakat Internasional yang ikut
memberikan bantuan kepada Indonesia dalam kegiatan bencana ini terlihat kurangnya
pemahaman terhadap aturan serta prosedur dalam penanggulangan bencana, hal ini
disebabkan karena masih kurangnya peranti lunak tentang penangan bencana alam.
Kegiatan penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh semua komponen baik itu
satuan-satuan TNI, organisasi kemasyarakatan, unsur pemerintah yang terkait dan
masyarakat Internasional yang ikut memberikan bantuan kepada Indonesia dalam
kegiatan bencana dapat memahami terhadap aturan serta prosedur dalam
penanggulangan bencana, hal ini diharapkan sudah tersedianya peranti lunak tentang
penangan bencana alam.

Selanjutnya, kelengkapan organik TNI yang dirancang untuk mendukung


kesiapan TNI dalam rangka menghadapi berbagai ancaman yang dapat
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa,
akan tetapi dalam keadaan darurat menghadapi bencana alam, peralatan TNI harus
dapat difungsikan atau dimanfaatkan secara kuantitas dan kualitas. Perlengkapan yang
dimiliki TNI untuk mendukung tugas selama ini sangat tidak memadai, berbagai usaha
yang dilakukan TNI untuk mempertahankan usia pakai dari perlengkapan tersebut
mendapatkan beberapa kendala, sehingga tidak memungkinkan lagi digunakan, disisi
lain secara kuantitas perlengkapan sesuai standar yang dimiliki TNI belum sepenuhnya
dapat digunakan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana alam.
Sebagaimana diketahui bahwa penanggulangan bencana alam adalah suatu kegiatan
yang memerlukan kecepatan penanganannya, sehingga masalah anggaran memegang
peranan penting dalam pengerahan kekuatan TNI ke lokasi bencana guna tercapainya
tujuan yang diharapkan. Dalam pada itu, sesuai pasal 10 (3) UU nomor 3 tahun 2002
tentang pertahanan Negara adalah untuk melaksanakan operasi militer selain perang
(OMSP). OMSP sendiri dalam penjelasan pasal 10 ayat (3) UU Nomor 3 tahun 2002
disebutkan antara lain operasi bantuan pengungsian dan penanggulangan korban
bencana alam. Penjelasan tugas-tugas TNI dalam UU Nomor 3 tahun 2002 ini
membawa konsekuensi bagi terjadinya revisi piranti lunak (Juklap, Juknis dan Protap)
yang selama ini menjadi acuan TNI dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Revisi ini
8

sangat diperlukan untuk memberikan pedoman bagi TNI dalam melaksanakan tugas-
tugas sesuai tuntutan reformasi yang menempatkan TNI sebagai bagian dari komponen
bangsa dan berjuang bersama-sama komponen bangsa lainnya. (UU RI nomor 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara)

7. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya tentang optimalisasi peran TNI
dalam penanggulangan bencana alam yang mampu mendukung kinerja pemerintah
daerah dan memperkokoh pertahanan negara, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Negara republik Indonesia yang terletak secara geografis berada di posisi
silang yang diapait oleh dua benua yaitu benua Australia dan benua Asia serta
diapit oleh dua samudra yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia serta
terdapat tiga lempeng tektonik dunia yaitu : lempeng Eurasia, lempeng Indo
Australia dan lempeng Pasifik menjadikan negara Indonesia sangat sering terjadi
bencana alam baik itu dalam skala kecil maupun skala besar seperti, gempa
bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, gunung api meletus dan lain-lain, dengan
adanya kondisi seperti ini membuat pemerintanh Indonesia telah membentuk
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Sesuai dengan Undang-undang No 34 tahun 2004
tentang TNI, dimana tugas TNI melaksanakan Operasi Militer untuk Perang
(OMP) dan Opersi Militer Selain Perang (OMSP) salah satunya adalah bantuan
TNI terhadap penanggulangan bencana alam. Peran TNI dalam penanganan
penanggulangan bencana alam yang selama ini dilaksanakan masih seperti
wujud kepedulian TNI terhadap masyarakat yang terkena bencana alam
sehingga masih dirasakan sulitnya melaksanakan koordinasi dengan pihak
terkait lainnya.
b. Secara umum, kondisi penanggulangan bencana alam saat ini mempunyai
lebih banyak keterbatasan dihampir setiap bidang, namun TNI bersama-sama
dengan masyarakat dan unsur terkait lainnya masih dapat memberikan bantuan
penanganan penanggulangan bencana alam yang terjadi diseluruh wilayah
Republik Indonesia.
c. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk oleh
pemerintah,adalah merupakan suatu organisasi yang mewadahi instasi terkait
9

termasuk di dalamnya adalah TNI, yaitu adanya beberapa anggota TNI yang
masuk dalam organisasi SRC-PB wilayah barat dan wilayah timur, namun dalam
pelaksanaan di lapangan banyak mengalami kendala serta belum berfungsi
secara optimal. Ketergantungan daerah terhadap pusat sangat tinggi,sehingga
setiap terjadi bencana apalagi berskala nasional tidak terlepas dan selalu
meminta bantuan dari pusat,karena ketidaksiapan daerah, akibatnya
keterlambatan penanganan bencana alam tidak dapat dihindari disebabkan
jauhnya jarak tempuh dan panjangnya birokrasi. Hal yang sama juga dirasakan
serta dialami oleh satuan-satuan TNI, walupun satuan-satuan TNI tersebar dan
tergelar diseluruh wilayah Republik Indonesia mulai dari Sabang sampai
Merauke, sampai tergelar ketingkat babinsa, namun peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam belum optimal. Selain masih terkendala oleh
mekansme permintaan bantuan, juga satuan-satuan teritorial dalam
penanggulangan bencana alam, secara operasional dikendalikan oleh Mabes
TNI , sebagai fungsi penggunaan kekuatan TNI.
d. Reformasi yang terjadi saat ini berimbas kepada reformasi TNI, dengan
ditetapkannya UU RI NO, 34 tahun 2004 yang mengatur tentang peran dan
tugas TNI, diantaranya adalah operasi bantuan penanganan bencana alam,
serta telah ditetapkannya dan diundangkannya UU RI NO 24 tahun 2007, maka
pengerahan dan penggunaan satuan TNI berdasarkan keputusan politik dari
pemerintah.
e. Pemberdayaan peran TNI dalam penanggulangan bencana alam masih
dapat ditingkatkan karena adanya kesadaran yang didasari harapan untuk
meningkatkan profesionalisme TNI khususnya dalam penanggulangan bencana
dan umumnya untuk penyelenggaraan OMSP, kemudian dengan menangkap
peluang dari lingkungan strategis,dimana masyarakat dunia semangkin intensif
mengangkat fenomena lingkungan hidup,khususnya penanggulangan bencana
dikaitkan dengan kondisi wilayah Indonesia yang demikian rentan terhadap
bencana, maka dengan mengemukakan konsep optimalisasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam guna membantu kinerja pemerintah daerah
dalam rangka pertahanan negara, sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
profesionalisme TNI kiranya masih relevan untuk mencapai sasaran yang lebih
luas.
10

8. Rekomendasi dan implikasi.


a. Rekomendasi. Guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas
tersebut, maka peran TNI dalam penanggulangan bencana alam guna
membantu kinerja pemerintah daerah dalam rangka pertahanan negara selama
ini dilakukan masih dirasakan belum dapat memberikan andil yang berarti. Oleh
karenanya, perlu adanya langkah-langkah dan upaya-upaya untuk
mengoptimalkan peran TNI dalam penanggulangan bencana antara lain :
1) Mengoptimalkan Peran TNI dalam Penanggulangan Bencana.
Dalam perjalanan sejarah pengabdian TNI, masalah-masalah menangani
penanggulangan bencana alam didasarkan kepada kepedulian TNI untuk
mengatasi kesulitan rakyat, telah dilaksanakan sejak organisasi militer
didirikan yang diwujudkan dalam bentuk Bhakti TNI seperti AMD (dulu),
sekarang TMMD (Tentara Manunggal Membangun Desa). Pada saat Orde
Baru peran TNI dalam penanggulangan bencana alam ini lebih banyak
menjemput bola pada setiap kegiatan, sehingga terkesan
mengesampingkan peran dan tanggung jawab dari institusi lainnya.
Sejalan dengan bergulirnya reformasi dan tuntutan perubahan paradigma
TNI, maka di dalam Undang-Undang Nomer 34 tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia melaksanakan dua jenis operasi yaitu
Opersasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang
(OMSP). Dalam OMSP terdapat salah satunya tugas TNI dalam operasi
bantuan penanggulangan bencana alam. Merumuskan pengorganisasian
TNI dalam bantuan penanggulangan bencana alam dengan membentuk
Komando Operasi pada OMSP berdasarkan Undang-Undan Nomer 34
Tahun 2004 tentang TNI yaitu pasal 7 ayat (2) point b angka 12 tentang
membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan (seperti dalam rangka mengatasi
gerakan separatis dan pemberontakan bersenjata), sehingga kesatuan TNI
dapat terkoordinir dan dikendalikan dalam suatu Komando yang jelas
untuk melaksanakan tugas yang diemban. Dalam hal ini tentu erat
kaitannya dengan mengoptimalkan tugas dan fungsi Bakornas PBP,
Satkorlak PBP dan Satlat PBP sebagai wadah yang mengkoordinir instansi
terkait termasuk pelibatan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana
alam. Pengorganisasian TNI dalam menanggulangi bencana alam harus
11

dilakukan sebagai konsekuensi dari tugas TNI sesuai Undang-Undang


tersebut diatas untuk itu diperlukan langkah upaya yang ditempuh, adalah
sebagai berikut :
a) Meningkatkan Peran Bakornas PBP, Satkorlak PBP, dan
Satlak PBP perlu dioptimalkan dalam melaksanakan
penanggulangan bencana alam yang dapat terjadi kapan dan
dimana saja diwilayah Negara Republik Indonesia sehingga hal
tersebut akan memberikan kejelasan tentang kedudukan tugas dan
peran TNI serta dukungan logistik maupun anggaran dalam
penanggulangan bencana alam.
b) Peningkatan Pengorganisasian TNI. Agar Institusi TNI
bersama jajarannya dapat melaksanakan tugas penanggulangan
bencana alam dengan terkoordinir dan terkendali dalam suatu
Kesatuan Komando yang jelas perlu upaya peningkatan organisasi
TNI, sehingga terintegrasi dan dapat bekerjasama dengan instasi-
instansi terkait lainnya dibawah koordinator Bakornas PBP,
Satkorlak PBP, Satlak PBP. Organisasi TNI dibentuk sesuai dengan
kondisi bencana alam yang akan dihadapi, sehingga pengerahan
serta penggunaan personel dengan berbagai peralatannya akan
lebih efektif dan efisien dan harus disosialisasikan kepada
pemerintah dan dibuat Buku Petunjuk Lapangannya. Peran TNI
dalam bantuan operasi penanggulangan bencana alam dibawah
koordinator Bakornas PBP, Satkorlak PBP dan Satlak PBP
didasarkan kepada kondisi obyektif di lapangan. Kondisi ini erat
kaitannya dengan pengambilan keputusan oleh Panglima TNI untuk
melibatkan unsur-unsur TNI setempat atau perlu pengerahan
satuan yang lebih besar yang berada diluar kemampuan satuan
setempat. Apabila kondisi obyektif di lapangan mengendaki
pengerahan satuan yang lebih besar (keputusan pemerintah) maka
saat itulah Panglima TNI memberlakukan Komando Operasi di
lokasi terjadinya bencana alam. Dengan adanya kejelasan
menyangkut keputusan pemerintah yang didasarkan atas
permintaan, maka ada kejelasan menyangkut keputusan
pemerintah yang didasarkan atas permintaan maka ada kejelasan
12

dukungan anggaran maupun dukungan logistik dalam rangka


kesiapan dan pelaksanaan operasi bantuan penanggulangan
bencana alam. Dengan adanya pembentukan organisasi TNI,
memberikan konsekuensi kepada pengalokasian anggaran yang
bersifat kontinjensi, sehingga ketika terjadi bencana alam di suatu
daerah maka organisasi TNI yang telah dibentuk akan segera
berfungsi dan anggaran kontinjensi yang telah tersedia dapat
digunakan untuk pengerahan TNI ke lokasi bencana alam.
2) Menigkatkan Sumber Daya Manusia dalam penanggulangan
bencana alam. Untuk mewujudkan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (Prajurit TNI) yang bertugas didaerah rawan bencana agar siap
digerakkan setiap saat dalam menghadapi kontinjensi bencana alam,
maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Membentuk kelompok kerja untuk menyusun suatu pedoman
bagi peningkatan kemampuan dan keterampilan personel TNI.
b) Membentuk Mobile Team Training (MTT), dengan tugas
memberikan pembekalan baik secara teori maupun praktek kepada
personel TNI yang bertugas di daerah rawan bencana tentang
pengetahuan manajemen bencana (Disaster management).
c) Menyiapkan personelnya untuk dilatih bersama-sama secara
fisik dan mental yang terukur, latihan tersebut berupa latihan out
bound, dengan latihan tersebut diharapkan akan tumbuh
kebersamaan, sinergitas, ikatan batin yang kuat antar personel
satuan TNI, hal ini sangat di butuhkan dalam setiap tugas
penanggulangan bencana.
d) Merencanakan dan melaksanakan latihan bersama antar
satuan TNI. Latihan bersama dilaksanakan dengan materi
manajemen bencana mulai tahap pra bencana, tanggap darurat
sampai dengan pasca bencana.
3) Meningkatkan Pola Penanganan Bencana TNI (Kowil) bekerjasama
dengan Pemda serta instansi terkait. Langkah pembenahan/ penataan
eksternal dengan Pemda dan instansi terkait. Yang menonjol disini adalah
peran Komando Kewilayahan yang masih belum terpetakan dengan jelas
dan masih bersifat global. Hal ini terjadi karena dalam Orgas Satgas PB
13

yang telah dibuat menempatkan Komando Kewilayahan hanya sebagai


salah satu anggota (Dansat Komando Kewilayahan sebagai Wakil Ketua-I)
dan dalam perannya senantiasa hanya dilibatkan pada saat dan pasca
bencana, itupun masih dalam Koridor atas permintaan. Disisi lain kondisi
seperti ini masyarakat masih belum mengetahuinya, sehingga tanpa kita
sadari bersama akan terjadi penilaian yang negatif masyarakat kepada
Komando Kewilayahan manakala dalam proses penanganan bencana
alam tersebut lamban dan kurang tepat. Beberapa langkah peran yang
dapat dilaksanakan oleh Komando Kewilayahan dibagi kedalam tiga tahap,
sebagai berikut :
a) Tahap-I (Peran sebelum terjadi bencana alam). Membantu
mengkoordinir pencegahan terjadinya bencana dan dampak lebih
besar yang timbul. Menyarankan kepada Pemda dalam pembuatan
peraturan perundangan/Perda memuat antara lain Penebangan
hutan/pohon sembarangan, Membuang sampah sembarangan dan
Pembangunan rumah/ gedung dekat dengan pantai/laut.
Mengkoordinasikan dengan Pemda dalam pelaksanaan kegiatan
Karya Bakti agar diprioritaskan kepada masalah yang berkaitan
dengan Potensi bencana. Membantu mengkoordinir mengurangi
dampak yang timbul akibat bencana (mitigasi). Menyarankan
kepada Pemda bahwa dalam pembuatan Protap terpadu pelibatan
Komando Kewilayahan dimulai dari tahap awal (tidak hanya pada
saat dan pasca bencana). Mengkoordinasikan kepada Pemda
tentang tingkat kesiapan Satgas PRC PB/Badan yang telah dibentuk
Komando Kewilayahan dalam penjabaran tugas penanganan
bencana. Menyarankan kepada Pemda untuk membuat DAM,
tanggul, saluran air yang mewadahi untuk mengedalikan air akibat
banjir dan building code untuk mencegah kerusakan akibat gempa.
Kesiapsiagaan yaitu Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk
memetakan daerah rawan bencana alam dan menyiapkan relokasi
bila sewaktu-waktu terdapat pengungsi serta prediksi terjadinya
bencana alam dengan BMG. Mengkoordinasikan dengan Pemda
dalam menginventarisasi sumber daya yang ada di wilayah dan dari
luar wilayah untuk didayagunakan dalam penanganan bencana.
14

Mengkoordinasikan dengan Pemda dalam menyusun kebijakan


penanganan secara adil, cepat dan tepat sasaran. Menyarankan
kepada Pemda untuk mensosialisasikan permasalahan bencana
dan pola penanganan yang dilakukan kepada seluruh masyarakat,
apabila perlu memasukan ke dalam program ekstra kurikuler di
sekolah, termasuk mengadakan pelatihan secara kontinyu.
Membentuk forum/wadah koordinasi penanganan bencana dan
menyelenggarakan pertemuan secara rutin untuk saling info serta
menyusun rencana penanganan. Menyarankan kepada Pemda
untuk membentuk Posko Terpadu dan menyiapkan Tim Reaksi
Cepat (TRC) dari tiap-tiap instansi terlibat untuk kecepatan
bertindak. Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk membuat
sistem peringatan dini tiap-tiap daerah yang rawan potensi
terjadinya bencana alam dan menciptakan sistem informasi yang
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat.
Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk melaksanakan kegiatan
Karya Bakti bersama-sama dengan Instansi terkait dan masyarakat
guna mengurangi dan mencegah dampak yang lebih besar akibat
bencana. Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk melaksanakan
latihan uji tingkat kesiapsiagaan (geladi) secara berkala baik kepada
Satgas yang terlibat maupun kepada masyarakat agar terbiasa dan
memahami apa yang harus dilakukan.
2) Tahap – II (Peran saat terjadi bencana Tanggap Darurat).
Pada tahap ini kegiatan Komando Kewilayahan sudah berperan
bersama-sama dengan instansi terkait sesuai fungsi dan
dikendalikan oleh Pemda, dengan Mengerahkan/memobilisasi
personel dan sumber daya daerah yang ada dan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan penanganan di lapangan
dengan mendirikan posko dan mengerahkan Tim Reaksi Cepat
(TRC) dari masing-masing Instansi. Membantu mengevakuasi
korban, memberikan pertolongan dan mengadakan pendataan
korban, koordinasi dengan Dinas Kependudukan.
Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk mendirikan dapur umum
dan pelayanan makan terhadap korban, koordinasi dengan Dinas
15

Sosial. Mengkoordinasikan dengan Pemda dalam mendirikan Posko


Bantuan Korban terpadu dan membantu menyalurkan bantuan
logistik serta pakaian, koordinasi dengan Dinas Perhubungan.
Mengamankan tempat penampungan dan Posko tempat
penampungan logistik, koordinasi dengan Satpol PP.
Mengkoordinasikan dengan Pemda untuk membantu
menbuat/menyediakan MCK, air bersih koordinasi dengan Dinas
PU. Mengkoordinasikan dengan Pemda dalam membantu
menangani/merawat kesehatan korban dengan tenaga medis, obat-
obatan dan vaksinasi, koordinasi dengan Dinas Kesehatan.
Mengkoordinasikan dengan Pemda dalam membentuk Net Work
dan membantu memberikan pelayanan melalui media, komunikasi,
penyuluhan dan motivasi kepada korban, koordinasi dengan Dinas
Infokom dan Dinas Kesra. Mengkoordinasikan dengan Pemda
dalam membantu memberikan pelajaran terbatas kepada korban
bencana, koordinasi dengan Dinas Pendidikan.
3) Tahap – III (Peran sesudah terjadinya bencana pemulihan).
Pada tahap ini kegiatan Komando Kewilayahan bersama-sama
dengan Pemda dan instansi terkait untuk melakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi yaitu Membantu Pemda mengadakan pendataan
dan penilaian kerusakan akibat bencana. Mendorong Pemda untuk
segera mengadakan perbaikan fisik berupa sarana dan prasarana
serta fasilitas umum/sosial yang rusak akibat bencana. Mendorong
Pemda untuk segera mengadakan perbaikan non fisik berupa
pemulihan kesehatan jiwa dan mental dengan mengadakan
penyuluhan serta konseling. Menyarankan kepada Pemda untuk
segera mengadakan perbaikan sosial ekonomi yang lumpuh akibat
bencana agar roda Pemerintahan berfungsi kembali normal.
Menyarankan kepada Pemda untuk segera
membersihkan/merapihkan daerah yang terkena bencana dan
sekaligus mengadakan pencegahan terhadap kemungkinan
terjangkitnya wabah penyakit.
4) Mewujudkan penyiapan peranti lunak yang akan dijadikan referensi
dan pedoman guna kelancaran pelaksanaan tugas bagi satuan TNIyang
16

berada di daerah rawan bencana dalam penanggulangan awal bencana


alam. Untuk mewujudkan penyiapan peranti lunak yang akan dijadikan
referensi dan pedoman guna kelancaran pelaksanaan tugas bagi satuan
TNI yang berada di daerah rawan bencana dalam penanggulangan awal
bencana alam, yang perlu dilakukan adalah dengan Melaksanakan
koordinasi, membentuk kelompok kerja, untuk merumuskan suatu
pedoman/piranti lunak yang mengatur tentang bagaimana menentukan
status dan tingkatan bencana secara komprehensif dengan tinjauan antara
lain kondisi geografi daerah bencana yang dihadapi, kerugian yang
ditimbulkan, dan juga mempertimbangkan kemampuan serta gelar
kekuatan unsur TNI yang ada di wilayah bencana. Dalam pembuatan
ketentuan penetapan status penanganan awal terhadap bencana alam
mengacu pada kriteria gradasi bencana dan perlu diatur tersendiri dengan
mengacu pada peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah, adapun
konsep penentuan kriteria penanggulangan bencana secara awal
merupakan tindakan darurat sebelum penanganan dalam skala besar
dilakukan sesuai standar dan prosedur nasional. Menyusun Peraturan
Panglima TNI yang mengatur keterlibatan TNI di daerah rawan bencana
dalam mengatasi secara awal setiap kejadian bencana alam. Tindakan
dan kewenangan Satuan TNI di daerah rawan hendaknya tidak hanya
pada saat tanggap darurat tetapi keberadaan TNI sudah dilibatkan pada
tahap pra bencana (sebelum bencana) sampai dengan tahap pasca
bencana. Satuan TNI (TNI AD, AU dan AL) di daerah bencana.
Berdasarkan MOU yang ada, secara bersama dan terkoordinir merevisi
piranti lunak/protap-protap yang sudah ada, protap tersebut diharapkan
berisi rumusan model baku yang mengatur tentang tugas-tugas Satuan
TNI dan unsur lainnya yang dilibatkan, piranti lunak dan protap tersebut
mengatur tentang tata cara batasan penanggulangan bencana alam
secara awal di suatu wilayah dengan status dan tingkatan bencana yang
berskala nasional maupun daerah/lokal.
b. Implikasi. Peran TNI dalam penanggulangan bencana alam tentunya akan
mempunyai beberapa implikasi terhadap hubungan TNI dengan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan
pertahanan negara yang handal. Meningkatkan kepercayaan (trust) antara TNI
17

dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan terwujud apabila


pelaksanaan amanah Undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait
dengan manajemen penanggulangan bencana alam sudah dapat dilaksanakan
dengan tepat, khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi bencana alam.
Seperti kita ketahui bersama, semenjak diterapkanya kebijakan otonomi daerah,
hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah seringkali terjadi, dimana pemerintah pusat merasa bahwa beberapa
program penanggulangan bencana yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
tidak dapat di jalankan dengan baik oleh pemerintah daerah.
a. Implikasi peran TNI dalam penanggulangan bencana alam saat
ini terhadap kinerja pemerintah daerah. Implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam saat ini terhadap kinerja pemerintah
daerah dapat meliputi seluruh aspek kehidupan nasional yaitu :
1) Ditinjau dari aspek geografi, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang belum optimal mengakibatkan
terlambatnya pengiriman bantuan bahan makanan dan bantuan
lainnya ke wilayah yang terkena bencana.
2) Ditinjau dari aspek demografi, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang belum optimal mengakibatkan
banyaknya penduduk yang terkena bencana lambat mendapatkan
pertolongan sehingga korban meninggal lebih banyak, maka
program penanggulangan bencana tidak sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat.
3) Ditinjau dari aspek sumber kekayaan alam (SKA), implikasi
peran TNI dalam penanggulangan bencana alam mengakibatkan
meluasnya kerusakan wilayah dan secara tidak langsung akan
berakibat juga kepada terganggunya pengelolaan sumber kekayaan
alam yang ada diwilayah tersebut.
4) Ditinjau dari aspek idiologi, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang belum optimal mengakibatkan
semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta menurunya
rasa nasionalisme masyarakat di wilayah bencana dan hal ini
sangat rawan terhadap pengaruh dari pihak asing terutama yang
18

memberikan bantuan ke wilayah bencana baik langsung maupun


bantuan yang tidak langsung. Hal ini sangat berpengaruh kepada
kinerja pemerintah daerah.
5) Ditinjau dari aspek politik, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang belum optimal,
mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal ini sangat
mempengaruhi kinerja pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
6) Ditinjau dari aspek ekonomi, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam yang belum optimal mengakibatkan
sistem perekonomian di wilayah yang terkena bencana alam akan
mengalami berbagai macam permasalahan, yang secara nasional
akan turut mempengaruhi perekonomian nasional.
7) Ditinjau dari aspek sosial budaya, implikasi peran TNI dalam
penanggulangan bencana alam di wilayah bencana yang belum
optimal mengakibatkan hilangnya rasa kesetiakawanan sosial dan
rasa gotong royong yang selama ini menjadi ciri bangsa Indonesia,
hal ini sangat mempengaruhi kinerja pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
8) Ditinjau dari aspek pertahanan dan keamanan, implikasi
peran TNI dalam penanggulangan bencana alam yang belum
optimal mengakibatkan munculnya berbagai bentuk kriminalitas,
pengangguran yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
nasional dan dapat mempengaruhi kinerja pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
b. Implikasi peran TNI dalam penanggulangan bencana alam saat
ini dan kinerja Pemda terhadap pertahanan Negara. Secara global
dapat dikatakan bahwa peran TNI tidak optimal dalam penanggulangan
bencana alam akan berimplikasi terhadap aspek-aspek kehidupan
masyarakat di sekitar daerah yang ditimpa bencana alam dan juga
mempengaruhi berbagai sektor kehidupan yang ada. Penurunan aspek
kehidupan masyarakat secara tidak langsung, apabila tidak segera
diselesaikan dengan baik akan mengakibatkan kurangnya rasa
19

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sekaligus hal ini sangat


rawan terhadap adanya pengaruh-pengaruh baik yang datang dari dalam
negeri maupun pengaruh yang datang dari luar negeri,mengingat letak
negara kita yang berada pada posisi silang yang di apit oleh dua benua
yaitu benua Australia dan benua Asia serta diapit oleh dua Samudera
yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia yang pada akhirnya akan
dapat memperlemah sistem pertahanan negara.

9. Daftar Pustaka
a. Kep Mendagri No. 131 Th 2003 “Pedoman Penanggulangan Bencana
Alam dan Pengungsi di Daerah”, Himpunan Peraturan tentang BNPB dan
peraturan pelaksanaannya Jakarta 2013.
b. Departemen Pertahanan RI, Strategi Pertahanan Negara., Jakarta, 2007.
c. Keputusan Presiden RI No. 3 tahun 2001 tentang Penanggulangan
Bencana Alam dan Penanganan Pengungsi
d. UU RI nomor 3 tahun 2002 dan UU RI No. 34 tahun 2004 tentang Peran
TNI dalam Penanggulangan Bencana Alam
e. http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2013/04/dampak-globalisasi-terhadap-
kelestarian.html
f. http://kondisigeografisnegaraindonesia.blogspot.com/p/kondisi-geografis-
negara-indonesia.html
g. https://id-id.facebook.com/notes/mardy-joeang/cincin-api-indonesia-negeri-
dalam-bayang-bayang-bencana/10151175790184615
h. Mitigasi Bencana.
i. Manajemen dan Mitigasi.

Anda mungkin juga menyukai