Anda di halaman 1dari 10

TERBATAS

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN DANYONIF


GUNA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT
DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK

Penulis

Joko Nugroho
Mayor Inf NRP 11070057280882

TERBATAS
TERBATAS
2

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN DANYONIF


GUNA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT
DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK

Pendahuluan.

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, disebutkan bahwa tugas pokok
TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari segala ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Secara khusus dalam penjabaran pasal tersebut
dijelaskan bahwa tugas dari TNI AD salah satunya yaitu dengan melaksanakan Operasi
Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) serta melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat melalui gelar satuan setingkat Batalyon yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dalam penggunaan kekuatannya perlu dilakukan suatu
penyiapan dan pembinaan baik terhadap satuan secara umum ataupun kepada prajurit
khususnya, yang diselenggarakan dengan baik secara terencana, terarah, terprogram dan
dapat dievaluasi serta berkelanjutan, untuk menjadikan prajurit yang profesional serta
terbentuknya satuan yang tangguh dan handal. Dimana hal yang paling mendominasi
dalam pembentukan suatu satuan adalah melalui peran kepemimpinan seorang Komandan
Batalyon, karena wujud dari kepemimpinan seorang Komandan akan menentukan
bagaimana pola perencanaan, penyiapan serta pembinaan terhadap satuan tersebut akan
dilaksanakan. Pernyataan Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman, S.E, M.M pada saat
pengarahan di Makodam XII/Tpr pada Januari 2021 lalu adalah “seorang pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang dicintai anak buahnya, namun akan lebih baik lagi seorang
pemimpin yang mencintai anak buahnya” selain itu dilain kesempatan, Kasad
mengingatkan kepada seluruh Dandim saat berkumpul di Mabesad “bahwa Dandim
sebagai seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan, apalagi jika menyangkut
kepentingan dan nasib rakyat”. Dari beberapa cuplikan pernyataan tersebut diatas
diharapkan bahwa seorang Komandan harus mampu memimpin satuannya dengan baik,
mencintai satuan serta prajuritnya, memiliki keberanian dalam mengambil keputusan,
bertanggung jawab atas apa yang sudah diamanahkan kepadanya, sehingga tugas pokok
dapat terlaksana dengan maksimal. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi di satuan terkait dengan penerapan
pola kepemimpinan yang kurang tepat dan efektif antara lain dengan masih adanya

TERBATAS
TERBATAS
3

kejadian demonstrasi dan pengrusakan serta insubordinasi yang dilakukan oleh prajurit,
rendahnya pencapaian nilai kemampuan dasar perorangan prajurit, serta tingginya angka
pelanggaran di satuan.

Dari beberapa permasalahan tersebut diatas maka dapat diidentifikasi persoalan


sebagai berikut: pertama, masih terdapat kejadian demonstrasi dan pengrusakan serta
insubordinasi yang dilakukan oleh prajurit: kedua, rendahnya pencapaian nilai kemampuan
dasar perorangan prajurit: ketiga, tingginya angka pelanggaran di satuan. Terkait dengan
uraian permasalahan tersebut, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu
“Bagaimana optimalisasi kepemimpinan Danyonif guna meningkatkan profesionalisme
prajurit dalam rangka mendukung tugas pokok?”.

Pentingnya penulisan esai ini adalah agar Komandan Batalyon dapat menerapkan
pola kepemimpinan yang tepat dan menyeluruh dari segala aspek, sehingga dapat
terciptanya suatu kondusifitas dalam lingkungan kerja satuan yang akan menghasilkan
profesionalisme, produktivitas dan pencapaian kinerja prajurit serta satuan. Dengan
demikian kepemimpinan seorang Komandan Satuan adalah salah satu syarat mutlak yang
melekat untuk mendukung tercapainya tugas pokok satuan. Adapun metode yang
digunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, studi
empiris, kepustakaan dan berdasarkan pengalaman penulis selama berdinas di TNI AD.

Nilai guna dalam penulisan ini adalah agar dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan dan pembanding bagi para Komandan dalam menerapkan pola kepemimpinan
yang efektif di satuan, dengan maksud untuk memberikan gambaran kepada pimpinan
tentang kondisi kepemimpinan yang terjadi saat ini. Adapun tujuan penulisan esai ini
sebagai saran dan masukan bagi pimpinan agar dapat dijadikan pertimbangan dalam
membuat keputusan dan kebijakan selanjutnya, sedangkan ruang lingkup penulisan ini
meliputi pendahuluan, pembahasan dan penutup dengan pembatasan persoalan pada
satuan setingkat Batalyon Infanteri.

Pembahasan.

Kepemimpinan Militer adalah seni dan kecakapan seorang Komandan atasan dalam
mempengaruhi dan membimbing anggota/bawahan, untuk memunculkan kemauan,

TERBATAS
TERBATAS
4

kepercayaan, hormat dan ketaatan untuk dapat melaksanakan setiap tugas dan perintah
yang diberikan. Dalam mewujudkan pencapaian tugas pokok satuan maka seorang
Komandan perlu menerapkan suatu pola kepemimpinan yang baik, tepat dan efektif
sehingga seluruh komponen pembinaan suatu satuan dapat terselenggara dengan baik.
Namun demikian masih terdapat Komandan Batalyon yang belum dapat menerapkan
kepemimpinannya dengan baik saat di satuan, dimana hal ini dapat dilihat dari munculnya
permasalahan yang terjadi antara lain dengan masih adanya kejadian demonstrasi dan
pengrusakan serta insubordinasi yang dilakukan oleh prajurit, rendahnya pencapaian nilai
kemampuan dasar perorangan prajurit dan tingginya angka pelanggaran yang dilakukan
prajurit di satuan. Dalam pembahasan berikut akan disampaikan terkait dengan data dan
fakta, keinginan dan harapan, kendala dan kelemahan serta upaya-upaya yang akan
dilakukan untuk dapat mengoptimalkan kepemimpinan Danyonif guna meningkatkan
profesionalisme prajurit dalam rangka mendukung tugas pokok satuan.

Masih adanya kejadian demonstrasi dan pengrusakan serta insubordinasi yang


dilakukan oleh prajurit.

Berdasarkan data dan fakta yang didapatkan di lapangan, bahwa terkait kasus
demonstrasi, pengrusakan serta insubordinasi yang melibatkan prajurit pernah beberapa
kali terjadi di satuan setingkat Batalyon. Fakta pertama yaitu pada tgl 30 Januari 2020 telah
terjadi aksi pengrusakan fasilitas kantor oleh oknum anggota Yonif 755/Yalet/20/3 Kostrad
diakibatkan adanya pemukulan yang dilakukan oleh Mayor Inf Sugiharto, SIP (Danyonif
755/Yalet) kepada anggotanya a.n Serka Andi Yudha, sedangkan fakta selanjutnya terkait
dengan kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh beberapa oknum Prajurit Yonif 312/KH
berpangkat Kopral terhadap Wadanyonif 312/KH serta menolak arahan dari Danyonif dan
Perwira lainnya pada 2017 silam.

Memahami beberapa data dan fakta yang ada, penulis memiliki keinginan dan
harapan agar tidak ada lagi kejadian serupa yang dapat mencoreng citra dan jati diri TNI itu
sendiri, karena sejatinya prajurit TNI sangat dikenal dengan karakter disiplinnya, sikap
loyalitas dan kepatuhan nya kepada pimpinan, serta semangat dan nilai kejuangan dalam
dirinya. Pentingnya peran seorang Komandan dalam mengelola sistem dan penerapan
aturan secara proporsional akan membantu serta memudahkan seluruh prajurit dalam
menjalankan kehidupan di satuan, sehingga diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman

TERBATAS
TERBATAS
5

yang mengakibatkan prajurit melakukan perbuatan yang melanggar kode etik dengan
melakukan demonstrasi, pengrusakan fasilitas satuan ataupun insubordinasi.

Nilai kepemimpinan TNI dalam sebelas asas kepemimpinan yang dijelaskan dalam
Doktrin TNI AD KEP, seharusnya dapat dipedomani, dijiwai dan dilaksanakan oleh seluruh
Komandan satuan, karena akan membawa dampak positif terhadap kualitas mental serta
suasana lingkungan kerja. Diantaranya adalah Ing Ngarso Sung Tulodo dan Satya yang
memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus senantiasa menjadi contoh serta suri tauladan
bagi anggotanya dan mampu bersikap loyal terhadap anggota bawahannya. Selain itu
dalam buku tentang teori kepemimpinan menyebutkan bahwa seorang Komandan harus
memiliki 5 (lima) tipologi pemimpin yaitu dapat bertindak sebagai bapak, guru, pelatih,
sahabat dan komandan itu sendiri (Hanjar Kepemimpinan Diklapa II, Tahun 2010).

Adapun kendala yang dihadapi saat ini terkait dengan masih terjadinya aksi
demonstrasi, pengrusakan serta insubordinasi yang dilakukan oleh prajurit di satuan adalah
sebagai berikut: pertama, kurang tegasnya penerapan hukum secara proporsional
sehingga ada kesan pembenaran bagi prajurit bila melakukan aksi tersebut; kedua,
pengaruh teknologi informasi termasuk media sosial dalam mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak prajurit memungkinkan adanya provokasi dari pihak yang tidak bertanggung
jawab; ketiga, lemahnya doktrinisasi mulai dari lembaga pendidikan militer sampai dengan
di satuan terkait dengan nilai-nilai dasar kepemimpinan dan keprajuritan. Selain itu adanya
kelemahan yang menjadi faktor penghambat dari dalam antara lain: satu, lemahnya
pengetahuan tentang teknik kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang Komandan di
satuan; kedua, rendahnya pemahaman tentang arti jiwa korsa yang dimiliki oleh prajurit;
ketiga, kurangnya komunikasi tatap muka antara Komandan dengan prajurit bawahannya
di satuan.

Dari keseluruhan uraian dan penjelasan diatas, maka agar tidak terjadi lagi aksi
kekerasan yang dilakukan oleh prajurit di satuan seperti demonstrasi, pengrusakan serta
insubordinasi, perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan diantaranya: satu, kegiatan tatap
muka antara Komandan dan prajurit di satuan harus rutin dilaksanakan baik formal maupun
non formal; kedua, penerapan aturan di satuan yang proporsional serta sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku; ketiga, menggalakkan kegiatan Bintal sebagai fungsi
Komando untuk menanamkan kembali nilai-nilai dasar keprajuritan.

TERBATAS
TERBATAS
6

Rendahnya pencapaian nilai kemampuan dasar perorangan prajurit.

Berdasarkan data terakhir yang diterima dari seluruh satuan jajaran Divif 1 Kostrad
pada saat Rapat Evaluasi Bidang Operasi TA. 2020, terjadi penurunan kualitas kemampuan
dasar prajurit di satuan diantaranya adalah rendahnya pencapaian nilai rata-rata garjas dan
nilai menembak tepat dasar senapan saat pelaksanaan Latbakjatri. Selain itu ditemukan
fakta lainnya saat pelaksanaan test UKP di Brigif R 13/Galuh/1 Kostrad secara terpusat
pada bulan Oktober 2021, tercatat sekitar 30% prajurit yang mendapatkan nilai garjas < 70.

Memahami beberapa data dan fakta yang ada, penulis memiliki keinginan dan
harapan bahwa seyogianya prajurit di satuan khususnya Batalyon Infanteri dapat
memelihara dan meningkatkan kualitas kemampuan dasar perorangannya. Berkaca pada
program kegiatan dan latihan yang telah disusun, direncanakan serta ter-standarisasi
seharusnya kemampuan prajurit terpelihara dengan baik bukan sebaliknya mengalami
penurunan secara kualitas. Dengan demikian diharapkan melalui penerapan
kepemimpinan Komandan Satuan yang baik, dapat memberikan pengaruh serta dampak
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kemampuan dasar prajurit di satuannya.

Dalam Bujukbin tentang Binlat No. Perkasad 30/VII/2009 menjelaskan tentang salah
satu prinsip pembinaan latihan adalah merupakan Fungsi Komando yang memiliki
pengertian bahwa setiap Komandan satuan jajaran TNI AD sebagai pembina latihan harus
bertanggung jawab terhadap kemampuan standar yang harus dimiliki oleh prajurit dan
satuannya. Selain itu dalam Bujukmin tentang Pemrograman Latihan No. Perkasad
120/IX/2007 juga menjelaskan tentang salah satu prinsip dalam pemrograman latihan
adalah dengan senantiasa melakukan identifikasi, evaluasi dan penilaian terhadap tingkat
kemampuan standar prajurit dan satuannya untuk perencanaan dan persiapan latihan
selanjutnya. Dan berdasarkan penjelasan dua referensi tersebut maka adanya peran,
keterlibatan dan tanggung jawab seorang Komandan dalam pembinaan terhadap
prajuritnya agar standar kemampuan perorangan dapat tercapai secara optimal.

Adapun kendala yang dihadapi terkait dengan rendahnya pencapaian nilai


kemampuan dasar perorangan prajurit di satuan antara lain: pertama, belum terlaksananya
pemberlakuan aturan dari Komando atas secara tegas terkait dengan sanksi atau
punishment atas ketidakmampuan prajurit jika tidak mencapai nilai standar kemampuan

TERBATAS
TERBATAS
7

perorangan; kedua, pengaruh lingkungan dan pergaulan prajurit saat berada diluar jam
dinas; ketiga, kebijakan Pimpinan atau Komando atas terkait dengan toleransi penurunan
standar kemampuan prajurit khususnya dalam hal kesamaptaan atau kesegaran jasmani.
Selain itu adanya kelemahan yang menjadi faktor penghambat dari dalam antara lain: satu,
rendahnya kesadaran prajurit dalam memelihara dan meningkatkan kemampuan dasar
perorangan; kedua, kurangnya kepedulian Komandan Satuan termasuk Komandan Satuan
Bawahan (Danru s.d Danki) dalam membina kemampuan prajuritnya; ketiga, Program
pembinaan latihan dan penyelenggaraan yang monoton mengakibatkan rendahnya
motivasi dan semangat prajurit dalam berlatih.

Dari keseluruhan uraian dan penjelasan diatas, agar kemampuan dasar perorangan
prajurit di satuan dapat terpelihara dengan baik serta mengalami peningkatan, maka perlu
adanya upaya-upaya yang harus dilakukan diantaranya: satu, menyarankan kepada
Komando atas agar diberlakukannya penerapan aturan secara konkrit dan bersifat
menyeluruh terkait dengan persyaratan standar kemampuan dasar perorangan prajurit
yang harus dipenuhi; kedua, membuat inovasi program kegiatan latihan dan pembinaan
yang bervariasi dan kreatif secara terencana, tepat dan terarah untuk memacu semangat
dan motivasi prajurit; ketiga, membuat jadwal kegiatan pembinaan khusus bagi prajurit yang
belum mencapai nilai standar kemampuan perorangan.

Tingginya angka pelanggaran prajurit di satuan.

Pada saat Rapat Evaluasi Bidang Intelijen TA. 2021 di Makostrad, Asintel
Kaskostrad menekankan kepada seluruh pejabat intelijen Satuan Jajaran Kostrad untuk
lebih peka lagi melihat kondisi prajurit di satuan, dikaitkan dengan meningkatnya
pelanggaran desersi yang terjadi di satuan. Pelanggaran desersi yang dilakukan prajurit
perlu dianalisa lebih detil dan mendalam, dikarenakan ada faktor pendukung lain yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Salah satu penyebabnya antara lain terkait
masalah hutang piutang, tindak kekerasan yang dilakukan senior, judi online dan lain
sebagainya. Belum lagi masalah pelanggaran lainnya seperti perkelahian, pencurian,
asusila dan jenis pelanggaran lainnya.

Memahami dari beberapa data dan fakta tersebut, penulis memiliki keinginan dan
harapan kepada seluruh prajurit untuk menumbuhkan kesadaran akan hukum dan budaya

TERBATAS
TERBATAS
8

malu ketika akan berbuat pelanggaran di satuan, karena efek ataupun dampak dari
pelanggaran yang dilakukannya tersebut bukan hanya ke personal prajurit, namun juga
berpengaruh terhadap nama baik satuan, penilaian kinerja Komandan Satuan dan bahkan
kepada keluarga prajurit itu sendiri. Dengan demikian diharapkan bukan hanya prajurit saja
yang sadar akan hukum dan memiliki budaya malu, namun khususnya kepada Komandan
Satuan sebagai seorang pemimpin dapat ikut andil dalam memberikan contoh dan suri
tauladan yang baik serta mengarahkan prajuritnya untuk selalu berbuat dan bertindak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di satuan.

Dalam teori kepemimpinan militer membahas tentang sebelas asas kepemimpinan


yang salah satunya adalah “Waspada Purba Wisesa” mengandung arti bahwa seorang
pemimpin harus selalu waspada dan mengawasi serta berani dalam mengoreksi dan
menegur jika ada kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya. Selain itu dijelaskan pula
bahwa seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya harus memenuhi
syarat-syarat minimal sebagai berikut: memiliki watak (karakter, moral, budi) yang baik,
memiliki intelegensia yang tinggi dan memiliki kesiapan lahir dan bathin, serta dapat
melaksanakan seluruh kegiatan dan perintah-perintah dan mampu membimbing anak
buahnya dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan yang efektif.

Adapun kendala yang dihadapi terkait dengan tingginya angka pelanggaran yang
dilakukan oleh prajurit di satuan antara lain: pertama, kemajuan teknologi informasi yang
semakin pesat dan mudah didapat memungkinkan meningkatnya angka kejahatan dan
pelanggaran yang dilakukan prajurit; kedua, pengaruh lingkungan dan pergaulan prajurit
dengan masyarakat sipil saat berada diluar jam dinas; ketiga, adanya kesan pembiaran
yang dilakukan pimpinan terkait dengan upaya pencarian dan penyelesaian khususnya
terkait kasus desersi yang dilakukan prajurit. Selain itu adanya kelemahan yang menjadi
faktor penghambat dari dalam antara lain: satu, kurangnya kepedulian dan kepekaan
Komandan Satuan Bawahan terhadap prajuritnya; kedua, pemberlakuan dan penerapan
aturan di satuan belum sepenuhnya proporsional; ketiga, kurangnya kontrol diri prajurit
dalam menyikapi kebebasan waktu yang diberikan kepadanya saat berada diluar jam dinas.

Dari keseluruhan uraian dan penjelasan diatas, agar angka pelanggaran yang
dilakukan prajurit di satuan dapat diminimalisir bahkan ditiadakan, maka perlu adanya
upaya-upaya yang harus dilakukan diantaranya: satu, melaksanakan Jam komandan

TERBATAS
TERBATAS
9

secara rutin menyampaikan tentang penekanan-penekanan dan membahas tentang


contoh, perbuatan, hal-hal positif yang seharusnya dilakukan prajurit serta nilai-nilai moral,
agama dan kemanusiaan; kedua, memberikan reward and punishment secara tepat dan
proporsional atas setiap prestasi dan pelanggaran yang dilakukan prajurit; ketiga,
mengoptimalkan fungsi pengawasan rantai komando mulai dari unsur pimpinan bawahan
(Danru, Danton) sampai dengan unsur pimpinan tertinggi di Kompi (Danki).

Penutup.

Dari penjelasan uraian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
penerapan kepemimpinan seorang Komandan Batalyon Infanteri guna meningkatkan
profesionalisme prajurit dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok belum dapat
dilaksanakan secara optimal, dimana hal tersebut dikarenakan adanya persoalan-
persoalan yang harus diselesaikan dan dicari solusinya, antara lain: pertama, masih
terjadinya aksi demonstrasi, pengrusakan serta insubordinasi yang dilakukan oleh prajurit
di satuan, maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
merutinkan kegiatan tatap muka antara Komandan dengan prajurit, menerapkan aturan di
satuan secara proporsional dan menggalakkan kembali kegiatan Bintal sebagai fungsi
Komando; kedua, rendahnya pencapaian nilai kemampuan dasar perorangan prajurit dapat
diatasi melalui beberapa upaya diantaranya dengan membuat sarankan kepada Komando
atas agar diberlakukannya penerapan aturan terkait dengan persyaratan standar
kemampuan dasar perorangan prajurit yang harus dipenuhi, membuat inovasi program
kegiatan latihan dan pembinaan untuk memacu semangat dan motivasi prajurit dan dengan
membuat jadwal kegiatan pembinaan khusus bagi prajurit yang belum mencapai nilai
standar kemampuan perorangan; ketiga, tingginya angka pelanggaran yang dilakukan oleh
prajurit di satuan dapat diminimalisir melalui upaya-upaya antara lain dengan pemberian
jam komandan secara rutin dan berkala, memberikan reward and punishment secara tepat
dan proporsional serta dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan rantai komando mulai
dari unsur pimpinan bawahan (Danru, Danton) sampai dengan unsur pimpinan tertinggi di
Kompi (Danki).

Sebelum penulis menutup esai ini, untuk mengoptimalkan kepemimpinan Danyonif


di satuan guna meningkatkan profesionalisme prajurit dalam rangka mendukung tugas
pokok maka penulis mencoba memberikan saran dan masukan kepada pimpinan dengan

TERBATAS
TERBATAS
10

memberlakukan dan menerapkan aturan secara tegas dan konkrit dengan menjunjung
tinggi asas keadilan dan kesamarataan dalam pandangan hukum. Sehingga dengan
adanya penerapan aturan dan hukum secara tegas dan proporsional maka harapannya
seluruh prajurit akan memiliki kesadaran, kepatuhan dan menjunjung tinggi aturan serta
hukum yang berlaku. Selain itu komandan satuan dapat menerapkan pola
kepemimpinannya secara ideal dan bukan hanya untuk mengejar popularitas semata.

Demikian esai ini dibuat, dimana penulis menyadari masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan dalam penuangan tulisan ini. Penulis mengharapkan saran,
masukan dan tanggapan yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan tulisan ini
dalam rangka pemecahan persoalan yang ada agar tercapainya optimalisasi kepemimpinan
Danyonif guna meningkatkan profesionalisme prajurit dalam rangka mendukung tugas
pokok di satuan.

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai