Anda di halaman 1dari 47

TERBATAS

KONSEPSI PENGERAHAN SATUAN YONZIPUR


DALAM RANGKA MEMBANTU PENANGGULANGAN
BENCANA DI DAERAH

BAB-I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat


diperkirakan dan tidak dapat dihindarkan dengan dampak kerugian yang tidak
sedikit, baik nyawa maupun materiil serta beban psikis bagi masyarakat. Negara
Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu
lempeng Indo–Australia di bagian Selatan, lempeng Euro–Asia di bagian Utara dan
Lempeng Pasifik di bagian Timur sangat berpotensi terhadap terjadinya bencana
gempa bumi, jalur gunung api dan sesar/retakan akibat pergerakan ketiga
lempengan tersebut. Kerawanan ini masih ditambah lagi dengan terjadinya
bencana tanah longsor serta banjir khususnya banjir bandang akibat perubahan
lingkungan yang drastis terutama perubahan dalam pemanfaatan lahan, khususnya
dari areal hutan alam menjadi daerah budidaya (pemukiman, perkebunan,
pertanian, ladang) dimana hal tersebut telah berpengaruh besar terhadap
terjadinya bencana pada waktu belakangan ini.

b. Bila dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia termasuk negara
dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi dan beragam baik
berupa bencana alam, bencana akibat ulah manusia ataupun kedaruratan komplek.
Potensi bencana di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok
utama, yaitu potensi bahaya utama ( main hazard potency) dan potensi bahaya
ikutan (collateral hazard) dimana potensi bahaya utama ( main hazard potency)
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah
longsor dan angin badai, sedangkan bahaya ikutan ( Collateral hazard) adalah
berupa timbulnya permasalahan sosial antara lain ketidakstabilan ekonomi serta
munculnya gejolak sosial di daerah bencana.

TERBATAS
TERBATAS
2
c. Menyikapi kondisi tersebut, perlu adanya suatu pemikiran untuk dapat
mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana alam. Melalui organisasi
Bakornas PBP, Pemerintah RI merumuskan suatu formulasi dalam rangka
mengurangi dampak bencana alam dengan mengerahkan seluruh komponen
bangsa yang ada secara terpadu. TNI sebagai bagian dari komponen bangsa dan
merupakan bagian dari Bakornas PBP ikut serta dalam penanggulangan bencana
alam sesuai dengan kebijakan komando atas melalui pola penggunaan kekuatan
TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) sesuai Undang – undang TNI
nomor 34 tahun 2004, khususnya tugas bantuan kemanusiaan dalam
penanggulangan akibat bencana dan pengungsi, oleh karena itu TNI AD sebagai
bagian integral dari TNI juga berkewajiban untuk turut serta dalam upaya
penanggulangan akibat bencana di daerah guna membantu pemerintah melalui
pengerahan satuan-satuannya termasuk satuan Yonzipur yang berada di daerah.

d Satuan Zeni, dalam hal ini Yonzipur yang berada di tiap Kodam, dalam
pelibatannya dilapangan untuk membantu penanggulangan bencana alam belum
dikerahkan sesuai dengan harapan, terutama yang berkaitan dengan fungsi teknis
kecabangan Zeni yaitu fungsi konstruksi, destruksi, penyeberangan, perbekalan
air/listrik, Jihandak dan Nubika terbatas. Pengerahan satuan Zeni dalam bantuan
terhadap bencana alam selama ini baru dilibatkan dalam hubungan unit kecil
sebagai asistensi teknis kegiatan penanggulangan paska terjadinya bencana
terutama tahap rekonstruksi dan rehabilitasi. Sementara itu, satuan Yonzipur pada
dasarnya memiliki kemampuan lebih dari sekedar asistensi teknis yaitu pengerahan
dalam hubungan satuan utuh dengan memanfaatkan personel dan peralatan Zeni
yang ada, baik pada tahap pencegahan, tahap evakuasi selama terjadinya
bencana dan tahap rehabilitasi serta rekonstruksi. Menyikapi hal tersebut maka
perlu adanya suatu konsepsi pengerahan satuan Yonzipur agar dapat memberikan
bantuan kemanusiaan khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana di daerah secara optimal.

2. Maksud dan Tujuan


TERBATAS
TERBATAS
3
a. Maksud. Penulisan karangan ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang konsepsi pengerahan satuan Yonzipur dalam rangka membantu
penanggulangan bencana di daerah.

b. Tujuan. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Komando Atas


dalam menentukan kebijakan selanjutnya khususnya dalam pengerahan satuan
Yonzipur guna membantu penanggulangan bencana di daerah.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang Lingkup tulisan ini dibatasi pada
pengerahan satuan Yonzipur yang berada di bawah Kotama-kotama dalam membantu
penanggulangan bencana alam di daerah, dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Latar Belakang Pemikiran
c. Pengerahan Satuan Yonzipur saat ini
d. Faktor-faktor yang berpengaruh
e. Pengerahan Satuan Yonzipur yang diharapkan
f. Konsepsi Pengerahan Satuan Yonzipur
g. Penutup

4. Metode dan Pendekatan

a. Metode. Metode yang digunakan dalam penulisan Karmil ini adalah


deskriptif analisis yaitu menggambarkan, mencatat, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi agar dapat dirumuskan
suatu konsepsi pengerahan satuan Yonzipur dalam rangka membantu
penanggulangan bencana alam di daerah.

b. Pendekatan. Karangan militer ini dibuat dengan menggunakan


pendekatan studi kepustakaan dan empiris yang relevan dengan mengemukakan
fakta-fakta yang ada dalam penyelenggaraan bantuan terhadap penanggulangan
bencana di daerah selama ini.

5. Pengertian

TERBATAS
TERBATAS
4
a. Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. 1

b. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah Lembaga


pemerintah Non-Departemen setingkat Menteri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden (baru dibentuk).

c. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah Lembaga


dalam penanggulangan bencana di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya
yang diatur oleh peraturan daerah dengan berpedoman pada ketentuan dari Kepala
BNPB dan bertanggung jawab kepada Kepala BNPB.

d. Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan


Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) adalah organisasi non struktural yang
bertugas mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi yang terjadi di wilayah daerah Provinsi, yang
diketuai oleh Gubernur dan dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada
Ketua BNPB.

e. Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) adalah salah satu satuan bantuan


tempur Zeni yang taktis serta administratif berada dibawah Kotama/Divif, yang
dapat melaksanakan usaha, pekerjaan dan kegiatan baik bersifat bantuan tempur
maupun bantuan administrasi.

f. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
dan berdaya guna.2

1
Pemerintah RI, Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007, Penanggulangan Bencana, PT. Fokusmedia,
Bandung, 2007, Hal-3.
2
Ibid.
TERBATAS
TERBATAS
5
g. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana
timbulnya dampak bencana, baik melalui pembangunan fisik struktural maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 3

h. Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


sebagai upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan bencana, tanggap darurat
dan pemulihan.4

i. Tanggap Darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan


segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiaan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
pemulihan sarana dan prasarana.5

j. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,


kelembagaan pada wilayah paska bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah paska bencana.6

k. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan


publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah paska bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah paska bencana. 7

BAB-II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

3
Pemerintah RI, Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007, Penanggulangan Bencana, PT. Fokusmedia,
Bandung, 2007, Hal-4.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid
7
Ibid.
TERBATAS
TERBATAS
6

6. Umum. Penanggulangan bencana alam selayaknya dilaksanakan secara


terpadu oleh seluruh komponen bangsa yang ada, oleh sebab itu diperlukan suatu konsep
yang dapat mengakumulasikan keterpaduan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
tersebut secara tepat. Untuk itu selain melalui metode yang digunakan oleh penulis perlu
kita perhatikan dasar yang memuat landasan pemikiran serta hal-hal yang ingin kita capai
kemudian, sehingga dalam penyusunan konsep penanggulangan bencana tersebut tidak
menyimpang dari koridor kebijakan Komando Atas.

7. Landasan Pemikiran

a. Landasan Idiil. Dalam Pancasila sila ke-2 menyebutkan bahwa


”Kemanusiaan yang adil dan beradab”, hal ini terkandung nilai bahwa Negara
berusaha untuk menjamin adanya penghormatan terhadap hak-hak yang dimiliki
oleh setiap warga negara Indonesia dan berusaha untuk menjamin rasa keadilan
bagi seluruh masyarakat Indonesia serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dan oleh karenanya Operasi Bantuan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Satkorlak
PBP dalam bentuk penanggulangan bencana alam merupakan pengejewantahan
dari nilai sila-2 Pancasila, sehingga untuk mendukung hal tersebut TNI AD perlu
senantiasa meningkatkan peran dan kemampuannya dalam Penanggulangan
Bencana dan Pengungsi pada setiap tahapan yang dilakukan oleh pemerintah baik
oleh BNPB maupun unsur jajarannya di tingkat daerah (Satkorlak PBP dan Satlak
PBP).

b. Landasan Konstitusional. UUD 1945 Pembukaan alinea ke-4


menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan
penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 1945 pasal 28 G, ayat 1 “Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
TERBATAS
TERBATAS
7
untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi “.
Hal ini jelas menggambarkan kewajiban Negara (Pemerintah), dalam konteks ini
adalah Yonzipur sebagai bagian dari institusi TNI yang berkompeten dalam
membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana memiliki tanggung jawab
yang tidak ringan serta adanya kewajiban bagi setiap individu untuk berpartisipasi
di dalamnya.

c. Landasan Operasional

1) UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Pada pasal 17


menyebutkan : a) Kewenangan dan tanggung jawab pengerahan TNI
berada pada Presiden; b) dalam hal pengerahan kekuatan TNI sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) Presiden harus mendapat persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat8, namun di dalam penanganan bencana alam tidak
perlu mengikuti ketentuan seperti diatas. Pengerahan kekuatan TNI untuk
menangani bencana alam lebih dipertanggung jawabkan kepada komandan
satuan kewilayahan mulai dari tingkat Dandim sampai dengan Pangdam
disesuaikan dengan eskalasi bencana alam yang terjadi dan komandan
satuan kewilayahan diberikan keleluasaan untuk mengerahkan kekuatan
personel yang ada dibawah kendalinya atau personel dari satuan lain
yang berada di sekitar wilayahnya. Dalam melaksanakan pengerahan
kekuatan personel TNI tersebut, komandan satuan kewilayahan diwajibkan
untuk melaksanakan koordinasi dengan komandan satuan yang
bersangkutan dan melaporkan ke kesatuan atasannya. Faktor prioritas
dalam penanganan bencana alam adalah kecepatan dalam pengerahan
manusia, sarana prasarana dan peralatan. Apalagi bagi Indonesia sebagai
wilayah negara kepulauan yang memiliki wilayah kepulauan terluas di dunia
serta rawan terhadap bencana alam, maka faktor kecepatan menjadi sangat
penting.

2) Doktrin TNI Tridek tahun 2007. Tugas Pokok TNI, yang tercantum
dalam Doktrin TNI Tridek, diantaranya dilaksanakan melalui Operasi Militer

8
Pemerintah RI, Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2006,
Hal-13
TERBATAS
TERBATAS
8
Selain Perang (OMSP) dimana terdapat tugas membantu menanggulangi
bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. 9

3) Naskah Sementara Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi Tahun 2007.


Salah satu Tugas TNI AD yang tercantum dalam Doktrin TNI AD adalah
melaksanakan tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan diantara
tugas OMSP adalah tugas membantu menanggulangi bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. 10
Dalam
implementasinya di lapangan, penentuan tugas, sasaran, daerah dan waktu
disesuaikan permintaan dari komando/pimpinan badan pelaksana atau
institusi yang dibantu, sedangkan komando dan pengendalian taktis dan
teknis operasional dilapangan berada pada komandan satuan TNI AD yang
ditugasi, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan, doktrin dan
profesionalisme TNI AD.

4) Skep Panglima TNI nomor Skep / 461 / XII / 2006 tentang petunjuk
pelaksanaan bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana.

8. Dasar Pemikiran. Bencana alam yang sulit diprediksi datangnya secara


cepat dan tepat, walaupun kemajuan teknologi telah banyak ditemukan berupa peralatan
deteksi dini terhadap timbulnya bencana seperti alat pemantau gempa, alat pemantau
gelombang air laut untuk mengetahui kecepatan dan tinggi gelombang air laut serta alat
pemantau cuaca, namun tetap tidak mampu memberikan prediksi yang cepat dan pasti
terhadap terjadinya bencana. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat rentan bagi upaya
peringatan dan evakuasi saat terjadinya gempa. Akibat dari hal tersebut adalah semakin
besarnya kerugian yang mungkin timbul karena keterlambatan dideteksinya gejala
terjadinya bencana.

Dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam perlu diupayakan penanggulangan


dan penanganannya secara cepat, tepat dan terpadu, sehingga perlu melibatkan
beberapa instansi terkait yang terintegrasi dengan baik agar tindakan yang diambil oleh

9
Kumpulan Buku, Doktrin TNI Tridek dan Naskah Sementara Doktrin TNI AD KEP,2007.Hal-32.
10
Ibid.Hal-107.
TERBATAS
TERBATAS
9
Satkorlak PBP selaku koordinator benar-benar terdukung dalam rangka meringankan
beban penderitaan yang dialami korban bencana, termasuk pelibatan satuan jajaran TNI
AD yang berada di daerah ke dalam organisasi Satkorlak PBP.

Dalam susunan keanggotaan organisasi penanggulangan bencana disebutkan


bahwa yang duduk dalam keanggotaan Bakornas PB salah satunya adalah Panglima TNI,
sementara Pangdam masuk dalam keanggotaan Satkorlak PBP. 11 Aturan ini merupakan
dasar bagi Pangdam dalam memanfaatkan kemampuan satuan Yonzipur yang berada di
bawah komandonya guna dilibatkan dalam tugas bantuan pada bencana di daerah. Oleh
karena itu perlu dirumuskan suatu konsepsi pengerahan satuan Yonzipur agar dapat
memberikan bantuan kepada upaya penanggulangan bencana alam secara optimal.

BAB III
PENGERAHAN SATUAN YONZIPUR SAAT INI

9. Umum. Masalah bencana alam (Natural Disaster) bukanlah merupakan hal yang
baru bagi bangsa Indonesia, namun demikian sampai dengan saat ini penanganan
bencana belum dapat ditangani secara maksimal, mengingat dalam langkah
penanggulangannya di lapangan, Pemerintah masih menemui berbagai keterbatasan,
sehingga menuai banyak kritik dari sebagian masyarakat yang merasa tidak puas dengan

11
Pemerintah RI, Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Bakornas PB,PT Fokusmedia, Bandung,
2007. Hal-89
TERBATAS
TERBATAS
10
tindakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam menangani masalah bencana ini dan
muncul anggapan bahwa penanganan bencana yang dilakukan oleh Pemda terkesan
lamban dengan timbulnya kerugian materiil maupun non materiil dari pihak korban yang
semakin bertambah, tidak terkelolanya distribusi bantuan, serta penanganan pengungsian
yang tidak teratur. Hal tersebut terjadi karena kemampuan badan yang dibentuk untuk
menangani masalah bencana alam ini masih belum dapat berjalan dengan optimal, baik
dari aspek organisasi, sumber daya manusia, materiil maupun koordinasi antar bagian
yang ada di satuan kordinasi penanggulangan bencana. Disamping itu pelaksanaan
penanganan bencana dilapangan masih kurang didukung oleh sumber daya yang ada
sehingga pada pelaksanaannya juga belum dapat memberi daya guna yang optimal.

10. Pengerahan satuan Zeni sebagai bagian dari TNI AD dalam bantuan
bencana saat ini. Pengerahan bantuan dari TNI AD khususnya yang dilaksanakan
satuan Zeni dalam membantu penanganan bancana saat ini belum dapat dikerahkan
secara optimal, yaitu masih sebatas pada tahap tanggap darurat baik di saat terjadinya
bencana maupun paska terjadinya bencana. Dari beberapa peristiwa bencana yang
terjadi di tanah air, peran dan keterlibatan satuan-satuan TNI AD dalam membantu
masyarakat yang tertimpa bencana memberikan hasil yang cukup meringankan beban
korban. Namun demikian bantuan kemanusiaan ini pun masih dapat ditingkatkan apabila
Rencana Kontijensi terhadap terjadinya bencana dapat dituangkan dalam mewadahi
rencana yang komprehensif dan integral dengan melibatkan semua unsur yang memiliki
kemampuan khusus terutama di bidang teknis seperti satuan Pembekalan, Zeni,
Peralatan, Perhubungan dan lain sebagainya di mana kemampuan teknis yang dimiliki
satuan tersebut sangat dibutuhkan andilnya bagi keberhasilan tugas TNI AD dalam
membantu Satkorlak PBP di daerah. Oleh karena itu, dengan belum dirumuskannya
keterlibatan satuan Zeni TNI AD dalam membantu Satkorlak PBP di daerah dalam
menangani bencana selama ini secara jelas, seperti yang pernah dilakukan di Aceh saat
bencana tsunami dan gempa di beberapa daerah lainnya beberapa waktu lalu,
mengakibatkan timbulnya berbagai kendala, baik di bidang organisasi, personel, materiil
dan mekanisme pengerahan yang belum optimal sehingga terkesan tugas yang dilakukan
tidak tersistem dengan baik.

TERBATAS
TERBATAS
11
11. Pengerahan satuan Yonzipur di daerah saat ini. Dari hasil pengamatan
yang dilakukan, pengerahan satuan Zeni yang berada di bawah Kodam terhadap operasi
bantuan kemanusiaan pada bencana belum sepenuhnya memanfaatkan satuan Zeni
khususnya satuan Yonzipur di daerah. Selama ini satuan Zeni yang dikerahkan baru
sebatas asistensi teknis baik dari anggota satuan Zidam maupun Yonzipur kepada
Satkorlak PBP dengan mengerahkan tenaga-tenaga prajurit Zeni yang menguasai bidang
konstruksi dan alat berat Zeni yang memanfaatkan sarana milik Pemda. Padahal
pengerahan satuan Yonzipur di bawah komando Pangdam setempat yang dilaksanakan
sesuai dengan permintaan dari Pemda setempat baik pada masa sebelum, selama dan
sesudah terjadinya bencana dapat dimanfaatkan sesuai fungsi dan tugasnya dengan lebih
berdaya guna dan berhasil guna.

a. Pra Bencana. Pelibatan satuan Yonzipur dalam tugas membantu


menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Pemda
setempat, khususnya dalam kegiatan pencegahan terhadap terjadinya bencana
berupa pembangunan sarana-sarana yang dapat mencegah atau mengurangi
dampak terjadinya bencana, seperti pembuatan bangunan tahan gempa,
pembuatan dan revitalisasi saluran air, pembangunan bunker-bunker perlindungan
terhadap letusan gunung berapi dan pembuatan konstruksi lainnya yang sangat
diperlukan nantinya apabila sewaktu-waktu bencana datang.

b. Saat Tanggap Darurat. Pelibatan satuan Yozipur pada saat terjadinya


bencana, dari beberapa pengalaman penugasan satuan ini, sangat dibutuhkan
kehadirannya terutama dalam mengurangi dampak yang sangat mengerikan akibat
bencana banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain-lain di mana kemampuan
satuan Yonzipur ini dapat dimanfaatkan dalam membantu menyelamatkan jiwa dan
harta benda melalui kegiatan evakuasi korban dengan menggunakan alat berat
Zeni, mengangkat reruntuhan bangunan untuk membebaskan dan menyelamatkan
korban, membuka jalur transportasi yang terputus dan lain sebagainya. Namun
demikian satuan Yonzipur selama ini belum dikerahkan secara optimal akibat
mekanisme pengerahan yang masih sebatas bantuan asistensi pada organisasi
Satkorlak PBP.
TERBATAS
TERBATAS
12
c. Paska Bencana. Secara umum kondisi personel dan alat peralatan yang
dimiliki Yonzipur saat ini baik secara kualitas maupun kuantitas sangat terbatas dan
sebagian besar materiil yang dimiliki masih aset lama atau hasil renovasi yang
tentunya sedikit diragukan kualitasnya, seperti peralatan konstruksi, alat
transportasi air berupa perahu karet, alat berat zeni dan jembatan bailley untuk
mendukung mobilitas satuan dalam memberikan bantuan pada tahap awal bila
terjadi bencana alam yang berskala nasional/besar dan kendala transportasi akibat
hancur/rusaknya infra struktur yang ada di daerah bencana. Hal ini lah yang
senantiasa menjadi kendala bagi satuan Yonzipur terutama apabila dituntut
masalah kecepatan untuk mengatasi bencana alam yang terjadi di wilayahnya.
Akibatnya pengerahan satuan Yonzipur masih sebatas pengerahan dalam unit-unit
kecil yang lebih banyak mengandalkan kemampuan pertukangan/konstruksi ringan
untuk membantu pembuatan barak-barak penampungan korban bencana.

BAB-IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

12. Umum. Dalam pengerahan satuan Yonzipur guna membantu pelaksanaan


penanggulangan bencana alam tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi baik
internal maupun eksternal yang berupa kekuatan maupun peluang yang dapat
mendukung pelaksanaan tugas dan kelemahan maupun kendala yang dapat menghambat
pelaksanaan tugas.

13. Faktor Internal


a. Kekuatan

TERBATAS
TERBATAS
13
1) Pemahaman prajurit Yonzipur terhadap Doktrin TNI. Prajurit
Yonzipur sebagai bagian dari TNI berperan menjaga kedaulatan negara,
keselamatan bangsa dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Sapta Marga, Sumpah
Prajurit dan 8 Wajib TNI yang menjadikan setiap insan prajurit TNI selalu
merasa terpanggil dalam membantu saudara – saudaranya yang tertimpa
kesulitan. Tugas – tugas kemanusiaan dilaksanakan dengan ikhlas dan tidak
menganggap tugas tersebut sebagai beban. Tertanamnya pemahaman
yang tinggi tersebut dalam kehidupan para prajurit Yonzipur merupakan
kekuatan yang senantiasa membangkitkan semangat pengabdian para
prajurit untuk membantu dan ikut serta memberikan andil dalam
penanganan bencana alam di daerah.

2) Program Kerja Satuan. Merupakan rencana kerja satuan yang


memuat rencana kegiatan termasuk protap-protap penanggulangan
bencana serta pelaksanaan bantuan penanggulangan bencana di daerah
sesuai kebijakan Komando Atas. Satuan Yonzipur secara rutin dilibatkan
dalam kegiatan TMMD yang dapat dijadikan sebagai wahana latihan dalam
tugas bantuan kemanusiaan khususnya dalam menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana alam di daerah.

3) Personel dan Sarana. Satuan Yonzipur memiliki personel yang


terlatih dan sarana yang dapat mendukung pelaksanaan penanggulangan
bencana alam, berupa alat berat zeni serta peralatan lain yang dapat
digunakan untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah, sehingga
memungkinkan satuan Yonzipur dapat diterjunkan ke wilayah / daerah yang
serba sulit dan terbatas.

4) Adanya Prosedur Tetap (Protap) penanggulangan bencana dan


penanganan pengungsi dari Komando Kewilayahan baik di tingkat Kodam
hingga tingkat Koramil yang dipadukan dengan Protap yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah.

5) Kepercayaan dan tumpuan masyarakat terhadap kehadiran TNI untuk


mengatasi setiap permasalahan bencana alam sangat besar. Hal ini tidak

TERBATAS
TERBATAS
14
terlepas dari citra baik yang telah dibangun selama ini dari prajurit TNI
dalam membantu penanggulangan bencana alam. Selama ini masyarakat
telah banyak mengakui militansi prajurit TNI dalam mengabdikan dirinya
guna membantu rakyat yang sedang tertimpa musibah.

6) Terpeliharanya rantai komando di lingkungan satuan Yonzipur dari


strata pimpinan teratas sampai dengan strata bawahan di lapangan
merupakan kekuatan yang dapat menciptakan suatu keterpaduan
perencanaan dan koordinasi dalam pelaksanaan operasi bantuan
penanggulangan bencana alam.

b. Kelemahan

1) Sumber Daya Manusia. Kualitas personel merupakan permasalahan


dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam, hal ini berkaitan dengan
efektifitas kinerja baik dari satuan maupun dari instansi lain dalam suatu
organisasi penanggulangan bencana. Tingkat pengetahuan personel
Yonzipur dan unsur-unsur jajaran lainnya tentang bencana alam sangat
terbatas baik jenis, akibat maupun dampak yang ditimbulkan, mengingat
personel Yonzipur tidak dibekali pengetahuan khusus tentang hal ini,
sehingga dengan belum terlatihnya personel yang tergabung dalam tim
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dari masing – masing
instansi serta belum tersinkronisasi dengan baik ini menjadi kelemahan
tersendiri dalam melaksanakan tugasnya.

2) Koordinasi. Masih kurangnya koordinasi satuan dengan


instansi/organisasi lain yang terkait dalam penanggulangan bencana alam
sehingga menyulitkan efektifitas komunikasi dan pengerahan satuan.

3) Kondisi peralatan satuan. Kemampuan dukungan peralatan sangat


menentukan efektifitas pelaksanaan tugas satuan Yonzipur, karena bantuan
zeni merupakan satu kesatuan bantuan dalam bentuk pengerahan personel
dan peralatan. Dengan kondisi peralatan yang ada sekarang satuan Yonzipur
belum dapat memberikan dukungan untuk membantu penanggulangan
bencana secara optimal.

TERBATAS
TERBATAS
15
4) Belum tersosialisasinya Undang – undang No 34 tahun 2004 tentang
TNI khususnya pasal 7 ayat 2 point b yaitu melaksanakan tugas Operasi
Militer Selain Perang, sehingga niat ikhlas yang dilakukan TNI sejak awal
terjadinya bencana hingga pasca penanggulangan bencana, oleh sebagian
oknum atau kelompok tertentu selalu dikomentari negatif.

5) Terbatasnya jumlah personel satuan yang ada bila dihadapkan


dengan luasnya wilayah terjadinya bencana.

6) Belum adanya pengalokasian dana yang tetap untuk penanggulangan


bencana dan penanganan pengungsi.

7) Data penduduk yang berada di daerah-daerah rawan bencana sangat


terbatas, menyulitkan dalam upaya pendeteksian dan operasi bantuan
penanggulangan bencana alam ketika bencana tersebut terjadi.

14. Faktor Eksternal


a. Peluang
1) Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana alam yang
melibatkan TNI sebagai anggota Bakornas PBP merupakan peluang bagi
dikerahkannya satuan Yonzipur dalam tugas bantuan pada bencana di
daerah.
2) Program kegiatan dan pembangunan daerah. Dalam hal ini satuan
dapat melihat peluang-peluang dalam program pembangunan daerah yang
berkaitan dengan rencana penanggulangan bencana sehingga dapat
dimasukan dalam rencana kerja satuan dalam rangka membantu
pencegahan bencana.

3) Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana memudahkan


satuan dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana secara
terpadu bersama masyarakat dan instansi lain yang terkait.

4) Telah terbentuknya organisasi penanggulangan bencana dan


penanganan pengungsi (PBP) mulai dari tingkat Provinsi (Satkorlak PBP),
tingkat Kabupaten / Kodya (Satlak PBP), tingkat Kecamatan (Satgas
Operasional PBP) dan tingkat Kelurahan (Satlinmas PBP). Di masing –

TERBATAS
TERBATAS
16
masing tingkatan diketuai oleh pejabat pemerintah daerah dan wakil I
dijabat oleh pejabat TNI sesuai tingkatannya yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas koordinasi dan pengendalian kegiatan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan berpedoman pada
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP).

5) Pemda melaksanakan latihan bersama dengan rakyat dibantu oleh


TNI untuk menghadapi / menanggulangi bencana alam yang terjadi di
wilayahnya.

6) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berbasis


komputer yang pemanfaatannya didayagunakan untuk kepentingan
pendeteksian secara dini terhadap berbagai gejala-gejala bencana alam
sehingga menjadi peluang bagi upaya pemerintah maupun TNI AD dalam
mempersiapkan berbagai langkah penanganan dan pencegahan bencana
alam termasuk operasi bantuan penanggulangan bencana alam yang terjadi
di beberapa daerah di Indonesia.

7) Semangat dan budaya gotong royong yang merupakan ciri utama


masyarakat Indonesia di berbagai daerah berpeluang terciptanya rasa
kebersamaan untuk saling bahu membahu memberikan pertolongan
terhadap para korban bencana alam, sehingga memudahkan operasi
bantuan penanggulangan bencana alam yang dilakukan oleh Satkorlak PBP
yang dibantu oleh satuan Yonzipur.

8) Jumlah sumber daya manusia Indonesia yang cukup besar, apabila


dapat dimobilisasi, diberdayagunakan dan dikoordinir dengan baik serta
dibekali ketrampilan dan latihan, dapat mempermudah satuan Yonzipur
dalam melaksanakan operasi bantuan penanggulangan bencana alam di
beberapa daerah.

b. Kendala
1) Kondisi geografis daerah bencana yang bervariasi dapat menghambat
kelancaran pengerahan satuan serta evakuasi korban bencana.

TERBATAS
TERBATAS
17
2) Kurangnya koordinasi instansi terkait yang terlibat serta birokrasi
pemerintah daerah yang panjang dapat menyulitkan pengerahan dan
efektifitas kerja satuan dalam penanggulangan bencana alam.

3) Bencana sulit untuk diprediksikan kapan terjadinya, tempat kejadian


dan kekuatannya, hal ini disebabkan karena bencana merupakan fenomena
alam yang kadang – kadang tidak menentu serta sering timbul bersamaan
ditempat – tempat berbeda, sehingga memerlukan pengerahan segenap
tenaga, dana dan upaya yang sangat besar.

4) Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah di daerah rawan bencana


alam dalam menjaga lingkungan dan melestarikan ekosistem telah
berakibat pada semakin tingginya intensitas ancaman bencana alam,
sehingga apabila bencana alam terjadi secara bersamaan di beberapa
daerah akan menghambat operasi bantuan penanggulangan bencana alam
yang dilakukan oleh Yonzipur, serta rendahnya kesadaran masyarakat
tentang ancaman bencana alam akibat ulah manusia (pembakaran,
penebangan hutan dan sebagainya).

5) Protap dan organisasi penanggulangan bencana dan penanganan


pengungsi yang ada belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat
sehingga apabila terjadi bencana masih terdapat kesimpangsiuran dalam
penanganannya.

6) Belum adanya aturan yang mengatur secara jelas tentang


kewenangan Yonzipur dalam operasi bantuan penanggulangan bencana
alam, merupakan kendala yang dihadapi oleh seluruh unsur jajaran Yonzipur
untuk dapat memberikan bantuan sesegera mungkin dalam penanganan
bencana alam di berbagai daerah.

TERBATAS
TERBATAS
18

BAB V
PENGERAHAN SATUAN YONZIPUR YANG DIHARAPKAN

15. Umum. Dihadapkan dengan intensitas kejadian bencana yang terjadi di


beberapa daerah di Indonesia yang cukup tinggi, maka diharapkan satuan Yonzipur
memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas bantuan penanganan
bencana dan pengungsi, baik pada tahap pra bencana hingga tahap paska bencana yang
didukung organisasi, sumber daya manusia, materiil dan koordinasi yang efektif sehingga
dampak bencana dapat diminimalisir sekecil mungkin.

Untuk menjawab tuntutan tugas dalam Operasi Militer Selain Perang, khususnya
dalam operasi bantuan penanggulangan bencana alam, maka satuan TNI AD yang
menjadi bagian dari organisasi Satkorlak PBP di wilayah diharapkan dapat menyiapkan
satuannya secara dini dan menyusun rencana dengan detail berdasarkan data wilayah
dan karakteristiknya. Demikian pula dengan satuan Yonzipur yang akan dikerahkan untuk
membantu pelaksanaan tugas bantuan kemanusiaan seharusnya memiliki kesiapan yang

TERBATAS
TERBATAS
19
baik agar dapat memberikan kontribusi yang optimal kepada Pemda / instansi yang
terlibat dalam operasi bantuan bencana alam.

16. Pengerahan satuan Zeni sebagai bagian dari TNI AD dalam bantuan
bencana yang diharapkan.

Pengerahan satuan Zeni TNI AD dalam membantu penanganan bencana saat ini
harus dapat dilakukan secara maksimal, agar penanganan bencana dapat dilakukan
dengan cepat untuk menekan timbulnya kerugian materiil maupun non materiil dari pihak
korban sehingga tidak semakin bertambah. Satuan Zeni TNI AD juga harus dapat
mengelola distribusi bantuan, serta mengatur penanganan pengungsian sehingga
pelaksanaan penanganan bencana di lapangan harus dapat terdukung dengan segenap
sumber daya yang ada sehingga pada pelaksanaannya dapat memberi daya guna yang
optimal. Untuk itulah maka Rencana Kontijensi terhadap terjadinya bencana harus
dituangkan guna mewadahi rencana yang komprehensif dan integral dengan melibatkan
semua unsur yang memiliki kemampuan khusus terutama di bidang teknis sehingga
pelaksanaan penanganan bencana di lapangan dapat terdukung dengan segenap sumber
daya yang ada sehingga dapat memberi daya guna yang optimal.

17. Pengerahan satuan Yonzipur dalam bantuan bencana di daerah yang


diharapkan
a. Pra Bencana. Satuan Yonzipur di daerah harus dapat dikerahkan secara
optimal bersama dengan Pemda setempat dalam kegiatan yang bersifat preventif.
Titik berat kegiatan satuan Yonzipur adalah membantu kelancaran tugas Satkorlak
PBP dalam pelaksanaan program pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan
dengan mengikut sertakan aparat dinas/instansi terkait di daerah dan semua
lapisan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1) Pada tahap Preventif (pencegahan), yaitu menitikberatkan pada
kegiatan untuk membantu kelancaran penyebarluasan tentang berbagai
peraturan, perundang-undangan yang berdampak untuk mengurangi resiko
bencana termasuk pembuatan peta rawan bencana.

2) Pada tahap Mitigasi (penjinakan), yaitu menitik beratkan pada


kegiatan untuk membantu kelancaran upaya secara fisik untuk mengurangi
TERBATAS
TERBATAS
20
dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti kegiatan pembangunan
sarana-sarana yang dapat mencegah atau mengurangi dampak terjadinya
bencana, seperti pembuatan bangunan tahan gempa, pembuatan dan
revitalisasi saluran air, pembangunan bunker-bunker perlindungan terhadap
letusan gunung berapi dan pembuatan konstruksi lainnya yang sangat
diperlukan nantinya apabila sewaktu-waktu bencana datang, pembuatan cek
dam, rehabilitasi aliran sungai, pengawasan terhadap pelaksanaan RUTR,
IMB dan lain-lain.

3) Pada tahap Kesiapsiagaan, yaitu memberikan bantuan demi


kelancaran pengadaan latihan atau gladi bagi masyarakat yang tinggal di
daerah rawan bencana, serta pendidikan dan pelatihan bagi personel yang
tergabung dalam organisasi Satkorlak PBP, aparat pemerintah dan ormas
lainnya.

Adanya Rencana Kontijensi tentang pembentukan organisasi


kerangka penanggulangan bencana dengan melibatkan satuan Yonzipur,
yang disesuaikan dengan estimasi bencana alam yang mungkin ataupun
sering terjadi sehingga dapat dimobilisasi secara cepat, akan dapat
meningkatkan efektifitas dalam usaha penanggulangan bencana. Selain itu
terwujudnya kemampuan personel Yonzipur sesuai dengan standar prajurit
dalam penanggulangan bencana adalah juga merupakan salah satu unsur
utama yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan pasukan Yonzipur
dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan bencana
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

b. Saat Tanggap Darurat. Saat terjadi bencana alam, satuan Yonzipur dapat
dimanfaatkan guna melaksanakan upaya tanggap darurat, yaitu membantu dan
melancarkan pelaksanaan kegiatan pengerahan unsur-unsur penanggulangan
bencana guna mencari, menolong dan menyelamatkan korban, evakuasi korban.
Contohnya dengan menggunakan alat berat untuk mengangkat reruntuhan
bangunan dan membebaskan serta menyelamatkan korban, membuka jalur
transportasi yang terputus, memberikan suplai makanan dan pakaian, air bersih,

TERBATAS
TERBATAS
21
obat-obatan, dan juga pembuatan barak-barak darurat sebagai tempat
penampungan sementara.

1) Penyediaan dan pengerahan alat berat dan alat angkut material TNI
AD untuk membantu kegiatan pembersihan daerah yang terkena bencana
dari puing-puing bangunan yang rusak/hancur.

2) Penyediaan dan pengerahan sarana konstruksi yang dimiliki TNI AD


untuk membantu pembuatan sarana dan prasarana darurat berupa :

a) Alat berat.
b) Alat perkakas/alat pertukangan.
c) Kendaraan angkut material.
d) Jembatan standar dan non standar TNI AD.

Di samping itu pengaktifan organisasi kerangka penanggulangan bencana


menjadi satgas penanggulangan bencana akan memudahkan dalam
pengorganisasian untuk selanjutnya dengan lebih cepat dikerahkan sehingga
penanggulangan bencana dapat dilakukan lebih dini.

c. Paska Bencana. Dihadapkan pada kondisi yang ada sekarang ini dimana
setiap pengerahan satuan selalu terbentur pada kendala masalah kualitas maupun
kuantitas personel dan alat peralatan yang dimiliki, maka diperlukan adanya suatu
pembaharuan terutama dari segi alat peralatan yang digunakan, sehingga dalam
menjalankan tugasnya para personel TNI memiliki moril yang tinggi, dapat
melaksanakan tugasnya secara maksimal. Di samping itu, kualitas alat peralatan
yang digunakan secara tidak langsung juga memiliki pengaruh terhadap kesiapan
dan kecepatan pengerahan pasukan ke daerah yang tertimpa bencana, dimana
dengan menggunakan peralatan yang berkualitas dan diimbangi dengan sumber
daya yang mumpuni maka penyelesaian tugas penanggulangan bencana dapat
lebih cepat dicapai agar diperoleh hasil yang optimal.

1) Pada tahap Rehabilitasi, yaitu membantu kelancaran dalam upaya


dan kegiatan untuk memberdayakan kembali berbagai sarana prasarana

TERBATAS
TERBATAS
22
umum yang rusak dan membantu kelancaran pembuatan tenda dan
pembangunan barak-barak darurat .

2) Pada tahap Rekonstruksi, yaitu membantu kelancaran dalam upaya


dan kegiatan untuk membangun kembali berbagai kerusakan.

a) Membantu pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana


untuk memantau kejadian bencana diwaktu yang akan datang.

b) Penerapan rancang bangun yang tepat dan benar untuk


mengantisipasi bencana yang sering terjadi.

c) Membantu penyediaan dan pengerahan alat peralatan


konstruksi yang dimiliki satuan Yonzipur untuk memperbaiki infra
struktur yang rusak terutama sarana perhubungan darat.

d) Membantu penyediaan sarana pendukung untuk transportasi


udara dan air untuk keperluan evakuasi penduduk berupa:

(1) Pembuatan helipad

(2) Pembuatan dermaga / tempat pendaratan kapal di


pantai

(3) Penyediaan perahu karet/LCR

TERBATAS
TERBATAS
23

BAB-VI

KONSEPSI PENGERAHAN SATUAN YONZIPUR

18. Umum. Penanggulangan bencana alam pada hakekatnya merupakan


tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan penanggulangan bencana disusun untuk mengantisipasi terjadinya
bencana, termasuk dengan melibatkan TNI AD melalui pengerahan satuan-satuannya
sebagai upaya membantu menanggulangi bencana. Mencermati kondisi penanggulangan
dampak akibat bencana alam saat ini yang dilaksanakan seperti pada beberapa peristiwa
yang terjadi di daerah, maka perlu dipertimbangkan tentang adanya konsep pengerahan
satuan Yonzipur secara utuh ke dalam struktur organisasi penanggulangan bencana alam
agar dapat lebih mengoptimalkan bentuk bantuan yang dapat diberikan oleh satuan
jajaran TNI AD dalam rangka tugas bantuan bencana di daerah.

19. Kebijakan. Dalam pengerahan satuan Yonzipur untuk membantu


penanggulangan bencana tidak lepas dari kebijakan-kebijakan yang menjadi legitimasi
hukum dalam pelaksanaan tugas. Kebijakan – kebijakan tersebut meliputi :

a. Kebijakan TNI AD dalam penggunaan satuan Yonzipur untuk OMSP antara


lain:
TERBATAS
TERBATAS
24
1) Operasi Bantuan Kemanusiaan. Operasi Bantuan Kemanusiaan saat
ini lebih banyak kepada bantuan penanggulangan bencana alam.

a) Melaksanakan pengungsian aparat pemerintahan dan rakyat,


penyiapan fasilitas akomodasi dan perbekalan air listrik didaerah
pengungsian.

b) Membuat/ menyediakan ruang, alat serta sarana dan fasilitas


yang diperlukan melalui kegiatan konstruksi.

c) Membantu kegiatan pengendalian kerusakan daerah dengan


rehabilitasi bangunan yang rusak dan pembangunan fisik.

2) Operasi Bantuan Kepada Pemerintah Sipil. Satuan Yonzipur


mempunyai peran memberikan dukungan personel, materiil untuk tugas-
tugas berupa :

a) Mencegah gangguan keamanan atau memulihkan ketertiban


dan keamanan umum.

b) Menjaga keamanan dan keselamatan umum apabila terjadi


bencana alam/darurat sipil/darurat militer.

c) Pengamanan obyek vital.

d) Pemanfaatan sarana dan prasarana serta guna mempercepat


pembangunan.

b. Prosedur tetap bantuan TNI AD kepada pemerintah dalam rangka


penanggulangan bencana alam dan penanganan pengungsi dilakukan secara cepat,
simultan dan berjenjang mulai dari Tingkat Pusat ( Bakornas PBP / Mabes TNI, TNI
AD ), Tingkat Provinsi ( Satkorlak PBP / Kodam ), Tingkat Kabupaten/Kota ( Satlak
PBP/Korem/Kodim ) hingga tingkat Kecamatan ( Unit Operasi PBP / Koramil ).

20. Strategi. Berbagai upaya penanggulangan bencana yang selama ini


dilaksanakan oleh Satkorlak PBP dirasakan oleh masyarakat bahwa pelaksanaan bantuan
TERBATAS
TERBATAS
25
yang dilakukan oleh Satkorlak PBP di daerah masih terdapat kekurangan terutama dalam
penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan meliputi kegiatan fisik dan non fisik
pada masa sebelum, selama dan paska terjadinya bencana.

a. Tujuan

1) Mewujudkan mekanisme/prosedur pengerahan satuan Yonzipur


secara profesional dan proporsional dalam melaksanakan operasi bantuan
bencana guna mendukung operasi bantuan TNI AD khususnya operasi
bantuan bencana di daerah.

2) Menjamin kesiapan satuan Yonzipur agar mampu dengan cepat


memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam dalam
mencari, menolong, menyelamatkan, serta memberikan bantuan terhadap
korban secara efektif sesuai kemampuan satuan Yonzipur pada saat tahapan
tanggap darurat.

3) Menjamin kesiapan satuan Yonzipur agar mampu dengan cepat


memberikan bantuan zeni, baik berupa konstruksi, destruksi,
penyeberangan, perbekalan air/listrik, Jihandak dan Nubika terbatas baik
kepada masyarakat korban bencana alam maupun kepada instansi/elemen
pemberi bantuan lain secara efektif pada saat tahap tanggap darurat.

4) Menjamin kesiapan satuan Yonzipur agar mampu memberikan


bantuan terhadap upaya rehabilitasi dan rekonstruksi daerah yang terkena
bencana alam dengan menggunakan alat zeni yang dimiliki secara efektif
serta disesuaikan dengan kemampuan satuan Yonzipur Kotama sehingga
prasarana dan sarana wilayah dapat berfungsi kembali guna mengurangi
penderitaan masyarakat yang tertimpa bencana alam.

b. Sasaran

1) Terwujudnya kemampuan satuan Yonzipur dalam mendukung


pelaksanaan penanggulangan bencana meliputi :

TERBATAS
TERBATAS
26
a) Pengoperasian alat berat. Sasaran dalam pengoperasian alat
berat ini meliputi :

(1) Kemampuan prajurit zeni dalam memelihara alat berat


yang ada di satuan pada situasi normal sehingga kondisi alat
berat tersebut berada dalam kondisi siap untuk di operasikan
setiap saat.

(2) Kemampuan prajurit zeni dalam mengoperasikan alat


berat zeni yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan
tugas untuk membantu penanggulangan bencana.

(3) Kemampuan prajurit zeni dalam memberikan asistensi


teknis kepada instansi-instansi terkait dalam
pengoperasionalan dan pemeliharaan alat berat sehingga
penggunaan alat berat yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana penanggulangan bencana dari komando atas.

b) Kemampuan konstruksi bangunan dan jembatan. Sasarannya


adalah penggunaan kemampuan satuan Yonzipur yang optimal dalam
melaksanakan kegiatan pembuatan bangunan-bangunan vital untuk
mempercepat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan
prasarana umum serta pembuatan banguanan tahan gempa guna
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di daerah setempat.

c) Kemampuan perbekalan air dan listrik. Terwujudnya


kemampuan satuan Yonzipur dalam membangun maupun
memperbaiki instalasi listrik dan penyediaan air bersih yang
dibutuhkan segera oleh masyarakat baik dalam pengungsian ataupun
yang termasuk dalam sarana dan prasarana umum.

2) Terwujudnya sinkronisasi tugas antara satuan Yonzipur sebagai unsur


bantuan dari TNI AD, Pemda sebagai penggerak Satlak/Satkorlak PBP dan
Polri sebagai pengendali ketertiban dan keamanan masyarakat selama
proses penanganan bencana.

TERBATAS
TERBATAS
27
3) Terciptanya hubungan yang harmonis antara aparat kelembagaan
(organisasi non pemerintahan) dan penyelenggara negara yang dapat
dijadikan sebagai panutan bagi masyarakat sehingga memiliki semangat
kerja sama dan ethos kerja yang tinggi dalam menghadapi ancaman
bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

c. Subyek
1) Panglima TNI. Sebagai pejabat pembuat keputusan tentang
penggunaan kekuatanTNI memiliki kewenangan dan bertanggung jawah
tentang penentuan kebijaksanaan tentang pengerahan kekuatan TNI dalam
rangka penganggulangan akibat bencana alam .
2) Kasad. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Panglima TNI
khususnya mengenai administrasi dan penyelenggaraan pembinaan dan
penggunaan kekuatan TNI AD khususnya pada penugasan satuan jajaran
TNI AD dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).

3) Pangdam. Mengatur pengerahan satuan jajarannya untuk


dikerahkan membantu Satkorlak PBP dalam menanggulangi bencana alam
yang terjadi di wilayahnya, terutama pengerahan satuan Yonzipur yang
memiliki kemampuan yang sangat diperlukan dalam mempercepat proses
evakuasi saat bencana dan rehabilitasi serta rekonstruksi paska bencana.

4) Dirziad. Melaksanakan pembinaan latihan, kesiapan operasional


satuan di lingkungan satuan Zeni yang berkaitan dengan penyelenggaraan
fungsi Zeni dalam rangka penugasan satuan jajaran Zeni TNI AD guna
mendukung pelaksanaan tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).

5) Danpusdikzi. Menyelenggarakan, mengendalikan dan mengawasi


kegiatan pendidikan kecabangan Zeni sesuai kebijakan yang ditentukan oleh
Dankodiklat, khususnya materi pendidikan yang berkaitan dengan tugas
bantuan pada bancana seperti kontruksi, destruksi, lidikzi, rintangan,
samaran, penyeberangan, perbekalan air dan listrik serta asistensi teknis
Jihandak dan Nubika pasif.

TERBATAS
TERBATAS
28

d. Obyek
1) Batalyon Zipur. Merupakan obyek yang konsepsinya akan
dikerahkan ke dalam struktur organisasi penanggulangan bencana alam di
daerah.
2) Prajurit Yonzipur. Adalah personel dari Satuan Yonzipur yang
diorganisir dan dilatih secara perorangan maupun dalam hubungan satuan
guna meningkatkan kemampuannya dalam operasi bantuan kemanusiaan
pada bencana didaerah.
3) Materiil. Merupakan materiil yang diinventarisir dan disiapkan
untuk digunakan dalam mendukung pelaksanaan tugas satuan Yonzipur
pada operasi bantuan bencana di daerah.

e. Metode. Untuk mencapai tujuan konsepsi pengerahan satuan Yonzipur


dalam rangka membantu penanggulangan bencana alam di daerah, beberapa hal
yang perlu dilaksanakan yaitu :

1) Pendidikan dan Latihan. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan prajurit Yonzipur melalui lembaga
pendididkan berupa kursus-kursus, penataran dan pratugas agar siap
dikerahkan untuk melaksanakan tugas bantuan pada bencana alam melalui :

a) Pendidikan. Pendididkan yang dimaksusd adalah program


pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan berupa
kursus-kursus maupun penataran dimana dalam kurikulum yang telah
ada dimasukkan juga materi pelajaran penanggulangan bencana.

b) Latihan. Latihan yang dimaksud adalah latihan yang di


fokuskan pada penanggulangan bencana yang diimplementasikan
dalam dalam kegiatan pratugas sebelum melaksanakan tugas operasi.
Hal ini bertujuan agar satuan Yonzipur selalu siap, baik secara
personel, meteriil, maupun kemampuan untuk mendukung dalam
pelaksanaan tugas. Latihan dilaksanakan dengan sistem pembinaan
latihan yang terprogram dan terukur dapat membentuk prajurit yang

TERBATAS
TERBATAS
29
profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dalam tugas
penanggulangan bencana.

2) Pembinaan Satuan. Pembinaan komponen sumber daya satuan


sehingga tercapai kemampuan, kinerja satuan dan tingkat kesiapan satuan
untuk melaksanakan tugas berlandaskan jiwa kejuangan dan
profesionalisme keprajuritan TNI AD. Pembinaan satuan secara umum
meliputi aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan pengerahan pasukan
yaitu :

a) Pembinaan latihan. Untuk meningkatkan kemampuan


perorangan maupun satuan melalui pelaksanaan latihan untuk
kesiapan penanggulangan bencana alam agar peran satuan Yonzipur
dapat optimal, maka upaya yang dilakukan adalah:

(1) Latihan yang selama ini dilaksanakan untuk menghadapi


operasi militer untuk perang, namun dengan adanya UU
Nomor 34 Tahun 2004 maka latihan juga harus menyesuaikan
dengan tugas yang baru yaitu tugas operasi militer selain
perang. Dalam tugas selain perang peran Zeni sangat dominan
pada penanggulangan bencana alam yaitu melaksanakan
fungsi konstruksi, destruksi, penyeberangan, perbekalan
air/listrik dan nubika terbatas. Dengan adanya perubahan
tersebut maka Pangkotama berkoordinasi dengan Direktur Zeni
TNI AD tentang penyusunan direktif latihan terutama tentang
materi latihan yang sesuai dalam membekali satuan Yonzipur
agar memiliki kemampuan yang diperlukan dalam menghadapi
tugas tersebut.

(2) Melaksanakan latihan yang relatif lebih mendekati


dengan kondisi daerah yang terjadi bencana alam agar
pemahaman para prajurit tentang kondisi bencana alam lebih
realistis.

TERBATAS
TERBATAS
30
(3) Melaksanakan latihan pratugas yang bertujuan agar
satuan Yonzipur yang akan ditugaskan pada tahap paska
bencana dapat berlatih secara realistis. Untuk mencapai hal
tersebut upayakan agar unsur pimpinan di satuan Yonzipur
diberi kesempatan untuk meninjau lokasi terjadinya bencana
alam.

(4) Apabila terjadi hal khusus, seperti bencana alam yang


terjadi didaerah konflik, maka disamping membekali satuan
dengan kemampuan konstruksi, juga perlu 1/3 kekuatan
satuan dibekali kemampuan tempur untuk dapat
mengamankan rekannya yang melaksanakan tugas bantuan
kemanusiaan. Hal ini menjadi prioritas khusus karena
keamanan personel merupakan jaminan yang mutlak harus
didapat sebelum satuan tersebut dapat bekerja sesuai
fungsinya.

b) Pembinaan personel. Pembinaan personel ini di tujukan


pada peningkatan kesadaran prajurit dalam melaksanakan tugas
kemanusiaan melalui kegiatan keagamaan, jam komandan satuan
dengan materi-materi yang berkaitan dengan tugas kemanusiaan dan
bencana alam.

c) Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil ini difokuskan


pada inventarisasi dan pemeliharaan alat peralatan yang disiapkan
untuk mendukung penanggulangan bencana alam yang sewaktu-
waktu dapat terjadi di daerah. Dengan menyiapkan dan menyiagakan
satuan dalam masa pra bencana baik personel maupun materiil, akan
membudayakan hal tersebut pada individu prajurit sehingga kondisi
personel dan materiil selalu dalam kondisi yang siap di
operasionalkan.

3) Penugasan. Tahap pelatihan prajurit perlu ditindak lanjuti dengan


penugasan ke wilayah yang membutuhkan bantuan sesuai kebijakan
Komando atas. Penugasan ini akan memberikan bekal terhadap prajurit

TERBATAS
TERBATAS
31
mengenai tugas nyata di lapangan bagaimana langkah-langkah penanganan
bencana terutama pada saat paska bencana, dimana dampak bencana
terhadap masyarakat dan lingkungan akan menimbulkan inisiatif berpikir
prajurit untuk menangani kerusakan akibat bencana dengan segala
keterbatasan di daerah bencana.

4) Regulasi. Pembuatan peraturan yang mengatur tentang


penanggulangan bencana yang meliputi peran masing-masing bagian,
dukungan logistik, pengerahan personel dan materiil ke daerah bencana,
prosedur penanganan korban, dan tahapan penanganan lanjutan seperti
rehabilitasi, rekonstruksi, dan relokasi korban. Dalam pembuatan regulasi ini
perlu melibatkan instansi dan pihak terkait untuk menghindari perumusan
yang tumpang tindih tentang tugas dan tanggung jawab dalam
penangulangan bencana. Pembuatan regulasi harus terpusat sehingga akan
timbul persamaan pemahaman/persepsi terhadap aturan-aturan tersebut.
Aturan-aturan ini harus disosialisasikan secara menyeluruh sehingga dapat
dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam penanggulangan
bencana tepat pada waktunya.

5) Penambahan Alat Zeni. Penambahan alat peralatan zeni khususnya


alat berat zeni (alberzi), seperti excavator, dozer dan dump truck, akan
mengoptimalkan kemampuan Satzipur secara signifikan dalam
penanggulangan bencana, terutama pada saat terjadinya bencana. Alberzi
juga sangat berperan dalam proses evakuasi korban, pembersihan puing-
puing dan perbaikan infrastruktur terutama jalan dan jembatan, serta
rehabilitasi dan rekonstruksi daerah bencana.

6) Pengawasan dan Pengendalian. Kegiatan yang diperlukan untuk


memantau mekanisme dan penyelenggaraan peningkatan kemampuan
prajurit maupun selama penugasan adalah pengawasan dan pengendalian.
Kegiatan ini akan mengarahkan penanganan bencana agar dapat berjalan
pada koridor aturan yang telah ditentukan.

7) Koordinasi. Merumuskan bentuk dan pola koordinasi antara


satuan Yonzipur sebagai satuan pelaksana dilapangan dengan badan atau

TERBATAS
TERBATAS
32
organisasi yang menangani penanggulangan bencana alam secara
keseluruhan didaerah bencana. Dengan adanya sistem dan pola koordinasi
yang jelas, diharapkan tidak akan terjadi kesalahan dan miskoordinasi antar
elemen dalam badan penanggulangan bencana alam.

8) Evaluasi. Guna memperoleh masukan dan data mengenai hasil


penanggulangan bencana perlu adanya evaluasi. Melalui pengkajian dari
data-data dan fakta yang ditemukan dapat ditentukan kebijakan-kebijakan
lanjutan dalam penanggulangan bencana selanjutnya. Kegiatan ini harus
dilaksanakan secara komprehensif sehingga didapatkan data yang lengkap
mengenai dampak dan penanganan bencana.

f. Sarana dan Prasarana


1) Materiil. Pelaksanaan tugas operasi bantuan tidak pernah
terlepas dari dukungan meteriil. Oleh karena itu keberhasilan tugas satuan
Zeni sangat ditentukan oleh dukungan materiil zeni yang memadai. Dari
beberapa daerah yang dilanda bencana alam, terutama yang terkena
bencana tsunami dan gempa bumi, keberadaan alat Zeni sangat dominan
disamping alat peralatan Zeni lainnya. Dari 12 batalyon Zeni yang ada,
berdasarkan laporan evaluasi kekuatan dan kesiapan operasi semester II
tahun 2007 menunjukkan bahwa kondisi materiil masih belum memadai
untuk melaksanakan operasi bantuan pada penanggulangan bencana alam
di daerah.

2) Lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah


Pusdikzi sebagai lembaga pendidikan bagi prajurit Zeni. Kaitannya dengan
konsep ini adalah agar dalam lembaga pendidikan dimasukan juga kurikulum
tentang bantuan zeni dalam operasi militer selain perang khususnya bantuan
zeni dalam penanggulangan bencana.

3) Piranti Lunak. Aturan, petunjuk dan prosedur tetap yang digunakan


untuk kepentingan penanganan bencana alam mulai dari strata bawah
(operasional) sampai pada tingkat atas, perlu disediakan agar terwujud
suatu mekanisme pelaksanaan tugas yang sistimatis guna tercapainya

TERBATAS
TERBATAS
33
sasaran operasi bantuan pada bencana yang efektif, efisien dan tepat guna.
Kemudian piranti lunak yang telah disiapkan tersebut perlu disosialisasikan
secara lebih intensif serta di tingkatkan pemahamannya kepada setiap
prajurit Yonzipur sehingga dapat melaksanakan tugas bantuan
penanggulangan bencana alam secara optimal. Agar piranti lunak dapat
dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas operasi, upaya-upaya yang
dilakukan antara lain :

a) Mengadakan evaluasi secara menyeluruh terhadap satuan


yang sudah selesai melaksanakan tugas bantuan bencana tentang
kegagalan maupun keberhasilannya di lapangan dan kemudian
dituangkan dalam bentuk tulisan dan selanjutnya dijadikan referensi
bagi satuan yang akan melaksanakan tugas berikutnya.

b) Melaksanakan evaluasi terhadap protap-protap satuan dan


merevisi bagi protap bantuan bencana yang sudah tidak sesuai lagi
dengan kondisi yang berlaku saat ini. Protap yang ada di satuan baik
yang tidak di revisi tetap harus diuji dan dilatihkan.

c) Bagi buku-buku petunjuk yang berlaku di lingkungan Zeni


TNI AD namun masih belum disesuaikan dengan UU No. 34 tahun
2004 tentang TNI, maka perlu diadakan revisi buku-buku petunjuk
tersebut sehingga dapat digunakan di lingkungan TNI AD sesuai
aturan yang berlaku saat ini.

d) Menyarankan kepada pejabat yang berkomponen untuk


menindaklanjuti dengan pembuatan undang-undang tentang
bagaimana mekanisme pelaksanaan operasi penaggulangan bencana
alam.

21. Upaya. Meskipun satuan jajaran TNI AD, khususnya satuan Zeni dalam
melaksanakan tugasnya selama ini masih mampu memberikan konstribusi yang cukup
memadai dibidang rehabilitasi dan rekonstruksi, namun dihadapkan pada tantangan tugas
yang telah dilaksanakan dan kemungkinan yang akan dihadapi serta kondisi kesiapan

TERBATAS
TERBATAS
34
Satkorlak PBP saat ini maka perlu diadakan upaya-upaya konstrukstif agar kemampuan
dalam melaksanakan tugas yang akan datang dapat dilakukan secara maksimal sehingga
dapat mendukung tugas Satkorlak PBP dalam operasi penanggulangan bencana alam.
Hal-hal yang perlu dilaksanakan dari konsep pengerahan satuan Yonzipur dalam rangka
membantu penanggulangan bencana alam di daerah meliputi bidang organisasi, personel,
materil, latihan dan peranti lunak.

a. Pada masa sebelum terjadi bencana

1) Kegiatan Non Fisik

a) Bidang Organisasi. Pangkotama berkoordinasi dengan Pemda


dan instansi terkait lainnya dalam pembentukan organisasi kerangka
penanggulangan bencana di daerah. Dengan memasukkan satuan
Yonzipur yang ada di bawah komando Pangdam, menindaklanjuti
permintaan bantuan dari Pemda, maka satuan Yonzipur yang
dilengkapi dengan kemampuan untuk membantu penanggulangan
bencana alam yang terjadi di daerah mudah dikerahkan dan
berkoordinasi dengan Satkorlak PBP dalam pelaksanaan tugasnya.
Adapun penyusunan tugas organisasi kerangka penanggulangan
bencana pada satuan Yonzipur didasarkan pada hal-hal yang menjadi
pertimbangan dalam menganalisa susunan tugas yaitu:

(1) Kondisi daerah bencana alam, apakah daerah tersebut


sedang terjadi konflik atau tidak (konflik vertikal / horizontal )

(2) Luas wilayah yang tertimpa bencana alam.

(3) Tingkat kepadatan pemukiman penduduk daerah bencana


alam.

(4) Tingkat kerusakan daerah.

(5) Skala prioritas yang ditentukan oleh Satkorlak dalam


rangka mempercepat pemulihan kerusakan daerah.

(6) Sarana transportasi darat, laut dan udara yang


dipersiapkan untuk mendatangkan satuan Yonzipur .
TERBATAS
TERBATAS
35
(7) Kebijakan dari komando atas.

Dari analisa tugas tersebut, upaya untuk menentukan susunan


organisasi penugasan selanjutnya adalah :

(1) Untuk susunan tugas di daerah konflik perlu adanya


pengamanan terhadap personel yang melakukan tugas
konstruksi dan rehabilitasi karena hal ini merupakan titik
rawan. Upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun
organisasi sebagai berikut :

(a) Dari jumlah personel penugasan, 2/3 kekuatan


untuk melaksanakan tugas kontruksi yang dibekali
dengan kemampuan kontruksi dan dibekali materi
tentang tugas pengamanan.

(b) Dari jumlah personel penugasan, 1/3 kekuatan


untuk melaksanakan tugas pengamanan yaitu
mengamankan rekan-rekannya yang sedang
melaksanakan tugas kontruksi sehingga yang 1/3
kekuatan ini mempunyai kemampuan tentang operasi
tempur.

(2) Untuk susunan tugas di daerah yang tidak terjadi konflik


seluruh kekuatan penugasan dibentuk dalam organisasi untuk
melaksanakan tugas rehabilitasi dan rekontruksi.

(3) Upaya untuk meningkatkan efektifitas kerja diharapkan


agar seluruh organisasi penugasan merupakan personel Zeni,
namun sampai saat ini kondisi tersebut sangat sulit
dilaksanakan, upaya yang dilakukan adalah :

(a) Mengajukan kekurangan personel ke komando


atas baik Perwira, Bintara, dan Tamtama untuk
memenuhi TOP satuan Yonzipur, sehingga pada saat
penugasan terpenuhi organisasi penugasan dan korum.

TERBATAS
TERBATAS
36
(b) Apabila pada saat penugasan TOP satuan
Yonzipur belum terpenuhi diupayakan agar personel
yang diperbantukan untuk memenuhi satgas Zeni
memiliki kemampuan di bidang konstruksi, dengan cara
melibatkan anggota Denzibang yang telah mengetahui
daerah dan kerakteristiknya.

(4) Dihadapkan pada organisasi penugasan yang ada pada


saat ini untuk menambah kinerja Satgas Zeni dengan
menambah unsur bantuan, dangan susunan organisasi sebagai
berikut :

(a) Organisasi satgas Zeni dalam tugas bantuan pada


bencana alam yang ada pada saat ini sesuai Skep Kasad
No : SKEP/1/I/2005 berjumlah 400 orang yang terdiri
dari :
i Eselon Pimpinan
ii Eselon Pembantu Pimpinan
iii Eselon Pelaksana : 4 Ki Zeni.
iv Eselon Pelayanan : 1 Ki markas.
(b) Untuk menambah kemampuan, validasi yang
diharapkan adalah tetap digunakannya TOP Yonzipur
sesuai Skep Kasad No : SKEP/54/X/2005 yang terdiri
dari :

i Eselon Pimpinan
ii Eselon Pembantu Pimpinan
iii Eselon Pelaksana : - 3 Ki Zeni.
- 1 Ki Bantuan.
iv Eselon pelayanan : - 1 Ki Markas.

(5) Namun demikian dengan pertimbangan efektifitas dan


efisiensi, luasnya kerusakkan daerah, kecepatan tindakan serta
pertimbangan adanya kemungkinan terjadinya bencana di
lingkungan satuan Yonzipur itu sendiri, maka organisasi yang
TERBATAS
TERBATAS
37
disarankan adalah dari jumlah personel dan susunan organisasi
saat ini ditambah lagi dengan 1 Kompi bantuan sehingga
jumlah personel menjadi sekitar 489 orang atau sama dengan
jumlah personel satuan Yonzipur dikurangi personel kuorum
(664-175 orang) sehingga secara utuh satuan Yonzipur terlibat
dalam organisasi penanggulangan bencana. Susunan dari
konsep organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

(a) Eselon Pimpinan :2 orang


i Komandan :1 orang
ii Wadan :1 orang

(b) Eselon Pembantu Pimpinan :4 orang

i Pasi Intel :1 orang


ii Pasi Operasi :1 orang
iii Pasi Administrasi :1 orang
iv Dokter :1 orang

(c) Eselon Pelaksana


i 4 kompi Zeni @ 89 orang : 356 orang
(1 SST = 27 orang)
ii 1 Kompi Bantuan : 89 orang

(d) Eselon Pelayanan


- Kompi Markas :38 orang

(6) Dalam konteks penanggulangan bencana alam, titik


berat material yang harus diperhatikan adalah :

(a) Alat evakuasi. Digunakan untuk membantu


proses evakuasi korban berupa peralatan dan
kendaraan dengan kapasitas muatan yang besar
seperti: excavator, dozer, loader dan dump truck.

(b) Alat peralatan konstruksi. Alat peralatan ini akan


digunakan dalam kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi

TERBATAS
TERBATAS
38
sarana dan prasarana umum di daerah bencana. Alat
peralatan konstruksi yang dimaksud berupa :

i Alat berat zeni berupa dozer, excavator


dan loader. Alat berat zeni selain digunakan
dalam kegiatan konstruksi juga digunakan untuk
pembersihan puing-puing bangunan dan mayat.
ii Alat perkakas zeni berupa toolkit-toolkit
pertukangan yang digunakan untuk kegiatan
pembuatan bangunan dan barak-barak
pengungsi.

(c) Jembatan standard maupun non standard.


Materiil ini sangat dibutuhkan terutama saat jaringan
transportasi darat terputus akibat rusaknya jembatan
yang ada di lokasi bencana.
Kondisi materiil di satuan sampai saat ini masih terbatas baik
dari kualitas maupun dari kuantitas. Untuk menyiapkan meteriil Zeni
satuan dalam keadaan siap operasi upaya yang dilakukan adalah:

(1) Memelihara kualitas materiil Zeni yang ada disatuan


dengan cara antara lain:

(a) Melaksanakan pemeriksaan secara berkala oleh


komandan satuan dan pasilog terhadap kondisi materiil
Zeni yang ada disatuan.

(b) Meningkatkan pemeliharaan materiil Zeni


semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan satuan.

(c) Mengajukan ke komando atas spare part yang


rusak setelah purna tugas operasi.
(d) Bekerja sama dengan bengkel swasta apabila
kerusakan materiil Zeni sudah tidak dapat diperbaiki
dibengkel satuan.
TERBATAS
TERBATAS
39
(e) Mengajukan dana pemeliharaan rutin untuk setiap
jenis alat musik sehingga alat selalu dalam kondisi siap
pakai.

(f) Menambah pengadaan alat peralatan


perbengkelan untuk menambah kemampuan bengkel
satuan.

(2) Pemenuhan kuantitas alat Zeni sesuai kebutuhan


organisasi penugasan, upaya yang dilakukan adalah:

(a) Mengajukan kebutuhan bekal materil Zeni untuk


bekal operasi ke komando atas dengan tembusan
Direktorat Zeni sebagai pembina materiil Zeni.
(b) Apabila bekal meteriil Zeni belum terpenuhi dari
satuan atas, maka komandan satuan berkoordinasi
dengan Satkorlak penanganan bencana alam didaerah
untuk dapat mendukung peralatan yang masih kurang.
Kebutuhan minimal materiil Zeni yang harus dibawa
oleh satuan Yonzipur dalam tugas bantuan pada bencana alam
antara lain:

(a) Alat paralatan Zeni

i Gergaji mesin :9 unit


ii Toolkit tukang kayu : 12 unit
iii Toolkit tukang batu : 12 unit
iv Toolkit tukang listrik :6 unit
v Toolkit perpipaan :4 unit
vi Toolkit perbengkelan :2 unit
vii Jembatan Beiley : LS
viii LCR/Perahu karet : 12 unit
ix OBM : 12 unit
x Genset 5 KVA : 12 unit

TERBATAS
TERBATAS
40
xi Genset 10 KVA :6 unit
xii Genset 30 KVA :3 unit
xiii Water Pump :8 unit
xiv Compressor Pneumatic :1 unit
xv Survey Set :3 unit
xvi Tangga Lipat :4 unit

(b) Alat Berat Zeni

i Dozer Track D65 :4 unit


ii Greder :2 unit
iii Scop Loader :4 unit
iv Excavator pc 200 :4 unit
v Dump truck 5T :8 unit
vi Trailler Low Bed 20T :2 unit
vii Crane 20 Ton :2 unit
viii Shop Contact Maintenance: 1 unit
ix Backhoe Loader :2 unit
x Vibrator Roller :1 unit
xi Excavator Handler :1 unit
xii Excavator Crusher :1 unit
xiii Excavator Breaker :1 unit
xiv Cut Off Saw :4 unit
xv Fescue Saw :4 unit
xvi Lubricating Service :1 unit

(c) Kapsatlap

i Tenda Regu :6 set


ii Tenda Peleton : 16 set
iii Tenda Dapur :4 set
iv Veldbed : 400 buah
v
vi Dapur Lapangan :4 set
vii Meja Lapangan : 16 set
TERBATAS
TERBATAS
41
viii Kursi Lapangan : 32 set
ix Water Bag : 400 set
x Leather Work Gloves : 400 set
xi Sepatu Boot : 400 set
xii Masker : 400 set
xiii Live Vest : 400 set
xiv Light Helmet : 400 buah

Di samping itu Komandan satuan Yonzipur juga harus


senantiasa mampu berimprovisasi dilapangan dengan
mengubah fungsi alat yang ada menjadi alat yang dapat lebih
berdaya guna dengan tidak merusak peralatan yang ada.

b) Bidang Personel. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi di bidang konstruksi kecabangan Zeni yang merupakan
bagian dari TNI AD memiliki tugas konstruksi, dalam meningkatkan
kemampuan SDM prajurit Zeni harus mengikuti perkembangan agar
dalam pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan secara profesional.
Untuk mencapai kemampuan personel di bidang konstruksi belum ada
standar kemampuan yang ditetapkan sebagai parameter (tolak ukur),
namun untuk mencapai sasaran dalam penugasan perlu adanya
upaya-upaya peningkatan kualitas dan pemenuhan kuantitas di
bidang personel.

(1) Pemenuhan Kuantitas. Untuk memenuhi jumlah


personel penugasan diupayakan secara maksimal dipenuhi dari
personel organik sendiri dengan meminimalkan jumlah
personel korum atau dengan mengajukan ke komando atas
jumlah kekurangan sesuai kriteria personel yang dibutuhkan.
(2) Meningkatkan kualitas. Seleksi harus dilakukan agar
mendapatkan personel yang berkualitas. Sebelum dilaksanakan
seleksi terlebih dahulu dilaksanakan pembinaan personel
secara terencana, terarah dan terpadu sesuai prinsip-prinsip

TERBATAS
TERBATAS
42
pembinaan personel TNI AD. Dalam tugas dan
penanggulangan bencana alam antara perintah dari komando
atas dengan waktu pemberangkatan sangat singkat sehingga
tidak dapat dilakukan seleksi yang ideal, seperti yang dilakukan
dalam penyiapan pada operasi-operasi lainnya, dengan situasi
demikian selalu diupayakan adanya seleksi lewat pengamatan
sehari-hari oleh komandan satuan bawahan pada sikap
perilaku, pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan
jasmani sehingga dalam waktu singkat sudah dapat terpilih
personel penugasan. Upaya pembinaan personel yang
dioptimalkan dalam penyiapan pasukan siap operasi adalah
kemampuan pengetahuan, keterampilan, jasmani dan kesiapan
mental.

(a) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi dibidang konstruksi melalui pendidikan,
seminar maupun kuliah lapangan untuk mendapatkan
wawasan baru dan pengetahuan khususnya di bidang
konstruksi dihadapkan dengan tugas penanganan
bencana alam.

(b) Secara khusus bagi perwira di kompi bantuan /


yang berkaitan dengan alat berat untuk belajar di
bengkel-bengkel alat berat yang ada di daerah masing-
masing sampai dianggap mampu dalam melaksanakan
pemeliharaan dan perbaikan di satuan masing–masing,
sehingga setiap ada kendala di lapangan dapat diatasi
dengan sumber daya yang ada.

(c) Kemampuan jasmani. Kesiapan fisik untuk


melaksanakan tugas menanggulangi bencana alam pada
setiap prajurit dituntut harus tetap prima karena
tuntutan tugas di lapangan tidak mengenal batas waktu.

TERBATAS
TERBATAS
43
(d) Kesiapan mental. Untuk mendapatkan kondisi
mental prajurit Zeni yang handal diperlukan pembinaan
secara terus menerus oleh para komandan satuan.
Mental para prajurit menentukan keberhasilan dalam
tugas-tugas operasi terutama dalam menghadapi
tantangan tugas bantuan kemanusiaan seperti pada
bencana alam ini tentunya diperlukan semangat juang
yang tangguh, tidak kenal menyerah dan kerelaan
berkorban demi membantu saudara-saudara kita yang
sedang tertimpa musibah.

2) Pada masa tangap darurat


a) Kegiatan Non Fisik
(1) Pengaktifan organisasi kerangka penanggulangan
bencana dengan memenuhi personel dan peralatan sesuai
kebutuhan organisasi dan mengadakan koordinasi dengan
instansi terkait dengan memanfaatkan Puskodalops secara
maksimal untuk memudahkan pengerahan satuan Yonzipur
secara efektif.

(2) Pengerahan personel satuan Yonzipur untuk ikut


membantu menjaga kondisi mental masyarakat sehingga tidak
mudah panik dan mampu menyelamatkan diri dari ancaman
bencana sesuai dengan pembekalan binter yang telah
dilaksanakan.

b) Kegiatan Fisik

(1) Personel dan alat berat satuan Yonzipur dikerahkan


untuk memaksimalkan tindakan dalam tanggap darurat melalui
kegiatan evakuasi korban dan pembukaan jalur komunikasi
serta transportasi yang terputus akibat bencana. Alat Zeni
yang dapat dikerahkan berupa :
(a) Alat berat Zeni

(b) Alat perkakas/alat pertukangan.


TERBATAS
TERBATAS
44
(c) Kendaraan angkut material.

(d) Jembatan standar dan non standar TNI AD.

(e) Perahu karet / LCR

(2) Mengerahkan personel dan alpal satuan Yonzipur untuk


melaksanakan pembuatan barak pengungsi dan sarana vital
darurat lainnya seperti air bersih dan sanitasi :
a) Alat berat.

b) Alat perkakas/alat pertukangan.

c) Kendaraan angkut material.

d) Alat penjernih air.

3) Pada masa paska bencana

a) Kegiatan Non Fisik. Pengerahan personel Yonzipur untuk ikut


membantu meningkatkan kembali kondisi mental masyarakat yang
terpuruk akibat bencana yang mereka alami.

b) Kegiatan Fisik. Personel dan peralatan satuan Yonzipur dapat


diberdayakan dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi paska
bencana melalui pembangunan perumahan dan sarana umum
masyarakat.

(1) Pada tahap Rehabilitasi

(a) Penyediaan dan pengerahan alat peralatan


konstruksi untuk membantu kelancaran dalam upaya
memberdayakan kembali berbagai sarana prasarana
umum yang rusak dan membantu kelancaran
pembuatan tenda dan pembangunan barak-barak
darurat .

i. Alat berat.

ii. Alat perkakas/alat pertukangan.

iii. Kendaraan angkut material.

TERBATAS
TERBATAS
45

(b) Penyediaan dan pengerahan dukungan logistik


berupa :

i. Pendirian tenda-tenda standar TNI AD


sebagai tempat penampungan darurat.

ii. Pembuatan MCK di tempat-tempat


penampungan darurat.

iii. Penyediaan air bersih dan perbaikan


sarana air bersih.

(2) Pada tahap Rekonstruksi, yaitu membantu kelancaran


dalam upaya dan kegiatan untuk membangun kembali
berbagai kerusakan yang terjadi.

(a) Membantu pelaksanaan pem-bangunan sarana


dan prasarana untuk kepentingan deteksi dini terhadap
terjadinya bencana diwaktu yang akan datang seperti
menara

(b) Penerapan rancang bangun yang tepat dan benar


untuk mengantisipasi bencana yang sering terjadi.

(c) Membantu pemindahan penduduk secara lokal


atau melalui transmigrasi.

BAB-VII
PENUTUP

22. Kesimpulan
a. Indonesia merupakan Negara yang rawan akan terjadinya bencana alam
sebagai konsekuensi dari letak geografis Indonesia yang berada pada jalur rawan
terjadinya bencana alam yaitu berada di pertemuan tiga lempeng / kulit bumi yang
aktif bergerak sehingga berdampak pada terjadinya bencana alam baik gempa

TERBATAS
TERBATAS
46
bumi, jalur gunung berapi dan sesar/retakan maupun bencana alam lainnya yang
diakibatkan karena pemanfaatan lahan yang membahayakan keseimbangan alam.

b. Dalam menyikapi permasalahan bencana tersebut, Pemerintah telah


mengeluarkan kebijakan-kebijakan, baik kebijakan dalam rangka pencegahan
maupun langkah penanggulangan akibat bencana dengan melibatkan TNI sebagai
bagian dalam Bakornas PBP. Pelaksanaan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi memerlukan ketanggapsegeraan seluruh bagian yang
tergabung dalam organisasi Satkorlak PBP di daerah dalam membantu pemerintah
dan untuk memudahkan kinerja TNI sebagai bagian dari Pemerintah yang
dikoordinasikan oleh Bakornas, Satkorlak dan Satlak Penanggulangan Bencana.
Dari hasil evaluasi beberapa pelaksanaan tindakan tanggap darurat dalam rangka
mengatasi musibah bencana baik pada saat terjadi bencana gempa bumi dan
Tsunami, banjir dan lain-lain, peran Satkorlak PBP di daerah dalam pemberian
bantuan dalam penanggulangan bencana masih belum optimal, karena masih
adanya keterbatasan dari aspek organisasi, sumber daya manusia, materiil maupun
koordinasi antar bagian sehingga berpengaruh pada kinerja dalam penanggulangan
bencana khususnya pada saat tanggap darurat dan pasca bencana.

c. Yonzipur sebagai bagian dari TNI AD dalam membantu menanggulangi


bencana alam belum dikerahkan secara optimal karena hanya dilibatkan sebagai
asistensi teknis dalam operasi bantuan kepada Satkorlak PBP, sehingga perlu
adanya suatu konsepsi pengerahan satuan Zeni dalam hubungan satuan Yonzipur
yang berada di daerah guna mengerahkan personel dan peralatan Zeni yang
dimiliki dalam bidang konstruksi, destruksi, penyeberangan, perbekalan air/listrik,
Jihandak dan Nubika terbatas sehingga dapat memberikan bantuan kemanusiaan
khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana di daerah
secara optimal. Dengan demikian pengerahan satuan Yonzipur secara utuh ke
dalam organisasi Satkorlak PBP diharapkan dapat memperbesar hasil operasi
bantuan pada penanggulangan bencana karena lebih efisien dan efektif ditinjau
dari aspek organisasi, personel, materiil dan mekanisme pengerahannya.

23. Saran
a. Perlunya pemenuhan personel dan materiil satuan Yonzipur terutama alat
berat Zeni yang sangat dibutuhkan dalam rangka proses evakuasi korban dan

TERBATAS
TERBATAS
47
rehabilitasi jalur komunikasi dan transportasi guna mengoptimalkan bantuan yang
akan diberikan kepada Satkorlak PBP dalam menanggulangi bencana alam.
b. Guna meningkatkan profesionalisme prajurit Yonzipur, maka perlu
direncanakan dan dikembangkan suatu kurikulum pendidikan yang dibekalkan
kepada prajurit Zeni khususnya materi bantuan zeni dalam penanggulangan
bencana alam dan manajemen bencana kepada unsur pimpinan satuan.

c. Perlu diterbitkannya petunjuk pelaksanaan penanggulangan bencana di


daerah yang mengatur tugas dan tanggung jawab serta jalur koordinasi antar
satuan atau unit yang tergabung dalam organisasi Satkorlak PBP agar pelaksanaan
tugas di lapangan dalam penanggulangan bencana dapat terselenggara dengan
optimal.

Demikian uraian tulisan yang berjudul “KONSEPSI PENGERAHAN SATUAN


YONZIPUR DALAM RANGKA MEMBANTU PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH”,
semoga dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, saran dan
pertimbangan komando atas dalam menentukan kebijakan pengerahan satuan Yonzipur
dalam rangka membantu penanggulangan bencana di daerah, sehingga tugas operasi
bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh satuan jajaran TNI AD dapat dilaksanakan
secara optimal di masa-masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2008


Penulis

Heru Prayitno
Mayor Czi Nrp 11940031490272

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai