PEMBAHASAN
3
4
2.1.1. Tujuan1
yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan
penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali
perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk kedalam kategori ini.
Pemberian pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang terkena
bencana juga perlu karena bertujuan untuk mengembalikan optimisme dan
kepercayaan diri.
a. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus
korban bencana harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana
sehingga diharapkan bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar.
b. Swasta
Peran swasta belum secara optimal diberdayakan. Peran swasta cukup
menonjol pada saat kejadian bencana yaitu saat pemberian bantuan
darurat. Partisipasi yang lebih luas dari sektor swasta ini akan sangat
berguna bagi peningkatan ketahanan nasional dalam menghadapi bencana.
8
c. Lembaga Non-Pemerintah
Lembaga-lembaga Non Pemerintah pada dasarnya memiliki fleksibilitas
dan kemampuan yang memadai dalam upaya penanggulangan bencana.
Dengan koordinasi yang baik lembaga Non Pemerintah ini akan dapat
memberikan kontribusi dalam upaya penanggulangan bencana mulai dari
tahap sebelum, pada saat dan pasca bencana.
e. Media
Media memiliki kemampuan besar untuk membentuk opini publik. Untuk
itu peran media sangat penting dalam hal membangun ketahanan
masyarakat menghadapi bencana melalui kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan informasi kebencanaan berupa peringatan dini, kejadian
bencana serta upaya penanggulangannya, serta pendidikan kebencanaan
kepada masyarakat.
f. Lembaga Internasional
Pada dasarnya Pemerintah dapat menerima bantuan dari lembaga
internasional, baik pada saat pra bencana, saat tanggap darurta maupun
pasca bencana. Namun demikian harus mengikuti peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3. Fase1,2
1. Pra bencana
2. Tanggap Darurat
3. Pasca Bencana
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat O2, mengangkut bahan kimiawi, dan
mengandung sel-sel imun. Sampel darah adalah spesimen darah yang diambil
untuk dilakukan identifikasi baik untuk keperluan medis dan kepentingan
penyelidikan.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak
berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar
ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.Saliva dapat
disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Melalui darah
dan saliva, kita dapat mengidentifikasi golongan darah dan
DNA korban untuk kepentingan penyelidikan.
2.2.1. Golongan3
2.2.1.1. Metode
A. Aglutinasi Direct3
14
Pada metode ini, penetuan golongan darah dapat dilakukan seacara langsung
seperti penentuan paada golongan darah orang yang masih hidup, yaitu meneskan
1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan didlihatabterjadinya aglutinasi.
Aglutinasi yang terjadi pada suatu anti serumnmerupakan golongan darah bercak
yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutionasi pada anti serum A maka golongan
darah bercak tersebut adalah A. Metode ini hanya dapat digunakan pada mayat
yang belum meninggal terlalu lama dan selama sel darah tidak rusak.
B. Absorpsi Elusi3
Untuk sel darah yang rusak tidak buisa digunakan metode aglutinasi
directmelainkan harus digunakan metode elusi absorpsi. Sebelum melakukan
metode ini, ada langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk
memastikan bercak tersebut adalah darah dan apakah bercak darah tersebut adalah
berasal dari darah manusia atau hewan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
pada pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam
fisiologis bila menempel pada pakaian.
1. Cara kimiawi
kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan
mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes Takayama.
c. Pemeriksaan Wagenaar4
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan
juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara
kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat.
Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes
kan HCL encer, kemudian dipanaskan. Hasil positif bila terlihat
Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil
negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak
darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah
yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang
sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.
2. Cara serologik5
(anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera
terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi
antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat
merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
3. Pemeriksaan Mikroskopik4
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah. Cara
pemeriksaan: darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca
obyek kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca
penutup, lihat dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan apus
dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan
tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas
mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,
sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat
adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah
tersebut berasal dari seorang wanita. Kelebihan dari pemeriksaan mikroskopik
adalah dapat terlihatnya selsel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat
adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.
1. Dua atau tiga benang yang mengandubf bercak kering difiksasi dengan
metil alkohol selama 15 menit
2. Benang diangkat, dibiarkan mengeribg, kemudian diuraikan menjadi serat-
serat halus menggunakan sebuah jarum
3. Lakukan juga terhadao benang yang tidak mengandung bercak darah
sebagai kontrol negatif
4. Masukan srat benang ke dalam 2 tabung reaksi
5. Tetskan serum anti A ke dalam tabung pertama dan serum anti B kedalam
tabung kedua HINGGA serabut benang tersebut terendam seluruhnya
6. Simpan tabung-tabung tersebut ke dalam lemari pendingin bersuhu 4 c
selama 1 tahun
7. Cuci dengan larutan garam faal dingin 4 c sebanyak 56 kali
8. Tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator (sel darah merah golongan A
pada tabung pertama dan B pada tabung ke dua
9. Putar dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit
10. Bila tidak terjadi aglutinasi cuci sekali lagi dan kemudian ntambahkan 1-2
tetes larutan garam faal dingin panaskan pada suhu 56 c selama 10
menit pada kecepatan 1000 PM.
1.2.1.1.2. Saliva5
a) Bekas gigitan
Prosedur pengambilan sample saliva dari air liur yang telah mengering sebagai
berikut:
1. Ambil sepotong bahan dari benda yang terkena noda air liur, lalu
simpan di dalam tabung tes
2. Masukkan 3-4 ml air salin, lalu rendam selama kurang lebih 12 jam.
Lalu beri label sebagai 'Extract'.
3. Dari ekstrak, 0,5 ml diambil lalu disimpan dalam tabung reaksi yang
lain dan sisanya 3,5 ml disimpan dalam inkubator di 37oC selama
setengah jam.
4. Setelah keluar dari incubator, 0,5 ml ekstrak ditambahkan
5. Lalu tambahkan 0,75 ml asam sulfat (H2SO4) dan 0,25 ml natrium
tungstat
6. Larutan ini disentrifus selama 10 menit.
7. Lalu 2 ml tembaga sulfat (CuSO4) basa ditambahkan
8. Larutan ini disimpan selama 10 menit dalam air mandi mendidih.
9. Larutan siap untuk di periksa
c) Mukosa Oral
Metode: Buccal Swab.
Alat dan bahan: Cotton bud steril.
Prosedur:
sedikit sekali atau tidak sama sekali antigen golongan darahnya ke cairan
tubuhnya sehingga cairan tubuhnya tidak mengandung antigen tersebut.
Hal ini diketahui dari penelitian Yamakami pada tahun 1926 yang
menemukan adanya antigen A dan B pada saliva, lalu pada tahun 1930,
Lehrs dan Putkonen menyatakan bahwa karakter tersebut bersifat
dimorphic dengan ditemukannya golongan non-sekretor yang tak memiliki
antigen pada salivanya, selain golongan sekretor. Beberapa ahli kemudian
menemukan bahwa substansi antigen golongan darah tersebut tidak hanya
terdapat pada sel darah merah, tapi tersebar secara meluas pada seluruh
tubuh manusia, baik pada jaringan lunak maupun keras. Selain itu
substansi A, B, dan H juga terdapat sebagai mukopolisakarida dalam
sekresi kelenjar seperti saliva, keringat, dan cairan lambung.
Pada akhirnya diketahui bahwa sekresi mukopolisakarida ini
dikontrol oleh gen Se dan se, dimana Se dominan terhadap se. Pada
individu sekretor, penentuan golongan darah selain dapat dilakukan
menggunakan sampel darahnya, juga dapat dilakukan menggunakan
sampel cairan tubuh seperti saliva, dimana antigen pada cairan tubuhnya
biasanya terdapat dalam bentuk larut (soluble form glycoprotein).
Sedangkan pada individu non-sekretor, penentuan golongan darahnya
hanya dapat dilakukan dengan prosedur konvensional menggunakan sel
darah merahnya.
a) Penetralan antibodi
Pada tahap ini saliva dicampur dengan antiserum komersial (Anti-A
atau Anti-B) yang telah dilarutkan dengan aquades sehingga titer
antibodinya akan mendekati level antigen di dalam saliva, kemudian
biarkan untuk beberapa waktu agar keduanya bereaksi. Jika
subyeknya sekretor maka antigen golongan darah yang larut dalam
saliva akan bereaksi dengan dan menetralkan antibodi dalam
antiserum.
b) Aglutinasi-inhibisi
Pada tahap selanjutnya ditambahkan sel darah merah sesuai dengan
golongan darah yang akan dites ke dalam campuran tersebut. Jika
subyeknya sekretor, maka tidak terjadi aglutinasi sebab tidak ada lagi
antibodi yang tersisa untuk menggumpalkan sel darah merah, karena
sebelumnya telah bereaksi dengan antigen golongan darah di dalam
saliva. Reaksi yang menunjukkan aglutinasi negatif ini
diinterpretasikan status sekretornya positif. Namun jika subyeknya
non-sekretor, maka tidak ada antigen golongan darah di dalam saliva
sehingga antibodi di dalam antiserum tidak akan dinetralkan dan
22
1.2.1.1.3. Pulpa5,6
2.2.1.2. Interpretasi7
24
Keterangan:
1. Pada golongan darah A terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi
reagen anti A .
2. Pada golongan darah B terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi
reagen anti B.
3. Pada golongan darah AB terdapat aglutinasi pada tetesan kedua darah
tersebut.
4. Pada golongan darah O tidak terdapat aglutinasi pada kedua darah
tersebut.
Aglutinasi merupakan salah satu cara dimana antibodi menandai antigen
untuk dihancurkan. Apabila di dalam sel darah seseorang tidak terdaat aglutinogen
A maka dalam plasma akan terbentuk antibodi yang disebut aglutinin A (anti A).
Apabila dalam sel darah merah tidak terdapat aglutinogen B maka dalam plasma
darah terdapat anti B. Berarti golongan darah AB yang memiliki aglutinogen A
dan B tidak memiliki agluitin.
Setelah memiliki data post mortem pada primary identifiers, tim DVI
melanjutkan pemeriksaan selanjutnya dengan mengisi form berwarna kuning yang
biasanya dikenal sebagai data ante mortem , berikut adalah contoh dari data ante
mortem.
Data yang tertera di bawah ini merupakan data ante mortem yang diisi
dengan cara interview dengan keluarga korban, dalam mengetahui kecocokan
korban dengan keluarga biasanya keluarga yang bersangkutan ikut berperan dalam
pengecekan DNA, yang bertujuan untuk membandingkan DNA korban dengan
pihak keluarga, membandingkan data postmortem korban dengan data
antemortem korban. apabila cocok maka korban dikembalikan kepada pihak
keluarga melalui jalur hukum yang sudah ditetapkan.
27
2.2.2. DNA
2.2.2.1 Teknik9
29
. Terdapat dua dua jenis primer dalam suatu reaksi PCR yaitu
primerreverse dan forward yang bekerja pada dua untai berbeda
(sense dan antisense) dalam satu DNA. Syarat syarat primer meliputi panjang
primer, kandungan GC, dan melting temperature. Panjang primer berkisar antara
18 30 basa. Primer dengan panjang kurang dari 18 basa akan menjadikan
spesifisitas primer rendah sehingga memungkinkan terjadinya mispriming.
Kandungan GC yang ideal dalam primer adalah sekitar 50%. Melting
temperatur (Tm) adalah temperatur di mana 50 % untai ganda DNA terpisah.
Pemilihan Tm suatu primer sangat penting karena Tmprimer akan berpengaruh di
dalam pemilihan suhu annealing proses PCR. Suhu optimalnya berkisar antara
50 0C sampai 60 0C. Selain itu, juga tidak boleh terjadi self dimmer, pair dimmer,
atau hairpin. Ketiga, polimerase DNA merupakan enzim yang stabil dalam
pemanasan. Umumnya digunakan enzim Taq DNA polimerase (Taq = Thermus
aquaticus). Enzim ini tetap stabil mengamplifikasi DNA walaupun amplifikasi
berjalan pada suhu mendekati titik didih air. Polimerase DNA berfungsi sebagai
katalis untuk reaksi polimerisasi DNA. Pada proses PCR enzim ini juga
diperlukan untuk tahap ekstensi DNA. Keempat, buffer yaitu untuk menjaga
keseimbangan pH medium. Umumnya buffer PCR mengandung senyawa MgCl 2.
MgCl 2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi aktivitas DNA
polimerase. MgCl 2 tersebut juga akan meningkatkan interaksi primer dengan
templat yang membentuk komplek larut dengan dNTP Kelima, dNTPs
merupakan suatu campuran yang terdiri atas dATP (deoksiadenosin trifosfat),
dTTP (deoksitimidin trifosfat), dCTP (deoksisitidin trifosfat) dan dGTP
(deoksiguanosin trifosfat). dNTPs bertindak sebagai building block DNA yang
diperlukan dalam proses ekstensi DNA. dNTP akan menempel pada gugus OH
pada ujung 3 dari primer membentuk untai baru yang komplementer dengan
untai DNA template. Siklus PCR meliputi tiga tahap yaitu denaturasi,
annealing, dan elongasi (ekstensi).
31
a) Denaturasi
Pada tahap ini jika larutan DNA dipanaskan, maka energi termal akan
memecahkan ikatan hidrogen dan ikatan lain yang menentukan kestabilan
heliks ganda, akibatnya kedua untai akan memisah atau mengalami
denaturasi. Molekul DNA heliks tunggal dari proses denaturasi cukup
stabil. Jika suhu diturunkan, molekul tersebut biasanya tidak mengalami
renaturasi menjadi molekul DNA heliks ganda asal tetapi membentuk pola
kusut, namun untai yang saling komplemen dapat mengalami renaturasi
secara perlahan-lahan. Sifat ini menjadi dasar teknik hibridisasi asam
nukleat
a) Annealing
Tahap ini merupakan proses penempelan primer. Tahap annealing primer
merupakan tahap yang penting dalam PCR karena jika terdapat sedikit saja
kesalahan pada tahap ini maka akan mempengaruhi kemurnian dan hasil
akhir produk DNA yang diinginkan. Faktor yang mempengaruhi tahap ini
antara lain suhu annealing dan primer. Annealing umumnya berlangsung
pada suhu 54 C. Secara umum suhu annealing yang digunakan yaitu 54 0C.
Pemilihan suhu annealingberkaitan dengan Tm primer yang digunakan
untuk proses PCR. Suhu annealing yang digunakan dapat dihitung
berdasarkan (Tm 5) 0C sampai dengan (Tm + 5) 0C. Secara
teoritis Tm primer dapat dihitung dengan menggunakan rumus [2(A+T) +
4(C+G)]
b) Elongasi
Setelah primer menempel pada untai DNA target, enzim DNA polimerase
akan memanjangkan sekaligus membentuk DNA yang baru dari gabungan
antara primer, DNA cetakan, dan nukleotida. Jika dilakukan pengulangan
terhadap ketiga tahapan tersebut, maka untai DNA yang baru dibentuk
akan kembali mengalami proses denaturasi, penempelan, dan pemanjangan
untai DNA menjadi untai DNA yang baru. Pengulangan proses PCR akan
menghasilkan amplifikasi DNA cetakan baru secara eksponensial.
32
Selama satu siklus yang terdiri dari tiga fase tersebut, suhu pada mesin
PCR akan di kontrol oleh Thermal Cycler. Thermal Cycler merupakan suatu
alat yang dapat mengatur suhu sesuai dengan urutan dan waktu yang
diinginkan. Saat melakukan metode PCR harus dilakukan kontrol positif yang
diperlukan untuk mengetahui reaksi PCR berjalan baik atau tidak. Selain itu,
juga harus dilakukan kontrol negatif untuk mencegah kontaminasi pada PCR
Teknik PCR memiliki beberapa kelebihan, yaitu reaksi sangat spesifik dan
akurat, mudah dilakukan secara otomatis dan waktu relatif lebih cepat dari
teknik lain. Kekurangan dari PCR adalah biaya relatif mahal, rentan
terkontaminasi, dan tidak dapat mengekspresikan mutasi. Saat ini PCR sudah
digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan, di antaranya solasi
DNA, DNA sequencing, forensik, dan diagnose penyakit.
RFLP adalah salah satu aplikasi analisis DNA asli pada penelitian
forensik. Dengan perkembangan dan adanya teknik analisis DNA yang lebih baru
dan lebih efisien, RFLP tidak lagi digunakan karena membutuhkan sampel DNA
yang relatif banyak. Selain itu sampel yang bisanya diperoleh juga biasanya sudah
terdegradasi oleh faktor lingkungan, seperti kotoran atau jamur, tidak dapat
digunakan untuk RFLP. RFLP merupakan teknik sidik DNA berdasarkan deteksi
33
fragmen DNA dengan panjang yang bervariasi. Awalnya DNA diisolasi dari
sampel yang kemudian dipotong dengan enzim khusus restriction endonuclease.
Enzim ini memotong DNA pada pola sekuen tertentu yang disebut restriction
endonuclease recognition site (sisi yang dikenali oleh enzim restriksi). Ada atau
tidaknya sisi yang dikenali ini di dalam sampel DNA menghasilkan fragmen DNA
dengan panjang yang bervariasi. Selanjutnya potongan fragmen tersebut akan
dipisahkan dengan elektroforesis pada gel agarose 0,5%. Fragmen DNA kemudian
dipindahkan dan difiksasi pada pada membran nilon dan dihibridisasi spesifik
dengan pelacak (probe) DNA berlabel radioaktif yang akan berikatan dengan
sekuen DNA komplementernya pada sampel. Metode ini akhirnya munculah pita-
pita yang unik untuk setiap individu.
2.2.2.2. Prosedur
A. Isolasi DNA
Alat:
1. Centrifuge
2. Vacuum
3. Tabung ependorf 1,5 ml
4. Pipet - Box tempat menyimpan es
5. Tip
6. Pinset
7. Mikropipet
Bahan :
1. Tris HCl - Ethanol 70 %
2. EDTA
3. dH2O
4. NaCl
5. Nonidet P40 (NP40)
6. Kantung Plastik
7. SDS
8. Chloroform
9. Es
10. Ethanol absolute
36
Cara Kerja:
1. Siapkan tabung ependorf 1,5 ml, darah sapi/domba
dimasukkan dengan volume 500 l.
2. Siapkan buffer pengekstrak DNA, larutan yang digunakan
untuk ekstraksi DNA sel darah sapi adalah : Larutan I (10
mM Tris pH 7,6; 10 mM KCl; 10 mM MgCl2), Larutan II (10
mM Tris pH 7,6; 10 mM KCl; 10 mM MgCl2 + 0,5 M NaCl;
0,5% SDS; 2 mM EDTA), larutan Nonidet P40 (NP40)
3. Tambahkan 500 l Larutan I ke dalam tabung ependorf
yang telah terisi darah
4. Campurkan dengan cara dibolak-balik sampai campuran
larutan tampak encer/jernih
5. Tambahkan larutan 12 l NP 40 lalu balik-balik secara
perlahan
6. Campurkan dengan cara dibolak-balik sampai homogen
7. Lakukan sentrifuse suspensi (point 6) pada kecepatan 2000
rpm, 10 menit, suhu 4C, lalu supernatant dibuang.
Alat:
1. Mesin PCR
2. Vortex
3. Tabung eppendorf
4. Tube PCR - Mikropipet
5. Centrifuge
6. Tabung PCR
7. Tip
Bahan:
1. dH2O
2. Mg+ - 10 X buffer PCR
3. Agarose
4. dNTP
5. DNA Taq polymerase DNA template
Cara Kerja:
c. 1 l mixed dNTP
d. 0,5 l masing-masing primer (5 M)
e. 0,1 l DNA taq polymerase (5U/l)
f. 18 l dH2O
3. Campurkan PCR mix solution menggunakan vortex
4. Spin PCR mix solution menggunakan centrifuge
5. Masukkan masing-masing tabung yang berisi larutan PCR ke
dalam mesin PCR
6. Lakukan pengesetan program PCR
7. Setelah reaksi PCR selesai ( 3 jam), ambil tabung yang
berisi larutan PCR dari dalam mesin PCR
8. Sampel hasil PCR dapat disimpan pada suhu 4C untuk
disimpan atau dapat digunakan langsung.
Alat:
1. Microwave
2. pH meter
3. Flask
4. Timbangan
5. Comb
6. Box plastik
7. Timbangan
8. Elektrophoresis apparatus
9. Spatula
10. Power suplly Mikropipet
11. Tray untuk mencetak gel
12. Tip
13. Spatula
14. Timer
15. Magnetic stirrer
16. Gelas ukur 1 liter
17. Gelas beaker
18. Tabung eppendorf
Bahan:
1. 1X buffer TAE (Tris Base, Acetic Acid, EDTA)
2. Sampel DNA produk PCR
3. dH2O
4. Molekuler weigt maker
5. Tape
6. Agarose
7. Sucrose
8. Bromophenol blue
9. Ethidium Bromide
39
Cara Kerja:
dibuahi, bakal calon anak atau zigot, mengandung dua set gen
dalam kromosom dengan demikian untuk setiap pasangan
kromosom yang bersesuaian, kita mewarisi satu kromosom dari
ayah dan satu kromosom dari ibu. Ini menjelaskan mengapa ada
sifat dan karakter tubuh kita yang mirip ayah dan di sisi lain ada
sifat dan karakter tubuh kita yang mirip ibu. Struktur double helix
DNA berbentuk dua pita berlawanan arah seperti spiral. Sumber
gambar: tutorvista.com Semua kandungan DNA yang ada pada
sel dinamakan genom. Genom manusia terdiri dari genom inti sel
(nukleus) dan genom mitokondria.
Genom mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih
banyak kromosom, sehingga jika pada kromosom inti, masing-
masing hanya terdiri dari 2 copy, maka kromosom mitokondria
tersusun dari ribuan copy. Penyakit yang disebabkan oleh mutasi
pada gen di dalam mitokondria biasanya diwariskan dari ibu ke
anak karena mitokondria seorang manusia adalah hasil
pewarisan dari ibu. Hal ini disebabkan mitokondria lebih banyak
ditemukan di dalam sel telur daripada sperma. Setelah fertilisasi
mitokondria dari spermatozoa juga akan mati sehingga hanya
meninggalkan mitokondria dari sel telur .
lokasi baru pada kromatit, maka kedua gen tidak akan lagi
diturunkan bersama-sama, sebagai gantinya mereka akan
mewarisi secara independen satu sama lain karena mereka
terpisah secara spasial. Pewarisan independen ini akan
menyebabkan variasi dalam genom organisme.
Kebanyakan eukariota berkembang biak dengan reproduksi
seksual. Di sini, materi genetik dari dua organisme bergabung
untuk menimbulkan individu baru. Proses ini berlangsung dengan
bantuan dua mekanisme yang mendasari meiosis: proses
pembentukan gamet dan fertilisasi- penggabungan dari gamet
jantan dan betina. Meiosis adalah jenis khusus dari pembelahan
sel yang berlangsung hanya dalam sel seks khusus atau gamet.
Pembelahan ini akan mengurangi jumlah kromosom
setengahnya, itu diperlukan untuk pembentukan sel-sel haploid
(n) dari sel diploid (2n). Proses ini diperlukan untuk pemeliharaan
jumlah kromosom pada individu.
Meiosis dapat didefinisikan sebagai pembelahan
pengurangan yang terjadi pada sel germinal primordial. Setiap
sel diploid akan menimbulkan empat sel anak haploid pada akhir
dari pembelahan meiosis. Sebelum meiosis, ketika sel ada dalam
fase S dari siklus sel, replikasi DNA berlangsung untuk
menghasilkan dua salinan identik dari setiap helai kromosom. Ini
salinan identik disebut kromatid sister. Selama meiosis,
kromosom biasanya ditemukan berpasangan, ada satu
kromosom yang berasal dari ibu dan yang lainnya adalah berasal
dari ayah. Sepasang kromosom dikenal sebagai kromosom
homolog. Meiosis dapat dibagi dalam dua tahap: meiosis I dan
meiosis II. Pada tahap profase dari meiosis I pindah silang dari
kromosom akan terjadi, dan kromosom homolog dipisahkan
menjadi dua sel anak. Pada meiosis II, kromatid ditarik terpisah
dari satu sama lain untuk menimbulkan empat sel anak haploid.
Meiosis mengurangi jumlah kromosom menjadi setengah, yang
menjadi dua kali lipat sekali lagi dalam proses fertilisasi dan
menimbulkan zigot diploid baru.
44
1. Darah
Dari darah, bisa didapat banyak sekali informasi genetika
seseorang. Sel darah adalah tempat mendapatkan sumber
DNA terbaik dari manusia. Jumlah darah yang dapat
dianalisis kurang lebih sebanyak 50 mikroliter atau setara
dengan 0,05 cc.
2. Jaringan lunak
Jaringan lunak pada semua daerah tubuh manusia adalah
contoh yang baik untuk mengambil sampel DNA. Namun,
seringkali proses pengambilan sampel DNA pada bagian ini
dilakukan melalui operasi atau perlakuan invasif pada
seseorang yang akan diambil contoh dari sampel DNAnya.
4. Air liur
Cara pengambilan sampel DNA yang paling populer
dilakukan dan minim menimbulkan risiko ialah melalui
pengambilan air liur. Hanya dengan cotton bud yang diseka
pada permukaan mulut seseorang, maka seorang dokter
dapat cukup materi DNA orang tersebut.
5. Akar rambut
Pada beberapa kasus kejahatan, seringkali korban atau
pelaku meninggalkan jejak rambut yang rontok. Pada akar
rambut yang rontok ini terdapat materi DNA yang sering
menjadi bahan untuk pengambilan sampel.
7. Sperma
Pada contoh kasus penyiksaan secara seksual, sperma
menjadi salah satu sumber yang penting dalam pencarian
sampel DNA. Karena kepala dari sperma adalah sumber
penting DNA. 5 Mikroliter air mani sama jumlahnya dengan
50 mikroliter darah.
mudah cepat
dengan untuk Pulpa
keakuratan didapatkan, terindungi
yang sama tetapi tidak dari
dengan secepat jaringan
yang lain. manggunak keras
an saliva, sehingga
Prosesnya namun pada
cepat, tidak lebih cepat kondisis
sakit, dan dibandingk mayat
non-invasif. an dengan busuk/terba
pulpa. kar, masih
Tidak memungkin
melukai kan untuk
kulit. dilakukan
identifikasi
DNA dan
golongan
darah.
KELEMAHAN Mudah Merupakan Metode yang
terkontamin metode sangat
asi, bakteri yang destruktif
dapat invasif, karena
menyerang merusak mengharus
sel yang jaringan kan ektraksi
mengandun dan gigi yang
g DNA menimbul akan di
apabila kan rasa identifikasi.
tidak sakit pada Prosedur
disimpan orang sangat
dan hidup. kompleks
dikeringkan. Pada kasus sehingga
Sel darah mayat membutuhk
tidak dapat hangus an
dilihat, dan busuk seseorang
sehingga sulit yang ahli
pemeriksaa dilakukan dalam
n visual tindakan mengidenti
hanya bisa pengambil fikasi DNA
dilakukan an sampel dan
pada darah dan pembuluh
golongan lebih sulit darah
darah, dibandingk melalui
sedangkan an sampel pulpa.
identifikasi saliva.
DNA
membutuhk
50
an proses
lanjut.
2.2.6.1. Darah
Syarat yang harus dipenuhi ketika mengambil sampel darah untuk identifikasi
adalah:
2.2.6.2. Saliva
Adapun syarat yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel saliva adalah
sebagai berikut:
Identifikasi DNA dan golongan darah melalui sampel darah dan saliva
merupakan cara yang efektif dan mempunyai kekurangan dan kelebihannya
masing-masing-masing-masing. Pada sampel dengan profil yang baik, tingkat
keakuratan kedua cara ini mencapai hampir 100%.. Tetapi yang menjadi kendala
51
dalam dunia forensik adalah umumnya sampel yang diperoleh biasanya tidak
cukup baik dibandingkan dengan orang hidup. Indikator keberhasilan identifikasi
golongan darah dan DNA melalui sampel darah dan saliva ini sangat bergantung
pada kondisi sampel tersebut. Semakin baik sampel, maka semakin tinggi pula
tingkat akurasinya. Sebaliknya, semakin buruk sampel makan semakin buruk pula
akurasinya.
Indikator keberhasilan ini juga akan sangat bergantung pada prosedur
pengambilan sampel serta cara mengidentifikasinya. Ketepatan prosedur tentu
akan berimplikasi pada meningkatnya tingkat akurasi. Maka dari itu proses
identifikasi golongan darah dan DNA dalam dunia forensik ini sangat bergantung
pada keahlian yang melakukan identifikasi.
DVI Commander
Dokter Forensik
Ahli DNA
Tim INAFIS
mesin PCR yang selalnjutnya bisa menggunakan metode STR atau RFLP.
Selanjutnya, ada tim INAFIS yakni tim yang memiliki keahlian dalam
mengidentifikasi sidik jari.
Ketiga hal tersebut merupakan ranah kerja dari seorang dokter gigiterkait
dengan pengambilan sampel untuk identifikasi golongan darah dan DNA. Peran
dokter gigi dalam hal ini sangatlah penting karena pengambilan sampel pada
pulpa memerlukan tindakan ekstraksi gigi. Pencabutan gigi ini merupakan hal
yang dianggap keahlian seorang dokter gigi. Maka, peran dokter gigi sangat
diperlukan terutama untuk kasus mayat busuk atau mayat terbakar.
mencolok adalah bagian yang dijadikan sumber DNA dan metode yang
digunakan. Untuk mengidentifikasi korban dengan sel darah yang telah rusak,
maka dilakukan metode absorpsi elusi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan untuk mayat yang tinggal kerangka, sampel DNA dapat diperoleh
melalui gigi dan tulang.