Enamel dysplasia adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gangguan sel pada
pembentukan email (ameloblast) selama awal pembentukan email. Enamel Dysplasia adalah
penyakit keturunan atau merupakan akibat dari suatu kondisi sistemik selam awal pembentukan
gigi
(seperti
demam
tinggi,
kekurangan
nutrisi,
atau
penggunaan
fluoride
yang
berlebihan)adanya gangguan local (seperti trauma atau infeksi periapeks. Umumnya variasi
warna (dari putih ke kuning hingga coklat) atau variasi morfologi (seperti celah atau eml kasar)
dapat terjadi. Beberapa contoh gangguan enamel disajikan di sini.
A. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfekta adalah kelainan herediter yang mempengaruhi pembentukan
email baik dari gigi geligi sulung maupun permanen. Kekurangan enamel sebagian atau
seluruhnya meenyebabkan warna mahkota kuning sampai coklat, yang rentan terhadap karies.
Adapun persentase dari tiap tipe amelogenesis imperfekta, hipoplastik sebesar 60-73%,
hipomaturasi sebesar 20-40%, dan hipokalsifikasi sebesar 7%.1
Berikut ini ditulis secara ringkas tentang tiga tipe dan dilaporkan beberapa kekhususan
tentang subtipe-subtipe:
a. Tipe-tipe hipoplastik
Email pada waktu erupsi seluruhnya atau sebagian bsar tidak ada. Kalau tipis,titik kontak
tidak ada etapi kerusakan ini dapat dijumpai dalam bentuk cekungan-cekungan. Namun,kadangkadang sebesar kepala peniti, atau secara ban. Bentuk hipoplastik mencerminkan kerusakan
matriks email yang disebabkan oleh hancurnya ameloblas secara dini dalam pembentukan
cekungan-cekungan. Tidak adanya email mungkin membuktikan tidak adanya diferensiasi epitel
amail yang sebelah dalam.
Enam tipe amelogenesis imperfecta hipoplastic autosomal dominan,yaitu:
1. Amelogenesis imperfecta hipoplastic autosomal dominan dengan cekungan-cekungan.
Tidak ada email lokal, ekspresi dan penetrasi berubah-ubah padaanggota keluarga,
sesudah erupsi dasar cekungan-cekungan berubah warna menjadi coklat.
terdapat berbagai proses mutasi pada gen yang terlibat dalam proses amelogenesis, menyebabkan
timbulnya tampilan klinis dari tipe tipe penyakit diatas. 3
B. Fluorosis
Fluorosisi adalah kondisi yang disebabkan selama pembentukan email, konsumsi enyawa
fluoride berkonsentrasi tinggi , melebihi konsentrasi yang dianjurkan untuk mengendalikan
karies gigi.konsentrasi fluor yang ideal dalam air adalah 0,7-1 ppm. Apabila kadar 1,5 ppm dapat
menimbulkan fluorosis. Keparahan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi fluor tersebut.
Kasus fluorosis ringan menimbulkandaerah putih seperti kapur atau ceruk-ceruk kecil pada pada
email beberapa gigi, kasus sedang sampai parah menghasilkan bercak coklat atau kuning, yang
simetris pada permukaan enamel baik rahang atas maupun rahang bawah. Pada gigi dengan
kondisi parah, email menjadi lunak sehingga menimbulakan fraktur. Meskipun dapat terjadi
pada semua gigi, insisivus rahang bawah paling jarang terjadi. 1
Patogenesis
Pembentukan enamel pada gigi sulung dimulai saat fetus berusia 5 bulan
intrauterin.Sedangkan pada gigi permanen, pembentukan enamel dimulai pada bulan ke-4 setelah
bayi dilahirkan dan menjadi sempurna pada umur 4-7 tahun.
Pada anak yang mengalami trauma pada gigi sulung di bawah umur 4-7 tahun, di mana
pada umur di bawah 4 tahun enamel masih dalam proses pembentukan, dapat menyebabkan
terjadinya kelaianan pembentukan mahkota gigi.Trauma pada gigi sulung yang menyebabkan
gigi mengalami fraktur mahkota yang melibatkan enamel, dentin dan terbukanya ruang pulpa
merupakan penyebab terjadinya infeksi karena terbukanya ruang pulpa yang merupakan jalan
masuknya mikroorganisme dan menginfeksi periapikal gigi sulung.Ketika infeksi telah mencapai
pada akar gigi sulung, dapat mengganggu pembentukan enamel pada gigi permanen karena letak
mahkota gigi permanen yang memang dekat dengan akar gigi sulung.
Adanya trauma yang meninggalkan jejas pada gigi sulung hingga menyebabkan infeksi
pada periapikal gigi akan mengganggu ameloblas pembentuk mahkota gigi permanen.Akibatnya
ameloblas yang semula berbentuk kolumnar berubah menjadi bentuk kuboid sehingga susunan
epitel ameloblas menjadi berubah (abnormal).Selanjutnya akan terjadi proses degenerasi pada sel
ameloblas yaitu adanya perubahan pada inti sel.Ini sel mengalami nekrosis berupa kariolisis
( hilangnya inti sel karena lisis ) dan piknosis (inti sel mengecil, bulat dan gelap ).Karena tidak
ditemukannya lagi inti sel pada ameloblas, secara berangsur-angsur ameloblas akan berubah
menjadi bentukan kista dan akan terlihat sitoplasma yang bervakuola.Lisisnya inti sel pada sel
ameloblas menyebabkan terjadinya nekrosis pada sel ameloblas sehingga pada fase formation
atau fase pembentukan matriks organik enamel terganggu dan proses penyusunan enamel
terhenti dan menyebabkan enamel berkurang atau bahkan enamel tidak terbentuk sama sekali
pada daerah tersebut sehingga membentuk groove dan pit yang dalam atau dangkal pada
permukaan gigi akibat terjadinya hipoplasia enamel. 3
Gambaran Klinis
Pada hipoplasia enamel dapat ditemukan gambaran klinis berupa :
1. Perubahan warna pada enamel gigi
Mahkota gigi berwarna kuning sampai coklat.Perubahan warna gigi yang menjadi kuning
pada hipolasi enamel disebabkan karena lapisan dentin tidak ditutupi atau sedikit ditutupi oleh
enamel sehingga terjadi warna kuning akibat pancaran warna dentin yang selanjutnya pada
daerah ini terjadi penyerapan stein dan akan berubah menjadi kecoklatan.
2. Pembentukan groove yang dalam dan pit pada permukaan gigi
Perubahan kedalaman groove dan pit disebabkan karena terlepasnya atau hilangnya
enamel dari permukaan gigi.
Secara garis besar kerusakan yang ditimbulkan bervariasi tergantung dari keparahan dan
lamanya infeksi. Bila infeksi ringan dan berlangsung dalam waktu singkat, maka groove terlihat
berupa garis horizontal dengan kedalaman dangkal yang melintasi gigi.Sementara itu, bagian lain
dari gigi terlihat normal.Kadangkala juga ditemukan adanya bentuka pit- pit kecil yang tersusun
horizontal, terutama pada permukaan vestibular gigi insisivus dan molar pertama.
3. Timbul rasa ngilu pada gigi dan rentan terhadap karies.
Enamel merupakan jaringan yang kuat dan paling keras yang melindungi gigi terhadap
rangsangan pengunyahan seperti rangsangan thermis, mekanis dan kimiawi.Pada hipoplasia
enamel, ditemukan lapisan enamel ang tipis bahkan tidak ada enamel yang melapisi
dentin.Akibatnya dentin tidak lagi memiliki lapisan pelindung, sehingga ketika mendapatkan
rangsangan pengunyahan, seperti panas dan dingin gigi akan menjadi ngilu.
Gigi yang mengalami hipoplasi enamel lebih rentan terhadap terjadinya karies karena permukaan
gigi yang mengalami hipoplasia enamel tidak rata sehingga memudahkan melekatnya makanan,
dan dengan oral hygiene yang buruk memperparah proses terjadinya karies.
4. Hipoplasie enamel dapat terjadi pada gigi sulung dan gigi permanen, namun insidensi terbesar
pada gigi permanen.
Hipoplasia dikategorikan menjadi beberapa tipe menurut Silberman, et al., yaitu : a) Tipe
I, diskolorasi enamel akibat hipoplasia; b) Tipe II, peleburan enamel abnormal akibat hipoplasia;
c) Tipe III, beberapa bagian enamel hilang akibat hipoplasia; d) Tipe IV, kombinasi ketiga tipe
hipoplasia. Hipoplasia enamel berdasarkan gambaran klinisnya dapat memperlihatkan suatu garis
linier atau sirkuler.
Daftar pustaka
1. Sheld Rickne C. Weiss Gabriele. Woelfels Dentl Anatomy. 8st Ed. Woelfels Kluwer.2010
2. Eversole R L, Wysocki P G. Contempory Oral and Maxillofacial Phatology. 2rd Ed.
Mosby. 1997
3. Shafer, Hine, Levi. Shafers Texbook of Oral Pathology. 7st Ed. Elsevier. 2012