Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan ekstra oral diperoleh melalui pemeriksaan obyektif maupun pemeriksaan
subyektif. Pemeriksaan obyektif adalah gabungan informasi obyektif pasien yang dapat
diperoleh dengan melihat atau memeriksa keadaan pasien secara langsung. Sedangkan
pemeriksaan subyektif contohnya adalah riwayat kesehatan pasien atau bisa disebut
pemeriksaan yang berdasarkan hasil anamnesa dari pasien.
Pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut
bagian luar. Meliputi pemeriksaan kelenjar limfe, TMJ ( Temporo Mandibular Joint), bibir,
dan wajah. Pemeriksaan ekstraoral dilakukan secara inspeksi ( pemeriksaan secara langsung
atau melihat) dan secara palpasi (pemeriksaan secara rabaan). Untuk mengetahui adanya
kecacatan, pembengkakan, benjolan luka, cedera, memar, fraktur, dan dislokasi lain
sebagainya.
Dalam skills lab ini kita diharapkan untuk mampu dan terampil berkomunikasi pada
saat melakukan pemeriksaan ekstra oral yang telah dipelajari pada blok ini, sehingga nantinya
dapat berguna bagi kita sebagai calon dokter dan dapat berguna juga bagi masyarakat.
Teknik pemeriksaan meliputi:
1. Inspeksi : Pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi terhadap kondisi
rongga mulut klien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik rongga mulut.
2. Palpasi: Teknik pemeriksaan dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan pada
bagian rongga mulut yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu
bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ, untuk memeriksa peradangan atau pembengkakan. Dapat dilakukan
bersamaan dengan teknik inspeksi dan perkusi.
3. Perkusi: Pemeriksaan dengan cara mengetukkan jari atau instrument kearah jaringan
yang dituju. Biasanya dilakukan pada gigi.
4. Auskultasi: Pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara, menggunakan stetoskop,
biasanya untuk memeriksa TMJ.6

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan ekstra oral.
2. Mampu melakukan pemeriksaan ekstra oral dengan teknik dan cara yang benar serta
profesional..
3. Memahami cara membaca dan memberikan kesimpulan yang benar dari hasilpemeriksaan
ekstra oral.
4. Mengetahui berbagai kelainan dalam pemeriksaan ekstra oral.
5. Mampu menerapkan prilaku yang sesuai dengan kondisi dan sosio-budaya pasien dalam
melakukan pemeriksaan.
6. Mampu melaporkan hasil pemeriksaan secara lisan maupun tulisan.
7. Untuk memenuhui tugas Laporan Skills Lab pemeriksaan ekstra oral sebagai mahasiswa
Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala dari serangkaian hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan pada pasien standar setiap pertemuan skills lab pada blok Ilmu
Kedokteran Dasar.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan kelenjar limfe

Untuk dapat menegakkan diagnosis suatu kelainan atau penyakit kepala-leher diperlukan
kemampuan dan keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ tersebut.
Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksaan fisik yang merupakan syarat bila
terdapat keluhan atau gejala yang berhubungan dengan kepala-leher. (1)
Sistem aliran limfe leher sangat penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk
radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfe
leher. (1)
Pasien dengan penyakit pada leher dan wajah dapat mempunyai banyak gejala yang
bervariasi. Nyeri kepala, kelemahan otot atau kelompok otot, disestesia, pembengkakan atau
massa, deformitas dan perubahan pada kulit merupakan keluhan-keluhan yang paling sering
dijumpai. (2)
Palpasi leher dan wajah harus dilakukan dengan sistematik. Kelenjar limfe leher dan
metastatik seringkali terletak pada segitiga leher depan. Daerah ini perlu di inspeksi dengan
cermat, khususnya di bawah otot sternokleidomastoideus dan sepanjang perjalanan selubung
karotis. Bangunan yang bisanya dapat dan harus dipalpasi adalah tulang hioid, rawan tiroid
dan krikoid, celah tirohioid dan krikotiroid, cincin trakea, otot sternokleidomastoideus, arteri
karotis, klavikula dan celah supraklavikula. (2)
Kelenjar limfe adalah organ limfoid perifer yang berhubungan dengan sirkulasi
pembuluh limfatik aferen dan eferen dan melalui venula pascakapiler berendotel tinggi.
Sejumlah tipe sel membentuk kerangka dan stroma penyokong kelenjar kapiler. Fibroblas
adalah tipe sel dominan pada kapsul dan trabekula kelenjar limfe. Lalu lintas kelenjar limfe
melalui jalur aferen dan eferen. Limfe aferen mengandung limfosit makrofag dan antigen
memasuki kelenjar limfe melalui ruang subkapsul dan mengalir melalui daerah parakorteks
dan medula ke dalam sinus medula yang menyatu membentuk pembuluh limfatik eferen. (11)

Kelenjar limfe berfungsi sebagai tempat sel yang memperkenalkan antigen, sel T dan
sel B berkontak dengan antigen yang dengan struktur tertentu meningkatkan interaksi sel T,
sel B dan sel-sel yang mempresentasikan antigen secara optimum. Dalam keadaan normal,

interaksi seperti itu menyebabkan efisiensi pengenalan antigen, aktivasi lengan reaksi imun
seluler dan humoral dan berakhir dengan pembasmian antigen. (3)

Gambar 1. Aliran drainase kelenjar limfe


Dikutip dari kepustakaan Anonymous. This animation shows the flow of lymph through a
lymph node [Online]. 1999 May 01 [cited 2007 Nov 7]; Available from:
http//www.jdaross.cwc.net-lymphnode.html

2.2 pemeriksaan TMJ (Temporal Mandibular Joint)

Temporomandibular Joint atau TMJ adalah persendian yang menghubungkan


condylus dari mandibula dengan bagian - bagian squamous dari tulang temporal. Condylus
berbentuk elips dengan sumbu memanjang dalam arah mesiolateral:

Sementara permukaan sendi pada tulang temporal tersusun dari articular fossa yang
berbentuk konkaf dan articular eminence yang berbentuk konveks.

GAMBAR 2. struktur tempolar mandibular joint

Bagian dari TMJ yang lain adalah :


a. Artikulasi tulang
Sendi temporo mandibula terdiri dari persendian yang dibentuk oleh tulang, yang
terdiri dari persendian yang dibentuk oleh tulang, yang terdiri dari fosa glenoidalis
dan prosesus kondilaris mandibula. Prosesus kondilaris ini berbrntuk elips yang tidak
rata apabila dilihat dari potongan melintang. Sedangkan permukaan artikular dari
persendian dilapisi oleh jaringan fibrokrtilago yang lebih banyak disbanding kartilago
hialin.
b. Diskus Artikularis
5

Diskus tersusun dari 3 bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan 3 mm, zona
intermediet yang tipis, dan pita anterior dengan ketebalan 2 mm.
c. Kapsula
Kapsula merupakan ligament tipis yang memanjang dari bagian temporal fosa
glenoidalis di bagian atas, bergabung dengan tepi meniscus, dan mencapai bawah
leher prosesus konilaris untuk mengelilingi seluruh sendi.
d. Ligamen
Ligament ligament yang terdapat pada sendi temporo mandibula yaitu ligamen
temporomandibula, ligament sphenomandibula, ligament stylomandibula, dan
ligament malleolar mandibula. Ligament tersebut berfungsi sebagai pelekat tulang
dengan otot dan dengan tulang yang lain.
e. Suplai pembuluh darah dan saraf
Suplai saraf sensoris ke sendi temporomandibula didapat dari nervus
aurikulotemporalis dan nervus masseter cabang dari nervus mandibularis. Jaringan
pembuluh darah untuk sendi berasal dari arteri temporalis superfisialis yang
merupakan cabang dari arteri carotis eksterna.
Sendi temporomandibula tidak luput dari kelainan seperti yangterjadi pada sendi
sinovial lain. The National Institute of Dental Research mengklasifikasikan kalainan sendi
temporomandibula dalam 3 kategori, yaitu kelainan otot pengunyahan, kelainan pada
kompleks kondilus diskus, dan penyakit degeneratif sendi. Kelainan sendi
temporomandibula yang paling sering terjadi adalah disebabkan oleh kelainan otot, yang
disebut sebagai nyeri miofasial dan disfungsi sendi temporomandibula.
Disfungsi sendi temporomandibular disebabkan oleh banyak factor, antara lain disebabkan
oleh beban pengunyahan pada gigi yang terlalu besar, pengecilan otot rahang, dan ketegangan
dari otot otot pendukung sendi temporomandibula. Juga disebabkan oleh, sikap tubuh yang
salah, kebiasaan oral yang buruk, kerusakan fascia yang disebabkan oleh trauma atau
penyakit. Fascia adalah jaringan fibrosa yang membentuk pembungkus otot dan berbagai
organ tubuh. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa rasa sakit, bunyi kliking saat membuka
mulut, dan kesulitan akan membuka mulut dengan lebar.4
Daerah dimana terjadi hubungan antara cranium dan mandibula disebut juga sendi
temporomandibula (TMJ). Gerakan sendir TMJ ada 2 gerakan yaitu:
A. Gerakan memutar atau gerakan engsel
B. Gerakan translasi atau meluncur

Pergerakan bebas mandibula yaitu kombinasi antara gerakan rotasi dan translasi yang
meliputi:
A. Gerakan membuka dan menutup
B. Gerakan protusi dan retrusi
C. Gerakan ke sampng kiri dan kanan (Gazali dan Kasim, 2004).
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang dapat mengalami masalah yang serius.
Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara,
bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.5
Kelainan yang sering terjadi:
A. Disfungsi (sindrom rasa sakit-disfungsi dari TMJ, miofasial pain-dysfunction
syndrom dst).
B. Susunan bagian dalam sendi yang tidak tepat.
C. Penyakit degenerasi (osteoartrosis, osteartritis, osteokondritis, osteoartropati).
D. Trauma
a.Fraktur
b.Dislokasi
c. Traumatik artritis, sinovitis, dll.

Gambar 3. Pemeriksaan kelenjar limfe

2.3 pemeriksaan wajah


A. Bentuk Wajah

Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan yaitu tipe wajah, kesimetrisan
wajah, dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar. Kesimetrisan
wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris bilateral apabila
wajah terbagi 2 sama lebar dan anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis
rambut ke titik glabela, subnasion (perbatasan septum nasal dengan bibir atas), dan
menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung dan cekung. Untuk
menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glablea, subnasion dan pogonion (dagu) dan
dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan pada wajah dapat dilakukan melalui pengamatan dan palpasi, pemeriksa
dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya ketidaksimetrisan pada wajah
secara jelas kemungkinan disebabkan oleh masalah gigi geligi, khusunya yang
berhubungan dengan nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan
penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa juga disebabkan
oleh adanya trauma.
Cara pemeriksaan pada wajah :
Pemeriksaan visual (inspeksi) daerah wajah dan leher dilihat dari depan. Perhatikan
apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang berlebihan
(sebagian besar wajah memang sedikit asimetris) ataupun facial palsy.
Kemungkinan kelainan pada wajah adalah:
a. Kelainan pada wajah bisa terjadi paralisis saraf fasial. Facial paralysis atau
kelumpuhan saraf di wajah atau bisa juga di sebut penyakit bells palsy adalah
hilangnya gerakan wajah karena kerusakan saraf. Otot-otot wajah terkulai atau
menjadi lemah. Ini biasanya terjadi pada salah satu sisi wajah, tapi juga
memungkinkan untuk terjadi pada kedua sisi wajah dan ini biasanya disebabkan oleh:
infeksi atau peradangan dari nervus facialis, trauma kepala, tumor kepala atau leher,
dan stroke. Penyebanya idiopatik, meskipun kemungkinan penyebab dapat meliputi
iskemik vaskuler, penyakit virus seperti herpes zoster, penyakit autoimun, atau bahkan
kombinasi dari semua faktor ini. Bells Palsy juga sering disebut fasial paralisis atau
kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmik, nondegeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada nervus fasialis di
foramen stilomastoideus. suatu kelainan, kongenital maupun didapat, yang
menyebabkan paralisis seluruh ataupun sebagian pada pergerakan wajah.5

Gambar 4. Perbedaan wajah yang tidak simetris dan simetris

B. Kulit Wajah
Pemeriksaan fisik pada kulit biasanya ditandai dengan menilai warna kulit. Kulit wajah
yang sehat biasanya ditandai dengan kulit normal dan pucat (tidak normal), yang biasanya
disebabkan oleh anemia (kekurangan darah) dan lain-lain. Warna kulit juga dipengaruhi oleh
banyak variabel. Gangguan pada melanin dapat menyeluruh atau setempat dan menyebabkan
kulit menjadi gelap. Dan terdapat kelainan kulit lain pada tubuh seperti ikterus adalah warna
kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu di dalam kulit
sekunder terhadap penyakit hati atau hemolisi sel darah merah dan tidak adanya pigmentasi
sama sekali terjadi pada albino. 7
C. Kepala
A. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan pada kepala dilakukan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
serta kelainan yang terdapat dikepala. Pemeriksaan pada kepala dapat dilakukan
dengan cara inspeksi dan palpasi.
Cara pemeriksaan kepala (inspeksi dan palpasi) :
- Atur posisi klien duduk atau berdiri karena posisi pasien akan memudahkan
-

pemeriksa dalam meakukan pemeriksaan.


Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll yang digunakan pada

pasien. Area yang diperiksa harus jelas terlihat.


Lakukan inspeksi dengan mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan
kulit kepala. Kepala yang normal adalah dalam posisi tegak dan stabil. Bentuk
tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan
oksipital dibagian posterior. Selain itu, ukuran, bentuk kepala, dan posisi
kepala terhadap tubuh adalah kepala tegak lurus dan digaris tengah tubuh.

Namun, ketidaksimetrisan dapat berasal dari cedera maupun gangguan


neurologis misalnya cedera kepala dan paralisis saraf fasial. Kulit kepala
-

normalnya halus dan tidak elastis.


Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung
jari, lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengah kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa,
tanda bekas luka di kepala, pembengkakan, nyeri tekan, dll. Jika hal tersebut
ditemukan,perhatikan beberapa besar/luasnya, bagaimana konsisensinya dan
dimana kedudukannya, apakah di dalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit
terlepas dari tulang.

Kemungkinan kelainan pada kepala adalah :


a. Kelainan kulit kepala termasuk benjolan atau lesi dapat terjadi kista pilar, psoriasis.
Kista pilar (kista trichilemmal) adalah kista berisi cairan yang terbentuk dari folikel
rambut dan yang paling sering ditemukan di kulit kepala.
b. Kelainan tulang tengkorak termasuk ukuran dan kontur dapat terjadi hidrosefalus atau
lekukan

pada

kulit

kepala

karena

trauma

(cedera

kepala).

Hidrosefalus

(hydrocephalus) adalah keadaan dimana terdapat banyak cairan di otak, yaitu pada
ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Cairan ini disebut sebagai
cairan serebrospinal atau cerebrospinal fluid (CSF). CSF adalah cairan bening yang
lazim mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Hidrosefalus bisa terjadi sejak
seseorang dilahirkan atau muncul setelah terkena cedera atau sakit. Penyebabnya
adalah produksi CSF (cairan serebrospinal) berlebihan, terjadinya penyumbatan yang
membuat CSF tidak bisa mengering. Cedera kepala adalah cedera pada tengkorak,
kulit kepala, atau otak yang disebabkan karena trauma. gegar otak adalah jenis cedera
otak traumatis yang terjadi ketika otak bergetar atau terguncang cukup keras sehingga
membentur otak. Gejala cedera otak seperti kebingungan, depresi, pusing atau
masalah keseimbangan tubuh, sakit kepala, hiang ingata, dan sebagainya.7

2.4 pemeriksaan bibir

10

Pemeriksaan fisik pada bibir biasanya ditandai dengan menilai warna bibir dan pada
tekstur nya. Bibir yang normal biasanya ditandai dengan bibir yang mera
Pemeriksaan ekstra oral selanjutnya adalah dengan melakukan palpasi pada bibir. Bibir
dipalpasi pada area vermilion dan juga area perbatasan vermilion zone dengan kulit. Palpasi
pada bibir tersebut dilakukan untuk melihat adanya batas antara vermilion dengan kulit dan
ada atau tidaknya keratinisasi pada bibir.7

BAB III
METODE KERJA

11

3.1 Pemeriksaan kelenjar limfe


1.
2.
3.
4.

cuci tangan anda dan gunakan handscoon


jelaskan dan beritahukan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
atur posisi pasien
lakukan secara palpasi mengunakan distal jari, kemudian tekan perlahan tapi
tegas dengan menggunakan gerakan melingkar pada: daerah submaksilaris
dengan menundukan kepala sedikit kebawah
5. lakukan penilain pada kelenjar limfe antara lain menganai ukuran, mobilitas,
suhu dan kekerasan kelenjar pasien bedasarkan pemeriksaan
6. cacat hasil penilaian pemeriksaan
7. cuci tangan anda.
3.2 pemeriksaan TMJ

nilailah/ periksalah dengan cara palpasi:

dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan kiri. Selanjutnya
instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut pasien. Dan periksalah kelancaran
dan pergerakan suara (kliking) pada TMJ.
3.3 Pemeriksaan wajah
a) penilaian bentuk wajah
nilailah/ periksalah dengan cara inspeksi:
1. ekspresi:
2. bentuk wajah:
3. kesimetrisan wajah:

4. gerakan involunter:

biasa/normal, kesakitan, takut, dan cemas


normal, deformitas, bengkak, dan benjolan.
biasa dilakukan dengan cara meminta pasien untuk
tersenyum untuk melihat bentuk kesimetrisan wajah.
Dan keseimbangan/ kesamaan bentuk wajah yaitu dapat
dilakukan dengan meminta pasien untuk tersenyium
sehingga kulit wajah tertarik dan kelihatan bentuk
aslinya karena apabila seorang tersenyum maka ekspresi
dan auranya keluar.
yaitu gerakan wajah yang terjadi saat di
impuls/rangsangan palpasi.

b) penilaian kulit wajah


nilailah/ periksalah dengan cara inspeksi:
1. warna kulit: normal, pucat, kemerahan, dan kuning (ikterus)

12

c) kepala
nilailah/ periksalah dengan cara inspeksi:
1. ukuran: normal, hidrosefali ( pembengkakan kepala) dan mikrosefali (pengecilan
kepala).
2. bentuk : bentuk, lekukan, dan benjolan
3.4 pemeriksaan bibir

nilailah/ periksalah dengan cara inspeksi:


1. bentuk: normal, defomitas, ulkus, kering, pecah-pecah, dan terdapat benjolan.
2. warna: normal (merah), dan pucat.6

BAB IV
ANALISIS

13

4.1 Deskripsi Lokasi


Pemeriksaan terhadap 1 orang yang berbeda setiap kali pergantian skill lab, pemeriksaan
tersebut dilakuan pada skill lab ke 3 pada blok 1 yang berlokasi di ruangan skill lab
kedokteran gigi universitas syiah kuala).
4.2 Deskripsi Karakteristik
Watak dan sikap orang yang diperiksa semuanya tergolong sabar, tenang, dan ramah.
Dengan senang hati mau diperiksa dan ingin sekali mengetahui kondisi kesehatan diri
mereka.
4.3 Hasil Pemeriksaan
Skills lab 1:
NAMA PASIEN:

cornelia alhusni

UMUR PASIEN:

19th

1.

Pemeriksaan kelenjar limfe:


mobilitas
kekerasan
suhu
bentuk

:bergerak
:lunak
:suhu normal tubuh
:bulat/normal (teraba).

2. pemeriksaan TMJ

kelancaran
suara (kliking)

:lancar
:tidak ada

3. pemeriksaan wajah
a) bentuk wajah
bentuk

: bulat

14

ekspresi
kesimetrisan
b) kulit wajah
wajah
c) kepala
ukuran
bentuk

: normal
: normal
: normal
: normal
: normal

4. pemeriksaan bibir

bentuk
warna

: normal, tidak kering maupun pecah


: merah, tidak pucat.

BAB VI
KESIMPULAN

1.
Metode yang digunaka dalam pemeriksaan tanda-tanda vital dapat berupa palpasi
(rabaan), dan inspeksi (dengan melihat)

15

2.

Pemeriksaan ekstra oral yang sering dilakukan oleh paramedis adalah pemeriksaan

kelenjar limfe, tmj ( temporo mandibular joint), bibir, dan wajah.


3. Pemeriksaan ekstraoral dilakukan secara inspeksi ( pemeriksaan secara langsung atau
melihat) dan secara palpasi (pemeriksaan secara rabaan). Untuk mengetahui adanya
kecacatan, pembengkakan, benjolan luka, cedera, memar, fraktur, dan dislokasi lain
sebagainya.

4. Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan di leher karena kelanjar limfe terdapat di leher, dan
dilakukan secara palpasi.
5. Pemeriksaan tmj dilaksanakan dengan cara palpasi.
6. Pemeriksaan wajah, kulit wajah, kepala, dan bibir dilakukan secaran inspeksi.
7. Kesimpulan dari hasil pemriksaan ekstra oral pasien menyimpulkan bahwa hasil
pemeriksaan pasien baik-baik saja atau normal.

DAFTAR PUSTAKA

16

1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.
Pembengkakan Kelenjar Limfe dan Limpa dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. 13th ed. Jakarta: EGC; 1999. p. 369-72
2. Soepardi EA, Iskandar N. Sistem aliran limfe leher dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;
2001. p. 137-42
3. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Anamnesis dan Pemeriksaan Kepala dan Leher
dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 1997. p. 3,23
4. Helmut Ferner dan Jodhen Staubesand, Alih bahasa Adji Darma, Cavitas Oris, gigi,
system pengunyah, Bagian I, Kepala, leher, Extremitas Atad, Edisi 10, 154-165
5. Univeristas Gajah Mada. 2015. Makalah dental hygeientis dan pemeriksaan ekstra oral
dan intra oral. Ilmu keperawatan gigi universitas gajah mada
6. Buku Panduan Praktikum dan Skills Laboratory Smester II Blok III : Ilmu Kedokteran
Dasar. Program Studi Kedokteran Gigi Unsyiah, 2012.
7. Adams. 1990 . Diagnosis Fisik. Jakarta, EGC.

17

18

Anda mungkin juga menyukai