Disusun oleh :
1. DEFINISI
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah. (Siregar, 2014). Sedangkan abses submandibula adalah abses yang terjadi di
submandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher.
1) Mulut
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga mulut
dibatasioleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit
(palatum), sebelahkiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang
bawah.
a) Rongga Mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan, yaitu :
b) Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel
yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi. Bagian-bagian
gigi adalah sebagai berikut :
Mahkota Gigi : Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin
(tulang gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih
kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.
Tulang Gigi : Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua
bagian, yaitu leher gigi danakar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi gusi
disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang rahang disebut
akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang dengan perantara semen.
Rongga gigi : Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga
gigi terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu,
rongga gigi sangat peka terhadap rangsanganpanas dan dingin.menurut bentuknya,
gigi dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
Gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong makanan
Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek makanan
Gigi geraham depan (Premolare/ P), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.
Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.
Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga dinamakan bersifat diphydont.
Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu adalah gigi
yang dimiliki oleh anak berusia 1-6 tahun. Jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi
permanen dimiliki oleh anak di atas 6tahun, jumlahnya 32 buah
2) Lidah
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot lidah melekat pada
tulanghyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaitu :
Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua (pangkal lidah),
dorsumlingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah). Lidah berfungsi untuk
membantumengunyah makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan
dalam rongga mulut,membantu dalam menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan
membantu dalam berbicara.Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat
badan sel saraf perasa (papila). ada tigabentuk papila, yaitu:(1) Papila fungiformis,
berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah dan ujung lidah.(2) Papila filiformis,
berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian depan lidah.(3) Papila
serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V terbalik
dibagian belakang lidah.Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi
4 sensasi rasa: manis, asam,pahit, dan asin
3) Kelenjar Lidah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi dengan bantuan
enzimyang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah mengandung
menghasilkan saliva.Saliva mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi
mengubah zat tepung atau amilummenjadi zat gula atau maltosa.Kelenjar ludah terdiri
atas tiga pasang sebagai berikut :
Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan saliva
berbentuk cairyang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan kelenjar terbesar
bermuara di pipi sebelahdalam berhadapan dengan geraham kedua.
Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah rahang bawah.
Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah. Kelenjar submandibularis dan
sublingualismenghasilkan air dan lender yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar
tersebut bermuara ditepi lidah.
3. ETIOLOGI
Menurut Siregar (2014) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain :
Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
4.PATHOFISIOLOGI
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih akan
mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis rongga
tersebut.Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong
jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas.
Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut
jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
5.MANIFESTASI KLINIK
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
Nyeri
Nyeri tekan
Teraba hangat
Pembengakakan
Kemerahan
Demam
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dijelaskan dari Novialdi 2010 pemeriksan penunjang bagi Abses submandibula yaitu:
1) Rontgen servikal lateral
2) Rontgen Panoramiks
3) Rontgen thorax
4) Laboratorium : Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis.
Pemeriksaan leukosit secara serial merupakan cara yang baik untuk menilai respons
terapi. Pemeriksaan glukosa darah diperlukan untuk mencari faktor predisposisi.
Pemeriksaan elektrolit darah diperlukan untuk menilai keseimbangan elektrolit yang
mungkin terjadi akibat gangguan asupan cairan dan nutrisi.
7. PENATALAKSANAAN
Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan
secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan
luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung
letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.Suatu
abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan sendirinya dan
mengeluarkan isinya, kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa
meninggalkan benjolan yang keras. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat
penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak
memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik. biasanya sia-sia antibiotik
biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh
lainnya.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a)Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses penyembuhan
luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu dikaji karena kulit yang
tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu kadang tampak abnormal pada klien
dengan ras dan kebangsaan lain (Smeltzer & Brenda).
b)Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari pertolongan.
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri.
c)Riwayat Penyakit Sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya-upaya yang telah
dilakukan.
d)Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengaruhi oleh penyakit – penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi, hipertensi.
e)Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:
Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu berakhirnya minum obat.
f)Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan yang
dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit mudah
terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang lama.
g)Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian yang dapat
mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini memungkinkan dapat
menyebabkan penyakit kulit.
h)Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu: Perasaan
depresi, Frustasi, Ansietas/kecemasan, Keputusasaan.
i)Aktivitas Sehari-hari
j)Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau
cemas akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi
rate meningkat.
k)Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Kepala Dan Rambut : Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut,
menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
Mata : Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan
penglihatan.
Hidung : Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan
cuping hidung, tidak ada sekret.
Mulut : Catat keadaan adanya gigi berlubang, luka gusi, bengkak gusi.
Telinga : Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan
terjadi ulkus didaerah daun telinga.
Leher : Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
jugularis dan kelenjar limfe.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) / agen pencedera
fisik (prosedur operasi)
2) Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive
3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
3. INTERVENSI
NO. STANDAR DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA
KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Managemen Nyeri
- Agen pencedera fisiologis keperawatan dalam ……. X 24 jam Tindakan
(inflamasi) tingkat nyeri menurun. Observasi :
- Agen pencedera fisik Kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(prosedur operasi) - Keluhan nyeri menurun : skala kualitas, intensitas nyeri.
Tanda dan Gejala - Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
Subyektif : - Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri verbal
- Mengeluh nyeri - Kesulitan tidur menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
Obyektif : - Frekuensi nadi membaik meringankan nyeri
- Tampak meringis - Pola nafas membaik - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Bersikap protektif - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Tekanan darah membaik
- Gelisah - Monitor keberhasilan terapi komplementar yang
- Nadi Meningkat sudah diberikan
- Sulit tidur
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Tekanan darah meningkat
Terapeutik :
- Pola nafas berubah
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi
- Nafsu makan berubah
nyeri
- Menarik diri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
- Diaforesis - Fasilitasi istirahat, tidur
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Terapi Relaksasi
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi penurunan energy, ketidakmampuan
konsentrasi, atau gejala lain
- Identifikasi tehnik relaksasi yang diberikan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
- Ciptakan lingkungan yang tenng dan suhu ruangan
yang nyaman
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi
- Jelaskan rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi
2. Resiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tin dakan 1. Pencegahan Infeksi
dengan efek prosedur infasive keperawatan dalam …… x 24 jam Tindakan
tingkat infeksi menurun. Observasi :
Kriteria Hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat - Batasi pengunjung
- Kebersihan badan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Demam, nyeri, kemerahan, - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
bengkak menurun dan lingkungan klien
- Kadar sel darah putih normal - Pertahankan teknik aseptic pada klien beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Anjurkan peningkatan asupan nutrisi
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan tin dakan Perawatan luka tekan
kulit/jaringan berhubungan keperawatan dalam …… x 24 jam Observasi :
dengan faktor mekanis integritas kulit dan jaringan Monitor kondisi luka
(penekanan tonjolan tulang, meningkat Monitor tanda & gejala infeksi pada luka
gesekan) ditandai dengan Kriteria Hasil : Monitor status nutrisi
DS : Kerusakan jaringan menurun
Terapeutik
DO : Nyeri menurun
Bersihkan luka bagian dalam dengan NaCL 0,9%
Adanya kerusakan jaringan Kemerahan menurun
Lakukan pembalutan jika perlu
Nyeri Perdarahan menurun
Oleskan salep jika perlu
Kemerahan Hematoma menurun
Gunakan kasur khusus jika perlu
Perdarahan
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
Hematoma
kondisi klien
Immobilisasi
Berikan diet kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 gr/kgBB/hari
Edukasi :
Anjurkan melaporkan tanda-tanda kerusakan kulit
Ajarkan prosedur perawatan luka
Kolaborasi :
A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 60 Tahun
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : KP. PAYANGAN, JATIASIH
Sumber biaya : JKN 3
Anak klien mengatakan ibunya adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, dan keluarga ibunya
tidak memiliki riwayat penyakit.
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Alkohol : Tidak
Merokok : Tidak
Obat : Tidak ada
Olahraga : Klien sejak sakit tidak pernah olahraga
8. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segment anterior dan posterior
OD OS
- Visus -
Tidak edema Palpebra Tidak edema
An anemis Conjungtiva An anemis
Tidak ada perdarahan Kornea Tidak ada perdarahan
Tidak diperiksa BMD Tidak diperiksa
isokor Pupil isokor
cokelat Iris cokelat
jernih Lensa jernih
Tidak diperiksa TIO Tidak diperiksa
9. Sistem Pendengaran
a. Pengkajian segment poterior dan anterior (tidak dikaji karena tidak ada alatnya)
OD OS
- Auricula -
- MAE -
- Membrane tympani -
- Rinne -
- Weber -
- Swabach -
b. Kekuatan otot : 5 5
5 5
NOTE : Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat Total Nilai 21
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubisus
(pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk,12 or less =
high risk)
POLA KEBIASAAN
Rumah (skor) Rumah Sakit (skor)
1. Pola aktivitas dan Latihan
a. Makan/Minum 0 1
b. Mandi 1 2
c. Berpakaian/Berdandan 1 1
d. Toileting 0 1
e. Mobilisasi di tempat tidur 0 1
f. Berpindah 0 0
g. Berjalan 0 0
h. Naik Tangga 0 0
Pemberian Skor :
0 = Mandiri; 1 = Dibantu sebagian; 2 = Perlu bantuan 3 = Perlu bantuan
a. Tidur Siang
b. Tidur Malam
b. Minum
Jenis Air putih, Teh manis Air putih
Jumlah 1000 - 1500 cc/hari 1000 - 1500 cc/hari
b. BAK
Frekuensi 6 - 7 x/hari 5 - 6 x/hari
b. Keramas
Frekuensi 2 hari sekali Klien belum keramas
sejak tgl 14/11/2021
Penggunaan shampoo Menggunakan shampoo -
c. Gosok gigi
Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
POLA SEKSUAL
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : tidak ada
2. Upaya yang dilakukan : -
POLA KOPING
1. Pengambilan keputusan : Dibantu oleh orang lain, yaitu anak
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri dll) :
Tidak ada
3. Yang biasa dilakukan apabila stress / mengalami masalah : Klien beribadah, berdoa supaya
dibantu Allah SWT.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : Klien mengatakan bengkak pada wajah membuat
klien sulit menelan
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Diam saja
c. Reaksi saat interaksi : Kooperatif
d. Gangguan konsep diri :
Harga diri : Tidak terganggu
Ideal diri : Tidak terganggu
Identitas diri : Tidak terganggu
Gambaran diri : Tidak terganggu
e. Lain – lain : Tidak ada
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Menurut anaknya, sebelum sakit ibunya rajin sholat 5 waktu. Klien terkadang mengikuti
pengajian ibu-ibu di sekitar tempat tinggal. Sekarang ini klien hanya sholat 5 waktu dan
berwudhu dengan tayamum yang dibantu anaknya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 14/11/2021 : PCR SWAB negative
Lekosit 28.200 /uL
Hemoglobin 14,1 g/dL
Hematokrit 41,3 %
Trombosit 617.000 /uL
Ureum 29 mg/dL
Kreatinin 0,70 mL/mnt/1
eGFR 91
GDS 261 mg/dL
Natrium 137 mmol/L
Kalium 4,2 mmol/L
Clorida 94 mmol/L
TERAPI
Infus RL / 8 jam (20 tpm)
Metronidazole 3x500 mg drip (iv)
Ketorolac 3x30 mg (iv)
Ceftriaxone 2x1gr (iv)
Omeperazole 2x40 mg (iv)
Paracetamol drip 1 gr (jika demam)
Novorapid 3x4 unit (SC) sebelum makan
Sansulin 0-0-8 unit (SC) malam
- Mencegah infeksi
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Mempercepat perbaikan luka
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien dan lingkungan klien - Turut serta klien mengenali
- Pertahankan teknik aseptic bertambahnya tanda gejala infeksi
Terapeutik :
- Mempertahankan kebersihan diri
- Lakukan perawatan luka
Edukasi : - Mempercepat penyembuhan luka
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mempercepat penyembuhan luka
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar - Membantu menangani infeksi yang
- Anjurkan peningkatan asupan nutrisi terjadi
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi :
- Berikan Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
- Berikan Metronidazole 3x500 mg (iv
drip)
Data Objektif
RENCANA TINDAKAN
- Klien tampak meringis
Managemen Nyeri
kesakitan - Untuk mengetahui perbaikan rasa nyeri
Tindakan
- Skala nyeri 5
Observasi :
- Untuk mengetahui perbaikan rasa nyeri
- TD : 115/80 mmHg - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Untuk mengetahui peningkatan / penurunan
- ada bengkak pada frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. rasa nyeri
mandibula - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui keefektifan obat
Kolaborasi :
- Mengurangi rasa nyeri
- Berikan ketorolac 3x30 mg (iv)
Terapi Relaksasi
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi tehnik relaksasi yang diberikan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan suhu
ruangan yang nyaman
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi
2021
- Klien tampak meringis
- S : 37,6 ºC, RR : 12 x/menit
- daerah luka tampak kemerahan
- teraba hangat pada daerah luka
- Skala nyeri 4
- TD : 130/80 mmHg, N : 98 x/menit,
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Manajemen Nyeri