TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah,
di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi
bakteri. Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare,
2001)
1. Mulut (oris)
mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan
langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta
Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk
b. Gigi(dentis)
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan
menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat
1) Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang
gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih
2) Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua
bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi
gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang
rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang
3) Rongga gigi
terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu,
makanan.
makanan.
diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi permanen. Gigi
susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1-6 tahun. Jumlahnya 20
jumlahnya 32 buah.
2. Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-
otot lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaiyu:
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks
berbicara.
geraham kedua.
bawah.
lidah.
C. Etiologi
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi.
Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah mandibula yang
pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering
mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini
Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera
eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada
tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak
untuk kuman aerob dan anaerob. Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh,
termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan
didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
pada penelitian lee dkk di korea, melaporkan gejala klinis yang spesifik
pada kasus 158 kasus infeksi leher dalam, yaitu keluhan leher bemgkak, sakit
pada leher, demam, panas dingin, sulit bernafas, nafas berbau, disfagia, dan
trismus.
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika
abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
E. Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meniggalkan rongga yang berisi jaringan
dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan
bakteri.sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang
jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi dinding pembatas.
Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut jka suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam
(www.medicastre.com.2004).
F. Pencegahan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam
asksi lokal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien
dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
perlahan karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-
sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses
bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,
setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
lainnya.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita
putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilkukan
A. Pengkajian.
1. Aktifitas/istirahat
(trauma).
2. Sirkulasi
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
6. Neurosensori.
8. Pernafasan
aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
c. Mencegah komplikasi
b. Cidera dicegah
c. Komplikasi dicegah/diminimalkan
dipahami
adalah:
B. Diagnosa Keperawatan
individu mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus
menerus lebih tinggi dari 37,5°C peroral atau 38,°C per rektal karena faktor–
faktor eksternal.
operasi. Menurut Carpenito (2000) defisit volume cairan dan elektrolit adalah
Keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau
hebab atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen patogenik atau
oportunis (virus, jamur, bakteri, protozoa dan parasit lain) dari sumber-sumber
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan suatu keadaan dimana individu yang
tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada area rahang dan
luka operasi. Menurut Carpenito (2000) perubahan pola tidur adalah keadaan
kuantitas atau kualitas pola tidurnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman
mengerti orang.
Harrison. (1999). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris :
kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13.
jakarta : EGC.
Siregar, R,S.(2004). Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi
2. Jakarta:EGC
Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa