Anda di halaman 1dari 71

7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

merupakan gangguan fungsi renal yang progresif da irreversible dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea

dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddart, 2002; 1448).

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan

etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang

progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo 2006,

p.581).

Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal

progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan

limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya

jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).

Gagal ginjal merupakan akibat terminal desruksi jaringan dan

kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung berangsur-angsur. Keadaan ini

dapat pula terjadi karena penyakit progresif cepat disertai awitan

mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan kerusakan

ginjal yang ireversibel ( Kowalak, dkk 2011.p.561.).

7
8

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa gagal ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) adalah suatu

keadaan dimana ginjal gagal berfungsi sebagaimana biasanya dan bersifat

tidak bisa kembali berfungsi seperti semula, akibatnya akan terjadi

penimbunan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh yang dapat

menimbulkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh manusia.

2. Epidemiologi

Di Kanada 1,9-2.300.000 orang memiliki penyakit ginjal kronis. Di

Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

menemukan bahwa CKD yang terkena 16,8% diperkirakan orang dewasa

berusia 20 tahun dan lebih tua, selama tahun 1999 hingga 2004. Inggris

diperkirakan menunjukkan bahwa 8,8% dari penduduk Britania Raya dan

Irlandia Utara telah mengalami gejala CKD.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh

Kementrian Kesehatan RI, sebanyak 0.2% dari total jumlah penduduk

Indonesia mengalami kondisi ini. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan

daerah dengan angka tertinggi yaitu, 0.5% dari total jumlah penduduk di

provinsi tersebut.

Dari data 7th Report of Indonesian Renal Registry tahun 2014, pasien

gagal ginjal yang melakukan cuci darah paling banyak disebabkan karena

hipertensi (37%). Diikuti diabetes (27%), dan kelainan bawaan (10%).


9

3. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

a. Anatomi Ginjal

Anatomi ginjal menurut Price dan Wilson (2005) dan Smletzer

dan Bare (2001), ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang

yang terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh

hati. Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub

atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan

oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari trauma langsung,

disebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga,

sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal

kiri yang berukuran normal biasanya tidak teraba pada waktu

pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior ginjal

tertutup oleh limfa, namun katub bawah ginjal kanan yang berukuran

normal dapat diraba secara bimanual.

Gambar 2.1
Letak Ginjal
10

Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai

kapsula renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum

abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior

organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan

kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam

ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta

abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali kedalam vena

kava inferior.

Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm

(4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan

beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub

atas dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan

tepi lateral ginjal berbentuk cekung karena adanya hilus.

Gambar 2.2
Penampang Ginjal
11

Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi

menjadi dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian

dalam. Medulla terbagi-bagi menjadi biji segitiga yang disebut

piramid, piranid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang

disebut kolumna bertini. Piramid-piramid tersebut tampak bercorak

karena tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul

nefron. Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus papilaris

bellini dan masukke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut

kaliks minor dan bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya

membentuk pelvis ginjal.

Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri

atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal,

jumlahnya sekitar satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya

mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari

kapsula bowmen yang mengintari rumbai kapiler glomerulus, tubulus

kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang

mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Kapsula bowman

merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat ruang

yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula bowman

dan ruang yang mengandung urine ini dikenal dengan nama ruang

bowmen atau ruang kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel - sel

epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian

terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih besar dan
12

membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar dari

rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan - tonjolan atau kaki -

kaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan

membrana basalis pada jarak - jarak tertentu sehingga terdapat daerah-

daerah yang bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah - daerah yang

terdapat diantara pedosit biasanya disebut celah pori – pori.

Gambar 2.3
Anatomi Nefron

Vaskulari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis. Setiap

arteri renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang

tersebut menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan

selanjutnya membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi

basis pyramid-piramid ginjal. Arteri arkuata kemudian membentuk


13

arteriola-arteriola interlobaris yang tersusun oleh parallel dalam

korteks, arteri ini selanjutnya membentuk arteriola aferen dan berakhir

pada rumbai-rumbai kapiler yaitu glomerolus. Rumbai-rumbai kapiler

atau glomeruli bersatu membentuk arteriola eferen yang bercabang-

cabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus

dan kapiler peritubular.

Gambar 2.4
Anatomi Glomerulus

Darah yang mengalir melalui sistem portal akan dialirkan ke

dalam jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena renalis

selanjutnya mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah

sekitar 1.200 ml permenit atau 20%-25% curah jantung (1.500 ml/

menit).
14

b. Fisiologi Ginjal

1) Fungsi Ginjal

Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai

macam fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi

ekskresi diantaranya meliputi :

a) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol

dengan mengubah-ubah ekskresi air.

b) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma

dalam rentang normal.

c) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan

kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3

d) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein,

terutama urea, asam urat dan kreatinin.

e) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan

darah.

f) Menghasilkan eritropoetin sebagai factor penting dalam

stimulasi produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang.

g) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

h) Degradasi insulin.

i) Menghasilkan prostaglandin.

2) Fisiologi Pembentukan Urine

Pembentukan urine diginjal dimulai dari proses filtrasi

plasma pada glomerolus. Sekitar seperlima dari plasma atau 125


15

ml/menit plasma dialirkan di ginjal melalui glomerolus ke kapsula

bowman. Hal ini dikenal dengan istilah laju filtrasi

glomerolus/glomerular filtration rate (GFR) dan proses filtrasi

pada glomerolus disebut ultrafiltrasi glomerulus. Tekanan darah

menentukan beberapa tekanan dan kecepatan alirn darah yang

melewati glomerulus. Ketika darah berjalan melewati struktur ini,

filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan

lewat sementara molekul-molekul besar tetap bertahan dalam

aliran darah. Cairan disaring melalui dinding jonjot-jonjot kapiler

glomerulus dan memasuki tubulus., cairan ini disebut filtrat. Filrat

terdiri dari air, elektrolit dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus

sebagian substansi ini secara selektif diabsobsi ulang kedalam

darah. Substansi lainnya diekresikan dari darah kedalam filtrat

ketika filtrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Filtrat akan

dipekatkan dalam tubulus distal serta duktud pengumpul dan

kemudian menjadi urine yang akan mencapai pelvis ginjal.

Sebagian substansi seperti glukosa normalnya akan

diabsorbsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan

terlihat dalam urine. Berbagai substansi yang secara normal

disaring oleh glomerulus, diabsorbsi oleh tubulus dan diekresikan

kedalam urine mencakup natrium, klorida, bikarbinat, kalium,

glukosa, ureum, kreatinin dan asam urat.


16

Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses

pembentukan urine, yaitu :

a) Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi

menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air,

garam, gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel

darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di

dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh

maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asm

amino dan garam-garam.

b) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus

proksimal zat dalam urine primer yang masih berguna akan

direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder)

dengan kadar urea yang tinggi.

c) Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal,

pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan

dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan

K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang

tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan

disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.

Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus setiap hari

dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan kedalam urine maka

dapat dilihat besar daya selektif sel tubulus, sebagai berikut :


17

Tabel 2.1
Daya Selektif Sel Tubulus

Komponen Disaring Dikeluarkan


Air 150 Liter 1,5 Liter
Garam 750 Liter 15 Gram
Glukosa 150 Liter 0 Gram
Urea 50 Gram 30 Gram

Tabel 2.2
Proses Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi selama 24 jam

Senyawa Normal Reabsorbsi Eksresi Sekresi Satuan


Na+ 26.000 25.850 150 - mEq
K+ 600 566 90 50 mEq
Cl- 18.000 17.850 150 - mEq
HCO3 4.900 4.900 0 - mEq
Urea 870 460 410 - mMol
Kreatinin 12 1 12 1 mMol
Asam 50 49 5 4 mMol
Urat
Glukosa 800 800 0 - mMol
Solut 54.000 53.400 700 100 mOsl
Total
Air 180.000 179.000 1.000 - Ml

Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang

berpperan dalam pengaturan tekanan darah. Apabila tekanan darah

turun, maka sel-sel otot polos meningkatkan pelelepasan reninnya.

Apabila tekanan darah naik maka sel - sel otot polos mengurangi

pelepasan reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang,

maka sel-sel makula dansa memberi sinyal pada sel-sel penghasil

renin untuk meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium

plasma meningkat, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal

kepada otot polos untuk menurunkan pelepasan renin. Setelah renin


18

beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian

suatu protein kecil yaitu angiotensinogen menjadi angiotensin I

yang terdiri dari 10 asam amino, angiotensinogen dihasikna oleh

hati dan konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan

angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung diseluruh

plasma, tetapi terutama dikapiler paru-paru. Angoitensi I kemudian

dirubah menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang

ditemukan dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan

tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriola perifer dan

merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan

merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus

pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi natrium

mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air, dengan demikian

volume plasma akan meningkat yang ikut berperan dalam

peningkan tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi

iskemia ginjal.

4. Klasifikasi

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga

stadium yaitu :

a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen

(BUN) normal dan penderita asimtomatik.


19

b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo

filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood

Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin

serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,

timbul nokturia dan poliuri.

c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo

filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit

atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum

nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992 :

813-814).

Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom

klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan,

sedang dan tahap akhir (Suhardjono, 2003).

Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang

dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease

Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya

yaitu :

a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria

persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)

b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG

antara 60-89 mL/menit/1,73 m2


20

c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59

mL/menit/1,73m2

d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29

mL/menit/1,73m2

e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2

atau gagal ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance

Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :

Clearance Creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatinin serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

Sedangkan untuk menentukan keseimbangan cairan tubuh dapat

dilihat pada rumus berikut ini :

Rumus : Intake – Output

Intake : air minum, air dalam makanan, air metabolisme, cairan

intravena/ injeksi.

Output : urine, IWL, feses dan muntah

Rumus Insesible Water Loss (IWL) : 15/ Kg BB/ Hari

Jika ada kenaikan suhu badan : IWL + 200 (suhu badan sekarang - 36,8)

Air metabolisme dewasa : 5 ml/ Kg BB/ Hari.


21

5. Etiologi

Beberapa penyakit yang secara permanen merusak nefron dapat

menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik. Etiologi penyakit gagal

ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya.

Penyebab utama penyakit ginjal kronik paling banyak adalah diabetes

mellitus, diikuti dengan hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar

serta penyebab lainnya.

a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulusnefritis.

b. Penyakit vaskuler hipertensif

c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sitemik,

poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

d. Gangguan congenital dan herediter misalnya penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubulus ginjal.

e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme,

amiloidosis.

f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesic, nefropati

timbale

g. Nefropati obtruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli

neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah :

hipetropi prostat, struktur uretra, anomaly congenital pada leher

kandung kemih dan uretra.

h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.

(Brunner & Suddart, 2002; 1448).


22

Sedangkan menurut sumber lain, etiologi dari CKD dibagi

berdasarkan sebagai berikut :

a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonephritis

2) Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis

3) Batu ginjal : nefrolitiasis

4) Kista di ginjal : polcystis kidney

5) Trauma langsung pada ginjal

6) Keganasan pada ginjal

7) Sumbatan : tumor, batu, penyempitan/ striktur

b. Penyakit umum di luar ginjal

1) Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

2) Dyslipidemia

3) Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

4) Preeklamsi

5) Obat-obatan

6) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)


23

6. Patofisiologi

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu

infeksi vskuer, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya

akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan LFG

(Laju Filtrasi Glomerulus) dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal

mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non eksresi.

Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus

yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan

memeriksa clearance kreatinin dalam darah yang menunjukkan penurunan

clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum.

Pada stadium paling dini penyakit gagal ginjal kronik, terjadi

kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal

LFG masih normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti,

akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai

dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG

sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi

sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada

LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia,

badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan.

Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda

uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan

metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain

sebagainya.
24

Pasien juga bisa terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi

saluran pernafasan maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain natrium dan

kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang

lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal

replacement therapy) antara lain dialysis atau transplatasi ginjal (Sudoyo

2006, p.581).

Gambar 2.5
Perbandingan Glomerulus Normal dengan Glomerulus pada CKD

Sedangkan Menurut Price S Anderson (2000), Elizabeth Crowin

(2000) dan Guyton (l997) patofisiologi gagal ginjal kronik yang

disebabkan oleh hipertensi adalah sebagai berikut : Hipertensi

menyebabkan penurunan perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan parenkim ginjal. Hal ini menyebabkan peningkatan renin dan

meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II dapat

menyebabkan dua hal yaitu : peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi


25

arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan

reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan ekstraseluler

sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume cairan

ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan

glomerulus, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga

laju filtrasi glomerulus menurun. Sebagai kompensasi dari penurunan laju

filtrasi menurun, maka kerja nefron yang masih normal akan meningkat

sampai akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan

meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun,

protein di tubulus di ekskresikan ke urine (proteinuria) yang

menyebabkan penurunan protein plasma (hipoproteinemia),

hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan onkotik kapiler.

Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka.

Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang

akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan

menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan sisa

metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan

meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi : rasa lelah,

anoreksia, mual dan muntah.


26
27

7. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik setiap system tubuh

dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperlihatkan

sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada

bagian dan tingkat kerusakan ginjal.

a. Gangguan pada Gastrointestinal

1) Anoreksia, mual, muntah akibat adanya gangguan metabolism

protein dalam usus dan terbentuknya zat toksit.

2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air

liur, yang kemudian diubah menjadi ammonia oleh bakteri,

sehingga napas penderita berbau ammoniak

3) Cegukan (belum diketahui penyebabnya)

b. Gangguan sistem hematologi dan kulit

1) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin

2) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan

urokrom.

3) Gatal-gatal akibat toksis uremik

4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah)

5) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang)

c. Gangguan sistem saraf dan otak

1) Miopati, kelainan dan hipertropi otot.

2) Ensefalopati metabolik ; lemah, tidak bias tidur, dan konsentrasi

terganggu.
28

d. Sistem kardiovaskuler

1) Hipertensi

2) Dada terasa nyeri dan sesak nafas

3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini

4) Edema

e. Gangguan sistem endokrin

1) Gangguan seksual/ libido ; fertilitas dan penurunan seksual pada

laki-laki serta gangguan menstruasi pada wanita.

2) Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan

sekresi insulin.

f. Gangguan pada musculoskeletal

1) Resiles leg syndrome (pegal pada kaki sehingga selalu

digerakkan)

2) Burning feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar terutama di

telapak kaki)

3) Tremor

4) Miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas)

(Muhammad, 2012. p.40-41).


29

8. Komplikasi

a. Hiperkalemia : Makin diperberat lagi oleh hipokalsemia,

hiponatremia, dan asidosis metabolik kronik yang ringan pada

penderita uremia biasanya akan menjadi stabil pada kadar bikarbonat

plasma 16 sampai 20 mEq/l.

b. Perikarditis

c. Efusi pericardial

d. Hiperurisemia : Pada hiperurisemia kadar asam urat yang meninggi

maka dihambat biosintesis yang dihasilkan oleh tubuh dan neuropati

perifer biasanya simtomatik tidak timbul sampai gagal ginjal

mencapai tahap akhir

e. Hipertensi :Diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium, serta

malfungsi system renin - angiotensin - aldosteron.

f. Anemia : Anemia berupa penurunan rentang usia sel darah merah,

perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, kehilangan

darah merah selama hemodialisis dan penurunan sekresi eritropoeitin

oleh ginjal yang sakit.

g. Penyakit tulang : Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat

retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme

vitamin D abnormal dan peningkatan kadar aluminium (Sudoyo

2006, p.582-584).
30

Tabel 2.3
Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik

Derajat Penjelasan LFG (ml/ menit) Komplikasi

1 Kerusakan ginjal dengan ≥ 90 -


LFG normal
Tekanan darah
2 Kerusakan ginjal dengan 60 – 89 mulai meningkat
penurunan LFG ringan

3 Penurunan LFG sedang 30 – 59 Hiperfosfatemia


Hipokalcemia
Anemia
Hiperparatiroid
Hipertensi
Hipertensi
Hiperhomosistin
emia

4 Penurunan LFG berat 15 – 29 Malnutrisi


Asidosis
metabolic
Cenderung
hiperkalemia
Dislipidemia

5 Gagal ginjal < 15 Gagal jantung


Uremia

(Sumber: Sudoyo 2006, p.582-584).

9. Pemeriksaan Diagnostik

a. Urine

1) Volume : < 400 ml/ 24 jam (oliguria) atau anuria

2) Warna : keruh kecoklatan (pus, bakteri, lemak, partikel/ keloid

fosfat atau sedimen kultur, darah, Hb, dan lain-lain)


31

3) Berat Jenis : < 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan

ginjal berat)

4) Osmolalitas : < 350 m osm/kg, rasio urin serum =1: 1

5) Natrium : 40 mEq/literkarena ginjal tidak mampu merabsobsi

natrium

6) Protein : proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.

b. Darah

1) Kreatinin : meningkat tahap akhir 10 mg/dl

2) Ureum meningkat

3) Hitung Darah lengkap Ht : menurun pada anemia, Hb : < 7-8 g/dl

4) AGD , Ph : rendah asidosis metabolik ( < 7,2 )

5) Natrium serum : rendah (ginjal kehabisan natrium)

6) Kalium : meningkat karena retensi

7) Magnesium / fosfat : meningkat (hiperfosfatemia)

8) Kalsium : menurun

c. Pemeriksaan kardiovaskuler

1) Electrocardiogram (ECG)

Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis (misalnya voltase rendah), aritmia, dan gangguan

elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia).

2) Echocardiography (ECO)
32

d. Radiologi

1) USG abdominal

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan

parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,

kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mencari adanya faktor yang reversible seperti obstruksi oleh

karena batu atau massa tumor, juga untuk menilai apakah proses

sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai karena

merupakan tindakan yang non-invasif dan tidak memerlukan

persiapan khusus.

2) CT scan abdominal

3) BNO/ IVP, FPA

4) Renogram

5) RPG ( retio pielografi )

(Brunner & Suddart, 2002; 1448).

10. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya

faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat

akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara

optimal, dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit

(Sukandar, 2006).
33

Hal yang dapat dilakukan meliputi :

1) Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin

2) Observasi balance cairan

3) Observasi adanya odema

4) Batasi cairan yang masuk

Pembatasan cairan pada pasien CKD sangat penting dilakukan

karena bertujuan untuk mencegah terjadinya edema komplikasi

kardiovaskuler. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang

dengan air yang keluar melalui insensible water loss antar 500 -

800 ml ditambah urine.Elektrolit yang harus diawasi asupannya

adalah kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan

karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang

fatal. Oleh klarena itu, makanan yang mengandung kalium harus

dibatasi. Pembatasan natrium dimaksudkan untuk

mengendalikan hipertensi dan edema. Jumlah kadar natrium

yang diberikan harus disesuaikan dengan tingginya tekanan

darah dan derajat edema yang terjadi.

5) Peranan diet

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk

mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka

lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif

nitrogen.
34

6) Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk gagal ginjal

kronik harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu

mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara

status nutrisi dan memelihara status gizi.

7) Kebutuhan cairan

Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat

supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

8) Kebutuhan elektrolit dan mineral

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual,

tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal

disease).

b. Medis

Penatalaksanaan medis untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik

menurut Smeltzer dan Bare (2001), yaitu :

1) Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi

a) Hipertensi

Diberikan anti-hipertensi, yaitu Metildopa (Aldomet),

Propanolol (Inderal), Minoksidil (Loniten), Klonidin

(Catapses), Beta Blocker, Prazosin (Minipress), Metrapolol

Tartrate (Lopressor).
35

Tabel 2.4
Daftar Obat Anti-Hipertensi

Nama Obat Sediaan Efek Samping Dosis


Obat
Metildopa Tablet Mengantuk Dewasa dan
(Aldomet) remaja:
Oral : Awal,
250 mg 2-3
kali per hari

Propanolol Tablet Bradikardia, Dosis awal 2 x


(Inderal) insomnia, mual, 40 mg/ hari,
muntah, diteruskan dosis
bronkospasme, pemeliharaan.
agranulositosis,
depresi.

Minoksidil Tablet. Kerontokan Dewasa: 5-40


(Loniten) rambut. mg/hari.

Klonidin Tablet, Mulut kering, 150–300


(Catapses) injeksi. pusing mual, mg/hari.
muntah,
konstipasi.
Beta Blocker Tablet, Mual, kaki 2x200 mg/hr
(Asebutol) kapsul. tangan dingin, (maksimal 800
insomnia, mimpi mg/hari).
buruk, lesu.

Prazosin Tablet, Sakit kepala, Dosis awal: 0.5


(Minipress) kapsul. mengantuk, mg melalui
kelelahan, mulut (per oral),
kelemahan, 2-3 kali sehari
penglihatan Dosis
kabur, mual, maksimum: 20
muntah, diare, mg/hari
konstipasi.

Metrapolol Tablet. Lesu, kaki dan 50 – 100 mg/kg


Tartrate tangan dingin,
36

(Lopressor). insomnia, mimpi


buruk, diare

b) Kelebihan cairan

Diberikan diuretik,diantaranya adalah Furosemid (Lasix),

Bumetanid (Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon),

Chlorothiazide (Diuril).

Tabel 2.5
Daftar Obat Diuretik

Nama Obat Sediaan Obat Efek Samping Dosis


Furosemid Tablet, kapsul, Pusing, lesu, Dewasa 40
(Lasix) injeksi. kaku otot, mg/hari.
hipotensi, mual, Anak 2 – 6
diare. mg/kgBB/hari

Bumetanid Tablet Kram otot, 0,5-2 mg/hari.


(Bumex) pusing,
hipotensi, sakit
kepala, mual,
dan
ensefalopati.

Torsemid. Tablet. Pusing, sakit 20 mg/hari.


kepala, mulut
kering.

Metolazone Tablet Pusing, sakit 0,5 mg/hari.


(Zaroxolon) kepala, nyeri
dada, kelelahan.

Chlorothiazide Botol. Kelemahan, 500-1000 mg


(Diuril). hipotensi, (10-20 mL) 1-
pusing, sakit 2 kali sehari.
kepala.
37

c) Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil.

d) Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium

Polisteren Sulfanat.

e) Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol.

f) Osteodistrofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol,

alumunium hidroksida.

g) Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium

karbonat, kalsium asetat, alumunium hidroksida.

h) Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin,

estrogen.

i) Ulserasi oral diatasi dengan antibiotik.

j) Pada CKD biasanya terjadi hipoalbumin karena

Hemodialisa (HD) dan Peritoneal Dialisis (PD)

menurunkan albumin, maka usahakan dulu albumin ≥ 2,5

k) Intervensi diet, yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/ kgBB),

vitamin B dan C, diet tinggi lemak dan karbohirat.

l) Asidosis metabolik diatasi dengan suplemen natrium

karbonat.

m) Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV

(valium), fenitonin (dilantin).

n) Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia

(epogen IV atau SC 3x seminggu), kompleks besi

(imferon), androgen (nandrolan dekarnoat/deca durobilin)


38

untuk perempuan, androgen (depo-testoteron) untuk pria,

transfuse Packet Red Cell/ PRC.

2) Terapi pengganti ginjal

Dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada

LFG kurang dari 15 ml/ menit. Terapi tersebut dapat berupa

hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal

(Suwitra, 2006).

a) Hemodialisis (HD)

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di

vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya

hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun

untuk mempermudah maka dilakukan :

 AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

 Double lumen : langsung pada daerah jantung

(vaskularisasi ke jantung).

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk

mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi

terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien CKD

yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal

(LFG).

Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan

indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi

absolut, yaitu pericarditis, ensefalopati neuropati azotemik,


39

bendungan paru, dan kelebihan cairan yang tidak responsive

dengan diuretic, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan

Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin >

10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8

mL/menit/1,73mイ, mual, anoreksia, muntah, dan astenia

berat (Sukandar, 2006).

b) Dialisis peritoneal (DP)

Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory

Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri

dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-

anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-

pasien yang telah menderita penyakit sistem

kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan

mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis,

kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke,

pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin

masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-

morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu

keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk

melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari

pusat ginjal.
40

c) Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal

(anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi

ginjal, yaitu :

 Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil

alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis

hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

 Kualitas hidup normal kembali

 Masa hidup (survival rate) lebih lama

 Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama

berhubungan dengan obat imunosupresif untuk

mencegah reaksi penolakan

 Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.

3) Operasi (Pengambilan batu jika ada batu di saluran kemih atau

ginjal itu sendiri).

B. Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease (CKD)

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebih banyak terjadi

pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko

daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal

masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa medis, dan
41

identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan

dengan pasien, pekerjaan, dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien

sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik

biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari

urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,

muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan

gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin,

penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik,

adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit

kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya

dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit

gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,

penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,

infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit diabetes mellitus,

dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi


42

penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian

obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat aergi terhadap jenis

obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal

kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang

bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal

kronik.

c. Pengkajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan

1) Persepsi Terhadap Penyakit

Biasanya persepsi pasien dengan penyakit ginjal kronik

mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai

kebiasaan merokok, alcohol, dan obat-obatan dalam kesehari-

hariannya.

2) Pola Nutrisi/ Metabolisme

a) Pola Makan

Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema),

penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu

hati, mual, dan muntah.

b) Pola Minum

Biasanya pasien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat

rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia).


43

3) Pola Eliminasi

a) BAB

Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.

b) BAK

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400 ml/hari

sampai anuria, warna urin keruh atau berwarna coklat,

merah, dan kuning pekat.

4) Pola Aktivitas/ Latihan

Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri

terganggu dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan

orang lain. Biasanya pasien kesulitan menentukan kondisi,

contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi,

peran dalam keluarga.

5) Pola Istirahat Tidur

Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah karena

adanya nyeri panggul, sakit kepala, dan kram otot/ kaki

(memburuk pada malam hari).

6) Pola Kognitif-Persepsi

Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal

kronik ini pada tingkat asietas sedang sampai berat.

7) Pola Peran Hubungan

Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya

sehari-hari karena perawatan yang lama.


44

8) Pola Seksualitas/ reproduksi

Biasanya terdapat masalah seksual berhubungan dengan

penyakit yang diderita pasien.

9) Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri

a) Body Image/ Gambaran Diri

Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat

tubuh terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah

operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang

mengubah fungsi alat tubuh.

b) Role/ Peran

Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang

diderita.

c) Identity/ Identitas Diri

Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang,

tidak mampu menerima perubahan, merasa kurang memiliki

potensi.

d) Self Esteem/ Harga Diri

Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan

diri, mengecilkan diri, keluhan fisik.

e) Self Ideal/ Ideal

Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada

nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki

harapan, merasa tidak berdaya.


45

10) Pola Koping-Toleransi Stres

Biasanya pasien mengalami factor stres, contoh financial,

perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,

menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan

kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

11) Pola Keyakinan Nilai

Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

a) Keadaan umum pasien lemah, letih, dan terlihat sakit berat

b) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat

uremia dimana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat

c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya

hipertensi.

2) Kepala

a) Rambut : Biasanya pasien berambut tipis dan kasar, pasien

sering sakit kepala, kuku rapuh, dan tipis

b) Wajah : Biasanya pasien berwajah pucat

c) Mata : Biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur,

konjungtiva anemis, dan sklera an ikterik

d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan

pasien bernapas pendek dan kusmaul.


46

e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,

ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas berbau.

f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi

g) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan

3) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau

kelenjar getah bening.

4) Dada/ Thorak

a) Inspeksi : Biasanya pasien dengan napas pendek,

pernapasan kusmaul (cepat/ dalam)

b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi : Biasanya sonor

d) Auskultasi : Biasanya vesicular

5) Jantung

a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

b) Palpasi : Biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2

linea dekstra sinistra

c) Perkusi : Biasanya ada nyeri

d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

6) Perut/ Abdomen

a) Inspeksi : Biasanya terjadi distensi abdomen, ascites atau

penumpukan cairan, pasien tampak mual dan muntah

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-

35 kali/ menit.
47

c) Palpasi : Biasanya ascites, nyeri tekan pada bagian

pinggang, dan adanya pembesaran hepar pada stadium

akhir.

d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya ascites

7) Genitourinaria

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria,

distensi abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin

menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.

8) Ekstremitas

Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, edema pada

ekstremitas, kram oto, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada

telapak kaki, keterbatasan gerak sendi.

9) Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik,

adanya area ekimosis pada kulit.

10) Sistem Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan

lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan

memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti

perubahan proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati

kejang, dan adanya neuropati perifer.

(Muttaqin, 2011).
48

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah

(Carpenito, 2000).

Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan

adalah masalah kesehatan actual dan potensial dimana perawat

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai

kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan. Kewenangan

tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan etik

keperawatan yang berlaku di Indonesia.

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah

keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat

tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

sesuai dengan kewenangan perawat.

Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana

menurut NANDA diartikan sebagai ”defenisi karakteristik”. Definisi

karakteristik tersebut dinamakan ”Tanda dan gejala”, tanda adalah

sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan

oleh klien. Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan


49

tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi seorang perawat yang

dapat diandalakan (NANDA Internasional, 2007).

Diagnosa keperawatan berfokus pada, respon aktual atau

potensial klien terhadap masalah kesehatan dibandingkan dengan

kejadian fisiologis, komplikasi, atau penyakit.

Tujuan Pencatatan Diagnosa Keperawatan, yaitu :

a. Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa

yang sama dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota

tim pelayanan kesehatan.

b. Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang

mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan yang

lain, dan masyarakat.

c. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara

pelayanan kesehatan lain.

d. Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.

e. Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.

Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat atau terkaji,

kemudian data dikumpulkan maka dilanjutkan dengan analisa data untuk

menentukan diagnosa keperawatan yang ada pada klien dengan CKD.


50

Menurut NANDA (2015), diagnosa keperawatan pada pasien

CKD, meliputi :

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas,

hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

jalan napas (edema paru).

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi, kelebihan asupan cairan, dan kelebihan asupan natrium.

d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan

mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient, dan

kurang asupan makanan.

e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

(gatal), program pengobatan.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan

metabolisme, gangguan volume cairan.

g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit.

h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

i. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini, krisis

situasi.

j. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,

kurang sumber pengetahuan.


51

3. Intervensi

Tabel 2.6
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC Aktifitas Keperawatan


1 Ketidakefektifan pola nafas a. Respiratory Airway a. Buka jalan nafas dengan teknik chin
berhubungan dengan ansietas, status: ventilation Management lift atau jaw thrust bila perlu
hiperventilasi, keletihan, nyeri, b. Respiratory status: b. Posisikan pasien untuk
obesitas. Airway patency memaksimalkan ventilasi
c. Vital sign status c. Identifikasi pasien perlunya
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang pemasangan alat jalan nafas buatan
tidak memberi ventilasi Kriteria Hasil : d. Pasang mayo bila perlu
a. Mendemonstrasikan e. Lakukan fisioterapi bila perlu
Batasan Karakteristik : batuk efektif dengan f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
a. Perubahan kedalaman bernafas suara nafas yang suction
b. Perubaham ekskursi dada besih, tidak ada g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
c. Mengambil posisi tiga titik sianosis dan dyspneu suara tambahan
d. Bradipneu ( mampu h. Lakulkan suction pada mayo
e. Penurunan tekanan ekspirasi mengeluarkan i. Berikan bronkodilator bila perlu
f. Penurunan ventilasi se menit sputum,mampu j. Berikan pelembab udara kassa basah
g. Penurunan kapsitas vital bernafas dengan NaCl lembab
h. Dipneu mudah, tidak ada k. Atur intake untuk cairan
i. Peningkatan diameter anterior pursed lips) mengoptimalkan keseimbangan.
posterior b. Menunjukkan jalan l. Monitor respirasi dan status O2
52

j. Pernapasan cuping hidung nafas yang paten Oxygen a. Bersihkan mulut, hidung dan sekret
k. Ortopneu (klien tidak merasa Therapy trakea
l. Fese ekspirassi memanjang tercekik, irama nafas, b. Pertahankan jalan nafas yang paten
m. Pernapasan bibir frekuensi pernafasan c. Atur peralatan oksigen
n. Takipneu dalam rentang d. Monitor aliran oksigen
o. Penggunaan otot eksesorius untuk normal, tidak ada e. Pertahankan posisi pasien
bernapas suara abnormal) f. Observasi adanya tanda – tanda
c. Tanda- tanda vital hiperventilasi
Faktor faktor yang berhubungan : dalam rentang g. Monitor adanya kecemasan pasien
a. Ansietas normal(tekanan darah, terhadan oksigenasi
b. Posisi tubuh nadi, pernafasan)
c. Defomitas tulang Vital Sign a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
d. Defomitas dinding dada Monitoring b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
e. Keletihan c. Monitor Vs saat pasien berbaring,
f. Hiperventilasi duduk, atau berdiri
g. Sindrom hipoventilasi d. Auskultasi TD pada kedua lengan
h. Gangguan muskuloskeletal dan bandingkan
i. Kerusakan neurologis e. Monitor TD, nadi,
j. Imaturitas neurologis RR,sebelum,selama,dan setelah
k. Disfungsi neuromuskular aktivitass
l. Obesitas f. Monitor kualitas dari nadi
m. Nyeri g. Monitor frekuensi dan irama
n. Keletihan otot pernafasan cedera pernafasan
medula spinalis h. Monitor suara paru
53

i. Monitor pola pernafasan abnormal


j. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing
triad(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi,peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas a. Respiratory Status: Airway Suction a. Pastikan kebutuhan oral / trakeal
berhubungan dengan obstruksi jalan Ventilation suctioning
napas (edema paru). b. Respiratory status: b. Auskultassi suara nafas sebelum dan
Airway patency sesudah suctioning
c. Informasikan pada klien dan kluarga
Definisi :
tentang suctioning
Ketidakmampuan untuk membersihkan Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasi kan d. Minta pasien nafas dalam sebelum
sekresi atau obstruksi dari saluran
batuk efektif dan suction dilakukan
pernafasan untuk mempertahankan
suara nafas yang e. Berikan O2 dengan menggunakan
kiebersihan jalan nafas.
bersih, tidak ada nasal untuk memfasilitassi suction
sianosis dan nasotrakeal
Batasan Karakteristik :
dyspneu (mampu f. Gunakan alat yang steril setiap
a. Tidak ada batuk
mengelurkan melakukan tindakan
b. Suara napas tambahan
sputum,mampu g. Anjurkan passien untuk istirahat dan
c. Perubahan frekuensi napas
bernafas dengan nafass dalam setelah kateter
d. Perubahan irama napas
mudah,tidak ada dikeluarkan dari nasotrakeal
e. Sianosis
suara nafas h. Monitor status oksigen pasien
54

f. Kesulitan berbicara atau abnormal) i. Ajarkan keluarga bagaimana cara


mengeluarakan suara b. Menunjukkan jalan melakukan suction
g. Penurunan bunyi napas nafas yang paten j. Hentikan suction dan berikan
h. Dipsneu (klien tidak merasa oksigen apabila pasien menunjukkan
i. Sputum dalam jumlah yang tercekik, irama bradikardi,peningkatan saturassi O2
berlebihan nafas,frekuensi ,dan lain-lain.
j. Batuk yang tidak efektif pernafasan dalam
k. Orthopneu rentang normal,tidak Airway a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
l. Gelisah ada suara nafas Management chin lift atau jaw thrust bila perlu
m. Mata terbuka lebar abnormala) b. Posisikan pasien untuk
c. Mampu memaksimalkan ventilasi
Faktor Yang berhubungan : mengidentifikasi c. Identifikasi pasien perlunya
Lingkungan : kan dan mencegah pemasangan alat jalan nafas buatan
a. Perokok pasif faktor yang dapat d. Pasang mayo bila perlu
b. Pengisap asap menghambat jalan e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
c. Merokok nafas f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
Obstruksi jalan nafas : suction
a. Spasme jalan nafas g. Auskultassi suara nafass , catat
b. Mokus dalam jumlah berlebihan adanya suara tambahan
c. Eksudat dalam jalan alveoli h. Lakukan suction pada mayo
d. Mareti asing dalam jalan nafas i. Berikan bronkodilator bila perlu
e. Adanya jalan nafas buatan j. Berikan pelembab udara kassa basah
f. Sekresi bertahan/sisa sekresi NaCl lembab
g. Sekresi dalam bronki k. Atur intake untuk cairan
Fisiologis: mengoptimalkan keseimbangan
a. Jalan nafas alergik l. Monitor rspirasi dan status O2
b. Asma
c. Penyakit paru obstruktif kronik
55

d. Hiperplasihiperplasi dinding
bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi neuromuscular

3 Kelebihan volume cairan a. Electrolit and acid Fluid a. Timbang popok atau pembalut bila
berhubungan dengan gangguan b. Base balance Management perlu
mekanisme regulasi, kelebihan asupan c. Fluid balance b. Pertahankan catatan intake dan out
cairan, dan kelebihan asupan d. Hydration put yang akurat
natrium. c. Monitor Hb, yang sesuai dengan
Kriteria Hasil : retensi cairan
Definisi : a. Terbebas dari d. Monitor status hemodinamik
Peningkatan retensi cairan isotonic. edema, efusi, e. Monitor TTV
anaskara f. Monitor indikasi retensi/kelebihan
Batasan Karakteristik : b. Bunyi nafas bersih, cairan
a. Ada bunyi jantung S3 tidak ada dypsneu g. Kaji luas dan lokasi edema
b. Anasarka atau ortopneu h. Monitor masukan makanan/ cairan
c. Ansietas c. Terbebas dari dan hitung intake kalori
d. Asuan melebihi haluaran distensi vena i. Monitor status nutrisi
e. Azotemia jugularis, refleks j. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
f. Bunyi napas tambahan hepatojugular instruksi
g. Dispnea d. Memelihara tekanan
h. Dispnea nocturnal paroksismal vena sentral, Fluid a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
i. Distensi vena jugularis tekanan kapiler Monitoring intake cairan dan eliminasi
j. Edema paru, output jantung b. Tentukan factor-faktor risiko yang
56

k. Efusi pleura dan TTV dalam mungkin menyebabkan


l. Gangguan pola napas batas normal ketidakseimbangan cairan
m. Gangguan tekanan darah e. Terbebas dari c. Monitor berat badan
n. Gelisah kelelahan, d. Catat secara akurat intake out put
o. Hepatomegali kecemasan dan e. Monitor ada distensi leher, ronchi,
p. Ketidakseimbangan elektrolit kebingungan edema perifer, dan penambahan
q. Kongesti pulmonal f. Menjelaskan berat badan
r. Oliguria indikator kelebihan f. Monitor tanda dan gejala edema/
s. Ortopnea cairan asites
t. Penambahan berat badan dalam g. Monitor kadar serum albumin
waktu sangat singkat h. Monitor membrane mukosa, turgor
u. Peningkatan vena sentral kulit, dan respon haus
v. Penurunan hematocrit i. Berikan cairan dengan tepat
w. Penurunan hemoglobin j. Batasi dan alokasikan asupan cairan
k. Berikan agen farmakologis untuk
Faktor Yang berhubungan : meningkatkan pengeluaran urin.
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium

4 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang a. Nutritional status: Manajemen a. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tubuh berhubungan food and fluid intake Nutrisi b. Ciptakan lingkungan yang optimal
dengan ketidakmampuan makan, b. Nutritional status: pada saat mengkonsumsi makan
ketidakmampuan mencerna nutrient intake (misalnya, bersih, berventilasi, santai,
57

makanan, ketidakmampuan c. Weight control dan bebas dari bau yang menyengat)
mengabsorpsi nutrient, dan kurang c. Anjurkan pasien untuk duduk pada
asupan makanan. posisi tegak saat makan
Kriteria hasil : d. Pastikan makanan disajikan dengan
a. Adanya peningkatan
Defenisi : berat badan yang cara menarik dan pada suhu yang
Asupan nutrisi tidak cukup memenuhi sesuai dengan tujuan paling cocok untuk konsumsi secara
kebutuhan metabolik. optimal
b. Berat badan ideal
sesuai tinggi badan e. Beri obat-obatan sebelum makan,
Batasan Karakteristik :
a. Berat badan 20% atau lebih di c. Mampu jika diperlukan
bawah rentang berat badan ideal mengidentifikasi f. Anjurkan pasien terkait dengan
b. Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi kebutuhan diet untuk kondisi sakit
c. Cepat kenyang setelah makan d. Tidak ada tanda g. Monitor kecendrungan terjadinya
d. Diare malnutrisi penurunan dan kenaikan berat badan
e. Gangguan sensasi rasa h. Ajarkan bagaimana membuat catatan
e. Tidak terjadi
f. Kehilangan rambut berlebihan
penurunan berat makanan harian
g. Kelemahan otot pengunyah
h. Kelemahan otot untuk menelan badan yang berarti i. Berikan informasi tentang kebutuhan
i. Ketidakmampuan memakan nutrisi
makanan
j. Kram abdomen Manajemen a. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
k. Kurang informasi gangguan makan yang baik dengan pasien dan orang
l. Kurang minat pada makanan terdekat pasien
m. Membran mukosa pucat
b. Monitor asupan kalori makanan
n. Nyeri abdomen
o. Penurunan berat badan dengan harian
asupan makanan adekuat c. Batasi makanan sesuai dengan
58

p. Sariawan rongga mulut jadwal, makanan pembuka, dan


q. Tonus otot menurun makanan ringan
Faktor yang berhubungan :
a. Faktor biologis
Monitor nutrisi a. Timbang berat badan pasien
b. Faktor Ekonomi
c. Gangguan psikososial b. Identifikasi perubahan berat badan
d. Ketidakmampuan makan terakhir
e. Ketidakmampuan mencerna makanan c. Monitor turgor kulit
f. Ketidakmampuan mengabsorbsi d. Identifikasi perubahan nafsu makan
nutrient dan aktivitas akhir-akhir ini
g. Kurang asupan makanan e. Identifikasi adanya ketidaknormalan
dalam rongga mulut (gigi tidak
lengkap, berlubang, mukosa bibir
kering, mukosa bibir berwarna merah
tua)
f. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor mual dan muntah
h. Monitor pucat dan kemerahan dan
kekeringan konjungtiva

5 Gangguan rasa nyaman berhubungan a. Status kenyamanan Manajemen a. Tentukan tujuan pasien dan keluarga
dengan gejala terkait penyakit (gatal), b. Tingkat kecemasan lingkungan : dalam mengelola lingkungan dan
program pengobatan. c. Tingkat kelelahan kenyamanan kenyamanan yang optimal
b. Pertimbangan penempatan pasien di
59

Defenisi : Kriteria hasil : kamar dengan beberapa tempat tidur


Merasa kurang nyaman, lega, dan a. Dapat mengontrol (teman sekamar dengan masalah
sempurna dalam dimensi fisik, gejala lingkungan yang sama bila
psikospiritual, lingkungan, budaya, dan/
ketidaknyamanan memungkinkan
atau social.
b. Memiliki kehidupan c. Hindari gangguan yang tidak perlu
Batasan karakteristik : spiritual yang dan berikan untuk waktu istirahat
d. Ansietas memuaskan d. Ciptakan lingkungan yang tenang
e. Berkeluh kesah c. Mampu dan mendukung
f. Gangguan pola tidur mengkomunikasikan e. Sediakan lingkungan yang aman dan
g. Gatal, Gejala distress kebutuhan bersih
h. Gelisah d. Otot tidak tegang, f. Fasilitasi tindakan-tindakan
i. Iritabilitas ekspresi wajah tenang kebersihan untuk menjaga
j. Ketidakmampuan untuk rileks e. Tidak ada kenyamanan individu (misalnya,
k. Kurang puas dengan keadaan peningkatan tanda- menyeka alis, mengoleskan krim
l. Menangis tanda vital kulit, atau membersihkan badan,
m. Merasa dingin f. Pasien melaporkan rambut, dan rongga mulut)
n. Merasa kurang senang dengan lelah berkurang g. Posisikan pasien untuk memfasilitasi
situasi g. Nafsu makan kenyamanan
o. Merasa hangat meningkat
p. Merasa lapar Perasaan segar setelah Peningkatan a. Sediakan lingkungan yang tidak
q. Merasa tidak nyaman tidur keamanan mengancam
r. Merintih b. Tunjukkan ketenangan
s. Takut c. Luangkan waktu bersama pasien
d. Berada di sisi pasien dan sediakan
60

Faktor yang berhubungan : jaminan keamanan selama periode


a. Gejala terkait penyakit kecemasan
b. Kurang control situasi e. Jangan timbulkan situasi emosi yang
c. Kurang pengendalian lingkungan kuat
d. Kurang privasi f. Fasilitasi untuk mempertahankan
e. Program pengobatan kebiasaan tidur pasien
f. Stimuli lingkungan yang g. Jelaskan semua prosedur pada
mengganggu pasien/ keluarga
g. Sumber daya tidak adekuat h. Jawablah semua pertanyaan
(misalnya, finansial, pengetahuan, mengenai status kesehatan dengan
dan social). perilaku jujur
i. Bantu pasien/ keluarga
mengidentifikasi factor apa yang
meningkatkan rasa keamanan
j. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
respon koping yang biasanya
k. Bantu pasien untuk menggunakan
koping respon yang telah
menunjukkan keberhasilan
sebelumnya.

Dukungan a. Gunakan komunikasi terapeutik


spiritual dalam membangun hubungan saling
percaya dan caring
61

b. Dorong individu untuk meninjau


ulang masa lalu dan berfokus pada
kejadian dan hubungan yang
memberikan dukungan dan kekuatan
spiritual
c. Perlakukan individu dengan hormat
dan bermartabat
d. Dorong partisipasi terkait dengan
keterlibatan anggota keluarga, teman,
dan orang lain
e. Berikan privasi dan waktu-waktu
yang tenang untuk dilakukannya
kegiatan spiritual
f. Ajarkan metode relaksasi
g. Berbagi mengenai keyakinan sendiri
mengenai arti dan tujuan hidup
dengan baik
h. Tunjukkan empati terhadap ekspresi
perasaan pasien

6 Kerusakan integritas kulit a. Integritas jaringan : Manajemen a. Pantau kadar serum elektrolit yang
berhubungan dengan gangguan kulit & membran elektrolit/ cairan abnormal
metabolisme, gangguan volume mukosa b. Pantau adanya tanda dan gejala
cairan. b. Keseimbangan cairan overhidrasi yang memburuk atau
62

Defenisi : Kriteria hasil : dehidrasi (misalnya, ronkhi basah di


Kerusakan pada epidermis dan/ atau a. Suhu kulit, sensasi, lapangan paru terdengar, polyuria
dermis. elastisitas, hidrasi, atau oliguria, perubahan perilaku,
tekstur kulit, kejang, saliva berbusa dan kental,
Batasan karakteristik : ketebalan dalam batas mata cekung atau edema, napas
a. Benda asing menusuk permukaan normal. dangkal dan cepat)
kulit b. Perfusi jaringan c. Dapatkan specimen laboratorium
b. Kerusakan integritas kulit efektif untuk pemantauan perubahan cairan
Faktor yang berhubungan : c. Pigmentasi normal atau elektrolit (misalnya, hematocrit,
Eksternal : d. Tidak ada lesi pada BUN, protein, natrium, dan kadar
a. Agens farmaseutikal kulit kalium).
b. Cedera kimiawi kulit (misal luka e. Tidak ada d. Timbang berat badan harian dan
bakar, kapsaisin, metilen klorida, pengelupasan kulit pantau gejala.
agens mustard) f. Turgor kulit normal e. Berikan cairan yang sesuai
c. Faktor mekanik (misal daya gesek, g. Kelembaban f. Monitor hasil laboratorium yang
tekanan, imobilitas fisik) membran mukosa relevan dengan keseimbangan cairan
d. Hipertermia dalam batas normal (misalnya, hematocrit, BUN,
e. Hipotermia h. Tidak ada edema albumin, protein total, osmolalitas
f. Kelembaban perifer serum)
g. Terapi radiasi g. Monitor hasil laboratorium yang
h. Usia ekstrem relevan dengan retensi cairan
Internal : (misalnya, peningkatan berat jenis,
a. Gangguan metabolisme peningkatan BUN, penurunan
b. Gangguan pigmentasi hematocrit, dan peningkatan kadar
63

c. Gangguan sensasi (akibat cedera osmolalitas urin)


medulla spinalis, diabetes mellitus, h. Jaga pencatatan intake/ asupan dan
dan lain-lain) output yang akurat
d. Gangguan sirkulasi i. Pantau adanya tanda dan gejala
e. Gangguan turgor kulit retensi cairan
f. Gangguan volume cairan j. Amati membrane bukal pasien,
g. Imunodefisiensi sklera, dan kulit terhadap indikasi
h. Nutrisi tidak adekuat perubahan cairan dan keseimbangan
i. Perubahan hormonal elektrolit (misalnya, kekeringan,
j. Tekanan pada tonjolan tulang sianosis, dan jaundice)
k. Tingkatkan citra tubuh dan harga diri
yang positif jika kekhawatiran
diekspresikan sebagai akibat dari
retensi cairan berlebihan
l. Bantu pasien dengan gejala sisa yang
tidak diinginkan dari peresepan
regimen terapi (misalnya, pasien
dengan rasa takut frekuensi BAK
atau inkontinensia akibat diuretic
yang memiliki batasan asupan cairan)
untuk mencapai keseimbangan cairan
yang memadai.
m. Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai alasan untuk pembatasan
64

cairan, tindakan hidrasi, atau


administrasi elektrolit tambahan.

Manajemen a. Tentukan penyebab dari pruritus


pruritus b. Lakukan pemeriksaan fisik untuk
mengidentifikasi kerusakan kulit
c. Berikan krim dan losion yang
mengandung obat
d. Berikan antipruritic
e. Instruksikan pasien untuk memakai
pelembab di rumah
f. Instruksikan pasien untuk tidak
memakai pakaian yang ketat
g. Instruksikan pasien untuk
mempertahankan potongan kuku
dalam keadaan pendek
h. Instrusikan pasien mandi dengan air
hangat kuku dan tepuk-tepuk area
kulit yang kering
i. Instruksikan pasien untuk
menggunakan telapak tangan ketika
menggosok area kulit yang luas atau
cubit kulit dengan lembut
menggunakan area diantara ibu jari
65

dan telunjuk untuk mengurangi rasa


gatal

7 Gangguan pola tidur berhubungan a. Tidur Peningkatan a. Tentukan pola tidur/ aktivitas pasien
dengan proses penyakit. b. Kelelahan : efek yang tidur b. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
mengganggu selama dalam kondisi sakit
Defenisi : c. Status kenyamanan : c. Tentukan efek dari obat yang
Interupsi jumlah, waktu, dan kualitas lingkungan dikonsumsi pasien terhadap pola
tidur akibat factor eksternal. tidur
Kriteria hasil : d. Monitor/ catat pola tidur pasien dan
Batasan karakteristik : a. Pola tidur teratur jumlah jam tidur
a. Kesulitan jatuh tertidur b. Jam tidur cukup e. Monitor pola tidur pasien, dan catat
b. Ketidakpuasan tidur c. Kualitas tidur kondisi fsik dana tau psikologis
c. Menyatakan tidak merasa cukup meningkat keadaan yang mengganggu tidur
istirahat d. Tidur dari awal f. Anjurkan pasien untuk memantau
d. Penurunan kemampuan berfungsi sampai habis di pola tidur
e. Perubahan pola tidur normal malam hari secara g. Sesuaikan lingkungan untuk
f. Sering terjaga tanpa jelas konsisten meningkatkan tidur
penyebabnya e. Perasaan segar setelah h. Bantu untuk menghilangkan situasi
tidur stress sebelum tidur
Faktor yang berhubungan : f. Tidak kesulitan i. Monitor makanan sebelum tidur dan
a. Gangguan karena pasangan tidur memulai tidur intake minuman yang dapat
b. Halangan lingkungan (misalnya g. Tempat tidur yang mamfasilitasi/ mengganggu tidur
bising, pajanan cahaya/ gelap, suhu/ nyaman j. Ajarkan pasien bagaimana
66

kelembaban, lingkungan yang tidak h. Mudah bangun pada melakukan relaksasi otot autogenic
dikenal) saat yang tepat. atau bentuk nan-farmakologi lainnya
c. Imobilisasi untuk memancing tidur
d. Kurang privasi k. Mulai/ terapkan langkah-langkah
e. Pola tidur tidak menyehatkan kenyamanan seperti pijat, pemberian
(misalnya, karena tanggung jawab posisi, dan sentuhan afektif
menjadi pengasuh, menjadi orang l. Bantu meningkatkan jumlah jam
tua, pasangan tidur). tidur
m. Anjurkan untuk tidur siang hari, jika
diindikasikan, untuk memenuhi
kebutuhan tidur
n. Sesuaikan jadwal pemberian obat
untuk mendukung tidur/ sikulus
bangun pasien
o. Ajarkan pasien dan orang terdekat
mengenai factor yang berkontribusi
terjadinya gangguan pola tidur
p. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur

Relaksasi otot a. Pilih setting lingkungan yang tenang


progresif dan nyaman
b. Redupkan cahaya
67

c. Instruksikan pada pasien untuk


melakukan latihan relaksasi rahang
d. Biarkan pasien tegang selama 5
sampai 10 detik dengan melibatkan
setiap 8-16 kelompok otot utama
e. Regangkan otot kaki tidak lebih dari
5 detik untuk menghindari kram
f. Instruksikan pada pasien untuk
berfokus pada sensasi yang terjadi
dalam otot ketika pasien menjadi
tegang
g. Instruksikan pasien untuk berfokus
pada sensasi otot pada saat rileks
h. Cek pasien secara periodic dalam
rangka menjamin agar kelompok otot
menjadi rileks
i. Monitor indicator akan tidak adanya
kondisi rileks, misalnya pergerakan,
pernapasan yang sulit, napas sulit,
bicara, dan batuk
j. Instruksikan pasien untuk bernapas
dalam dan pelan serta
menghembuskan napas dan
melepaskan ketegangan
68

k. Dukung pasien untuk


mempraktekkan sesi secara teratur
bersama perawat.

8 Intoleransi aktivitas berhubungan a. Energy Consevation Activity a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
dengan ketidakseimbangan antara b. Activity tolerance Therapy aktivitas yang mampu dilakukan
suplai dan kebutuhan oksigen. c. SelfCare: ADLs b. Bantu untuk memilih aktivitas yang
konsisten yang sesuai dengan
Defenisi : Kriteria Hasil : kemampuan fisik , psikologi dan
Ketidakcukupan energi psikologis atau a. Berpartisipassi sosial
fisiologis untuk mempertahankan atau dalam aktifitas fisik c. Bantu untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan aktivitas kehidupan tanpa disertai mendapatkan sumber yang
sehari-hari yang harus atau yang ingin peningkatan tekanan diperlukan untuk aktivitas yang di
dilakukan darah , nadi dan RR inginkan
b. Mampu melakukan d. Bantu untuk mendapatkan alat
Batasan Karakteristik : aktifitass sehari hari bantuan aktivitas seperti kursi roda,
a. Dispnea setelah beraktivitas (ADLs) secara krek
b. Keletihan mandiri e. Bantu untuk mengidentifikasi
c. Ketidaknyamanan setelah c. Tanda – tanda vital kegiatan yang disukai
beraktivitas normal f. Bantu pasien untuk membuat jadwal
d. Perubahan elektrokardiagram d. Energy psikomotor latihan diwaktu luang
e. Respon frekuensi jantung abnormal e. Level kelemahan g. Bantu pasien / keluarga untuk
terhadap aktivitas f. Mampu mengidentifikasi kekurangan dalam
f. Respon tekanan darah abnormal berpindah:dengan beraktifitas
69

terhadap aktivitas atau tanpa bantuan h. Sediakan penguatan positif bagi yang
alat aktif beraktivitas
Faktor yang Berhubungan : g. Status i. Bantu pasien untuk mengembangkan
a. Gaya hidup kurang gerak kardiopulmonari motivasi diri dan penguatan
b. Imobilitas adekuat j. Monitor respon fisik, emosi, sosial
c. Ketidakseimbangan antara suplai h. Sirkulassi status dan spiritual
dan kebutuhan oksigen baik k. Kolaborasikan dengan tenaga
d. Tirah baring i. Status respirasi: rehabilitasi medik dalam
pertukaran gas dan merencanakan program terapi yang
ventilasi adekuat tepat

9 Ansietas berhubungan dengan a. Tingkat kecemasan Pengurangan a. Kaji untuk tanda verbal dan non
ancaman pada status terkini, krisis b. Koping kecemasan verbal kecemasan
situasi. c. Tidur b. Gunakan pendekatan yang tenang
d. Penerimaan : status dan meyakinkan
Defenisi : kesehatan c. Nyatakan dengan jelas harapan
Perasaan tidak nyaman atau e. Status kenyamanan terhadap perilaku pasien
kekhawatiran yang samar disertai d. Jelaskan semua prosedur termasuk
respons otonom (sumber seringkali tidak Kriteria hasil : sensasi yang akan dirasakan yang
spesifik atau tidak diketahui oleh a. Pasien dapat mungkin akan dialami pasien selama
individu) perasaan takut yang beristirahat prosedur tindakan
disebabkan oleh antisipasi terhadap b. Pasien tampak e. Berikan informasi factual terkait
bahaya. Hal ini merupakan isyarat tenang, wajah tidak diagnosis, perawatan dan prognosis.
kewaspadaan yang mempengingatkan tegang f. Berada di sisi pasien untuk
70

individu akan adanya bahaya dan c. Tidak ada meningkatkan rasa aman dan
memampukan individu untuk bertindak menyampaikan rasa mengurangi ketakutan
menghadapi ancaman. takut secara lisan g. Dorong keluarga untuk mendampingi
d. Tidak ada pasien dengan cara yang tepat
Batasan Karakterisktik : peningkatan TTV h. Lakukan usapan pada punggung/
Perilaku : e. Tidur tidak leher dengan cara yang tepat
Agitasi, gelisah, gerakan ekstra, terganggu i. Jauhkan peralatan perawatan dari
insomnia, kontak mata yang buruk, f. Melaporkan pandangan pasien
melihat sepintas, engekspresikan pengurangan stress j. Dengarkan pasien
kekhawatiran karena perubahan dalam g. Menyatakan k. Puji/ kuatkan perilaku yang baik
peristiwa hidup, penurunan penerimaan terhadap secara tepat
produktivitas, perilaku mengintai, situasi l. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
tampak waspada. h. Melaporkan situasi yang memicu kecemasan
Afektif : penurunan perasaan m. Dukung penggunaan mekanisme
Berfokus pada diri sendiri, distress, negative. koping yang sesuai
gelisah, gugup, kesedihan yang n. Pertimbangkan kemampuan pasien
mendalam, ketakutan, dalam mengambil keputusan
menggemerutukkan gigi, menyesal, o. Atur penggunaan obat-obatan untuk
peka, perasaan tidak adekuat, putus asa, mengurangi kecemasan secara tepat
ragu, sangat khawatir, senang
berlebihan. Peningkatan a. Berikan penilaian penyesuaian pasien
Fisiologis : koping terhadap perubahan-perubahan dalam
Gemetar, peningkatan keringat, citra tubuh
peningkatan ketegangan, suara bergetar, b. Berikan penilaian mengenai dampak
71

tremor, tremor tangan, wajah tegang. dari situasi kehidupan pasien


Simpatis : terhadap peran dan hubungan yang
Anoreksia, diare,dilatasi pupil, eksitasi ada
kardiovaskular, gangguan pernapasan, c. Dukung pasien untuk
jantung berdebar-debar, kedutan otot, mengidentifikasikan deskripsi yang
lemah, mulut kering, peningkatan denyut realistic terhadap adanya perubahan
nadi, peningkatan frekuensi pernapasan, dalam peran
peningkatan reflex, peningkatan tekanan d. Berikan penilaian mengenai
darah, vasokonstriksi superfisial, wajah pemahaman pasien terhadap situasi
memerah. yang ada
Parasimpatis : e. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Anyang-anyangan, diare, dorongan informasi yang dia paling tertarik
segera berkemih, gangguan pola tidur, untuk didapatkan
kesemutan pada ekstremitas, letih, mual, f. Dukung sikap pasien terkait dengan
nyeri abdomen, penurunan denyut nadi, harapan yang realistis sebagai upaya
penurunan tekanan darah, pusing, sering untuk mengatasi perasaan
berkemih ketidakberdayaan
Kognitif : g. Evaluasi kemampuan pasien dalam
Bloking fikiran, cenderung menyalahkan membuat keputusan
orang lain, gangguan konsentrasi,
gangguan perhatian, konfusi, lupa, Terapi relaksasi a. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
melamun, menyadari gejala fisiologis, relaksasi serta jenis relaksasi yang
penurunan kemampuan untuk belajar, tersedia (misalnya, music, meditasi,
penurunan kemampuan untuk bernafas dengan ritme, relaksasi
72

memecahkan masalah, penurunan lapang rahang, dan relaksasi otot progresif)


persepsi, preokupasi. b. Uji penurunan tingkat energy saat ini,
ketidakmampuan untuk konsentrasi,
Faktor yang berhubungan : atau gejala lain yang mengiringi yang
Ancaman kematian, ancaman pada mungkin mempengaruhi kemampuan
status terkini, hereditas, hubungan kognisi untuk berfokus pada teknik
interpersonal, kebutuhan yang tidak relaksasi
terpenuhi, konflik nilai, konflik tentang c. Tentukan apakah ada intervensi
tujuan hidup, krisis maturase, krisis relaksasi di masa lalu yang sudah
situasi, pajanan pada toksin, penularan memberikan manfaat
interpersonal, penyalahgunaan zat, d. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
perubahan besar (misal, status ekonomi, tanpa distraksi dengan lampu yang
lingkungan, status kesehatan, fungsi redup dan suhu lingkungan yang
peran, status peran), riwayat keluarga nyaman, jika memungkinkan
tentang ansietas, stressor. e. Dorong pasien untuk mengambil
posisi yang nyaman dengan pakaian
longgar dan mata tertutup
f. Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya relaksasi,
misalnya bernapas dalam, menguap,
pernapasan perut, atau bayangan
yang menenangkan
g. Minta pasien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang terjadi
73

h. Gunakan suara yang lembut dengan


irama yang lambat untuk setiap kata
i. Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada pasien
j. Dorong pasien untuk mengulangi
praktik teknik relaksasi, jika
memungkinkan
k. Evaluasi laporan individu terkait
dengan relaksasi yang dicapai secara
teratur, dan monitor ketegangan otot
secara periodic, denyut nadi, tekanan
darah, dan suhu tubuh dengan tepat
l. Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi.

10 Defisiensi pengetahuan berhubungan a. Pengetahuan : Proses Pengajaran : a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
dengan kurang informasi, kurang penyakit proses penyakit terkait dengan proses penyakit yang
sumber pengetahuan. b. Pengetahuan : spesifik
Perilaku kesehatan b. Jelaskan patofisiologi penyakit dan
Defenisi : c. Pengetahuan : bagaimana hubungannya dengan
Ketiadaan atau defisiensi informasi pengobatan anatomi dan fisiologi, sesuai
kognitif yang berkaitan dengan topik d. Pengetahuan : kebutuhan
tertentu. Manajemen penyakit c. Review pengetahuan pasien
ginjal mengenai kondisinya
74

Batasan karakteristik : Kriteria hasil : d. Kenali pengetahuan pasien mengenai


a. Ketidakakuratan melakukan tes a. Pasien dan/ atau kondisinya
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah keluarga mengetahui e. Jelaskan tanda dan gejala yang umum
c. Kurang pengetahuan karakter spesifik dari penyakit, sesuai kebutuhan
d. Perilaku tidak tepat (misalnya, penyakit, factor-faktor f. Jelaskan mengenai proses penyakit,
hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis) penyebab dan factor sesuai kebutuhan
yang berkontribusi, g. Identifikasi kemungkinan penyebab,
Faktor yang berhubungan : factor risiko, efek sesuai kebutuhan
a. Gangguan fungsi kognitif fisiologis penyakit, h. Beri informasi kepada keluarga/
b. Gangguan memori tanda dan gejala orang yang penting bagi pasien
c. Kurang minat untuk belajar komplikasi penyakit. mengenai perkembangan pasien,
d. Kurang sumber pengetahuan b. Pasien dan/ atau sesuai kebutuhan
e. Salah pengertian terhadap orang lain keluarga mengetahui i. Berikan informasi mengenai
praktik gizi yang pemeriksaan diagnostic yang
sehat, manfaat tersedia, sesuai kebutuhan
olahraga teratur, pola j. Diskusikan perubahan gaya hidup
tidur-bangun yang yang mungkin diperlukan untuk
normal, pemakaian mencegah komplikasi di masa yang
yang aman dari obat- akan dating dan/ atau mengontrol
obatan yang proses penyakit
diresepkan k. Jelaskan alasan di balik manajemen/
c. Benar dalam terapi/ penanganan yang
pemberian obat direkomendasikan
d. Pasien dan/ atau l. Instruksikan pasien mengenai
75

keluarga mengetahui tindakan untuk mencegah/


tentang tanda dan meminimalkan efek samping
gejala penyakitt penanganan dari penyakit, sesuai
ginjal, hubungan kebutuhan
penyakit ginjal dan m. Edukasi pasien mengenai tanda dan
hipertensi, tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada
gejala kelebihan petugas kesehatan, sesuai kebutuhan
volume cairan,
pembatasan diet, Pendidikan a. Identifikasi factor internal atau
pembatasan cairan, kesehatan eksternal yang dapat meningkatkan
hubungan intake atau mengurangi motivasi untuk
cairan dan berat berperilaku sehat
badan, pentingnya b. Tentukan pengetahuan kesehatan dan
pemantauan intake gaya hidup perilaku saat ini pada
dan output, tes individu, keluarga, atau kelompok
laboratorium yang sasaran
diperlukan, obat yang c. Rumuskan tujuan dalam program
digunakan, manfaat pendidikan kesehatan
manajemen penyakit. d. Identifikasi sumber daya (misalnya,
tenaga, ruang, peralatan, uang, dan
lain-lain) yang diperlukan untuk
melaksanakan program
76

Perencanaan a. Bantu pasien/ keluarga/ orang


pulang terdekat lainnya untuk
mempersiapkan kepulangan
b. Tentukan kemampuan pasien untuk
pulang
c. Kolaborasi dengan dokter, pasien/
keluarga/ orang terdekat lainnya, dan
anggota tim kesehatan lainnya dalam
merencanakan kelanjutan perawatan
kesehatan
d. Koordinasikan upaya dari berbagai
penyedia layanan kesehatan untuk
memastikan kepulangan tepat waktu
e. Identifikasi pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan pasien
dan caregiver utama setelah
kepulangan
f. Identifikasi kebutuhan pasien
mengenai pendidikan kesehatan
untuk perawatan setelah kepulangan
g. Dokumentasikan rencana
pemulangan pasien di dalam catatan
keperawatan
h. Rumuskan rencana perawatan
77

pemeliharaan untuk tindak lanjut


setelah kepulangan
i. Bantu pasien/ keluarga/ orang
terdekat lainnya terkait dengan
perencanaan lingkungan yang
mendukung perawatan pasien paska
perawatan di rumah sakit.
j. Kembangkan perencanaan yang
mempertimbangkan perawatan
kesehatan, social, dan kebutuhan
finansial pasien
k. Susun rencana evaluasi setelah
kepulangan, dengan tepat
l. Diskusikan sumber daya finansial
jika perawatan kesehatan diperlukan
setelah kepulangan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar Oke
    Kata Pengantar Oke
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar Oke
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • KELUARGA PERAWAT
    KELUARGA PERAWAT
    Dokumen8 halaman
    KELUARGA PERAWAT
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Soal TKP 17 Agustus 2019
    Soal TKP 17 Agustus 2019
    Dokumen5 halaman
    Soal TKP 17 Agustus 2019
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • 03 KGD
    03 KGD
    Dokumen7 halaman
    03 KGD
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Baru
    Kuesioner Baru
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Baru
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • BAB VII Penutup
    BAB VII Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB VII Penutup
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • KARAKTERISTIK_MOTIVASI_SUPERVISI
    KARAKTERISTIK_MOTIVASI_SUPERVISI
    Dokumen3 halaman
    KARAKTERISTIK_MOTIVASI_SUPERVISI
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa Tari
    Surat Kuasa Tari
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa Tari
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Terapi Cairan
    Terapi Cairan
    Dokumen18 halaman
    Terapi Cairan
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen2 halaman
    Lampiran 1
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • 01 Anak
    01 Anak
    Dokumen2 halaman
    01 Anak
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Curriculum Vitae 2
    Curriculum Vitae 2
    Dokumen1 halaman
    Curriculum Vitae 2
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • 02 Jiwa
    02 Jiwa
    Dokumen5 halaman
    02 Jiwa
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen2 halaman
    Bab Vii
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Kemo 2
    Kemo 2
    Dokumen16 halaman
    Kemo 2
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • PP Referensi Digo
    PP Referensi Digo
    Dokumen12 halaman
    PP Referensi Digo
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Panitia Ujian Karya Ilmiah Akhir
    Panitia Ujian Karya Ilmiah Akhir
    Dokumen1 halaman
    Panitia Ujian Karya Ilmiah Akhir
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Kemoterapi Pada Solid Kanker
    Kemoterapi Pada Solid Kanker
    Dokumen23 halaman
    Kemoterapi Pada Solid Kanker
    Teo Christian
    Belum ada peringkat
  • Kian
    Kian
    Dokumen8 halaman
    Kian
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab V Hasil Penelitian: A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah
    Bab V Hasil Penelitian: A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah
    Dokumen4 halaman
    Bab V Hasil Penelitian: A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • SN
    SN
    Dokumen55 halaman
    SN
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul Elektif
    Lembar Konsul Elektif
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsul Elektif
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Fix
    Kata Pengantar Fix
    Dokumen6 halaman
    Kata Pengantar Fix
    Mentari Yellisia
    Belum ada peringkat