Anda di halaman 1dari 42

8

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. perilaku

1. Pengertian

Dari aspek biologi perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku

manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan

sebagainya. Dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo.S. 2012).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudia organisme tersebut

merespons, maka teori ini disebut “ S – O – R “ atau stimulus-organisme-

respons. Skinner membedakan adanya dua respons.

1) Respondent response atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan

oleh ransangan – rangsangan (stimulus) tertentu.

2) Operant response atau instrumental response, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan

tertentu.
9

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1) Perilaku tertutup (Covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (Covert). Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk

perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. disebut “unobservable behavior “ atau “

covert behavior “ .

2) Perilaku tertutup (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. respons ini dapat diamati orang lain dari luar atau “

observable behavior “ ( Notoatmodjo.S, 2012).

2. Domain Perilaku

Benyamin Bloom ( 1908 ) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku manusia itu kedalam tiga domain sesuai dengan tujuan pendidikan,

Yakni : a) kognitif (cognitive ), b) Afektif (affective ),

c) Psikomotor (Pshychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:

1) Pengetahuan (Knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang.


10

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Yaitu dengan mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestrasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application )

Aplikasi diartikan sbreagia kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelalari pada situasi atau

kondisi real ( sebenarnya).

d) Analisis ( analysis )

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek

ke dalam komponen –kompoene tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.


11

f) Evaluasi ( evaluation )

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo.S. 2012).

2) Sikap (attitude)

Manifetasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari –hari merupakan reaksi

yang bersifat emosisonal terhadap stimulus sosial.

a) Komponen pokok sikap

(1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap

suatu objek.

(2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

objek.

(3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

b) Tingkatan Sikap

(1) Menerima ( receiving )

(2) Merespons ( responding )

(3) Menghargai ( valuing )

(4) Bertanggung Jawab (responsible) (Notoatmodjo.S.

2012).
12

3) Praktik atau Tindakan ( practice )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt

behavior ). Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a) Respons terpimpin ( guided response )

Dapat melakukan sesuaidengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh.

b) Mekanisme ( mecanisme )

seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan, maka ia sudah mencapai taktik tingkat kedua.

c) Adopsi ( adoption )

Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikan

nya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut

(Notoatmodjo.S. 2012 )

3. Perubahan Perilaku dan indikatornya

a. Perubahan pengetahuan

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus

tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya.

Indikator – indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatan

pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkam

menjadi :

1) Pemgetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

a) Penyebab sakit
13

b) Gejala atau tanda – tanda penyakit

c) Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari

pengobatan

d) Bagaimana cara penularannya

e) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan

sebagainya.

2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup

sehat, meliputi :

a) Jenis – jenis makanan yang bergizi

b) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya

c) Pentingnya olahraga bagi kesehatan

d) Penyakit penyakit atau bahaya merokok, minum– minuman

keras, narkoba dan sebagainya.

e) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan

sebagainya bagi kesehatan.

3) Pengetahuan tentang kesehatan Lingkungan

a) Manfaat air bersih

b) Cara – cara pembuangan limbah yang sehat

c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat.

d) Akibat polusi bagi kesehatan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut

menjadi proses berurutan, disingkat AIETA yaitu :


14

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang–nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya).

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaram dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Sikap

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan, yakni :

1) Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap:

gejala atau tanda – tanda penyakit, penyeba penyakit, cara penularan

penyakit, cara pencegahan penyakit.

2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara – cara

memelihara dan cara – cara (berprilaku) hidup sehat.

3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

c. Praktik atau Tindakan (Practice)

Indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal–hal tersebut, yakni:

1) Tindakan (praktik) sehubngan dengan penyakit


15

Tindakan ini mencakup : a) pencegahan penyakit, b)

Pemyembuhan Penyakit

2) Tindakan (Praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

3) Tindakan (praktik) kesehatan Lingkungan (Notoatmodjo.S. 2014).

B. perilaku merokok

1. Pengertian

Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fonomena yang

muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah

mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan

tindakan merokok. Menurut Sitepoe (2005) perilaku merokok adalah suatu

perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap

asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Menurut Levy (1984)

perilaku merokok adalah suatu yang dilakukan seseorang berupa mambakar

dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh

orang-orang disekitarnya.

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,

tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok

ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena

adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Febrijanto, 2012).

Aktifitas yang secara langsung dapat diamati pada remaja laki – laki adalah

perilaku merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat


16

merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun

orang lain disekitarnya (Febrijanto, 2012).

Menurut Laventhal dan Clearly (dalam Nasution, 2007) ada empat tahap

dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Tahapan Prepatory, Tahapan Intination (Tahapan Perintisan Merokok),Tahap

Becoming a smoker, Tahap Maintaining of Smoking. Kandungan rokok

membuat seseorang tidak mudah berhenti merokok karena dua alasan, yaitu

faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis yang

merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok

(Febrijanto, 2012).

Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbukan

akibat rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut dan hampir setiap saat dapat

ditemui banyak orang yang sedang merokok bahkan perilaku merokok sudah

sangat wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki-laki

(Febrijanto, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok

adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap gulungan tembakau yang

berbalut daun nipah dan kertas baik langsung maupun dengan menggunakan

pipa serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang

disekitarnya.

2. Aspek-aspek perilaku merokok

Menurut Komalasari dan Helmi (2000) aspek-aspek yang dari perilaku

merokok terdiri dari :


17

a) Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

Adalah seberapa penting atau bermakna aktivitas merokok bagi

individu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan

menjadikan rokok sebagai penghibur saat beraktivitas.

b) Intensitas merokok.

Adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan perilaku merokok seperti menghisap,

merasakan dan menikmatinya. Seseorang yang merokok dalam

jumlah yang banyak seperti 24 batang hal itu menunjukan perilaku

merokok sangat tinggi.

c) Tempat merokok.

Adalah individu akan melakukan kegiatan merokok dimana saja,

bahkan diruangan yang dilarang untuk merokok atau tempat-

tempat dimana individu biasa melakukan aktivitas merokoknya

seperti sekolah, kampus, mol, toilet dan lain sebagainya.

d) Waktu merokok.

Adalah kapan atau momen-momen apa saja individu melakukan

aktivitas merokok tidak pandang waktu bisa pagi, siang, sore dan

malam hari.
18

Berdasarkan aspek-aspek diatas dapat diambil kesimpuan bahwa aspek-

aspek perilaku merokok terdiri dari : fungsi merokok dalam kehidupan sehari-

hari. intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok (Aryani, 2013).

3. Tahap perilaku merokok

Menurut Leventhal & Chearly (mulyani, 2013) terdapat empat tahap

dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:

a. Tahap prepatory (persiapan)

seseorang merokok diawali dari gambaran yang menyenangkan tentang

rokok akhirnya mendorong minat untuk mencoba merokok.

b. Tahap initation(inisiasi)

tahap perintisan untuk merokok,yaitu tahap mempertimbangkan akan

melanjutkan atau menghentikan perilaku merokoknya.

c. Tahap becoming a smoker(menjadi perokok)

Apa bila seseorang telah mengkonsumsi 4 batang rokok per hari maka

mempunyai kecendrungan menjadi perokok.

d. Tahap maintenance of smoking (perokok tetap)

Tahap ini merokok telah menjadi salah satu bagian dari cara peraturan diri

(selfregulating). Merokok untuk memperoleh efek fisiologis yang

menyenangkan.

4. Keriteria perokok

Menurut aditama (2006) dalam (kurniawan, 2013), kriteria perokok

menjadi 3 yaitu:
19

a. Perokok berat

Mereka yang dikatakan perokok berat adalah bila mengkonsumsi rokok

lebih dari 21 batang per hari dan selang merokoknya lima menit setelah

bangun pagi.

b. Perokok sedang

Perokok sedang menghabiskan 11-12 batang.

c. Perokok ringan

Perokok ringan menghabiskan rokok kurang dari 10 batang.

Sitepoe (2006), membagi perokok menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan asap

yang dihisap, yaitu :

a. Perokok aktif

Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut

langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstrem).

b. Perokok pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang

menghisap rokok yang berbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta

asap rokok yang dihembuskan keudara oleh perokok aktif (asap

sidestream).

5. Tipe perilaku merokok

Menurut Mu’tadin (2000) perokok dapat dibagi dalam beberapa tipe yaitu:

a. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif.

Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif, ada

tipe sub tipe ini yaitu :


20

1) Presure relaxation : perilaku merokok hanya untuk menambah

atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, missalnya

merokok setelah minum kopi atau makan.

2) Stimulation to pick them up : perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handing cigarette : kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa

akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau

sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja. Atau perokok akan lebih senang berlama-lama untuk

memainkan rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia nyalakan

dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negatif misalnya bila sedang marah, cemas, gelisah, rokok

dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan

tidak enak sehingga terhindar dari perasan yang lebih tidak menyenangkan

c. Perilaku merokok yang adiktif

Merka yang sudah adiktif, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat efek dari rokok yang dihisapnya berkung.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan

Pada tipe ini perokok menggunakan rokok bukan untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi

kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang yang mempunyai tipe
21

ini bahwa merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat

otomatis, sering kali tanpa pikiran dan tanpa perasaan.

Mu’tadin (2000) juga menambahkan tipe perokok berdasarkan intensitas

merokoknya yaitu :

a. Perokok sangat berat: perokok yang mengkonsumsi rokok 31 batang

perhari dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi.

b. Perokok berat : perokok yang mengkonsumsi rokok 31-30 batang

sehari dangan selang waktu sejak bangun berkisar antara 6-30 menit.

c. Perokok sedang : perokok yang menghabiskan rokok 1-20 batang

sehari dengan selang waktu 30-60 menit setelah bangun pagi. Perokok

ringan : perokok menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang

waktu 60 menit dari bangun tidur.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tipe perokok dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu perokok sangat berat, perokok berat, perokok

sedang dan perokok ringan (Aryani, 2013).

6. Indikator perilaku merokok

Menurut kurniawan (2013), tiga indikator yang biasa muncul pada

perokok adalah :

a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan perilaku yang ditampakkan individu saat

merokok. Perilaku ini berupa kondisi individu yang sedang memegang

rokok, menghisap rokok dan menghembuskan asap rokok.


22

b. Aktivitas psikologis

Aktivitas psikologis merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan

aktivitas fisik. Aktivias psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok

yang dihisap, yang dianggap mampu meningkatkan daya kosentarasi,

mempelancar kemampuan pemecahan masalah, meredakan ketegagan,

meningkatkan kepercayaan diri dan penghalau kesepian.

c. Intensitas merokok cukup tinggi

Intensitas merokok cukup tinggi menunjukkan seberapa sering ataupun

seberapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari. Sebenarnya, ketiga

aktivitas tersebut cenderung muncul secara bersamaan, walaupun hanya

satu atau dua aktivitas psikologis yang menyertainya.

7. Faktor Penyebab Dan Yang Mempengaruhui Remaja Memiliki Perilaku

Merokok

1. Rasa ingin tahu sampai menjadi ketergantungan.

2. Untuk meningkatkan kesan “kejagoaan”.

3. Hasrat berkelompok dengan kawan senasip dan sebaya.

4. Adanya stress dan konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan.

5. Dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak remaja untuk

merokok atau kalau tidak merokok dianggap tidak solider dengan

lingkungan sosialnya.

6. Ketidak tahu bahaya merokok (PMI 2006)


23

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok.

1. Pengaruh Teman Sebaya

a. Defenisi Temen Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai

kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut

(T.Christina, 2014) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-

anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang

kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-

anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan

keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang

atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula

sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur

seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu

sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dansaling

pengertian (T.Christina, 2014). Dengan berteman, seseorang dapat merasa

lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi

temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu,

sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling

berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling

percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman

sebayanya. Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat,


24

penampilan, dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada

keluarga. Di dalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan

konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa

memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya

memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi

di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang

dewasa, melainkan oleh teman seusianya (Depkes, 2012).

1) Karakteristik Berteman

Adapun karakteristik dari berteman (T.Christina,2014) adalah

sebagai berikut :

a) Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan

teman.

b) Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba

mengubah mereka.

c) Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat

sesuatu sesuai dengan kesenangan individu.

d) Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat

keputusan yang baik.

e) Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman

dan mereka juga melakukan hal yang demikian.

f) Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan

masalah yang bersifat pribadi kepada teman.

g) Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan

mengerti dengan baik seperti apa adanya individu.


25

2) Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan

diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka

akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa

sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan

oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja, pandangan kawan-

kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting

(T.Christina,2014).

Menurut T.Christina (2014) mengatakan bahwa peran

terpenting dari teman sebaya adalah :

a) Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar

keluarga.

b) Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan

perolehan pengetahuan.

c) Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan

identitas diri. Melalui interaksi dengan teman-teman

sebaya, anak-anak dan remaja.

Mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara

simetris. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan

dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap

bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa

teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai

perananyang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya.

Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja


26

melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri

(T.Christina,2014).

2. Lingkungan

Lingkungan yang dapat mempengaruhi individu merokok.Faktor penyebab

remaja merokok biasanya dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa saja

dari faktor keluarga, tempat tinggal atau bahkan lingkungan pergaulan. Seperti

yang disampaikan oleh Darvil dan Powell (2000) bahwa remaja cendrung

merokok karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok (p.121).

Ada lingkungan yang menganggap merokok merupakan suatu hal yang

kurang pantas dilakukan oleh para remaja. Tetapi, ada juga lingkungan dimana

merokok pada remaja adalah suatu hal yang wajar atau bahkan jika remaja

laki-laki tidak merokok akan bilang remaja laki-laki yang aneh. Selain itu ada

juga remaja laki-laki yang merokok yang disebabkan karena ia melihat

ayahnya merokok.

Bagi remaja yang solidaritas kelompok adalah suatu hal yang penting.

Remaja cenderung untuk melakukan apa yang sering dilakukan kelompok.

Apabila dalam suatu kelompok remaja, merokok adalah suatu aktivitas yang

sering dilakukan maka remaja yang tergabung didalamnya enderung untuk

melakukan aktivitas merokok.

Merokok merupakan salah stu kebiasaan yang sering ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah sosial

dimana remaja yang semestinya tidak merokok.


27

3. Peran Orangtua

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian

atau memegang pimpinan yang terutama. Peranan menurut Levinson (dalam

Arisandi, 2011) peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi

norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan

yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Menurut (Gadysa dan Gelbina 2009) yang diakses dari luluvikar,

wordpress.com mendidik dan mendewasakan anak adalah tugas orang tua

yang sudah menjadi naluri atau intrinsic (animal instinc), karena proses

keberadaan sang anak serta pembentukan sifat dan karakternya semua

terpulang pada orang tua. Orang tua adalah panutan dan tauladan yang selalu

dijumpai anak pada setiap waktu dan kesempatan dalam keluarga. Dan orang

tua merupakan kunci strategi dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi

oleh sang anak.

Dalam keluarga, tugas pokok orang tua adalah mendidik dan

mendewasakan anak-anaknya agar menjadi orang yang berguna dan berakhlak

mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan

jasmani, tetapi juga kebutuhan rohani, perhatian, kasih saying dan komunikasi

yang baik.
28

Peran orang tua adalah :

1. Sebagai Panutan

Orang tua harus menjadi suri teladan atau memberi contoh yang

baik, dari hal sikap dan perilaku sehari-hari bagi anak-anaknya. Dengan

demikian, anak-anak dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2. Sebagai Perawat dan Pelindung

Orang tua mempunyai tugas merawat kebersihan, kesehatan serta

mempersiapkan kebutuhan anak sehari-hari seperti makan, pakaian dan

lain-lain. Orang tua diharapkan mampu mengayomi terutama di saat anak

mengalami kesulitan sehingga anak akan merasa aman, tentram dan

senang hidup bersama keluarga.

3. Sebagai Pendidik dan Sumber Informasi

Fungsi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga adalah yang

pertama dan utama, karena orang tua adalah orang yang paling dekat dan

penuh tanggung jawab terhadap proses pendidikan anak sejak dari

kandungan hingga usia dewasa. Selain sebagai pendidik dalam keluarga,

orang tua juga harus berfungsi sebagai informasi atau pengetahuan yang

baik dan benar bagi anak.

4. Sebagai Pengarah dan Pembatas

Orang tua harus mampu mengarahkan sikap, tingkah laku, dan

cita-cita anak, demi masa depan yang baik bagi dirinya maupun keluarga.

Di samping itu pula, orang tua harus mampu sebagai pembatas sikap dan

perilaku agar anak tidak terjerumus pada situasi yang tidak baik.
29

5. Sebagai Teman dan Penghibur


Dengan dorongan dan semangat dari orang tua, anak akan lebih
merasa percaya diri dan pantang menyerah terhadap segala bentuk
kesulitan.
4. Persepsi Tentang Rokok Terhadap Kesehatan

a. Persepsi

Persepsi dalam psikologi adalah proses memperoleh informasi

untuk memahami suatu objek tertent. Alat untuk memperoleh informasi

tersebut adalah melalui penginderaan, sedangkan alat untuk memahaminya

adalah dengan kesdaran atau kognisi. Manusia memiliki alat indera

sebagai alat untuk berhubungan dengan dunia diluar dirinya. Obyek-obyek

yang ada disekelilingnya ditangkap oleh alat indera untuk kemudian

dialirkan keotak, hal ini disebut sensasi. Pada tahap berikutnya,

rangsangan yang sampai pada alat indera yang datang dengan jumlah yang

banyak pada suatu waktu dan dalam bentuk yang tidak mempunyai arti,

diorganisir dan ditafsirkan oleh individu proses tersebut disebut dengan

“persepsi”.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap orang dalam memandang atau mengartikan objek

persepsi akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhi proses persepsi pada individu. Persepsi individu tergantung

pada apa yang indivudu harapkan, pengalaman dan motivasi (Nurlailah.N,

2010).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam shaleh 2007).

1) Perhatian yang selektif


30

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak

sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak

harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu

individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang

tertentu saja, dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak

akan tampil kemuka sebagai objek pengamatan.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian. demikian juga dengan rangsang yang lebih

besar diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya

dan intensitas rangsangnya paling kuat.

3) Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda

dalam pengamatannya dibanding dengan bukan seorang seniman.

4) Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu akan sangat mempengaruhi

bagai mana seseorang mempersepsikan dunianya.

c. Persepsi Remaja Merokok

1) Merasa lebih jantan dari yang tidak merokok.

Dalam pergaulan pelajar, mereka yang merokok kerap kali

diidentikkan dengan jagoan, karena tidak banyak pelajar yang

berani merokok walaupun secara sembunyi-sembunyi. Pelajar yang

merokok merasa dirinya berani melawan aturan dari sekolah, hal

ini secara tidak langsung akan menimbulkan rasa segan atau takut
31

di kalangan teman-temannya yang tidak merokok. Maka dari itu

tidak aneh bila banyak iklan rokok yang mengidentikkan diri

dengan kejantanan atau jagoannya seorang laki-laki yang merokok.

Bahkan sempat ada iklan rokok yang pemerannya menggunakan

seragam SMA.

2) stress

akibat permasalahan yang dialami seperti permasalahan

dengan orang tua, pacar ataupun bermasalah dengan guru dan

pelajaran. Merokok menjadi pelarian. Hal ini makin mudah

dilakukan oleh pelajar yang mempunyai teman-teman yang

merokok. Meskipun pada awalnya mereka bertahan untuk tidak

merokok di tengah pergaulan pelajar yang merokok, namun disaat

sedang mengalami masalah mereka akhirnya akan merokok.

Biasanya keinginan merokok tersebut datang karena melihat

temannya yang merokok sangat menikmati dan terlihat puas.

Akhirnya tergiur ingin merasakan hal yang sama. Saat baru

pertama merasakan rokok jelas tidak akan merasakan kenikmatan

yang sama sehingga membuat penasaran dan terus mencoba

merokok hingga akhirnya kecanduan. Karena memang perasaan

menikmati rokok timbul apabila seseorang telah kecanduan.

3) Pengaruh oarangtua/keluarga

Kebanyakan teman-teman yang merokok berasal dari

keluarga perokok berat. Biasanya ayah, kakek, paman, kakak atau

orang yang tinggal satu rumah merupakan perokok berat. Mereka


32

santai saja merokok di dalam rumah walaupun ada bayi, anak kecil,

remaja yang berada di dekat mereka. Jadi tidak begitu

mengherankan bila teman-teman pelajar tersebut dengan mudah

terpengaruh untuk merokok, meskipun orang tua di rumah

melarang mereka merokok bahkan sampai marah besar bila

ketahuan merokok.

D. Rokok

1. pengertian rokok

Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak

orang termasuk remaja, walaupun masih sering ditulis di surat-surat kabar,

majalah dan media masa lain menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya,

mereka dengan bangga menghisap rokok di tempat-tempat umum, kantor,

rumah, jalan-jalan dan sebagainya. Di tempat-tempat diberi tanda “dilarang

merokok” sebagain orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah

yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan

merokok (Depkes RI 2009)

Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik

menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temeperatur pada sebatang

rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang

dibakar dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir

perokok (Kurniawan, 2013).

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan didalam

kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak biasa


33

diletakkan lagi bagi orang-orang yang menyukai rokok (Kurniawan, 2013).

Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran ratusan zat

kimiawi yang khas dari tembakau adalah nikotin dan eugenol yang sangat

berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia (Kurniawan, 2013).

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan

kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak

buruk, baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya

(Kurniajati Sandy, 2010)

Seseorang dapat digolongkan sebagai perokok bila setidaknya menghisap

satu batang rokok atau lebih paling perhari paling sedikit selama satu tahun,

bahkan ada juga mengatakan merokok minimal merokok selama satu batang

perhari selama minimal tiga bulan.

Berdasarkan aktivitasnya kebiasaan merokok menurut Husainin 2006.

Dibagi menjadi dua yaitu:

a. Perokok aktif

orang yang langsung merokok. Paparan asap tembakau yang ia terima

relatif lebih kecil dari pada perokok pasif atau orang disekitarnya.

b. Perokok pasif

yaitu orang yang tidak merokok tetapi terpapar langsung oleh asap

tembakau dari orang yang sedang merokok di sekitarnya. Perokok

pasif ini lebih banyak resikonya karena dia terpapar asap rokok lebih

banyak dari pada perokok itu sendiri.

Perokok pasif atau kadang dikenal dengan nama involuntary

smoking adalah suatu istilah yang diberikan bagi mereka yang tidak
34

merokok, namun mereka seolah dipaksa untuk menghirup asap perokok

dari perokok aktif yang ada di sekelilingnya (Husaini, 2006).

Beberapa hal yang berhubungan dengan asap rokok dengan cara

menghisap rokok adalah sebagai berikut:

1) Jenis asap rokok.

Ada dua jenis asap rokok yang masing-masing memiliki

dampaktersendiri, yakni asap yang dihasilkan dari perokok aktif

selama proses merokok atau dikenal dengan sebutan

mainstream smoke, dan asap yang dihasilkan dari rokok yang

menyala atau dikenal dengan sebutan sidestream smoke

(Husaini,2006)

2) Gaya merokok

Apakah asapnya dihisap dalam-dalam, langsung

dikeluarkan setelah asap tersebut sampai keparu-paru ataukah

langsung dikeluarkan seiring helaan nafas.

3) Perokok inhaler

Perokok aktif yang saat menghisap rokok sampai dada.

Pada perokok tipe ini, ada melepas rokok dari mulut setiap

selesai menghisap rokok, tetapi ada juga yang di antara dua

hisapan rokok masih tetap didalam mulut (sugeng,2003).

4) Perokok non inhaler

Perokok aktif yang saat merokok tidak menelan asap rokok

atau hanya dihembuskan. Menurut (sugeng, 2003) ada tiga tipe


35

perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok

yang dihisap. Tiga tipe tersebut adalah:

a) Perokok terberat, yaitu perokok yang mampu merokok dari

21-31 batang per hari atau lebih, sejak bangun pagi berkisar

antara 6-30 menit.

b) Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan 11-21

batang rokok dan selang waktu 31-60 menit setelah bangun

pagi.

c) Perokok ringan menghabiskan sekitar 10 batang rokok

dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi

2. Bahan Kimia Yang Ada Dalam Asap Rokok

Asap rokok yang dibakar dan dihisap perokok, mengandung beberapa

bahan kimia :

a. Nikotin

Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat

dalam Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau

sistesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan

(PP RI No. 19 Tahun 2003). Formula kimia dari nikotin adalah

C10H14N2 yaitu cairan berminyak yang beracun dan tidak berwarna

atau terkadang berwarna kekuningan. Nikotin merupakan obat

perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan

rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyababkan ketagihan

karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang

berhubungan dengan perasaan senang (Wahyono B, 2013)


36

b. Tar

Yang dimaksud dengan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon

aromatika yang bersifat karsinogenik (PP RI No. 19 Tahun 2003). Tar

terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang terdapat

asap rokok inilah yang menyebabakan adanya resiko kanker (Wahyono

B, 2013)

c. Gas karbon monoksida (CO)

Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada

rikok dengan kandungan 2% - 6%. Karbon monoksida pada paru-paru

mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglogin (Hb) sejitar

200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2)

dengan Hb(Wahyono B, 2013).

d. Hb

Senyawa ini berikatan dengan Hb 200 kali lebih efektif

dibandingkan oksigen. Menghirup udara selama 1 jam yang

mengandung lebih dari 0,2% (2000ppm) karbon monoksida dengan

21% oksigen diduga akan menyebabkan kematian.

e. Timah hitam (pb)

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak

0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu

hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah

hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa

dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2


37

bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke

dalam tubuh. (Sugeng D Triswanto, 2007).

Gambar 2.1
Berbagai Kandungan Zat Yang Terdapat Dalam Sebatang Rokok

Sumber: Padmanigrum, 2007.


38

3. Bagian-Bagian Tubuh Dan Penyakit Yang Ditimbulkan Akibat Rokok

(Wahyono B, 2013).

a. Mata

Rokok dapat menyebabkan katarak dan menyebabkan kebutaan.

Resiko perokok adalah tiga kali lebih tinggi dibanding dengan bukan

perokok.

b. Mulut, tenggorokan, pita suara dan esofagus

Rokok dapat menyebabkan kanker pada bagian tubuh mulut,

tenggorokan, puat suara dan esofagus dan dapat menyebabkan

penyakit gusi, pilek dan kerongkongan kering. Lebih dari 90%

penderita kanker mulut adalah perokok dan tingkat kematian penderita

kanker mulut pada perokok lebih besar 20 sampai dengan 30 kali

dibandingkan dengan penderita kanker mulut yang bukn perokok.

c. Gigi

Pada perokok, resiko menderita periodontitis (gusi terbakar yang

mengarah keinfeksi dan akan merusak jaringan halus dan tulang)

sebesar 10 kali lebih tinggi.

d. Paru-paru

Penyakit yang mungkin diderita oleh perokok pada fungsi tubuh paru-

paru adalah kanker paru-paru, pnemonia, bronkitis, asma dan batuk

kronis. Kematian akibat kanker paruparu yang disebabkan oleh rokok

berkisar lebih dari 80%. Selain itu, studi di Finlandia menunjukkan

bahwa merokok pasif menyumbang timbulnya penyakit asma pada

orang dewasa. Dan di Inggris, studi yang dilakukan oleh national


39

Asma Campaign menunjukkan bahwa rokok memicu serangan asma

pada 80% penderita.

Gambar 2.2

Perbedaan Paru Bukan Perokokdan Paru Perokok

Sumber: ( Maharani.C, 2013)

e. Perut

Penyakit akibat merokok yang menyerang perut adalah kanker perut

dan lambung. Penelitian menunjukkan bahawa tingkat resiko kanker

perut berbanding lurus dengan jumlah dan lama merokok.

f. Ginjal

Kanker ginjal dapat juga menyerang perokok dan kanker ini lebih

sering ditemukan di antara perokok dibandingkan dengan yang tidak

merokok. Pankreas Tingkat kesembuhan kanker pankeas tidak lebih


40

dari 4% pada penderita yang lebih dari lima tahun menderita kanker

ini. Kantung kemih Kanker kandung kemih merupakan salah satu

resiko yang dapat diderita oleh perokok.

g. Leher rahim

Kanker juga dapat menyerang di bagian leher rahim pada perokok.

Kehamilan Pada ibu hamil, merokok dapat menyebabkan bayi lahir

prematur, berat badan lahir rendah dan keguguran. Menurut WHO,

wanita merokok pada negara maju adalah 15%, pada negara

berkembang adalah 8%. Sedangkan di Amerika Serikat, wanita

perokok mencapai 15%-30% dan sebagian dari mereka adalah wanita

hamil.

h. Tulang

Merokok dapat menyebabkan tulang rapuh.

i. Darah

Resiko terkena kanker darah (leukimia) pada perokok adalah 1,53

sedangkan pada mantan perokok adalah 1,39.

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja didefinisikan sebagai individu yang sedang mengalami perubahan

dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan kecepatan

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional serta social

(Sarwono, 2010).
41

Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi

eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa anak-anak

ke masa remaja., individu mulai mengembangkan cirri-ciri abstrak dan konsep

diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri denagan penilaian

dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interprestasi perbandingan social.

Adapun berapa isu sosial dan klinis yang berkaitan dengan remaja antara

lain:

a. Peranan jenis kelamin.

b. Penyakit menular seksual.

c. Penggunaan KB pada usia remaja/diluar nikah

d. Kurangnya infformasi dan konseling mengenai oendidikan seksual.

e. Kehamilan dini pada remaja (Kusmiran 2013).

Semua isu diatas dapat memberikan dampak besar pada timbulnya

tahapan penyakit seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan kanker mulut

rahim (kanker serviks). Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan seksual

dan kesehatan reproduksi remaja. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Kepantasan berhubungan seksual dikalangan remaja.

b. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mencapai pemenuhan

kebutuhan seksual.

c. Bagaimana cara mengakses jasa serta informasi terkait kesehatan

seksual dan kesehatan reproduksi.

d. Derajat tingkat perilaku yang dipengaruhi oleh kurangnya

pengetahuan.
42

e. Bagaimana cara mengendalikan kesuburan secara efektif (Kusmiran

2013).

2. Ciri-Ciri Kejiwaan Dan Psikososial Remaja :

a. Usia muda (12-15 tahun)

1) Sikap protes terhadap orangtua.

Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai

orangtuanya, sehingga sering menunjukkan siakp protes terhadap

orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali

disertai dengan menjauhkan diri dan orang tua. Dalam upaya

pencariaan identitas diri, remaja cenderung melihat diluar

lingkungan keluarganya yaitu : guru, figure lain yang terdapat di

film, atau tokoh idola.

2) Preukupasi pada badan sendiri.

Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan

cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusu

bagi diri remaja.

3) Kesetiakawanan dengan kelompok seusia.

Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan

dan kebersamaan dengan kelompok senasip. Hal ini tercermin

dalam cara berprilaku social.

4) Kemampuan untuk berpikir secara abstrak .

Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai

berkembang dan di manifestasikan dalam bentuk diskusi untuk

mempertajam kepercayaan diri.


43

5) Prilaku yang labil dan berubah-berubah

Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-

ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab. Remaja akan

merasa cemas akan perubahandalam dirinya. Perilau demikian

menunjukkan bahwa dalam diri nya. Perilau demikian

menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang

memerlukan pengertian dan penganan yang bijaksana.

b. Usia Remaja Penuh ( 16-19)

1) Kebebasan dari orang tua.

Dorongan untuk mrnjauh diri dari orangtua menjadi

realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga mersa

kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk

terikat dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.

2) Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas

Seringkali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas

tertentu yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan

akan cita-cita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan

sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah.

3) Penggembanga nilai moral dan etis yang mantap.

Remaja mulai menyusun nilai-nilai morl dan etis sesuai dengan

cita-cita.

4) Pengembangan hubungan pribadi yang labil.

Adanya tokoh penutan atau hubungan cinta yang

stabilmenyebabkan kestabialn diri remaja.


44

5) Penghargaan kembali pada orangutan dalam kedudukan yang

sejajar (Kusminar).

c. Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja ,terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa

transisi tersebut menurut Gunarasa dalam disertai PKBI adalah sebagi

berikut :

1) Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.

Bentuk remaja sudah berbeda denagn anak-anak, tetapi belum

sepenuhnya menampilakan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini

menyebabakan kebingungan peran, didukung pual dengan sikapa

masyrakat yang kurnag konsisten.

2) Transisi dalam kehidupan emosi.

Perubahan hormonal dalm tubuh remaja berhubungan erat dengan

peningktan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan

ketidakstabilan emosi.mpak sering gelisah, cepat tersinggung,

melamun, sedih, tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa, ataupun

marah-marah.

3) Transisi dalam kehidupan sosial.

Lingkungan sosial anak semakin bergeser keluar dari keluarga,

diaman lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan

penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya meruapakan upaya

remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan denga keluarga)

4) Transisi dalam nialai-nilai moral.


45

Remaja mulai menunggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan

menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai

meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan

mulai mencari nilai sendiri.

5) Transisi dalam pemahaman.

Remaja mengalami perkembnagan kognitif yang persat sehingga

mulai menggembangkan kemampuan berfikir abstrak (Kusmiran

2013).

d. Tujuan Perkembangan Remaja :

1) Perkembangan pribadi

a) Keterampilan kognitif dan non kognitif yang dibutuhkan

agar dapat mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam

bidang-bidang pekerjaan tertentu.

b) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-

masalah pribadi secara efektif

c) Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan

cultural dan peradaban bangsa.

d) Kecakapan untuk dapat teikat dalam suatu keterlibatanyang

intensif pada suau kegiatan.

2) Perkembangan sosial.

a) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan

dirinya, baik dalam kelas social, subkultur, maupun usia.

b) Pengalaman diaman tindakannya dapat berpengaruh pada

orang lain.
46

c) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada ujuan-

tujuan bersama (interaksi kelompok) (kusmiran, 2013).

e. Konsep Kedewasaan

Karakteristik remaja(adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa.

Secara fisik, remaja ditandai denagn cirri perubahan pada penampilan fisik

dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjer seksual.

Sementara itu, secara psikologi remaj merupakan masa individu

mengalamai perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan

moral antara anak-anak menuju dewasa. Remaja mengevaluasi diri secara

keseluruhan dan terdapy beberapa pemisahan dimensi diri, seperti dalam

akademik, olahraga, penampilan, hubungan sosial, dan moral. Terdapat

bukti bahwa konsep diri remaja berbeda diberbagai konteks dan remaja

memanandang diri berbeda jika berada dengan teman sebaya dibandingkan

saat dengan orangtua dan guru.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai

nilai-nilai kedewasaan. Adapun cirri-ciri kedewasaan remaja:

1) Emosi relative lebih stabil (mampu mengendalikan emosi

2) Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi)

3) Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri

dan lingkungan untuk memecahkan masalah.

4) Adanya interdepensi (saling ketergantungan) dalam hubungan

sosial.

5) Memiliki tanggung jawab.


47

6) Memiliki kontrol diri yan adekuat (mampu menunda kepuasan,

melawan godaan, serta mengembangkan standar prestasi

sendiri).Memiliki tujuan hidup yang realistis.

a) Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang

dianut.

b) Peka terhadap kepentingan orang lain.

c) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan ( bersikap

luwes), bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi (Kusminar 2013).


48

Skema 2.1
Kerangka Teori

Faktor pencetus
(predisposing)
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Ekonomi
4. Nila-nilai
5. Tradisi
6. Persepsi

Faktor pemungkin
(enabling factor)
1. Fasilitas Perilaku Merokok
pelayanan Pada Remaja
2. Kualitas
pelayanan
3. Lingkungan

Faktor penguat
(reinforcing factor)
1. Peran tokoh
masyarakat
2. Peran petugas
kesehatan
3. Teman sabya
4. Peran orangtua

Sumber: Lawrence Green (Notoatmodjo, 2014)

Keterangan: tulisan yang dihitamkan merupakan variabel yang diteliti.


49

Anda mungkin juga menyukai