PENDAHULUAN
BAB II
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal DARI sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.Didalam rongga mulut terdapat :
a. Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu;
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus penyerapan
(illeum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas
dan kantung empedu.Bagian-bagian usus halus;
a. Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi
kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam
duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika,
ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor jumlah
nutrisi kurang dari keperawatan selama x nutrisi dan
kebutuhan tubuh 24 jam diharapkan pasien kandungan kalori.
1. zat kimia
2. usia yang ekstrem
3. imobilisasi fisik
Internal
1. perubahan
pigmentasi
2. gangguan sensasi.
4 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Pantau atau catat
Definisi : keperawatan diharapkan karakteristik
peneglaman sensori nyeri dada hilang atau nyeri, catat
dan emosisonal yang terkontrol dengan KH: laporan verbal,
tidak menyenangkan 1) Pasien mampu petunjuk
yang muncul akibat mendemonstrasikan nonverbal, dan
kerusakan jaringan penggunaan teknik respon
yang aktual atau relaksasi. hemodinamik
3.1 Skenario
Seorang laki-laki, usia 40 tahun, pegawai swasta, dirawat di ruang penyakit dalam
dengan keluhan perut kembung, mual dan mata kuning. Riwayat penyakit hepatitis B
pada 9 tahun yang lalu. Riwayat merokok sejak remaja, riwayat minum alkohol sejak
lulus SMA. Saat ini tidak selera makan, dan setiap kali disajikan hanya dapat
dihabiskan porsi. Mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg sejak 2 bulan
terakhir. Berat badan saat ini 58 kg, tinggi badan 166 cm, sclera ikterik, konjungtiva
anemis, kulit tampak kuning. Abdomen terasa acites. Warna urin coklat pekat, tidak ada
nyeri saat BAK, tidak ada konstipasi. Hasil pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda vital :
Tekanan darah 100/80 mmHg, Frekuensi pernafasan 21x/menit, frekuensi nadi
88x/menit, suhu badan 37,7C. hasil lab Hb 7,4 mg/L, albumin 1,6 mg/dL, SGOT 35,50
u/i, SGPT 23,50 u/i. Terapi saat ini vit K. lasix 10 mg albumin 20%, spirolaktone dan
infuse asering.
2. Pertanyaan Penting
1. Mengapa pada pasien yang memiliki riwayat hepatitis B bisa mengalami perut
kembung dan mual ?
2. Bagaimana mekanisme urine pasien yang memiliki riwayat hepatitis B menjadi
menjadi coklat pekat?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya acites pada abdomen pada pasien tersebut?
4. Tindakan keperawatan apa yang bisa dilakukan untuk menangani perut
kembung dan mual muntah pada pasien dengan riwayat hepatitis B?
3. Jawaban Pertanyaan
1. Pada pasien yang memiliki riwayat hepatitis B bisa mengalami perut kembung
dan mual yaitu karena diakibatkan oleh hepatitis B kronik dan mengakibatkan
penderita mengalami sirosis hati. Mual adalah salah satu tanda sirosis hati. Hal
itu dikarenakan nyeri perut akibat cairan yang menumpuk di perut bisa membuat
kantung empedu tertekan. Kantung empedu yang tertekan bisa membuat
penderita merasa mual. Mual pada penderita juga disebabkan oleh berkurangnya
asupan makanan sehingga sistem pencernaan terganggu dan menyebabkan
peningkatan asam lambung dan menyebabkan mual pada penderita. Perut
kembung pada penderita diakibatkan adanya kerusakan gastroistinal yang
disebabkan oleh virus yang menyebabkan bakteri di usus halus bereplikasi
sehingga merangsang hipotalamus dan hipotalamus merespon dengan perut
menjadi kembung bersamaan dengan rasa mual pada penderita.
2. Urine dapat berubah menjadi coklat pekat dikarenakan terganggunya konsentrasi
urochrome didalam urine, dimana fungsi dari urochrome tersebut yaitu memberi
warna pada urine. Urochrome sendiri sebenarnya adalah produk hasil rombakan
dari sel darah merah yang telah mati yang sebelumnya telah diproses di hati
untuk mengalami proses detoksifikasi, namun karena terjadinya gangguan pada
4. Analisa Sintesa
NAMA PENYAKIT
No TANDA DAN GEJALA
HEPATITIS B SIROSIS HATI
1. Perut kembung + +
2. Mual + +
3. Mata kuning + +
8. Sclera ikterik + +
9. Konjungtiva anemis + +
19 Spirolaktone + +
+
20. Infuse asering. +
+
21. lasix 10 mg +
6. Informasi Baru
Obat-obatan untuk Sirosis hepar
A. Obat modern
Terapi / obat-obatan dilanjutkan seminimal mungkin terutama obat-obatan
yang bersifat toksik hati, misalnya sedatif. Beri obat- obatan yang bersifat
melindungi hati, berikan antibiotik, kortikostiroid ( tetapi tidak membantu
penyembuhan hepatitis akut), antiemetik (bila diperlukan/ bila perlu sekali) dan
vitamin K pada kasus kecenderungan perdarahan.
B. Obat tradisional
Obat tradisional yang digunakan biasanya berupa tanaman/terapi herbal.
Adapun tanaman yang dinilai ada hubunganya dan bermanfaat terhadap
pengendalian gejala dan bahkan penyembuhan sirosis hati adalah:
1) Kunyit
Khasiat: obat sirosis hati terutama karena mampu merangsang dan menjaga
kekebalan. Kunyit juga bagus untuk pengumpulan darah.
2) Temulawak
Khasiat: dalam kaitanya dengan sirosis hati, temulawak sangat efektif
karena mampu melawan inflamasi. Tanaman ini juga diketahui bisa
menurunkan SGOT dan SGPT, keduanya berkadar tinggi pada mereka yang
menderita hepatitis (terutama hepatitis B)
3) Tapak Liman
Khasiat: manfaat tapak liman untuk sirosis hati terutama karena
kemampuanya untuk mencegah dan menghilangkan radang dan
7. Informasi Tambahan
1. SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase): merupakan suatu enzim yang
terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, akan terjadi
pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke sirkulasi darah dan akan terukur
melalui pemeriksaan laboratorium. Nilai normal SGPT adalah 0-35 u/L.
2. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) : seperti halnya SGPT,
SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
SGOT akan meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati.
Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat
ditemukan di sel darah, sel jantung dan sel otot, karena itu peningkatan
SGOT tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati. Nilai normal SGOT
adalah 3-45 u/L.
1. Identitas Klien
Nama : Tn. X Pekerjaan : pegawai swasta
Umur : 40 tahun No. RM :
Alamat : Tgl. Masuk :
Jenis kelamin : laki-laki Tgl. Pengkajian :
2. Tindakan Pre-hospital
a. CPR g. Nasopharyngeal
b. Infus h. Suction
c. NGT i. Beban tekan
d. ETT j. Bidai
e. Oropharyngeal k. Hecting
f. Oksigen
3. Pengkajian Primer
a. Airway : jalan napas paten, tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada
penumpukan secret, tidak terdengar bunyi gargling, tidak ada bunyi
stridor.
b. Breathing : dada simetris kiri dan kanan, pola napas teratur dengan frekuensi
pernapasan 21 x/menit, tidak ada retraksi dada, tidak ada bunyi napas
tambahan wheezing/mengi, tidak terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
c. Circulation : tidak ada perdarahan, tidak terjadi peningkatan dan penurunan
denyut nadi dengan frekuensi nadi 88 x/menit, terjadi penurunan
tekanan darah 100/80 mmHg, terpasang infuse asering.
d. Disability : GCS : 15 E:4 V:6 M:5
Kesadaran : compos mentis
e. Exposure : Suhu badan masih dalam keadaan normal : 37,7 C
4. Triage
a. Keluhan utama : perut kembung, mual & mata kuning
b. Riwayat keluhan utama : seorang laki-laki usia 40 tahun pegawai swasta dirawat
b. Laboratorium
Normal : Pria : 13,5 17,5
1. Hemoglobin 7,4 mg/L
Wanita : 11,5 16,5
2. Albumin 1,6 mg/dL Normal : Pria & wanita : 3,8 4,4
Normal : Pria : < 37
3. SGOT 35,50 u/L
Wanita : < 31
Normal : Pria : < 42
4. SGPT 23,50 u/L
Wanita : < 32
7. Obat-obatan
1. Spirolactone
a. Indikasi : Hipertensi esensial, edema pada gagal jantung kongestif, sirosis hati,
sindroma nefrotik, hiperaldosteronisme primer.
b. Kontraindikasi : Gagal ginjal progresif, penggunaan bersama suplemen K dan
diuretik hemat K, hiperkalemia.
c. Efek samping : Gangguan GI, mengantuk, ginekomastia, gangguan mental,
ataksia, gangguan menstruasi, hirsutisme, sakit kepala,
impotensi, ruam kulit. Jarang : pembesaran payudara,
hiponatremia, hiperkalemia.
8. Analisa data :
Data Subjektif
1) pasien mengeluh mual.
2) pasien mengeluh perut kembung.
3) pasien mengatakan riwayat hepatitis B pada 9 tahun yang lalu.
4) pasien mengatakan merokok sejak remaja.
5) pasien mengatakan minum alcohol sejak SMA.
6) pasien mengatakan saat ini tidak selera makan.
7) pasien mengatakan tidak ada nyeri saat BAK.
Anoreksia
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang
Kebutuhan Tubuh
Data subjektif :
1) pasien mengeluh mual.
2) pasien mengatakan
saat ini tidak selera
Data Objrktif :
1) nampak pasien hanya
dapat menghabiskan
porsi saat makanan
disajikan.
2) Berat badan 58 kg
3) abdomen terasa acites
4) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah :
100/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 88
x/menit
- F rekuensi
pernapasan : 21
x/menit
- Suhu tubuh : 37,7
C
3 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
(00046) observasi selama 24 menggunakan pakaian
Domain 11: jam didapat hasil : yang longgar
keamanan/perlindungan 1. integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
Kelas 2 : cedera fisik yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan 3. Monitor kulit akan
Definisi: (sensasi, adanya kemerahan
Perubahan/ gangguan elastisitas, 4. Oleskan lotion/baby
epidermis dan/ atau dermis temperature, oil pada daerah yang
hidrasi, tertekan
5.1 Kesimpulan
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi
sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pasien di diagnosa penyakit Sirosis
Hepar, dimana penyakit ini di tandai dengan adanya gejala berupa data subjektif dan
data objektif di antaranya terdapat acites (penumpukan cairan di rongga perut) anoreksia,
demam, mual muntah, perut kembung, sclera ikterik, dan kongjungtiva anemis. Sehingga
dapat di angkat diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan system yang terganggu
pada pasien yakni : Kelebihan volume cairan, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan
Resiko ketidakseimbangan elektrolit.
5.2 Saran
Mempelajari tentang sistem pencernaan sangat penting untuk diterapkan dalam
praktik keperawatan. Sebagai perawat, kita harus mengetahui anatomi dan fisiologi
sistem pencernaan karena ini merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi
utamanya dalam keperawatan medikal bedah. Kita juga seharusnya bisa
memprioritaskan diagnosa keperawatan yang tepat dalam pemenuhan asuhan
keperawatan berkaitan dengan ilmu keperawatan medikal bedah dan menghubungkannya
dengan konsep lainnya
Amin, Hardhi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda
Nic-Noc. Jilid 1, 2, 3. Penerbit Mediaction Jogja. Jogjakarta
Andra, Yessie, 2013. KMB2 Keperawatan Medikal Bedah Nuha Medika. Yogyakarta
Burnner dkk, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Indonesia.
Padila, 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Ppencernaan. Nuha Medika. Yogyakarta
Syaifuddin, 2013. Anatomi Fisiologi kurikulum Berbasis Kompetensi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Taqiyyah, Mohammad, 2013. Asuhan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jilid
2. Prestasi Pustaka Jakarta. Jakarta Indonesia
Wiwik, Andi, 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan .
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.