PENDAHULUAN
2.1.3 Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan
lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
2.1.4 Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di
sebelah kiri fudus uteri.
2.2.2 Etiologi
Menurut Padila (2013), etiologi typhus adalah salmonella typi.
Salmonella para typhi A, B, C, ada dua sumber penularan Salmonella typhi
yaitu pasien dengan Typhus Abdominalis dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari Typhus Abdominalis dan masih terus
mengekresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1
tahun.
Penyakit Typhus Abdominalis disebabkan oleh kuman Salmonella
typhosa/Eberthella typhosa basil gram negatif yang bergerak dengan
rambut getar dan tidak berspora dengan masa inkubasi 10-2- hari.
Menurut Rampengan (2007), kuman Salmonella Abdominalis ini
dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang
sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70° C atapun oleh antiseptik.
sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatik (tidak menyebar).
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagel dan berifat
termolabil.
c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut
aglutinin. Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid faktor-R
yang berkaitan dengan resisten terhadap multipel antibioti. Ada 3
spesies utama, yaitu:
a. Salmonella typhosa (satu serotipe)
b. Salmonella choleraesius (satu serotipe)
c. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)
2.2.4 Pathway
Makanan yang terinfeksi bakteri Salmonella typhosa
Mati dimusnahkan
Lambung tertekan
Resiko Defisit Cairan
Nyeri Raba
Mual
Anoreksia
Perubahan Nutrisi
(Zulkoni, 2011)
2.2.5 Klasifikasi
a. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna , gangguan kesadaran
b. Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali
penderita mengalami buang - buang air. Jika diamati, lidah tampak
berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan
kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut ,
mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus oragan limfa dan hati
bias membengkak seperti gejala hepatitis.
2.19 Penatalaksanaan
Menurut Rampengan (2007) dan Widoyono (2011),
penatalaksanaan dari penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Perawatan
Penderita Typhus Abdominalis perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari
bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada
perawatan Typhus Abdominalisdi masa lalu. Mobilisasi dilakukan
sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita. Pada
penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak
terjadi aspirasi. Tanda komplikasi Typhus Abdominalis yang lain
termasuk buang air kecil dan buang air besar juga perlu mendapat
perhatian.
b. Diet
Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita
diberi makanan berupa bubur sering. Selanjutnya penderita dapat
diberi makanan yang lebih paat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan
kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu
dipertimbagkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita
(Widoyono, 2011).
c. Obat-obatan
Typhus Abdominalis merupakan penyakit infeksi dengan angka
kematian yang tinggi sebelum adanya obat-obat antimikroba (10-15%).
Sejak adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol angka kematian
menurun secara drastis (1-4%). Obat-obat antimikroba yang sering
digunakan antara lain:
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksasol
4) Ampisilin
5) Amoksisilin
6) Seftriakson
7) Sefotaksim
8) Siprofloksasin (usia > 10 tahun)
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian:
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi
badan, berat badan, tanggal MR.
b. Keluhan Utama
Pada pasien Typhus Abdominalis biasanya mengeluh perut mual
dan kembung, nafsu makan menurun, panas, dan demam.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Typhus Abdominalis adalah
demam, anoreksia, mual, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat
dengan yang sama, atau apakah menderita penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang
sama atau sakit yang lainnya.
f. Riwayat Psikososial
1) Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).
2) Interpersonal: hubungan dengan orang lain.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama
sakit, lidah kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat
memepengaruhi status nutrisi berubah karena terjadi gangguan pada
usus halus.
2) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
3) Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.
4) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan
kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan seksual
Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya
akan terganggu.
2.3.5 Intervensi
Menurut Padila (2013), rumusan perencanaan keperawatan pada
klien dengan Typhus Abdominalis berdasarkan diagnosa keperawatan
secara teoritis adalah sebagai berikut.
a. Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan
elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Hipertermi dan
muntah.
1) Tujuan : Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
2) Kriteria hasil:
a) Membran mukosa bibir lembab,
b) Tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal,
c) Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
3) Intervensi:
a) Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukossa bibir kering, turgor
kulit tidak elastis dan peningkaan suhu tubuh,
b) Pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
c) Ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama.
d) Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan
distorsi lambung.
e) Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,
f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na,
Cl)
g) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan
melalui perenteral sesuai indikasi.
3.1 Desain
Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah
asuhan keperawatan pada klien Typhus Abdominalis di Rawat Inap
Puskesmas Benculuk Kabupaten Banyuwangi.