Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ABSES MANDIBULA DENGAN PSIKOLOGI GANGGUAN CITRA


TUBUH DI RUANG RANAP II

RS.WONOLANGAN

Di Susun Oleh :

MUSYARROFAH

14201.08.16028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HAFSHAWATI ZAINUL HASAN

GENGGONG-PADJARAKAN
A. Anatomi Fisiologi

a. Mulut (oris)
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga
mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan
langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah
bawah oleh rahang bawah.
1. Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi.
Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
a) Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang
gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih
kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.
b) Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua
bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi
gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang
rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang
dengan perantara semen.
c) Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi
terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu,
rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin.
b. Lidah
Berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal
membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan
makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.
c. Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi dengan
bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah
mengandung menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin atu amylase
yang berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat gula atau maltosa.
d. Korpus
Merupakan bagian tengah yang melengku ng horizontal, yang membentuk
dagu dan tempat tersusunnya gigi geligi rahang bawah. Pada permukaan eksternal
korpus dapat terlihat sebuah tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mandibula
yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang.
Korpus mandibula mempunyai dua buah pinggir :
a) Tulang alveolar
Merupakan tempat perlekatan dari gigi geligi. Terdapat delapan lekukan dari
masing-masing belahan mandibula yaitu dua untuk gigi insisif, satu untuk
kaninus, dua untuk gigi premolar, dan dua untuk gigi molar.
b) Basis mandibular
Bagian inferior dari korpus mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan
tebal.
e. Ramus
Merupakan bagian vertikal yang berada di sisi kanan dan kiri korpus
mandibula. Tempat bertemunya korpus mandibula dengan ramus pada masing
masing sisi disebut angulus mandibula. Pada ujung dari masing-masing ramus
terdapat dua buah tonjolan yang disebut prosesus kondiloideus dan prosesus
koronoideus. Pada bagian tengah ramus terdapat foramen mandibula.

B. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi
bakteri. Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di
suatu tempat didalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap
benda asing (Mansjoer A, 2008).
Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses
dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher (Smeltzer dan Bare, 2008).
C. Etiologi
Menurut Siregar (2009) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih lanjut siregar 2009 menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika:
a. Terdapat kotoran atau benda asing didaerah terjadinya infeksi
b. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan
D. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel
darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang
mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya
akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran
infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar
kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses
(sireger, 2009)
E. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2008) gejala dari abses tergantung pada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gelajanya bisa berupa:
a. Nyeri tekan
b. Teraba hangat
c. Pembengkakan
d. Kemerahan
e. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika
abses pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya
menipis.

Suatu abses didalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala sering kali terlebih
dahulu tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke
seluruh tubuh. Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan dibawah mandibula dan dibawah lidah, mungkin berfluktuasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Siregar (2009), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses,
biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
G. Komplikasi
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula
menurut Siregar (2009) adalah:
1. Kehilangan gigi
2. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan
Ludwig’s angina
3. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis
mandibula atau maksila
Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral,
endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.
H. Penatalaksanaan
Antibiotic dosis tinggi terhadap kuman anaerob harus diberikan secara
parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan
luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid,
tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap 1-2 hari gejala dan tana infeksi
reda.
Suatu abses sering kali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yag terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses
pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk menringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses tidak
memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya hanya sia-sia.
Antibiotic biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi
kebagian tubuh lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORY
DENGAN KASUS ABSES MANDIBULA (NANDA, NIC, NOC)
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien meliputi : nama, alamat, tanggal lahir, jenis, kelamin,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku, bangsa, tanggal masuk
rumah sakit, no.register/MRS, serta penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien meminta bantuan kesehatan adalah dengan
alasan/keluhan yang menonjol pada pasien abses mandibula untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan keadaan lemah.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ditemukan adanya keluhan bengkak pada daerah mandibular, Kadang
disertai panas pada daerah pembekakan
2) Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada abses mandibula, bisa
mengalami serangan ulangan abses mandibular.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Mengkaji kemungkinan dari generasi terdahulu yang mempunyai
persaman dengan keluhan klien saat ini.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan
persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan
menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan
persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit nafsu
makan,pola makan, Status gizi pada penderita abses mandibula dapat
bervariasi. Penderita dengan status gizi baik maupun buruk dapat
berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Penderita abses
mandibula sering mengalami panas pada pembekakan, nyeri, dan pusing
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi
(oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran
kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dan akan Diare /
konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/ gerak dalam keadaan sehat dan sakit. Dan
klien akan merasa Nyeri pada kepala, punggung sendi, dan akan
menurunnya aktivitas sehari-hari.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih. Dan pada pasien
abses mandibula ini istirahat tidurnya akan dapat terganggu karena panas,
sakit kepala dan nyeri.
7) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri selama sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung penggunaan obat untuk menangani stress.
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
12) Pola personal hygiene
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar)
serta jarang melakukan kebersihan baik tubuh maupun lingkungan
sehingga keadaann mudah didatangi oleh nyamuk tersebut.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pemeriksaan pada daerah pembekakan di mandibular sebelah kanan
kiri. Pasien merasakan nyeri dan panas di daerah pembekakan.
2) Head to To
a) Kepala
 Inspeksi : pada klien abses mandibula bentuk kepala akan simetris,
tidak ada hematom / edema, dan tidak terdapat perlukaan dan akan
timbul rasa nyeri.
 Palpasi : pada klien abses mandibula ada nyeri tekan, tidak adanya
deformitas, dan tidak ada karakter lesi.
b) Rambut
 Inspeksi : pada klien abses mandibula melihat atau mengamati
warna rambut, kebersihan, tekstur rambut.
 Palpasi : pada klien abses mandibula akan tetap terdapat kekuatan,
konsistensinya akan tetap normal.
c) Wajah
 Inspeksi : pada klien abses mandibula wajah akan simetris, dan
warna wajah akan nampak kemerahan akibat demamnya.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada lesi atau perlukaan
serta benjolan pada wajah.
d) Mata
 Inspeksi : pada klien abses mandibula bentuk mata akan simetris,
warna konjungtitva akan anemis, gerak pupil akan tetap isokor
dan Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
pergerakan bola mata nyeri.
 Palpasi : pada klien abses mandibula tidak ada nyeri tekan
e) Hidung
 Inspeksi : pada klien abses mandibula kadang terdapat pendarahan ,
hidung simetris, tidak ada tanda radang, dan tidak ada pernafasan
pernafasan cuping hidung.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan deformitas.
f) Mulut
 Inspeksi : mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan, serta bibir akan nampak kering
dan pucat.
g) Leher
 Inspeksi : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, perlukaan atau lesi, serta
tenggorokan mengalami hypermia pharing.
h) Dada/Thorak
 Inspeksi : bentuk dada akan simetris,kadang terdapat pernafasan
cepat, dan nafas dangkal
 Palpasi : pada abses mandibula tidak terdapat nyeri tekan, dan
taktil fremitus akan simetris dan seimbang antara kanan dan kiri.
 Perkusi : pada klien abses mandibula terdapat suara sonor
 Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah
i) Jantung
 Inspeksi : pada klien abses mandibula akan terdapat ictus cordis.
 Palpasi : pada klien abses mandibula jika sudah stadium IV
Vocal – fremitus kurang bergetar
 Perkusi : pada klien abses mandibula akan terdapat suara pekak.
 auskultasi :pada klien paralisis akan normal s1 dan s2 tunggal atau
tidak ada suara tambahan.
j) Perut/Abdomen
 Inspeksi : pada abses mandibula bentuk akan semetris, tidak ada
lesi, dan tidak ada edema, serta asites.
 Auskultasi : pada klien abses mandibula bising usus akan terdapat
ganggguan.
 Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
 Perkusi : pada abses mandibula akan terdapat suara timpani
k) Genetalia
 Inspeksi : pada klien abses mandibula tidak ada lesi, dan edema.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda radang, dan
perlukaan
l) Kulit dan kuku
 Inspeksi : pada klien abses mandibula kuku akan berwarna merah
muda, dan tidak ada lesi serta tidak ada edema pada kulit dan kuku
serta kuku tidak akan sianosis.
 Palpasi : pada kuku CRT dan pada turgor kulit akan normal
kembali < 2 detik.
m) Ekstermitas
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangan dan kaki.
n) 12 saraf cranial
1. Saraf 1 : Biasanya pada klien abses mandibula tidak ada
kelainan fungsi penciuman
2. Saraf 2 : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
3. Saraf 3, 4 dan 6 : Penurunan gerakan kelopak mata pada sisi
yang sakit (lagovtalmos).
4. Saraf 5 : Kelumpuhan seluruh otot pada wajah satu sisi, lipatan
nasolabial pada sisi kelumpuhan mendatar, adanya gerakan
sintimetik.
5. Saraf 7 : Berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin sekali
edema saraf pasialis ditingkat koramen stelomastoideus meluas
sampai kebagian saraf fasialis, dimana korda tympani
menghubungkan diri padanya.
6. Saraf 8 : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi
7. Saraf 9 dan 10 : Padalisis otot orofaring, kesulitan berbicara,
mengunyah dan menelan. Kemampuan menelan kurang baik,
sehingga menganggu pemenuhan nutrisi vial oral.
8. Saraf 11 : Tidak ada aktofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik
9. Saraf 12 : Lidah simetris tidak ada defiasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan mengalami kelumpuhan
dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
o) Motorik
Jika tidak melibatkan disfungsi neurogis lain, kekuatan otot
normal, control keseimbangan dan koordinasi pada paralisis bell
tidak ada kelainan.
p) Reflek
Gerakan infolunter. Tidak ditemukan adanya tremor, kejang
dan distonia, pada beberapa keadaan seiring ditemukan ticfasialis.
q) Sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan tidak ada
kelainan. Tapi suhu tubuh akan terganggu.
2. Diagnosa
a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
b. Resiko infeksi berhubungan dengan bakteri
c. Kerusakan integrasi jaringan berhubungan dengan jaringan sel infeksi.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit
e. Nyeri berhubungan dengan penyakit
3. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit - 00007
a) Batasan karakteristik
 Kulit kemerahan
 Kulit terasa hangat postur abnormal
 Gelisa
b) NOC
P : Termoregulasi
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
080010 Berkeringat saat panas
080015 Melaporkan kenyamanan
suhu
080007 Perubahan warna kulit
080019 Hipertermia
080003 Sakit kepala
S: Tanda- Tanda Vital

Indikator Outcome 1 2 3 4 5
080201 Suhu tubuh
080202 Tingkat pernafasan
080205 Tekanan darah sistolik
080209 Tekanan nadi
E : Status Kenyaman : Fisik
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
201007 Intake makanan
201008 Intake cairan
201017 Nyeri otot
201019 Mual
201020 Muntah
201023 Diare
201024 Konstipasi

c) NIC
1) Perawatan demam
 Kolaborasi pemberian obat antipiretik atau pemberian intra
vena
 Monitor warna kulit dan suhu
 Tutup pasien dengan selimut atau baju ringan tergantung pada
fase demam.
2) Aplikasi panas/dingin
 Jelaskan penggunaan aplikasi panas atau dingin, alasan
perawatan, dan bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi
gejala pasien
 Pilih metode stimulasi yang nyaman dan tersedia
 Periksa suhu aplikasi, terutama menggunakan aplikasi panas
3) Monitor tanda-tanda vital
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
 Monitor tekanan darah saat pasien selesai meminum obat
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi serta
hipertermigan dengan penyakit
2. Kerusakan integrasi jaringan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perlindungan integritas jaringan
a) Batasan karakteristik
 Cedera jaringan
 Jaringan rusak
b) NOC
 Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa
Indicator Outcome 1 2 3 4 5

110101 Suhu kulit


110104 Hidrasi
110112 Perfusi jaringan
110116 Lesi mukosa membran

 Kesehatan mulut
Indicator Outcome 1 2 3 4 5

110001 Kebersihan mulut


110002 Kebersihan gigi
110003 Kebersihan gusi
110004 Kebersihan lidah
110005 Kebersihan gigi palsu

 Keparahan infeksi
Indicator Outcome 1 2 3 4 5

070301 Kemerahan
070302 Vesikel yang tidak mengeras
permukaannya
070303 Cairan luka yang berbau busuk
070333 Nyeri
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
c) NIC
1. Perlindungan infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Ikuti tindakan pencegahan neutropenia, yang sesuai
2. Kontrol infeksi
1) Bersihakan lingkungan dengan baik setelah di gunakan
untuk setiap pasien
2) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan
tepat
3) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat
universal
3. Manajemen pengobatan
1) Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut
resep dan atau protocol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai
3) Fasilitasi perubahan pengobatan dengan dokter
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis - 00002
a) NOC
P: Status nutrisi
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
100402 Asupan makanan
100408 Asupan cairan
100403 Energi
100411 Hidrasi
S: Nafsu makan
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
101401 Hasrat/ keinginan untk makan
101406 Intake makanan
101407 Intake nutrisi
101408 Intake cairan
E: fungsi gastrointestinal
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
101501 Nafsu makan
101503 Frekuensi BAB
101508 Bising usus
101513 Nyeri perut

b) NIC
1) Manajemen gangguan makan
 Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien
 Monitor intake / asupan dan asupan cairan yang tepat
 Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukainya
2) Bantuan perawatan diri : pemberian makan
 Monitor kemampuan klien dalam menelan
 Ciptakan waktu dan lingkunganb yang nyaman selagi makan
 Berikan makanan dengan suhu yang sesuai
3) Pengajaran : individu
 Bina hubungan baik
 Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran klien
 Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran klien
Daftar Pustaka
Suzane , C. Smeltzer, Brenda G Bare 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner and Suddarth : EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
CVMocomedia. Elsevier.

Moorhead, Sue & Marion Johnson dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). CV Mocomedia. Elsevier

Sireger, C.brenda G bare. 2009. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah


brunner and suddarth : EGC

Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi.Jakarta : EGC

Wikinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai