Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang
ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan
impulsivitas, yang terjadi pada lebih dari satu situasi, dengan frekuensi lebih
sering dan intensitas lebih berat dibandingkan dengan anak-anak seusianya
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Badan Penelitian dan Pengembangan Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada tahun
2006 melaporkan bahwa dari 696 siswa SD yang berasal dari empat provinsi di Indonesia
dengan rata-rata nilai rapor kurang dari 6, terdapat 33% siswa yang dinyatakan
mengalami gangguan emosi dan perilaku, yang didalamnya termasuk GPPH (Mahabbati,
2013).
Saputro (2009) menemukan bahwa gangguan ini menjadi alasan tersering orang tua
membawa anaknya ke psikiater. Sebagian besar orang tua yang membawa anak dengan
GPPH memiliki keluhan utama seperti nakal, malas belajar, dan kurang konsentrasi, baik
di sekolah maupun di rumah. Adanya gangguan ini merupakan masalah utama yang
mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar dan kesulitan berinteraksi dengan anak
lain atau guru (Saputro, 2009).
Anak dengan GPPH yang gejalanya menetap hingga masa remaja berisiko tinggi
untuk mengalami gangguan tingkah laku. Sekitar 50% anak dengan gangguan tingkah
laku akan mengalami gangguan kepribadian antisosial di masa dewasanya (Kaplan et al.,
2010). Anak dengan GPPH dan gangguan tingkah laku juga berisiko mengalami
gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat (Forgey dan DeJong, 2008).
Orang dewasa dengan riwayat GPPH pada masa kanak berisiko memiliki perilaku
kriminal, masalah pernikahan, dan masalah pekerjaan (Forgey dan DeJong, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi dari gangguan ADHD?
2. Apa pengertian dari ADHD?
3. Apa saja etiologi ADHD?
4. Apa saja klasifikasi ADHD?

1
5. Bagaimana patofisiologi ADHD?
6. Bagaimana pathway ADHD?
7. Apa saja Manifestasi Klinik ADHD?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang ADHD?
9. Apa saja penatalaksanaan ADHD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi ADHD?
2. Untuk mengetahui Pengertian dari ADHD?
3. Untuk mengetahui Etiologi ADHD?
4. Untuk mengetahui Klasifikasi ADHD?
5. Untuk mengetahui Patofisiologi ADHD?
6. Untuk mengetahui Pathway ADHD?
7. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik ADHD?
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang ADHD?
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan ADHD?

D. Manfaat
1. Manfaat bagi institusi
Manfaat makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam
mengetahui terhadap penyakit ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder).
2. Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca
adalah untuk menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui terhadap
penyakit ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).
3. Manfaat bagi masyarakat
Manfaat makalah ini bagi masyarakat adalah untuk menambah wawasan
masyarakat mengenai penyakit ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika,
bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum
secara terbagi menjadi empat bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol
perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

3
b. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara
d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu
terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak
kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional.

1. Cerebellum (Otak Kecil)


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat
dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi
otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol
keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan
dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci
pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan
pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi,
misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
2. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya.

4
Bagian dari otak, tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian emosi,
mengatur konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan perilaku
hiperaktif dan impulse antara lain
1. Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi,
membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.
2. Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif
dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
3. Sistem limbic
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan
menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur
yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal. Gangguan
pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan tersebut.
4. Sistem aktivasi reticular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk
dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada pada
bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan
kemampuan bagian otak itu sendiri.

B. Pengertian
Gangguan Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) adalah kondisi
pembangunan yang biasanya dimulai selama masa kanak-kanak atau awal masa
remaja dan dianggap mengikuti pola yang serupa. Gangguan klinis
didefinisikan oleh tingkat ketidakpedulian atau hiperaktivitas-impulsif yang
mengganggu perkembangan normal, atau fungsi, seseorang yang tidak sesuai
usia. Meskipun ADHD membawa stigmau sebagai konsekuensi dari gaya hidup
modern, penyebutan pertama sindrom ini dimulai pada akhir abad ke-18
(Faraone et al., 2015).
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
5
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD
mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul
dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009).
Definisi ADHD secara umum yaitu menjelaskan kondisi anak-anak yang
memperlihatkan sintom-sintom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan
impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup
mereka. Anak ADHD merupakan anak yang hiperaktif. Mereka suka terus bergerak,z
bahkan mungkin sampai mengganggu teman yang ada didekatnya. Mereka juga suka
bertindak impulsif. Artinya mereka suka melakukan tindakan yang tib-tiba tanpa
memikirkannya terlebih dahulu,z mereka tidak suka menunda keinginan atau
kepuasan.

C. Etiologi
1. Adanya faktor genetik yang sebagai faktor terbesar
a. Faktor Keturunan
Dari penelitian faktor keturunan pada anak membawa peranan sekitar
80%. Begitu pula dengan anak-anak yang memiliki gejala ADHD di
kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetiknya juga
sekitar 80%.
Anak-anak yang orang tuanya menyandang ADHD, mereka akan
memiliki delapan kali kemungkinan beresiko mendapatkan anak ADHD.
Bukan hal mudah atau sederhana untuk menentukan gen mana yang
menyebabkan ADHD dan begitu juga untuk melihat bagaimana peranan
gen terhadap perkembangan dari otak.
b. Genetik dan lingkungan
ADHD juga bergantung kepada kondisi gen dan efek negatif
lingkungannya, yang bila hal itu terjadi bersamaan maka dapat dikatakan
bahwa lingkungan itu penuh resiko. “ Lingkungan” dalam hal ini memiliki
arti yang luas, seperti lingkungan psikologis (relasi dengan orang- orang
lain, dan berbagai kejadian dan penanganan yang sudah diberikan kepada
6
anak tersebut), lingkungan fisik (makanan, obat-obatan, penyinaran),
lingkungan biologis (apakah si anak pernah mengalami cedera otak, atau
radang otak? Bagaimana komplikasi saat melahirkan?)
Begitu pula pada ibu perokok, saat kehamilan berlangsung juga
mempunyai resiko yang tinggi pada anaknya, paling tidak mereka
mempunyai bawaaan dalam sistem neurologisnya sebagai ADHD. Variasi
genetik ini akan menentukan kematangan seseorang anak terhadap faktor
lingkungannya. Kita juga bisa mengatakan bahwa faktor lingkungan akan
mempunyai efek memperbesar variasi genetik.
Faktor lingkungan seperti pengasuhan dan pendidikan tidak bisa
memnyebabkan ADHD atau menyebabkan munculnya ADHD. Meskipun
faktor-faktor tersebut memang bisa mempengaruhi menculnya Gejala
ADHD, tetapi tergantung dari beratnya Gejala ADHD yang ada pada anak
tersebut.
c. Adanya fungsi yang berbeda di dalam otak
1) ADHD dan Otak
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada
dua mekanisme di dalam otak yaitu Pengaktifan sel-sel saraf (
eksitasi) dan Penghambatan sel-sel saraf (inhibisi)
Pada reaksi eksitasi terhadap rangsangan dari luar melalui
pancaindra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur
bila terlalu banyak eksitasi.
Pada anak kecil, sistem pengereman atau penghambatan
belumlah cukup berkembang: setiap anak balita akan bereaksi
implusif, sulit menahan diri, dan mengangap dirinya sebagai pusat
dari dini. Umumnya sistem inhibasi mulai sekitar usia dua tahun
dan di usia empat tahun akan berkembang secara kuat.
Lingkumgan juga mengharapkan kepada anak-anak di usia tersebut
bisa mengontrol perilakunya dibandingkan anak pada usia 3 tahun.
Tampaknya pada anak ADHD, perkembangan sistem
inhibisinya lebih lambat bekembangan, dan juga dengan kapsitas
yang lebih kecil. Selain itu, sistem inhibisi juga bekerja kuarang
kuat atau kurang mencukupi di dalam otak.
2) Otak yang berbeda
7
Sudah jelas, bahwa ADHD disebabkan karena adanya fungsi
yang berbeda dari otak penyandangnya. Secara umum, tidak
tampak adanya kerusakan otak, namun memamg ada neuro-
anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda anatara anak
denganADHD atau yang tanpa ADHD. Perbedaan neuro-anatomi
terletak pada bentuk dari bebrapa daerah di bagian otak. Dan
perbedaan neuro-kimiawi terletak pada penyampaian sinyal-sinyal
di dalam otak.
Neuro-anatomi Pada ADHD terdapat gangguan perkembangan
otak di usia dini. Hal ini terjadi dibagian frontal (bagian paling
depan dari otak); korpus kalosum yang menghubungkan belahan
otak kanan dan kiri otak kecil dan berbagai nukleus basalis. Di
beberapa bagain belahan otak kanan pada anak ADHD
tampak lebih kecil bila dibandingkan dengan anak tanpa ADHD.
Kimiawi Otak Pada ADHD kemungkinan ada gangguan ini
dikarenakan oleh dua sistem neurotransmitter, yaitu sistem
dopamine dan sistem adrenalin. Cara kerja obat-obat ADHD
adalah mempengaruhi kedua sistem ini. Sebuah penelitian tentang
orang dewasa dengan ADHD dan kelompok kontrol menunjukkan
bahwa orang dewasa ADHD rata-rata mempunyai 70% aktivitas
dengan dopamine-transporter lebih tinggi, dan juga bahwa
neurotransmiters ini pada orang tanpa ADHD menurun dengan
meningkatnya usia, namun tidak terjadi pada orang ADHD.
2. Faktor lingkungan memegang peranan yang penting
a. Penelitian tentang genetika ADHD adalah penelitian yang berupaya ingin
mendapatkan gen mana yang berperanan pada ADHD.
b. Harapannya dapat menemukan obat-obat baru yang bisa digunakan dalam
menangani ADHD.

D. Klasifikasi
Karena simtom-simtom ADHD bervariasi, DSM-IV-TR mencantumkan tiga
subkategori, yaitu:
1. Tipe predominan inatentif: anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya
konsentrasi.

8
2. Tipe predominan Hiperaktif-Impulsif: anak-anak yang masalah utamanya diakibatkan
oleh perilaku hiperaktif-impulsif.
3. Tipe kombinasi: anak-anak yang mengalami kedua rangkaian masalah diatas.
Anak-anak yang mengalami masalah atensi, namun memiliki tingkat aktivitas
yang sesuai dengan tahap perkembangannya, tampak sulit memfokuskan perhatian atau
lebih lambat dalam memproses informasi (Barkley, Grodzinsky, & DuPaul,1992),
mungkin berhubungan dengan masalah pada daerah frontal atau striatal otak
(Tannock,1998). Gangguan ADHD, lebih berhubungan dengan perilaku tidak
mengerjakan tugas disekolah, kelemahan kognitif, rendahnya prestasi, dan prognosis
jangka panjangnya lebih baik. Berbeda dengan anak yang mengalami gangguan tingkah
laku, mereka bertingkah disekolah dan dimana pun, dan kemungkinan jauh lebih agresif,
serta mungkin memilikiorang tua yang antisosial.

E. patofisiologi
Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa
remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau
hiperaktivitas mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah
pengendalian impuls mungkin menetap.
Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan
distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia
12 tahun. Jika remisi memang terjadi, biasanya terjadi antara usia 12 dan 20 tahun.
Remisi dapat disertai dengan masa remaja dan kehidupan dewasa yang produktif,
hubungan interpersonal yang memuaskan, dan relatif sedikit sekuela yang bermakna.
Tetapi sebagian besar pasien dengan ADHD mengalami remisi parsial dan rentan
terhadap gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian lain dan
gangguan mood. Masalah belajar sering kali terus ada.
Pada kira-kira 15 sampai 20 persen kasus, gejala ADHD menetap sampai masa
dewasa. Mereka dengan gangguan mungkin menunjukkan penurunan hiperaktivitas
tetapi tetap impulsif dan rentan terhadap kecelakaan. Walaupan pencapaian
pendidikan mereka adlah lebih rendah dari orang tanpa ADHD, riwayat pekerjaan
awal mereka adalah tidak berbeda dari orang dengan pendidikan yang sama.

9
E. Pathway
Faktor biologis dan genetis
lingkungan makanan

Kortek frontal

Mekanisme inhibitor Aktivitas sistem


tidak dapat berfungsi limbik berlebihan
baik

Perilaku implusif Mood yang labil temperamen


membuat keputusan yang yang meledak-ledak mudah
buruk hiperaktif terkejut selalu menyentuh di
sekitar

Resiko Kerusakan Resiko


keterlambatan interaksi cedera
perkembangan sosial

10
F. Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada
anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organic
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
11
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

H. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat,
terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate, dan Pemoline
(Cylert). Food ang Drug Administration (FDA) mengizinkan
dextroamphetamine pada anak berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate
pada anak berusia 6 tahun dan lebih; keduanya adalah obat yang paling sering
digunakan.
Mekanisme kerja yang tepat dari stimulan tetap tidak diketahui.
Pendapat respos paradoksikal oleh anak tidak lagi diterima. Methylphenidate
telah terbukti sangat efektif pada hampir tigaperempat anak dengan ADHD
dan memiliki efek samping yang relatif kecil. Methylphenidate edalah
medikasi kerja singkat yang biasanya digunakan secara efektif selama jam-
jam sekolah, sehingga anak dengan gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas
dapat memerhatikan tugasnya dan tetap di dalam ruang kelas. Obat telah
ditunjukkan memperbaiki skor anak hiperaktif pada tugas yang membutuhkan
kegigihan, seperti tugas kinerja kontinu dan asosiasi berpasangan.
Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri kepala, nyeri
lambung, mual, dan insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound”, di
mana mereka menjadi agak mudah marah dan tampak agak hiperaktif selama
waktu yang singkat saat medikasi dihentikan. Pada anak-anak dengan riwayat
tik motorik, harus digunakan dengan berhati-hati, karena, pada beberapa
kasus, methylphenidate dapat menyebabkan eksaserbasi gangguan tik.
Permasalahan lain yang sering tentang methylphenidate adalah apakah obat
akan menyebabkan supresi pertumbuhan.
2. Psikoterapi
Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang
menyeluruh pada anak ADHD dan biasanya hanya merupakan satu segi dari
regimen multimodalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku,

12
konseling orang tua, dan terapi tiap gangguan beajar yang meneyertai
mungkin diperlukan.
Jika menggunakan medikasi, anak dengan ADHD harus diberikan
kesempatan untuk menggali arti medikasi bagi mereka. Dengan melakukan
hal itu akan menghilangkan kekeliruan pengertian (seperti, “saya gila”)
tentang pemakaian medikasi dan menjelaskan bahwa medikasi hanya sebagai
tambahan. Anak-anak harus mengerti bahwa mereka tidak perlu selalu
sempurna.
Jika anak-anak dengan ADHD dibantu untuk menyusun
lingkungannya, kecemasan mereka menghilang. Dengan demikian, orang tua
dan guru mereka harus membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat
diperkirakan, dengan menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya
pada lingkungan fisik, temporal, dan interpersonal.
Persyaratan yang hampir universal untuk terapi adalah membantu
orang tua untuk menyadari bahwa sikap serba mengizinkan adalah tidak
membantu bagi anak-anak mereka. Orang tua harus juga dibantu untuk
menyadari bahwa, walaupun ada kekurangan pada anak-anak mereka dalam
beberapa bidang, mereka menhadapi tugas maturasi yang normal, termasuk
perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan demikian,
anak-anak dengan ADHD tidak mendapatkan manfaat dari dibebaskan dari
persyaratan, harapan, dan perencanaan yang berlaku untuk anak lain.
3. Terapi Bermain
Terapi bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak dengan
ADHD. Melalui proses bermain anak-anak akan belajar banyak hal,
diantaranya :
a. Belajar mengenal aturan
b. Belajar mengendalikan emosi
c. Belajar menunggu giliran
d. Belajar membuat perencanaan
e. Belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain
4. Terapi Back in Control ( kembali memegang kendali)
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk
menangani anak dengan ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa
pendekatan dan metode penanganan. Program terapi “Back in Control”
13
dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini berbasis pada sistem
yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan anak untuk
patuh. Program ini lebih cenderung ke sistem training bagi orang tua yang
diharapkan dapat menciptakan sistem aturan yang berlaku di rumah sehingga
dapat mengubah perilaku anak.
Demi efektivitas program, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan
pihak sekolah untuk melakukan proses yang sama bagi anaknya ketika dia di
sekolah. Orang tua harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan dan konsisten atas program yang dijalankan. Begitu juga ketika
program ini dilaksanakan bersama-sama dengan pihak sekolah maka orang
tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk
melakukan proses monitoring dan evaluasi.Dalam program ini, yang harus
dilakuan orangtua adalah :
a. Definisikanlah aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas
mungkin sehingga pengasuh pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa
banyak penyimpangan.
b. Jalankan aturan tersebut dengan ketat
c. Jangan memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap
aturan itu. Jalankan saja sesuai yang sudah ditetapkan
d. Jangan pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan
kata-kata kunci yang tidak akan diperdebatkan.

14
I. Asuhan Keperawatan
Menurut videbeck 2008 pengkajian anak mengalami Attention Deficyt
Hiperacitivity Disorder antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit


a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah
saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atau daycare.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilau overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan dirumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilau anak
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisiplinkan
anak atau mengubah perilau anak dan semua itu sebagai besar tidak berhasil.
Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan ia menyela menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya.
Mood dan efek
a) Mood anak mungkin labil bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum
b) Ansietas frustasi dan agitasi adalah hal biasa
c) Anak tampak terdorong untuk terus bergerak atau berbicara dan
tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut

15
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan
Proses dan isi pikit
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia
atau tingkat perkembangan
Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi dan tidak ada perubahan sensori
atau persepsi seperti halusinasi
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
terganggu secara nyata
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang
berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan
d) Mungkin sulit untuk mengkaji memori anak ia sering kali
menjawab saya tidak tahu karena ia tidak dapat memberi perhatian
pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas
Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian
yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Meraka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif seperti berlari kejalan atau melompat dari tempat yang
tinggi
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada
anak kecil
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu
menilai jika dibandingkan dengan anak seusiannya
e) Sebagai besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
smaa sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang
lain
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan tidak ada yang
menyukaiku d sekolah tetapi meraka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri
16
Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil tetapi secara
umum haga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah
b) Karena mereka tidak berhasil disekolah tidak dapat memiliki banyak
teman dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas dirumah
mereka biasanya mereka terkucil sana merasa diri mereka buruk
c) Reaksi negatif orang lain yang muncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah baik secara akademis maupun
sosial
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau dirumah yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua
c) Orang tua sering menyakiti bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang di
diagnosis dan terapi
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang milik keluarga
e) Orang tua merak letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik
f) Guru seringkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalamiADHD yang meningkatkan penolakan anak
Pertimbangan fisiologi dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan
tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
2. Diagnosa
a. Resiko keterlambatan perkembangan
b. Kerusakan interaksi sosial dan resiko cidera
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan dalam urutan
frekuensi: hiperaktivitas, gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit
koordinasi menyeluruh, gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas,
keras hati, gagal menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk), impulsivitas
(bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku denga tiba-tiba, tidak memiliki
organisasi, meloncat-loncat di sekolah), gangguan daya ingat dan pikiran,
ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan pendengaran, dan tanda
neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.
A. Saran
Orang tua sebaiknya tidak hanya konsentrasi dalam pekerjaannya tapi juga tetap
memperhatikan kesehatan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak . Dan pola asuh
sebaiknya disamakan antara dirumah dan diluar rumah atau disekolah agar mengurangi
tingkat stres dan perilaku buruk. Bagi mahasiswa agar bisa memberi solusi kepada orang
tua agar bisa mengurangi reaiko penyakit ADHD.

18
Daftar Pustaka

Davison, Gerald C dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kaplan, M.D., Halord I, Sadock, M.D., Benjamin J., Grebb, M.D., Jack A. 2010. Sinopsis
Psikiatri, Jilid 2. Terjemahan Dr. Widjaja Kusuma. Tangerang: Binarupa Aksara.

Nevid, Jeffrey S dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : Indeks

Townsend, M.C. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri
pedoman Untuk Pembuatan rencana Perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC

19

Anda mungkin juga menyukai