BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perpres No. 87 Tahun 2022 tentang rencana induk penanggulangan bencana tahun 2020-
2044 bahwa untuk mencapai ketangguhan masyarakat yang berkelanjutan terhadap bencana,
diperlukan rencana penanggulangan bencana yang komprehensif serta terintegrasi menuju
Indonesia emas 2045, bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana jangka panjang
perlu dituangkan ke dalam bentuk rencana induk penanggulangan bencana. Wilayah
Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala Enok, secara geografis, geologis, hidrologis dan
klimatologis memungkinkan terjadi berbagai ancaman bencana. Kondisi alam seperti ini
menimbulkan risiko bencana yang tinggi. Sebagian besar wilayah Kecamatan Tanah Merah
berada dalam kawasan rawan bencana, baik yang berasal dari ancaman banjir,tanah longsor,
wabah penyakit, kebakaran, angin puting beliung dan lain-lain. Keragaman ancaman
bencana di atas memerlukan upaya peningkatan kapasitas semua stakeholder baik dari unsur
pemerintah, masyarakat, civil society maupun pihak swasta sehingga mampu mengurangi
risiko bencana. Selain itu, berbagai pengalaman sejarah kebencanaan di Kecamatan Tanah
Merah memberikan kesadaran pemerintah daerah Kabupaten Indragiri Hilir untuk
mengembangkan kebijakan yang sistematis berkaitan dengan penanggulangan bencana.
Sejarah kebencanaan di Kabupaten Kendal, khususnya kejadian longsor memiliki frekuensi
kejadian yang cukup tinggi. Dari data yang didapat dari pihak kecamatan dan melakukan
tanggap darurat bencana, dapat diketahui bahwa kejadian tanah longsor di Kecamatan Tanah
Merah kelurahan Kuala Enok, memiliki intensitas yang cukup tinggi, dua kali dalam setiap
tahun. Selain dampak pengungsian, ada kerugian yang cukup besar lainnya, seperti harta
benda, aset fisik infrastruktur dan kerusakan alam. Disisi lain pola penanganan kedaruratan
masih bersifat sektoral dan kurang terkoordinasi terutama terkait dengan mobilitas
sumberdaya baik dari pemerintah dan non pemerintah. Penanganan bencana kedepan
diperlukan koordinasi dan konsolidasi seluruh sumberdaya sehingga penanggulangan
bencana dapat berjalan secara efektif dan efisien yang mampu mengurangi risiko bencana.
1. Maksud dan Tujuan
Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah Kelurahan
Kuala Enok disusun sebagai dasar, acuan utama oleh pihak – pihak terkait dalam operasi
penanganan darurat Longsor di Kecamatan Tanah Merah .
Tujuan penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor adalah:
a. Menjadi pedoman dalam melaksanakan operasi darurat bencana bagi, pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha
b. Sebagai komitmen bersama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penanganan
darurat bencana dengan tugas masing masing pihak
c. Sebagai wadah koordinasi dan kesepahaman bersama dalam penangnaan darurat bencana
longsor
d. Menurunkan risiko bencana melalui kesiapsiagaan penanganan darurat bencana tanah
longsor bagi pihak terkait
2. Sifat Rencana Kontingensi
Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah bersifat:
a. Partisipatoris dalam penyusunannya melibatkan semua pihak.
b. Dinamis dan selalu terbarukan di setiap periodik waktu sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
c. Sebagai pedoman utama dalam penanganan darurat longsor di Kecamatan Tanah Merah
d. Tahapan Penyusunan Rencana Kontingensi Kegiatan penyusunan Dokumen Rencana
Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah ini dilakukan dengan tahapan–
tahapan sebagai berikut:
- Membentuk Tim EMT (Emergency Medical Team) yang bertugas menyusun rencana
kegiatan penyusunan rencana kontingensi;
- Orientasi dan penyamaan persepsi tentang pentingnya rencana kontingensi Bencana
Longsor Kecamatan Tanah Merah bagi semua pelaku penanggulangan bencana di
tingkat Kecamatan Tanah Merah
- Pengumpulan, pengolahan dan mutakhiran data di Kecamatan Tanah Merah pada
semua sektor penanganan bencana dan lintas administratif.
- Penyusunan rancangan rencana kontingensi;
- Penyusunan naskah, pembahasan dan perumusan dokumen rencana kontingensi yang
disepakati;
- Konsultasi publik tentang hasil rumusan rencana kontingensi
- Penyebaran/diseminasi dokumen rencana kontingensi kepada pemangku kepentingan
penanggulangan bencana.
3. Aktifasi Rencana Kontingensi
Transfomasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi dilaksanakan setelah terjadi
peringatan dini akan datangnya ancaman terjadi tanah longsor dari tanda – tanda alam yang
terlihat dikhawatikan akan terjadinya tanah longsor. Tanda – tanda alam ini menandai
peningkatan status “Siaga Darurat” Tanah Longsor.
4. Pengertian
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;.
b. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana;
c. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non-struktural);
d. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang-wenang;
e. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat;
f. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan
penanganan segera dan memadai;
g. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan/Lembaga yang diberi tugas
untuk menanggulangi bencana;
h. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sesegera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi;
i. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat;
j. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan
menanggulangi dampak yang ditimbulkan;
k. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah bantuan untuk mengendalikan ancaman /
penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan pada keadaan darurat
bencana;
l. Rencana Operasi adalah rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan operasi
penanganan darurat bencana. Rencana operasi ini disusun oleh satuan tugas Komando
Penanganan Darurat Bencana dengan mempertimbangkan rencana kontingensi dan hasil
kaji cepat (Perka BNPB nomor 03 Tahun 2016 tentang Sistim Komando Penanganan
Darurat Bencana - SKPDB);
m. Komando adalah kewenangan untuk memberikan perintah, mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi upaya penangangan darurat bencana;
n. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah suatu kesatuan upaya tersturktur
dalam satu komando yang digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan penanganan
darurat secara efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/ penyebab bencana dan
menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat bencana;
o. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana yang selanjutnya disingkat Posko PDB
adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan darurat
bencana yang merupakan posko utama di dalam Sistem Komando Penanganan Darurat
Bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan penanganan darurat bencana;
p. Pos Lapangan Darurat Bencana yang selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB adalah
institusi yang berfungsi secara langsung sebagai pelaksana operasi penanganan darurat
bencana baik di lokasi bencana, sekitar lokasi bencana mapun lokasi pengungsian;
q. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah, lembaga non pemerintah, lembaga usaha dan
kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh
koordinator yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis;
r. Kelompok rentan adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih besar secara fisik,
psikologis atau kesehatan sosial yang terdiri dari lansia, penyandang disabilitas, ibu
hamil dan balita;
s. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dalam lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasakan persamaan hak;
t. Penyintas adalah orang yang berhasil bertahan hidup setelah mengalami kejadian
bencana atau guncangan lainnya.
B. Gambaran Umum Wilayah
Puskesmas Kuala Enok didirikan pada tahun 1988, diatas tanah seluas kurang lebih 500 M2.
Luas gedung Puskesmas kira-kira 323 M, Puskesmas Kuala Enok adalah Puskesmas dengan
perawatan atau dengan ruang rawat Inap (RRI)
Bangunan Puskesmas Kuala Enok terdiri dari:
1. Ruang Kepala
2. Ruang Kantor/Tata Usaha
3. Ruang Pelayanan
- Pendaftaran
- Poliklinik
- Poli KIA/KB
- Poli Gigi
- PKPR
- Klinik Sanitasi
- Konsultasi Gizi
- Yankestrad
- VCT
- Imunisasi
- Laboratorium
- Usila
- Promosi Kesehatan
- Gudang
- Apotik
- Laboratorium
- DM Center
4. Ruang Rawat Inap
Ruang Jaga
UGD
VK
Ruang Rawat Inap Kebidanan/Pasca Persalinan
Ruang rawat Inap Umum
5. Dapur
6. Musholla
7. Ruang Aula
8. Internet/WIFI
C. Geografi dan Demografi serta sarana dan prasarana Puskesmas Kuala Enok
1. Geografis
a. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Enok
Puskesmas Kuala Enok terletak di Kecamatan Tanah Merah dengan batas wilayah
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuindra
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecematan Enok
3) Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Sungai Batang
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Tembilahan
Jarak Kepuskesmas
NO. Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km)
(Km)
Jumlah penduduk
NO DESA
Lk Pr total
1. Kuala Enok 1831 1843 3674
2 Tanjung Pasir 290 260 550
3 Sungai Laut 601 529 1130
4 Sungai Nyiur 1141 1049 2190
5 Selat Nama 1280 1177 2457
Jumlah 5143 4858 10001
d. Potensi Bencana
Hampir disetiap musim penghujan terjadi longsor. Catatan sejarah sebelum terjadi
longosor ada tanda-tanda alam yang menunjukkan akan terjadinya longosor, antara
lain adanya retakan tanah, air surut terlalu kering. Bahaya Primer atau bahaya yang
langsung mengancam penduduk saat terjadi longosr adalah material yang terbawa
longsoran, antara lain tanah, batu, air, kayu yang dapat menimpa penduduk yang bisa
mengakibatkan timbulnya korban jiwa maupun harta benda. Bahaya lain yang
mengancam penduduk adalah bahaya sekunder, yaitu bahaya yang timbul setelah
terjadinya tanah longsor bisa terjadinya longsor susulan, atau longsornya sisa-sisa
dari longsoran sebelumnya. Dampak dari longsor juga mengakibatkan kerusakan
lingkungan, pemukiman, maupun sumber mata air. Data sejarah kejadian tanah
longsor di Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala Enok, intensitas longsor dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan hamper dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
BAB II
2. Strategi Komunikasi
Apabila komunikasi dikelola secara baik akan memberikan kontribusi hasil yang
optimal. Karenanya dalam berkomunikasi perlu menyusun strategi yang jitu. Lewat
strategi komunikasi inilah pelaku komunikasi (pemerintah lokal) akan lebih mudah
menyebarluaskan pesan komunikasi secara sistematis baik yang bersifat informatif,
persuasif, maupun instruktif kepada masyarakat dengan tentu hasil yang optimal. Kecuali
itu, strategi komunikasi mampu menjembatani kesenjangan budaya (cultural gap) dan
informasi di antara pelaku komunikasi, yaitu antara pemerintah kota selaku pemegang
otoritas kebijakan dengan masyarakat selaku subjek pembangunan (Effendy, 2003: 32).
a. Kesiapan Menghadapi Bencana Longsor
Berdasarkan kesiapan daerah untuk menghadapi bencana alam masih sangat
rapuh. Pemerintah daerah justru banyak menggantungkan pemerintah pusat dalam
hal mitigasi maupun penanganan bencana. Mestinya pemerintah daerah harus mampu
memotivasi dan memfasilitasi rakyat agar bisa mengatasi dan mereduksi dampak
bencana alam (Sangganara: 2011). Sangganara (2011) juga menjelaskan bahwa
secara regulatif, sudah dibentuk Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Undang-undang itu dibuat karena negara bertanggung
jawab melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Karenanya
negara harus memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan
termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum. Hasil penelitian yang dilakukan Lestari, Prabowo, dan Wibawa (2014)
menjelaskan tentang berbagai informasi dari media massa memengaruhi kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana terkait dengan pemaknaan masyarakat tentang bencana dari
aspek-aspek: konsep diri, world-view, nilai-nilai budaya dan keyakinan yang dimiliki
masyarakat. Hal ini menuntut penyesuaian strategi komunikasi Media Tatap muka
dan media komunikasi Komunikan Masyarakat Korban Bencana Bencana (Badri,
2008:101). Beberapa kajian tersebut mempertegas bahwa manajemen komunikasi
bencana merupakan aktivitas yang sangat penting dan harus direncanakan guna
mengantisipasi adanya bencana. Hal ini didukung oleh Ramli, Soehatman (2010: 27)
bahwa mengelola bencana tidak bisa dilakukan secara dadakan namun harus
terencana dengan manajemen yang baik sebelum terjadi bencana. Penanggulangan
bencana merupakan serangkaian upaya penetapan kebijakan pembangunan terkait
pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Manajemen sumber daya
Management Puskesmas dalam penanganan bencana longsor:
a. Mendirikan Pos kesehatan diwilayah yang terdampak beserta kelengkapannya
b. Menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi baik dengna staff puskesmas dan linsek
c. Mengkoordinasikan kegiatan tanggap bencana longsor
d. Membuat laporan menyeluruh
e. Memberikan arah pelaksanaan penanganan darurat bencana
f. Menerima dan menyampaikan informasi terbaru kepada para pihak Sasaran :
- Terlaksananya pembentukan Pos Kesehatan diwilayah yang terdampak beserta
kelengkapannya
- Terlaksananya rapat rapat koordinasi
- Terkendalinya penanganan darurat bencana bencana secara efektif dan efisien
- Tersusunnya laporan kegiatan penanganan darurat bencana secara menyeluruh
- Terkendalinya arah dan tujuan penanganan darurat bencana guna pemenuhan
kebutuhan warga terdampak
- Terkendalinya integrase sistim informasi kepada para pihak
- Terdatanya kerusakan dan kerugian dampak bencana
4. Penyediaan pelayanan dan alternatifnya
Dalam kondisi darurat/insiden, fokus harus pada upaya memastikan keberlangsungan
hidup dan keselamatan pegawai, warga binaan dan pengunjung, dan tujuan ini harus
diperkuat secara teratur dengan pegawai puskesmas melalui pelatihan reguler,
monitoring dan evaluasi.
Langkah-langkah berikut dapat diterapkan pada penanganan darurat bencana/insiden di
semua UPT Pemasyarakatan meliputi:
a. Segera mengisolasi dan melaporkan pada Kepala UPT Puskesmas
b. Lakukan identifikasi sumber daya respons. Kapasitas untuk merespon tergantung
pada: ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk menangani insiden (kunci,
pengekangan, komunikasi, peralatan kebakaran, dan lainlain) jumlah staf yang
tersedia, pengetahuan dan keterampilan pegawai
c. Lakukan isolasi dan pengamanan area untuk mengamankan warga binaan, membatasi
pergerakan, menunggu mendapatkan dukungan staf tambahan, dan lain-lain.
d. Beri pengarahan pada warga binaan. Jelaskan apa yang harus dilakukan, apa yang
tidak boleh dilakukan, beserta konsekuensi dari ketidakpatuhan.
e. Jika pada saat jam kunjungan arahkan pegawai tambahan ke posisi keamanan utama,
amankan semua warga binaan dan menghentikan pergerakan warga, segera
pindahkan pengunjung.
f. Warga binaan yang rentan seperti perempuan, remaja, dan warga binaan yang cacat
mental, harus dilindungi secara khusus dan mungkin perlu dipindahkan ke lokasi
alternatif (internal atau eksternal).
g. Catat dan laporkan segera pada Kepala UPT Puskesmas, selanjutnya, dari Kepala
UPT Puskesmas ke Dinas Kesehatan.
5. Identifikasi peran dan tanggung jawab pegawai serta Manajemen konflik pada bencana
d. Membuat laporan