Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RENCANA KONTIJENSI BENCANA

UPT PUSKESMAS KUALA ENOK TAHUN 2023

UPT PUSKESMAS KUALA ENOK


Jl.Pendidikan no : 02 Kelurahan Kuala Enok
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS KUALA ENOK
Jln. Pendidikan Nomor 02 Kuala Enok Kec.Tanah Merah Kode Pos 29271
Website: https://puskesmaskualaenok.id Email : pkmkualaenok@gmail.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perpres No. 87 Tahun 2022 tentang rencana induk penanggulangan bencana tahun 2020-
2044 bahwa untuk mencapai ketangguhan masyarakat yang berkelanjutan terhadap bencana,
diperlukan rencana penanggulangan bencana yang komprehensif serta terintegrasi menuju
Indonesia emas 2045, bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana jangka panjang
perlu dituangkan ke dalam bentuk rencana induk penanggulangan bencana. Wilayah
Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala Enok, secara geografis, geologis, hidrologis dan
klimatologis memungkinkan terjadi berbagai ancaman bencana. Kondisi alam seperti ini
menimbulkan risiko bencana yang tinggi. Sebagian besar wilayah Kecamatan Tanah Merah
berada dalam kawasan rawan bencana, baik yang berasal dari ancaman banjir,tanah longsor,
wabah penyakit, kebakaran, angin puting beliung dan lain-lain. Keragaman ancaman
bencana di atas memerlukan upaya peningkatan kapasitas semua stakeholder baik dari unsur
pemerintah, masyarakat, civil society maupun pihak swasta sehingga mampu mengurangi
risiko bencana. Selain itu, berbagai pengalaman sejarah kebencanaan di Kecamatan Tanah
Merah memberikan kesadaran pemerintah daerah Kabupaten Indragiri Hilir untuk
mengembangkan kebijakan yang sistematis berkaitan dengan penanggulangan bencana.
Sejarah kebencanaan di Kabupaten Kendal, khususnya kejadian longsor memiliki frekuensi
kejadian yang cukup tinggi. Dari data yang didapat dari pihak kecamatan dan melakukan
tanggap darurat bencana, dapat diketahui bahwa kejadian tanah longsor di Kecamatan Tanah
Merah kelurahan Kuala Enok, memiliki intensitas yang cukup tinggi, dua kali dalam setiap
tahun. Selain dampak pengungsian, ada kerugian yang cukup besar lainnya, seperti harta
benda, aset fisik infrastruktur dan kerusakan alam. Disisi lain pola penanganan kedaruratan
masih bersifat sektoral dan kurang terkoordinasi terutama terkait dengan mobilitas
sumberdaya baik dari pemerintah dan non pemerintah. Penanganan bencana kedepan
diperlukan koordinasi dan konsolidasi seluruh sumberdaya sehingga penanggulangan
bencana dapat berjalan secara efektif dan efisien yang mampu mengurangi risiko bencana.
1. Maksud dan Tujuan
Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah Kelurahan
Kuala Enok disusun sebagai dasar, acuan utama oleh pihak – pihak terkait dalam operasi
penanganan darurat Longsor di Kecamatan Tanah Merah .
Tujuan penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor adalah:
a. Menjadi pedoman dalam melaksanakan operasi darurat bencana bagi, pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha
b. Sebagai komitmen bersama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penanganan
darurat bencana dengan tugas masing masing pihak
c. Sebagai wadah koordinasi dan kesepahaman bersama dalam penangnaan darurat bencana
longsor
d. Menurunkan risiko bencana melalui kesiapsiagaan penanganan darurat bencana tanah
longsor bagi pihak terkait
2. Sifat Rencana Kontingensi
Dokumen Rencana Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah bersifat:
a. Partisipatoris dalam penyusunannya melibatkan semua pihak.
b. Dinamis dan selalu terbarukan di setiap periodik waktu sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
c. Sebagai pedoman utama dalam penanganan darurat longsor di Kecamatan Tanah Merah
d. Tahapan Penyusunan Rencana Kontingensi Kegiatan penyusunan Dokumen Rencana
Kontingensi Bencana Longsor Kecamatan Tanah Merah ini dilakukan dengan tahapan–
tahapan sebagai berikut:
- Membentuk Tim EMT (Emergency Medical Team) yang bertugas menyusun rencana
kegiatan penyusunan rencana kontingensi;
- Orientasi dan penyamaan persepsi tentang pentingnya rencana kontingensi Bencana
Longsor Kecamatan Tanah Merah bagi semua pelaku penanggulangan bencana di
tingkat Kecamatan Tanah Merah
- Pengumpulan, pengolahan dan mutakhiran data di Kecamatan Tanah Merah pada
semua sektor penanganan bencana dan lintas administratif.
- Penyusunan rancangan rencana kontingensi;
- Penyusunan naskah, pembahasan dan perumusan dokumen rencana kontingensi yang
disepakati;
- Konsultasi publik tentang hasil rumusan rencana kontingensi
- Penyebaran/diseminasi dokumen rencana kontingensi kepada pemangku kepentingan
penanggulangan bencana.
3. Aktifasi Rencana Kontingensi
Transfomasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi dilaksanakan setelah terjadi
peringatan dini akan datangnya ancaman terjadi tanah longsor dari tanda – tanda alam yang
terlihat dikhawatikan akan terjadinya tanah longsor. Tanda – tanda alam ini menandai
peningkatan status “Siaga Darurat” Tanah Longsor.
4. Pengertian
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;.
b. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana;
c. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non-struktural);
d. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang-wenang;
e. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat;
f. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan
penanganan segera dan memadai;
g. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan/Lembaga yang diberi tugas
untuk menanggulangi bencana;
h. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sesegera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi;
i. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat;
j. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan
menanggulangi dampak yang ditimbulkan;
k. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah bantuan untuk mengendalikan ancaman /
penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan pada keadaan darurat
bencana;
l. Rencana Operasi adalah rencana yang dibuat/disusun dalam rangka pelaksanaan operasi
penanganan darurat bencana. Rencana operasi ini disusun oleh satuan tugas Komando
Penanganan Darurat Bencana dengan mempertimbangkan rencana kontingensi dan hasil
kaji cepat (Perka BNPB nomor 03 Tahun 2016 tentang Sistim Komando Penanganan
Darurat Bencana - SKPDB);
m. Komando adalah kewenangan untuk memberikan perintah, mengkoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi upaya penangangan darurat bencana;
n. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah suatu kesatuan upaya tersturktur
dalam satu komando yang digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan penanganan
darurat secara efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/ penyebab bencana dan
menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat bencana;
o. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana yang selanjutnya disingkat Posko PDB
adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan darurat
bencana yang merupakan posko utama di dalam Sistem Komando Penanganan Darurat
Bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan penanganan darurat bencana;
p. Pos Lapangan Darurat Bencana yang selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB adalah
institusi yang berfungsi secara langsung sebagai pelaksana operasi penanganan darurat
bencana baik di lokasi bencana, sekitar lokasi bencana mapun lokasi pengungsian;
q. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah, lembaga non pemerintah, lembaga usaha dan
kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh
koordinator yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis;
r. Kelompok rentan adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih besar secara fisik,
psikologis atau kesehatan sosial yang terdiri dari lansia, penyandang disabilitas, ibu
hamil dan balita;
s. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dalam lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasakan persamaan hak;
t. Penyintas adalah orang yang berhasil bertahan hidup setelah mengalami kejadian
bencana atau guncangan lainnya.
B. Gambaran Umum Wilayah
Puskesmas Kuala Enok didirikan pada tahun 1988, diatas tanah seluas kurang lebih 500 M2.
Luas gedung Puskesmas kira-kira 323 M, Puskesmas Kuala Enok adalah Puskesmas dengan
perawatan atau dengan ruang rawat Inap (RRI)
Bangunan Puskesmas Kuala Enok terdiri dari:
1. Ruang Kepala
2. Ruang Kantor/Tata Usaha
3. Ruang Pelayanan
- Pendaftaran
- Poliklinik
- Poli KIA/KB
- Poli Gigi
- PKPR
- Klinik Sanitasi
- Konsultasi Gizi
- Yankestrad
- VCT
- Imunisasi
- Laboratorium
- Usila
- Promosi Kesehatan
- Gudang
- Apotik
- Laboratorium
- DM Center
4. Ruang Rawat Inap
Ruang Jaga
UGD
VK
Ruang Rawat Inap Kebidanan/Pasca Persalinan
Ruang rawat Inap Umum
5. Dapur
6. Musholla
7. Ruang Aula
8. Internet/WIFI

C. Geografi dan Demografi serta sarana dan prasarana Puskesmas Kuala Enok
1. Geografis
a. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Enok
Puskesmas Kuala Enok terletak di Kecamatan Tanah Merah dengan batas wilayah
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuindra
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecematan Enok
3) Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Sungai Batang
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Tembilahan

b. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Enok


Luas wilayah Kerja Puskesmas Kuala Enok tahun 2021

Jarak Kepuskesmas
NO. Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km)
(Km)

1. Kuala Enok 119.20 Km2 0,5 Km

2. Desa Sungai Laut 112.03 Km2 16 Km

3. Desa Tanjung Pasir 55.75 Km2 16 Km

4. Desa Sungai Nyiur 51.43 Km2 34 Km

5. Desa Selat Nama 37.95 Km2 10 Km


Jumlah 376.36m2
c. Data Demografi
Jumlah KK dan Penduduk diwilayah kerja Puskesmas Kuala Enok Tahun 2022
adalah sebagai berikut :

Jumlah penduduk
NO DESA
Lk Pr total
1. Kuala Enok 1831 1843 3674
2 Tanjung Pasir 290 260 550
3 Sungai Laut 601 529 1130
4 Sungai Nyiur 1141 1049 2190
5 Selat Nama 1280 1177 2457
Jumlah 5143 4858 10001
d. Potensi Bencana
Hampir disetiap musim penghujan terjadi longsor. Catatan sejarah sebelum terjadi
longosor ada tanda-tanda alam yang menunjukkan akan terjadinya longosor, antara
lain adanya retakan tanah, air surut terlalu kering. Bahaya Primer atau bahaya yang
langsung mengancam penduduk saat terjadi longosr adalah material yang terbawa
longsoran, antara lain tanah, batu, air, kayu yang dapat menimpa penduduk yang bisa
mengakibatkan timbulnya korban jiwa maupun harta benda. Bahaya lain yang
mengancam penduduk adalah bahaya sekunder, yaitu bahaya yang timbul setelah
terjadinya tanah longsor bisa terjadinya longsor susulan, atau longsornya sisa-sisa
dari longsoran sebelumnya. Dampak dari longsor juga mengakibatkan kerusakan
lingkungan, pemukiman, maupun sumber mata air. Data sejarah kejadian tanah
longsor di Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala Enok, intensitas longsor dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan hamper dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
BAB II

A. Upaya menanggapi kejadian bencana baik internal maupun eksternal


1. Peran puskesmas dalam kejadian bencana longsor
a. Peran puskesmas saat bencana
a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Fungsi ini dilakukan
pada penanggulangan bencana melalui kegiatan, surveilans kesehatan,
penyuluhan kesehatan serta kerjasama lintas sektoral.
b) Pusat pemberdayaan masyarakat Pada fungsi ini Puskesmas dapat melibatkan
peran aktif dari masyarakat pada setiap kegiatan penanggulangan bencana.
c) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama Pelayanan yang dilakukan
Puskesmas pada kegiatan penanggulangan bencana mencakup UKP dan UKM
dengan kegiatan antara lain :
- Upaya pelayanan Gawat Darurat 24 jam, Pendirian pos-pos kesehatan 24
jam di sekitar lokasi bencana/pengungsian,
- Upaya gizi pengungsian, Upaya KIA, Upaya sanitasi tempat pengungsian,
Upaya kesehatan jiwa pasca bencana
- Upaya kesehatan rujukan.
b. Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana yang mencakup ketiga fungsi
diatas disesuaikan dengan tahapan bencana yaitu:
1. PRA BENCANA(pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan)
Puskesmas disamping melaksanakan ketiga fungsinya melalui upaya-upaya
rutin juga melaksanakan upaya dalam penanggulangan bencana antara lain :
- Pemetaan kesehatan dengan inti informasi menyangkut rawan bencana,
sumber daya kesehatan, risiko bencana, kerentanan dan potensi
masyarakat dan lingkungan.
- Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral
- Pelayanan gawat darurat sehari-hari
- Pemberdayaan masyarakat
- Latihan kesiapsiagaan/gladi
- Melakukan pemantauan/Surveilans
b) SAAT BENCANA
Pada saat bencana Puskesmas wajib memberikan informasi awal ke Dinas
Kesehatan Kabupaten, namun sebelumnya Puskesmas dapat melakukan peran
sesuai dengan kemampuan sarana dan prasarana yang dimiliki serta
kewenangan yang dilimpahkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten yaitu :
- Operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triage Pertolongan
berdasarkan triage bertujuan untuk menseleksi korban dan jenis
pertolonagn yang diperlukan sesuai dengan tingkat keparahan, kedaruratan
dan kemungkinan korban untuk hidup. Korban akibat bencana akan
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
 Kelompok label merah (Gawat Darurat) Kelompok yang dapat
digolongkan disini adalah korban gawat darurat yang memerlukan
pertolongan stabilisasi segera
 Kelompok label kuning Korban bencana yang dikelompokkan
disini adalah korban yang memerlukan pengawasan yang ketat tapi
perawatan/pengobatan dapat ditunda.
 Kelompok label hijau Korban bencana yang dikelompokkan disini
adalah korban yang tidak memerlukan pengobatan/perawatan
segera.
 Kelompok label hitam korban bencana yang masuk ke kelompok
ini adalah yang tidak memerlukan pertolongan medis atau korban
yang sudah meninggal.
- Penilaian awal secara cepat
- Bergabung dengan satgas kesehatan di pos lapangan
- Pemberdayaan masyarakat.
c) PASCA BENCANA
Bencana selalu menimbulkan masalah kesehatan pada masyarakat baik
langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca
bencana yaitu :
- Surveilans penyakit yang berpotensi KLB
- Pemantauan Sanitasi Lingkungan,
- Pelayanan Kesehatan yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dan Pemberdayaan masyarakat.

Apabila kondisi bencana sudah dinyatakan berakhir, tanggung jawab pelayanan


kesehatan diserahkan kembali kepada Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan Puskesmas
adalah kegiatan rutin dengan kembali pada siklus penanggulangan bencana.

2. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi adalah serangkaian tindakan yang direncanakan dengan baik


untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan metode, teknik, dan pendekatan
komunikasi. Ada tiga pendekatan dalam strategi komunikasi menurut Berger (Griffin,
2006:130), yaitu strategi pasif, aktif, dan interaktif. Di antara ketiga strategi tersebut,
pendekatan interaktif lebih banyak disarankan dalam pembangunan dunia ketiga karena
pendekatan ini tampak lebih mengedepankan nilai-nilai humanis serta budaya baru yang
pada gilirannya mampu mengubah mind-set masyarakat tentang pembangunan.
Penyadaran inilah yang kemudian dapat digunakan untuk menghindari konfrontasi politik
serta menjamin ketersediaan berbagai alternatif untuk memformulasikan dan
mengorganisasikan solusi permasalahan yang dialami masyarakat secara lebih baik. Pula
memunculkan kekuatan indegenous knowladge dan skill dalam proses pencarian solusi
berbagai masalah lokal yang timbul. R.Wyne Pace, Bran D.Peterson, dan Dallas Burnet
(dalam Effendy, 2003: 32) menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri
atas tiga tujuan utama yaitu: a) to secure understanding (memastikan bahwa komunikasi
mengerti pesan yang diterima); b) to establish acceptance (maka penerimaannya itu harus
dibina); dan c) to motivate active (akhirnya kegiatan di motivasikan).

Apabila komunikasi dikelola secara baik akan memberikan kontribusi hasil yang
optimal. Karenanya dalam berkomunikasi perlu menyusun strategi yang jitu. Lewat
strategi komunikasi inilah pelaku komunikasi (pemerintah lokal) akan lebih mudah
menyebarluaskan pesan komunikasi secara sistematis baik yang bersifat informatif,
persuasif, maupun instruktif kepada masyarakat dengan tentu hasil yang optimal. Kecuali
itu, strategi komunikasi mampu menjembatani kesenjangan budaya (cultural gap) dan
informasi di antara pelaku komunikasi, yaitu antara pemerintah kota selaku pemegang
otoritas kebijakan dengan masyarakat selaku subjek pembangunan (Effendy, 2003: 32).
a. Kesiapan Menghadapi Bencana Longsor
Berdasarkan kesiapan daerah untuk menghadapi bencana alam masih sangat
rapuh. Pemerintah daerah justru banyak menggantungkan pemerintah pusat dalam
hal mitigasi maupun penanganan bencana. Mestinya pemerintah daerah harus mampu
memotivasi dan memfasilitasi rakyat agar bisa mengatasi dan mereduksi dampak
bencana alam (Sangganara: 2011). Sangganara (2011) juga menjelaskan bahwa
secara regulatif, sudah dibentuk Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Undang-undang itu dibuat karena negara bertanggung
jawab melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Karenanya
negara harus memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan
termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum. Hasil penelitian yang dilakukan Lestari, Prabowo, dan Wibawa (2014)
menjelaskan tentang berbagai informasi dari media massa memengaruhi kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana terkait dengan pemaknaan masyarakat tentang bencana dari
aspek-aspek: konsep diri, world-view, nilai-nilai budaya dan keyakinan yang dimiliki
masyarakat. Hal ini menuntut penyesuaian strategi komunikasi Media Tatap muka
dan media komunikasi Komunikan Masyarakat Korban Bencana Bencana (Badri,
2008:101). Beberapa kajian tersebut mempertegas bahwa manajemen komunikasi
bencana merupakan aktivitas yang sangat penting dan harus direncanakan guna
mengantisipasi adanya bencana. Hal ini didukung oleh Ramli, Soehatman (2010: 27)
bahwa mengelola bencana tidak bisa dilakukan secara dadakan namun harus
terencana dengan manajemen yang baik sebelum terjadi bencana. Penanggulangan
bencana merupakan serangkaian upaya penetapan kebijakan pembangunan terkait
pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Manajemen sumber daya
Management Puskesmas dalam penanganan bencana longsor:
a. Mendirikan Pos kesehatan diwilayah yang terdampak beserta kelengkapannya
b. Menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi baik dengna staff puskesmas dan linsek
c. Mengkoordinasikan kegiatan tanggap bencana longsor
d. Membuat laporan menyeluruh
e. Memberikan arah pelaksanaan penanganan darurat bencana
f. Menerima dan menyampaikan informasi terbaru kepada para pihak Sasaran :
- Terlaksananya pembentukan Pos Kesehatan diwilayah yang terdampak beserta
kelengkapannya
- Terlaksananya rapat rapat koordinasi
- Terkendalinya penanganan darurat bencana bencana secara efektif dan efisien
- Tersusunnya laporan kegiatan penanganan darurat bencana secara menyeluruh
- Terkendalinya arah dan tujuan penanganan darurat bencana guna pemenuhan
kebutuhan warga terdampak
- Terkendalinya integrase sistim informasi kepada para pihak
- Terdatanya kerusakan dan kerugian dampak bencana
4. Penyediaan pelayanan dan alternatifnya
Dalam kondisi darurat/insiden, fokus harus pada upaya memastikan keberlangsungan
hidup dan keselamatan pegawai, warga binaan dan pengunjung, dan tujuan ini harus
diperkuat secara teratur dengan pegawai puskesmas melalui pelatihan reguler,
monitoring dan evaluasi.
Langkah-langkah berikut dapat diterapkan pada penanganan darurat bencana/insiden di
semua UPT Pemasyarakatan meliputi:
a. Segera mengisolasi dan melaporkan pada Kepala UPT Puskesmas
b. Lakukan identifikasi sumber daya respons. Kapasitas untuk merespon tergantung
pada: ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk menangani insiden (kunci,
pengekangan, komunikasi, peralatan kebakaran, dan lainlain) jumlah staf yang
tersedia, pengetahuan dan keterampilan pegawai
c. Lakukan isolasi dan pengamanan area untuk mengamankan warga binaan, membatasi
pergerakan, menunggu mendapatkan dukungan staf tambahan, dan lain-lain.
d. Beri pengarahan pada warga binaan. Jelaskan apa yang harus dilakukan, apa yang
tidak boleh dilakukan, beserta konsekuensi dari ketidakpatuhan.
e. Jika pada saat jam kunjungan arahkan pegawai tambahan ke posisi keamanan utama,
amankan semua warga binaan dan menghentikan pergerakan warga, segera
pindahkan pengunjung.
f. Warga binaan yang rentan seperti perempuan, remaja, dan warga binaan yang cacat
mental, harus dilindungi secara khusus dan mungkin perlu dipindahkan ke lokasi
alternatif (internal atau eksternal).
g. Catat dan laporkan segera pada Kepala UPT Puskesmas, selanjutnya, dari Kepala
UPT Puskesmas ke Dinas Kesehatan.
5. Identifikasi peran dan tanggung jawab pegawai serta Manajemen konflik pada bencana

NO JABATAN URAIAN TUGAS


1 Kepala Puskesmas a. Membentuk Tim Emergency Medical Team (EMT) Tipe I
Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed) dengan ruang
lingkup pelayanan, kompetensi dan kualifikasi sumber daya
manusia, serta sarana dan logistik dengan ketentuan minimal
sesuai pedoman yang berlaku;

b. Memberikan tanda pengenal bagi Emergency Medical Team


(EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed);

c. Menyusun dan selalu membarui basis data Emergency Medical


Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed)
dan keanggotaannya;

d. Memastikan EmergencyMedical Team (EMT) Tipe I Bergerak


(Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed) agar melakukan proses
registrasi sesuai ketentuan yang berlaku;

e. Mengupayakan perlindungan kesehatan serta perlindungan


keamanan dan keselamatan bagi Emergency Medical Team
(EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed)
selama bertugas di lokasi terdampak bencana;

f. Memfasilitasi bantuan hukum apabila terjadi tuntutan hukum


terhadap Emergency Medical Team (EMT) Tipe I Bergerak
(Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed);
g. Melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi untuk
menjaga agar Emergency Medical Team (EMT) Tipe I
Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed) tetap memenuhi
standar sesuai pedoman yang berlaku;

h. Bertanggungjawab dalam pembiayaan Emergency Medical


Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed)
mulai dari proses pembentukan dan pembinaan sampai pada
operasional di lapangan.

2 Koordinator a. Bertangungjawab atas seluruh kegiatan Emergency Medical


Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap
(Fixed),

b. Pada saat penugasan di lokasi terdampak bencana :

1) Berkoordinasi dengan Health Emergency Operation


Center (HEOC) dan Emergency Medical Team (EMT)
lain;
2) Mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan;
3) Melakukan briefing (pengarahan awal) dan debriefing
(pengarahan akhir) kepada anggotanya;
4) Melaporkan kedatangan, kegiatan harian dan
kepulangan kepada Health Emergency Operation
Center (HEOC);
5) Menyusun laporan akhir pelayanan medis yang
dijalankan;
6) Melakukan serah terima kepada ketua Emergency
Medical Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I
Menetap (Fixed) lain jika ada pergantian;
7) Berperan sebagai narahubung Emergency Medical
Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap
(Fixed) bagi Health Emergency Operation Center
(HEOC);
8) Memastikan keamanan dan keselamatan Emergency
Medical Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I
Menetap (Fixed),

Melakukan supervisi, pemantauan dan evaluasi kinerja anggota


serta kesehatan fisik dan mentalnya.

3 Surveilans a. Menjalankan tugas Ketua apabila ketua berhalangan;

b. Bertanggung jawab atas pengumpulan seluruh data dan laporan


pelayanan medis, sesuai dengan format yang ditetapkan dan
tepat waktu;

c. Menyiapkan data dan laporan yang diperlukan untuk


kepentingan informasi publik;

d. Membuat laporan

4 Dokter a. Melakukan pelayanan medis primer berupa pemberian terapi


simptomatik, pelayanan kegawatdaruratan dasar dan observasi
singkat;
b. Mendukung atau mengaktifkan pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan di lokasi terdampak bencana.

5 Perawat a. Membantu dokter dalam melakukan pelayanan medis primer


berupa pemberian terapi simptomatik, pelayanan
kegawatdaruratan dasar dan observasi singkat;
b. Mendukung atau mengaktiflcan pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan di lokasi terdampak bencana.

6 Apotekr atau Asisten a. Melakukan identifikasi dan menyusun daftar kebutuhan


Apoteker logistik medis (Obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai)
yang akan dibawa ke lokasi terdampak bencana;

b. Mencatat, mendokumentasikan dan melaporkan logistik


medis yang masuk dan keluar serta stok yang masih ada;

c. Melakukan penyimpanan dan penataan logistik medis;

d. Mendukung atau mengaktiflcan pelayanan kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan di lokasi terdampak bencana.

7 Tenaga Umum a. Melakukan identifikasi dan menyusun daftar kebutuhan


Logistik logistik non medis yang akan dibawa ke lokasi terdampak
bencana;
b. Mencatat, mendokumentasikan dan melaporkan logistik non
medis yang masuk dan keluar serta Stok yang masih ada;
c. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
sebagai alat pelindung diri, serta memastikan peralatan dan
perlengkapan tersebut berfungsi dengan baik;
d. Melakukan penyimpanan dan penataan logistik non medis;
e. Mendukung atau mengaktifkan pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan di lokasi terdampak bencana.

8 Admin a. Membantu Ketua EmergencyMedical Team (EMT)


mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan;
b. Menyusun laporan harian serta dokumentasi pelayanan
kesehatan sesuai dengan format yang sudah ditentukan;
c. Mengelola keuangan EmergencyMedical Team (EMT) pada
saat penugasan di lokasi terdampak bencana;
d. Menyerahkan laporan kepada Wakil Ketua EmergencyMedical
Team (EMT) Tipe I Bergerak (Mobile)/Tipe I Menetap (Fixed)
.
Respon atau penanggulangan untuk menolong bencana dilatarbelakangi oleh empati
karena menyebarnya penderitaan akibat bencana, hancurnya lingkungan tempat tinggal
yang sekaligus mengancam keberlangsungan hidup banyak manusia (survival) atau
karena menyebarnya para pengungsi.Hal ini menjadi motif dalam merespon bencana.
Namun dalam konteks bencana yang lebih kompleks motif ini juga berhubungan dengan
insentif atau semacam kompensasi politik yang seringkali menjadi dampak lain dari
bantuan dan respon bencana. Insentif ini dapat berupa kompetisi dari setiap pihak yang
berkepentingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, atau perebutan
kekuasaan di antara elit-elit politik.Untuk berbuah menjadi bencana konflik kekerasan,
insentif dan motif politik yang terselubung dari pihak yang berkepentingan hanya
menunggu momentumnya saat terbukanya kesempatan (opportunities) dalam sebuah
negara.Kesempatan itu dapat berupa kapasitas negara yang melemah akibat bencana, atau
pergeseran fokus perlawanan oposisi, atau lemahnya legitimasi negara karena
ketidaksanggupan negara untuk merespon bencana secara keseluruhan dan cenderung
menyalahkan bencana, atau kecenderungan negara untuk melibatkan militer untuk
merespon bencana bahkan dapat berefek sampai pada keterlibatan group pemberontak
yang mengambil kesempatan. Dari ketiga konsep sederhana yang saling berhubungan ini
dapat ditarik benang merah yang menghubungkan antara bencana dan kemungkinan
resiko konflik yang meningkat dan kemungkinan terjadi. Penjelasan Neil and Reigharts
tersebut sejalan dengan analisa Brancati tentang hubungan gempa bumi dan dampaknya
terhadap konflik intra Negara.
a. Potensi Konflik pada saat bencana di Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala
Enok
Meskipun kehidupan sosial Kecamatan Tanah Merah Kelurahan Kuala Enok nampak
tentram, rukun dan damai namun tetap saja tersimpan bahaya laten yang tersembunyi.
Yang dimaksud di sini adalah potensi pergesekan antar masyarakat atau konflik yang
sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Melihat dari berbagai suku yang terdapat di
Kecamatan Tanah Merah ini (Bugis, Banjar, Jawa, dan suku Duano) yang pastinya
berbeda karakteristik dari masyarakatnya, maka dari itu konflik bisa saja terjadi, jika
disuatu wilayah terkena bencana seperti bencana longsor, misalnya dari kepemilikan
barang masing-masing yang tercecer atau hilang karena terbawa air atau pun
diselamatkan secara mendadak sehingga tercecer karakteristik masyarakat berbeda-
beda sehingga kesalahpahaman atas kepemilikan barang itu terjadiah konflik.
6. Peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat yang tersedia
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, seringkali menimbulkan korban jiwa dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka maupun kerusakan fasilitas
umum dan harta benda masyarakat. Selain itu, terjadinya bencana alam sering
mengakibatkan wilayah terkena dampak menjadi terisolasi sehingga sulit dijangkau oleh
para relawan untuk memberikan pertolongan dan bantuan. Selain jatuhnya korban jiwa
dan korban luka, permasalahan lain yang terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat
adalah munculnya berbagai penyakit setelah bencana. Sebagai contoh hingga satu bulan
lebih setelah kejadian bencana gempa bumi di Bantul tahun 2006, para korban gempa
masih tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas air bersih yang terbatas dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Kondisi tersebut ditambah dengan banyaknya debu
dan nyamuk yang mengakibatkan para korban, terutama balita dan lansia, rentan terkena
penyakit gatal-gatal, diare, flu, batuk dan demam. Selain rentan terhadap berbagai
penyakit, sebagian korban juga mengalami trauma kejiwaan. Kondisi traumatik tersebut
sangat beragam bentuk:nya, namun gejala umum yang diderita para korban menunjukkan
reaksi ketakutan. Berbagai isu dan informasi yang berkembang di masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya gempa susulan yang lebih besar menimbulkan kepanikan luar
biasa di kalangan masyarakat setempat.
Dalam melakukan penanganan korban gempa, para tenaga kesehatan juga dibantu
oleh relawan yang umumnya para remaja puteri dan ibu-ibu. Mereka membantu
membersihkan luka, menyiapkan obatanobatan, perban serta alat kesehatan lainnya.
Petugas kesehatan dari Puskesmas dan warga bergotongroyong melakukan pelayanan
untuk menyelamatkan korban. Setelah korban gempa dengan "label merah" mendapatkan
penanganan darurat, selanjutnya mereka segera dirujuk ke rumah sakit (RS) atau
mendapatkan perawatan lanjutan di Puskesmas. Keberhasilan penanganan kesehatan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat tetjadi gempa tidak terlepas dari
partisipasi masyarakat. Masyarakat korban bencana terutama bapak-bapak berpartisipasi
membantu proses evakuasi, mencari serta menolong korban luka dan mengurus korban
yang meninggal dunia. Selain itu, mereka juga membantu menyiapkan tenda darurat yang
dipakai untuk melakukan perawatan sementara karena sebagian bangunan Puskesmas
rusak. Sementara itu anggota masyarakat lainnya, terutama para remaja puteri dan ibu-ibu
membantu para petugas kesehatan menangani pasien, seperti menyiapkan alat kesehatan
(kapas, obat luka,dan perlengkapan lainnya), membantu membersihkan luka dan menjaga
pasien. Masyarakat dan relawan juga terlibat aktif membantu petugas Puskesmas dalam
mengidentifikasi dan mengelompokkan pasien sesuai dengan kondisi lukanya dan
dipisahkan antara yang memerlukan penanganan segera dan yang tidak. Bantuan yang
diberikan masyarakat juga tidak sebatas dalam penanganan pasien, tetapi termasuk juga
memberikan informasi tentang wilayah-wilayah desa dan dusun yang memerlukan
bantuan tenaga kesehatan. Hal ini penting agar pihak Puskesmas dapat segera melakukan
penanganan kepada wilayah yang memerlukan (Fatimah, 2011; Hidayati, 2012).
Keterlibatan masyarakat pada masa tanggap darurat, selain membantu petugas
melakukan pelayanan kesehatan, masyarakat khususnya pemuda dan pemudi yang selama
ini aktif di kegiatan desa, juga berpartisipasi membantu melakukan pendataan korban
bencana. Mereka melakukan pendataan, seperti nama dan jenis kelamin serta jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Kegiatan ini dilakukan setelah hari ketiga, karena
pada hari pertama dan kedua terjadinya bencana mereka juga sibuk membantu menangani
para korban sehingga belum memikirkan dan melakukan pendataan korbam yang
memerlukan pelayanan kesehatan (Hidayati, 20 12; Widayatun dan Hidayati, 2012).
Selain pelayanan penyakit fisik, para korban gempa juga perlu mendapatkan pelayanan
untuk mengatasi masalah psikologis seperti trauma dan depresi, terutama pada anak-anak
dan orang yang lanjut usia. Kejadian gempa telah membuat sebagian masyarakat trauma
karena kehilangan keluarga, harta benda, peketj aan dan tidak dapat melakukan kegiatan
seharihari seperti sekolah dan bekerja. Oleh karena itu, perlu adanya pelayanan untuk
memulihkan kondisi kesehatan jiwa para korban bencana terse but.
B. PENUTUP
Demikianlah Laporan Rencana Kontijensi Bencana yang telah dibuat UPT Puskesmas
Kuala Enok tanggal 06 Januari 2023
Kuala Enok, 06 Januari 2023

Kepala Puskesmas Kuala Enok Koordinator Pelayanan Tanggap Bencana

H. Muhammad Syum, SKM, MM Hesti Fajar Sari, S.K.M

Nip. 19721206 199201 1 001 Nip. 19910429 202203 2 004

Anda mungkin juga menyukai