Anda di halaman 1dari 39

Pengantar Krisis Kesehatan dan Bencana

Tahap tanggap darurat, Tahap pemulihan,


Tahap rekonstruksi

ITKM WIDYA CIPTA HUSADA


Jl. Jend Sudirman (Sidotopo) No 11 Muhammad Taufiqul A, S.Kep., Ns., M.Kes
Kepanjen Malang healthpromotion
Bahaya Bencana di Indonesia
Gunung
127
Api Aktif
Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung api aktif terbanyak di dunia, 127 buah
Dimana beberapa diantaranya merupakan letusan gunung api terkuat yang pernah ada di dunia

Indonesia juga merupakan daerah rawan gempa bumi,


Gempa Bumi Karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu : Lempeng Indo –
Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik

Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yang juga


menyebabkan sebagian besar Kawasan pesisir pantai Indonesia rawan terlanda
tsunami. Tsunami

Tanah Longsor
Selain itu, Indonesia juga memiliki iklim tropis yang menyebabkan sering terjadi
Banjir
banjir, tanah longsor, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan serta
Cuaca Ekstrim
abrasi dan gelombang ekstrim di beberapa wilayah Indonesia
Siklus Penanggulangan Bencana

Interpretasi
Tanggap Darurat Bencana
Definisi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun atau meninggal dunia akibat bencana.
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.

Penyelenggaraan penanggulanggan bencana adalah serangkaian Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang penanganan darurat bencana yang digunakan oleh semua
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya
darurat, dan rehabilitasi. manusia, peralatan dan anggaran.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk Tim Reaksi Cepat BNPB/BPBD adalah tim yang ditugaskan oleh
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan Kepala BNPB/BPBD sesuai dengan kewenangannya untuk melakukan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana, serta memberikan
kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. bencana.
Definisi Darurat Bencana
Tanggap
Komando Tanggap Darurat Bencana adalah organisasi penanganan Staf Umum adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang
Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, perencanaan, bidang logistik dan peralatan serta bidang administrasi
memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan keuangan untuk penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi.
mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan
Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana adalah personil, sarana dan
komando dalam mengkoordinasikan instansi/lembaga/organisasi terkait
prasarana pendukung penyelenggaraan penanganan tanggap darurat
untuk pengerahan sumberdaya.
bencana yang dapat terdiri dari Pusat Komando, Personil Komando,
gudang, sarana dan prasarana transportasi, peralatan, sarana dan prasarana
komunikasi serta informasi.

Staf Komando adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana


dalam menjalankan urusan sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan
instansi/lembaga serta keselamatan dan keamanan.
Tanggap Darurat Bencana

Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan


pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna
menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tanggap Darurat Bencana

Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana


harus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satu
komando. Untuk melaksanakan penanganan tanggap darurat bencana,
maka pemerintah/pemerintah daerah yang diwakili oleh Kepala
Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan
BNPB/BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya
penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan
dapat menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap
akuntabel, agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat
darurat bencana sesuai Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2008 pasal
diminimalisir.
47 ayat (2).
Tanggap Darurat Bencana
A. Maksud dan Tujuan

Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana ini dimaksudkan


sebagai panduan BNPB/BPBD, instansi/lembaga/ organisasi terkait,
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia dalam
penanganan tanggap darurat bencana, serta bertujuan agar semua
pihak terkait tersebut dapat melaksanakan tugas penanganan tanggap
darurat bencana secara cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan
akuntabel.

Hal ini dimaksudkan sebagai upaya memudahkan akses untuk


memerintahkan sektor dalam hal permintaan dan pengerahan
sumberdaya manusia, peralatan, logistik, imigrasi, cukai dan karantina,
perizinan, pengadaan barang/jasa, pengelolaan dan pertanggung jawaban
atas uang dan atau barang, serta penyelamatan.

Untuk melaksanakan kemudahan akses di bidang komando tersebut, maka


perlu disusun Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana.
Tanggap Darurat Bencana
Landasan Hukum

1. Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan UUD 1945, alinea


IV.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007


tentang Penanggulangan Bencana pasal 15 ayat (2), pasal 23
ayat (2), 50 ayat (1), pasal 77 dan pasal 78.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008,


tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
pasal 24, pasal 25, 26, 27, 47, 48, 49 dan pasal 50.
Komando Tanggap Darurat Bencana
Terbentuknya Komando Tanggap Darurat Bencana
meliputi tahapan yang terdiri dari:

 Informasi Kejadian Awal


 Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
 Penetapan Status/Tingkat Bencana
 Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Tahapan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana tersebut harus


dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando
yang terpadu. Rincian masing-masing tahapan tersebut adalah:
Komando Tanggap Darurat Bencana
 
Informasi Kejadian Awal Bencana

1. Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber


antara lain pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait,
masyarakat, internet, dan informasi lain yang dapat dipercaya. BNPB
dan/atau BPBD melakukan klarifikasi kepada
instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang
diperoleh dengan menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana
yang terjadi, terdiri dari:

a. Apa : jenis bencana


b. Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat
c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana
d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana
e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana
f. Bagaimana : upaya yang telah dilakukan
Komando Tanggap Darurat Bencana
Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)

Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD


menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk
melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana,
serta serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka
penanganan darurat bencana.

Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :

a. Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada


Bupati/Walikota dalam rangka menetapkan status/tingkat
bencana skala kabupaten/kota.

b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur


dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.

c. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam


rangka menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.
Komando Tanggap Darurat Bencana
Penetapan Status / Tingkat Bencana

Berdasarkan usul sesuai butir B.2 pada pedoman dan berbagai


masukan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam forum rapat
dengan instansi/lembaga terkait, maka :

a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala


kabupaten/kota.

b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala


provinsi.

c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala


nasional.
Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya menunjuk seorang pejabat sebagai komandan
penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana
skala nasional/daerah.
Komando Tanggap Darurat Bencana
Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai


status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya :

a. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando


Tanggap Darurat Bencana.

b. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan


logistik serta dana dari instansi/lembaga terkait dan/atau
masyarakat.

c. Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.


Logistik
Peralatan

Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri


ini tentunya akan membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut
ini beberapa kebutuhan logistik yang dibutuhkan dan siap pakai
saat bencana terjadi:

1) Alat transportasi baik darat, laut, dan udara


2) Alat-alat berat
3) Tenda yang berukuran besar maupun kecil
4) Peralatan medis dan obat-obatan
5) Makanan instant
6) Alat penyedia air bersih
7) dll

Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya


peralatan-peralatan tersebut, penanggulangan bencana akan sangat
sulit dilakukan.
Logistik 1) Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan

 Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk


Logistik mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di

Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.

ini meliputi delapan tahapan terdiri dari:  Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta
kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana
yang akan ditanggulangi.
 Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan adalah :
 Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran memberikan gambaran
langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
proses ini.
 Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
o Laporan-Laporan;
o Tim Reaksi Cepat;
o Media Massa;
o Instansi terkait;
 Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
 Penyusunan standar kebutuhan minimal.
 Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.
Logistik  Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan
2) Pengadaan dan/atau Penerimaan diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak
jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan
logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan
untuk siapa bantuan ini ditujukan.
 Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat.
Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam lampiran.
 Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai
sumber.
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan
yang ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
 Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
Logistik
2) Pengadaan dan/atau Penerimaan

 Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan


 Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana
dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan jenis dan
jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan,
pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
Logistik
3) Pergudangan dan/atau Penyimpanan

 Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan


logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit pergudangan dan
penyimpanan disertai dengan berita acara penerimaan dan bukti
penerimaan logistik dan peralatan pada waktu itu.
 Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik
dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa
jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan, siapa
yang menerima, cara penyimpanan menggunakan metoda barang
yang masuk terdahulu dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan
atau menggunakan metode last-in first-out.
 Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan
tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Logistik
4) Pendistribusian  Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai
data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
 Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan
menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian,
alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
 Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang
harus disampaikan.
 Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
 
Logistik  Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan.
 Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan

5) Pengangkutan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang


bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan kepada
penerima.
 Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan
berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
 Maksud dan Tujuan Pengangkutan :
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari
gudang penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan
peralatan dari gudang ke tujuan.
 Mempercepat penyampaian.
 Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau

 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan: dan udara, baik secara komersial maupun non komersial yang

 Penerimaan di tujuan berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

 Pertanggungjawaban  
Logistik
6) Penerimaan di Tempat Tujuan

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam


penerimaan di tempat tujuan adalah:

 Mencocokkan antara data di manifest


pengangkutan dengan jenis bantuan yang
diterima.
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan
kondisi barang.
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu
kedatangan, sarana transportasi, pengirim dan
penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti
penerimaan.
 
Logistik
7) Pertanggungjawaban

Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang


telah dilaksanakan harus dibuat pertanggung
jawabannya.

Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik


keuangan maupun kinerja, dilakukan pada setiap
tahapan proses dan secara paripurna untuk seluruh
proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku
proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi.
 
Tahap Pemulihan Bencana
Tahap Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk
mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang
serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar
kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan
kembali. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. perbaikan lingkungan daerah bencana;


2. perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. pemulihan sosial psikologis;
5. pelayanan kesehatan;
6. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
10. pemulihan fungsi pelayanan publik
Tahap Pemulihan
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang
didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.

1. pembangunan kembali prasarana dan sarana;


2. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
4. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana;
5. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha dan masyarakat;
6. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
8. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Rehabilitasi Pasca Bencana
Rehabiltasi dilakukan melalui kegitan: perbaikan lingkungan daerah
Rehabilitasi Pasca Bencana
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.(Husein, Achmad.
2017).

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan


publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana. (Husein, Achmad. 2017).
Rehabilitasi Pasca Bencana

Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakan


adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun juga


sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi .(Husein, Achmad. 2017).
2. Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan
terintegrasi dengan kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan dini
serta kegiatan rekonstruksi.) (Husein, Achmad. 2017).
3. “Early Recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment Team” segera setelah
terjadi bencana. (Husein, Achmad. 2017)
4. Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat (sesuai
dengan Perpres tentang Penetapan Status dan Tingkatan Bencana) dan diakhiri
setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai. (Husein, Achmad. 2017)
Rehabilitasi Pasca Bencana
Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Ruang Lingkup Pelaksanaan
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan fasilitas fisik yang
menunjang kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Prasarana
umum atau jaringan infrastruktrur fisik disini mencakup: jaringan
jalan/perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi,
jaringan sanitasi dan limbah, dan jaringan irigasi atau pertanian. Sarana umum
atau fasilitas sosial dan umum mencakup fasilitas kesahatan, fasilitas
perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas perkantoran pemerintah, dan fasilitas
peribadatan. (Husein, Achmad. 2017)

Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana


Perbaikan lingkuan fisik meliputi kegiatan: perbaikan lingkuangan fisik untuk
kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan gedung.
Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah kondisi
lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta
ekosistem. (Husein, Achmad. 2017)
Rehabilitasi Pasca Bencana
Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban bencana yang
rumah/lingkungannya mengalami kerusakan struktural hingga tingkat sedang
akibat bencana, dan masyarakat korban berkehendak untuk tetap tinggal ditempat
semula. Kerusakan tingkat sedang adalah kerusakan fisik bangunan sebagaimana
Pedoman Teknis (DepPU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman dan/atau
kerusakan pada utilitas, sehingga menggangu penyelenggaraan fungsi huniannya.
Untuk bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan untuk rekonstruksi
Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalah rumah/lingkungan
dalam kategori:

a) Pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi)


b) Pemukiman kembali (resettlement dan relokasi)
c) Transmigrasi ke luar daerah bencana. (Husein, Achmad. 2017)
Rehabilitasi Pasca Bencana
Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan kembali segala
bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai kondisi seperti
sebelum terjadi bencana. Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah
semua usaha yang dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi: SDM kesehatan, sarana/prasarana
kesehatan, kepercayaan masyarakat. (Husein, Achmad. 2017)

Pemulihan Sosial Psikologis


Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada masyarakat yang
terkena dampak bencana agar dapat berfungsi kembali secara normal. Sedangkan
kegiatan psikososial adalah kegiatan mengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar
dapat kembali menjalankan fungsi sosial secara normal. Kegitan ini dapat dilakukan
oleh siapa saja yang sudah terlatih. Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar
mayarakat mampu melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadi bencana, serta
tercegah dari mengalami dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah pada
gangguan kesehatan mental. (Husein, Achmad. 2017)
Rehabilitasi Pasca Bencana
Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik
Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau mendamaikan kembali pihak-pihak
yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik. Sedangkan kegiatan
resolusi adalah memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran
atau konflik dan menyelesaikan masalah atas perselisihan, pertengkaran atau
konflik tersebut. Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat
di daerah bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta
memulikan kondisi sosial kehidupan masyarakat.(Husein, Achmad. 2017).

Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya


Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk memfungsikan kembali
kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah
bencana. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat di daerah bencana seperti sebelum terjadi bencana. (Husein, Achmad.
2017).
Rehabilitasi Pasca Bencana
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi bencana dan menghilangkan
gangguan keamanan dan ketertiban di daerah bencana. Pemulihan keamanan dan
ketertiban ditujukan untuk membantu memulihkan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat di daerah bencana agar kembali seperti kondisi sebelum
terjadi bencana dan terbebas dari rasa tidak aman dan tidak tertib. (Husein,
Achmad. 2017).

Pemulihan Fungsi Pemerintahan


a) Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi pemerintahan adalah
keaktifan kembali petugas pemerintahan.
b) Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan pemerintahan.
c) Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas pemerintahan.
d) Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas pemerintahan.
e) Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang saling terkait.
(Husein, Achmad. 2017).
Tahap Rekonstruksi
Rekonstruksi Pasca Bencana
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langka-
langka nyata yang terencana baik, kosnsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan
sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan
partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di
wilayah bencana..(Husein, Achmad. 2017).

Rencana rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan sebagai


acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-bencana, yang
memuat informasi gambaran umum daerah pasca bencana meliputi antara
lain informasi kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana
sebelum terjadi bencana, gambaran kejadian dan dampak bencana beserta
semua informasi tentang kerusakan yang diakibatkannya, informasi
mengenai sumber daya, kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan
kegiatan, jadwal implementasi, rencana anggran, makanisme/prosedur
kelembagaan pelaksanaan. (Husein, Achmad. 2017).
Rekonstruksi Pasca Bencana
Program Rekonstruksi Fisik
Lingkup Pelaksanaan Rekonstruksi
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi fisik
melalui pembangunan kembali secara permanen prasaranan dan sarana
pemukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan,
pendidikan dan lain-lain), prasarana dan sarana ekonomi (jaringan
penghubung, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan
telekomunikasi, dan lain-lain), prasarana dan sarana sosial (ibadah,
budaya dan lain-lain). Yang rusak akibat bencana, agar kembali ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum bencana.
(Husein, Achmad. 2017).

Pelaksanaan rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat dalam


kegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan
penanggungjawab kegiatan rehabiltasi dan rekonstruksi pasca bencana pada
lembaga yang berwenang menyelenggarakan penanggulangan bencana di
tingkat nasional dan daerah. (Husein, Achmad. 2017).
Rekonstruksi Pasca Bencana
1) Cakupan rekonstruksi fisik mencakup kegiatan membangun kembali sarana Program Rekonstruksi Non Fisik
dan prasarana fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut: Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk mengembalikan atau
a) Prasarana dan sarana memulihkan kegitan pelayanan publik dan kegiatan sosial, ekonomi,
b) Sarana sosial masyarakat ekonomi serta kehidupan masyarakat, antara lain sektor kesehatan,
c) Penerapan rencangan bangunan dan penggunaan peralatan yang lebih baik pendidikan, perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan, peribadatan
dan tahan bencana. dan kondisi mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh bencana,
kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau bahkan lebih baik
dari kondisi sebelumnya.

Cakupan rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:


a) Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan
sosial dan budaya masyarakat.
b) Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha dan masyarakat.
c) Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
d) Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam masyarakat.
e) Kesehatan mental masyarakat. (Husein, Achmad. 2017).
Rekonstruksi Pasca Bencana
Jangka Waktu Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi

Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2017 Tentang Penyusunan Rencana Rehabilitasi Dan
Rekonstruksi Pascabencana tercantum bahwa Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling
lama 90 (sembilan puluh) hari. Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana dimulai pada saat tanggap darurat.

Anda mungkin juga menyukai