Anda di halaman 1dari 19

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO II

PENANGGULANGAN BENCANA DI RS DAN TRAUMATOLOGI

“Bencana Palu”

Disusun Oleh :

Nama : Junitria Eka Ester Fortuna


NIM : N10119035
Kelompok :3

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
JUNI 2022
1. Bagaimana penerapan ICS di Rumah Sakit?
Jawab :
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem penanganan
darurat bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan
mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan anggaran.
Komando Tanggap Darurat Bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat
bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana dan
dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, memiliki struktur organisasi standar
yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan
memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya. Staf Komando
adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan urusan
sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan
keamanan. Staf Umum adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan,
bidang logistik dan peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan
tanggap darurat bencana yang terjadi. (Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2008, 2008)
Terbentuknya Komando Tanggap Darurat Bencana meliputi tahapan yang
terdiri dari:
a) Informasi Kejadian Awal Bencana
Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain
pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan
informasi lain yang dapat dipercaya. BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi
kepada instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang diperoleh
dengan menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana yang terjadi, terdiri
dari:
a. Apa : jenis bencana
b. Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat
c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana
d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana
e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana
f. Bagaimana : upaya yang telah dilakukan.
b) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan
Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas
pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana. Hasil
pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan untuk menentukan
apakah bencana merupakan skala kabupaten/kota, skala provinsi, atau skala
nasional.
c) Penetapan Status / Tingkat Bencana
Pada poin ini, setiap tingkatan melaporkan dan menetapkan status/tingkat bencana
yang dialami apakah berupa skala nasional, kabupaten/kota, atau provinsi. Setelag
ditetapkannya maka Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan
tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah.
d) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana
dan tingkat kewenangannya :
a. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.
b. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana
dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.
c. Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.
Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana merupakan organisasi satu
komando, dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung jawab yang jelas.
Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah
bencana baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional. Fungsi
Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan,
mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi
komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan
serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat kejadian bencana.
Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok untuk merencanakan
operasi penanganan tanggap darurat bencana, mengajukan permintaan kebutuhan
bantuan. melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumber daya untuk
penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif,
melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan,
dan menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya
kepada media massa dan masyarakat luas.Struktur organisasi komando tanggap
darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh staf komando dan staf umum,
secara lengkap terdiri dari:
a. Komandan Tanggap Darurat Bencana
Tugas :
 Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)
menjadi Pos Komando Tanggap Darurat BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau
BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana.
 Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap) di lokasi bencana di bawah
komando Pos Komando Tanggap Darurat Bencana BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB.
 Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi tanggap darurat bencana.
 Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya
manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang
memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang
terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
Tugas :
 Membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan komando tanggap
darurat bencana.
 Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat, humas, keselamatan dan keamanan
serta perwakilan instansi/lembaga.
 Mewakili Komandan Tanggap Darurat Bencana, apabila Komandan Tanggap
Darurat Bencana berhalangan.
c. Staf Komando:
1) Sekretariat
Tugas :
 Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.
 Pelayanan akomodasi dan konsumsi bagi personil Komando Tanggap Darurat
Bencana.
2) Hubungan Masyarakat
Tugas :
 Menghimpun data dan informasi penanganan bencana yang terjadi. 
Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi
tentang bencana tersebut ke media massa dan masyarakat luas.
3) Keselamatan dan Keamanan
Tugas :
 Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh personil Komando Tanggap
Darurat Bencana dalam menjalankan tugasnya.
 Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat bencana serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya.
4) Perwakilan instansi/lembaga
Tugas :
 Perwakilan instansi/lembaga bertugas untuk membantu Komandan Tanggap
Darurat Bencana berkaitan dengan permintaan dan pengerahan sumberdaya
yang dibutuhkan dari instansi/lembaga.
 Perwakilan instansi/lembaga secara operasional bertanggung jawab langsung
kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana atas pelaksanaan tugasnya dan
secara administratif bertanggung jawab kepada pimpinan instansi/lembaga
terkait.
d. Staf Umum:
1) Bidang Operasi
Tugas :
 Bidang Operasi bertugas dan bertanggung jawab atas semua pelaksanaan
operasi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana dengan cepat, tepat, efisien dan efektif
berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap darurat
bencana.
2) Bidang Perencanaan
Tugas :
 Bidang Perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas pengumpulan,
evaluasi, analisis data dan informasi yang berhubungan dengan penanganan
tanggap darurat bencana serta menyiapkan dokumen rencana tindakan operasi
tanggap darurat.
3) Bidang Logistik dan Peralatan
Tugas :
 Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan tanggap darurat.
 Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan.
 Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur umum, air bersih dan sanitasi
umum.
 Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan peralatan dari
instansi/lembaga/organisasi yang terkait.
4) Bidang Administrasi Keuangan
Tugas :
 Melaksanakan semua administrasi keuangan.
 Menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap darurat
bencana yang terjadi.
 Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando tanggap
darurat bencana yang terjadi (Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2008, 2008)
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola
yang terdiri atas rencana operasi, permintaan, pengerahan/mobilisasi sumberdaya
yang didukung dengan fasilitas komando yang diselenggarakan sesuai dengan jenis,
lokasi dan tingkatan bencana. Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat
Bencana dilaksanakan sebagai berikut:
a) Rencana operasi
Rencana Operasi Komando Tanggap Darurat Bencana berikut Rencana Tindakan
Operasi penanganan tanggap darurat bencana, merupakan acuan bagi setiap unsur
pelaksana dalam komando.
b) Permintaan Sumberdaya
Mekanisme permintaan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
 Komandan Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupaten/kota, atau tingkat
provinsi yang terkena bencana, mengajukan permintaan kebutuhan
sumberdaya kepada Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun
kepada Kepala BNPB, berdasarkan atas ketersediaan sumberdaya di lokasi
dan tingkatan bencana.
 Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun Kepala BNPB, sesuai
dengan lokasi dan tingkatan bencana, meminta dukungan sumberdaya
manusia, logistik dan peralatan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi
korban, memenuhi kebutuhan dasar hidup dan memulihkan fungsi
prasarana dan sarana vital yang rusak kepada pimpinan instansi/lembaga
terkait sesuai tingkat kewenangannya.
 Instansi/lembaga terkait dimaksud adalah: Departemen/Dinas Sosial,
BULOG/DOLOG, Departemen/Dinas Kesehatan, Departemen/Dinas
Pekerjaan Umum, Departemen/Dinas Perhubungan, Basarnas/Basarda
Kabupaten/Kota, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik
Indonesia, Palang Merah Indonesia, Departemen/Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral serta instansi/lembaga lainnya sesuai tingkat
kewenangannya.
 Instansi/lembaga terkait wajib segera mengirimkan serta memobilisasi
sumberdaya manusia, logistik dan peralatan ke lokasi bencana.
 Penerimaan serta penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik
di lokasi bencana sebagaimana dimaksud dilaksanakan dibawah kendali
Kepala BPBD/BNPB dan atau Departemen Keuangan.
c) Pengerahan/Mobilisasi Sumberdaya
Pengerahan/mobilisasi sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana
diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:
 Instansi/lembaga/organisasi terkait dalam mengirimkan sumberdaya harus
didampingi oleh personil instansi/lembaga asal dan penyerahannya
dilengkapi dengan administrasi sesuai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
 Apabila instansi/lembaga/organisasi terkait pada tingkat tertentu tidak
memiliki kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan, maka BPBD maupun
BNPB sesuai dengan tingkat kewenangannya berkewajiban
membantu/mendampingi pengiriman/mobilisasi sumber daya sampai ke
lokasi bencana.
d) Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana
 Untuk meningkatkan efektifitas dan mempercepat respons penanganan
tanggap darurat bencana, Komando Tanggap Darurat Bencana perlu
menyiapkan dan menghimpun dukungan operasi penanganan darurat
bencana yang terdiri dari:
a. Pos Komando, meliputi Posko Tanggap Darurat dan Poskolap.
b. Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia yang bertugas dalam
organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana dengan kualifikasi dan
kompetensi yang diperlukan untuk penugasan penanganan darurat
bencana.
c. Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan.
d. Sarana dan prasarana transportasi, baik yang merupakan fasilitas dasar
maupun spesifik sesuai jenis bencana.
e. Peralatan, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun fasilitas yang
spesifik sesuai jenis bencana.
f. Alat komunikasi dan peralatan komputer.
g. Data serta informasi bencana dan dampak bencana.
e) Pengakhiran
 Menjelang berakhirnya waktu pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana,
Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB membuat rencana
pengakhiran operasi tanggap darurat bencana dengan mengeluarkan Surat
Perintah Pengakhiran Operasi Tanggap Darurat Bencana kepada Komandan
Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan kewenangannya.
 Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat bencana,
Kepala BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap Darurat Bencana
dengan menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran. (Perka BNPB Nomor
10 Tahun 2008, 2008)
2. Prosedur triage!
Jawab :
Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas
pasien ( atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Sistem START tidak
harus dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan yang sangat terampil. Bahkan, dapat
dilakukan oleh penyedia dengan tingkat pertolongan pertama pelatihan. Tujuannya
adalah untuk dengan cepat mengidentifikasi individu yang membutuhkan perawatan,
waktu yang dibutuhkan untuk triase setiap korban kurang dari 60 detik. START
membagi korban menjadi 4 kelompok dan masing-masing memberikan
mengelompokkan warna. START triase memiliki tag empat warna untuk
mengidentifikasi status korban. Langkah pertama adalah meminta semua korban yang
membutuhkan perhatian untuk pindah ke daerah perawatan. Ini mengidentifikasi
semua korban dengan luka ringan yang mampu merespon perintah dan berjalan
singkat jarak ke area pengobatan. Ini adalah GREEN kelompok dan diidentifikasi
untuk pengobatan delayed, mereka memang membutuhkan perhatian. Jika anggota
kelompok ini tidak merasa bahwa mereka yang menerima pengobatan mereka sendiri
akan menyebarkan ke rumah sakit pilihan mereka. Langkah selanjutnya menilai
pernapasan. Jika respirasi lebih besar dari 30 tag korban sebagai RED (Immediate),
jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas. Jika tidak ada respirasi setelah reposisi
untuk membuka jalan napas, tag korban BLACK (mati). Jika tingkat pernapasan
kurang dari 30 bpm, periksa denyut nadi radial dan refill kapiler. Jika tidak ada pulsa
radial teraba atau jika kapiler isi ulang lebih besar dari 2 detik, menandai korban RED
(Immediate). Jika ada perdarahan yang jelas, maka kontrol perdarahan dengan
tekanan. Minta orang lain, bahkan korban GREEN untuk menerapkan tekanan dan
melanjutkan untuk triase dan tag individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental
korban dengan meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas
tangan. Jika mereka tidak bisa mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka RED
(Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka
YELLOW (delayed).

Anak-anak memiliki nilai rentang normal yang berbeda dari yang pernapasan
tergantung pada usia mereka, sehingga metode START berdasarkan tingkat
pernapasan 30 tidak akan sesuai untuk anak-anak. Selain itu, anak-anak lebih
cenderung memiliki masalah pernapasan utama sebagai lawan masalah kardiovaskular
dan anak-anak yang tidak bernapas mungkin hanya memerlukan pernapasan buatan
untuk diresusitasi. Selain itu, anak-anak mungkin tidak mudah dibagi sesuai dengan
yang dapat berjalan kaki ke lokasi yang ditunjuk karena perkembangan, keterampilan,
kesediaan mereka untuk meninggalkan orangtua terluka dan kecenderungan orang tua
untuk membawa anak. Hal ini digunakan secara luas di Amerika Serikat dan Kanada
dan merupakan modifikasi sistem START.. Alat ini digunakan untuk anak-anak usia 1
dan 8 tahun. Mungkin tidak mudah untuk menentukan usia anak sehingga korban
tampak masih anak- anak maka menggunakan JUMPSTART dan jika korban terlihat
seperti orang dewasa muda menggunakan START. Modifikasi dan penilaian
tambahan akan diperlukan untuk anak- anak kurang dari usia 1 tahun,
denganketerlambatan perkembangan, cacat kronis atau cedera terjadi sebelum
kejadian. (Kushayati et al., 2014)

3. Tujuan RHA!
Jawab :
Rapid health assessment (RHA) pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data/informasi tentang dampak kesehatan
akibat bencana serta perubahan kehidupan masyarakat yang mengalami bencana
dalam rangka penyusunan rencana kegiatan serta identifikasi besarnya kebutuhan,
masalah kesehatan, gambaran penyakit, kemungkinan dampak yang ditimbulkan dan
potensi yang ada yang bisa dimanfaatkan. Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah
terjadinya bencana/keadaan darurat. Penilaian cepat masalah kesehatan sekurang-
kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan
rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. KLB penyakit menular
di daerah bencana dapat terlihat dari hasil Rapid Health Asssesment (RHA). Dalam
mengatasi kemungkinan terjadinya KLB maka kegiatan yang akan dilakukan yaitu,
melakukan surveilans epidemiologi penanggulangan bencana pada daerah terdampak
bencana, melakukan pengamatan dan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
KLB penyakit pada saat dan pasca bencana, melakukan pemeriksaan dan pengobatan
pada masyarakat terdampak bencana, melakukan analisis risiko bencana yang
berdampak pada status kesehatan penduduk sekitar bencana serta melakukan
penyuluhan kepada penduduk sekitar lokasi bencana, khususnya terhadap upaya-
upaya untuk meminimalkan dampak akibat bencana. Kegiatan ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya KLB pada saat maupun pasca bencana. (Akbar et al., 2021)
4. Pihak-pihak yang terlibat dalam HDP dan perannya!
Jawab :

Posisi Fungsi

Komandan 1) Bertanggung jawab mengkoordinasikan


pelayanan bencana dan bantuan dengan Walikota,
Rumah Sakit
Kepala Dinas Kesehatan Kota, dan instansi
jejaring lainnya.
2) Memberikan arahan kepada komandan bencana.
Mendampingi kunjungan tamu pemerintahan
terkait bencana.
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan penanggulangan
bencana rumah sakit.
Komandan 1) Memberikan laporan kepada komandan rumah
sakit.
Bencana
2) Mengkoordinasikan pelayanan medis dan
pelayanan manajemen.
3) Melakukan briefing dengan pejabat koordinator
yang berada dibawahnya.
4) Memastikan penanganan korban dan sumber daya
pendukung terlaksana dan tersedia.
5) Menindaklanjuti permintaan bantuan oleh
komandan rumah sakit.
6) Melakukan koordinasi dengan RS jejaring dan
instansi jejaring.
7) Menyetujui informasi pers yang akan
diinformasikan.
Koordinator Tim 1) Tim Pra RS bertugas bila diminta oleh komandan
bencana saat ada bencana eksternal yang
Pra RS
membutuhkan bantuan RS.
2) Anggota Tim Pra RS terdiri dari : Dokter umum
dan perawat yang ditunjuk oleh koordinator.
3) Bertanggung jawab untuk pelayanan pra RS dan
transfer korban ke RS.
4) Melaksanakan triase dan RHA. Melaporkan hasil
RHA kepada komandan bencana (jumlah korban,
kondisi korban, dan kondisi lingkungan).
Koordinator 1) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medis
(dokter dan perawat) dan kegiatan penanganan di
Medik dan
IGD, rawat jalan, rawat inap, dan OK.
Keperawatan 2) Memberikan briefing kepada PJ. IGD dan Rawat
jalan, PJ. Rawat Inap, dan PJ. OK.
3) Mengendalikan penanganan korban hidup dan
mati.
4) Pengelolaan tempat tidur : kesiapan dan
pengosongan.
5) Mengkoordinasikan evakuasi atau transfer
korban/pasien.
6) Mengkoordinasikan pemenuhan kebutuhan
penunjang pelayanan keperawatan.
7) Melapor kepada komandan bencana atas proses
penanganan dan transfer korban.
Koordinator 1) Mengkoordinasikan penyediaan dan pengelolaan
logistik.
Umum, SDM,
2) Menindaklanjuti bantuan logistik (medis dan non-
dan medis) dari instansi terkait dan dari luar untuk
dikoordinasikan ke bidang/bagian terkait.
Perencanaan.
3) Mengkoordinasikan penyediaan SDM dan
relawan.
4) Mengkoordinasikan keamanan dan ketertiban
lalu-lintas.
5) Mengkoordinasikan pusat informasi bencana dan
press release bila diminta.
6) Memastikan penyiapan transportasi (ambulan).
7) Memastikan berfungsinya gedung, alat, dan
sistem utilitas (air, listrik, gas medis, dan lain-
lain).
8) Melaporkan kepada komandan bencana atas
kegiatan dibidangnya.
Koordinator 1) Mengelola keuangan donasi.
2) Melaporkan kepada komandan bencana atas
Akuntansi dan
kegiatan dibagiannya
Keuangan

Koordinator 1) Menjamin kesiapan operasional pelayanan


penunjang dalam penanganan korban bencana.
Penunjang
2) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di
Medis laboratorium, radiologi, farmasi, gizi, rekam
medis, CSSD, laundri, dan kamar jenazah.
3) Melaporkan kegiatan pelayanan penunjang
kepada komandan bencana. Pencatatan dan
pelaporan korban bencana.
4) Mengkoordinasikan pengelolaan jenazah.
Pos Komando 1) Pusat koordinasi dan komunikasi baik dengan
internal maupun eksternal unit yang dipimpin
oleh komandan bencana. Area ini merupakan area
khusus, dimana hanya petugas tertentu yang boleh
masuk.
2) Wadah yang melibatkan semua unsur pimpinan.
3) Tempat penyimpanan emergensi kit, radio
komunikasi, dan petapeta yang diperlukan untuk
koordinasi maupun pengambilan keputusan.
4) Lingkup kerjanya mencakup
a) Pada bencana yang bersifat eksternal tetapi
mengakibatkan gangguan infrastruktur
(gangguan ekonomi) maka lingkup kerjanya
adalah menyelesaikan masalah pelayanan
medis dan upaya untuk dapat mengatasi
masalah ekonomi dan SDM, dengan
melibatkan koordinasi dan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral.
b) Pada bencana yang bersifat internal dimana
bencana terjadi di dalam rumah sakit, maka
lingkup kerjanya adalah sebatas
menyelesaikan masalah pelayanan medis dan
penunjangnya.
c) Pemegang kendali komunikasi medis dan non
medis
Pos Pengolahan 1) Tempat penerimaan dan pengolahan data yang
terkait dengan penanganan bencana.
Data
2) Lingkup kerja :
a) Mengumpulkan seluruh data yang terkait
dengan bencana.
b) Melakukan koordinasi dengan pos-pos
penanganan bencana lainnya dan unit
pelayanan terkait.
c) Mengolah data menjadi informasi yang
terbaru untuk menunjang keputusan
komandan bencana.
d) Melakukan pengarsipan seluruh data dan
informasi dalam bentuk file sehingga
sewaktu-waktu bisa dibuka bila diperlukan.
e) Menyampaikan data ke komandan bencana
sebagai bahan press conference dan informasi
ke pihak eksternal dan kemudian dikirimkan
ke pos informasi bila telah disetujui
komandan bencana.
Pos Informasi 1) Tempat tersedianya informasi untuk data korban,
data kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang
habis pakai medis/non medis, perbaikan gedung,
data donatur. Informasi yang disiapkan di pos ini
didapatkan dari pos pengolahan data.
2) Lingkup kerja :
a) Memberikan informasi data korban, data
kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang
habis pakai medis/non medis, perbaikan
gedung, data donatur.
b) Menginformasikan hanya data korban saja,
baik korban sedang dirawat, korban hilang,
korban meninggal, hasil identifikasi jenazah,
korban yang telah dievakuasi ke luar rumah
sakit.
Pos Relawan 1) Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga
relawan, baik orang awam, awam khusus maupun
tenaga profesional.
2) Tempat informasi relawan.
3) Lingkup Kerja :
a) Menyiapkan informasi yang dibutuhkan yang
sesuai kompetensinya.
b) Menyiapkan ID card relawan.
c) Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai
ketentuan rumah sakit.
Pos Logistik dan 1) Menerima dan mendistribusikan semua bantuan
logistik dan lainnya dari pihak luar dalam
Donasi
menunjang operasional penanganan bencana.
2) Tempat penyimpanan sementara barang
sumbangan, selanjutnya didistribusikan ke bagian
yang bertanggung jawab.
3) Lingkup Kerja :
a) Menerima bantuan / sumbangan logistik dan
obat untuk menunjang pelayanan medis.
b) Mengkoordinasikan kepada kepala instalasi
terkait tentang sumbangan yang diterima.
c) Membuat laporan penerimaan bantuan dan
pendistribusiannya.(Delima & Putra, 2021)

5. Bagaimana system rujukan pada korban bencana!


Jawab :
Dengan adanya fasilitas kesehatan yang rusak tentunya dapat mengganggu
pelayanan kesehatan yang seharusnya diberikan dalam situasi dan kondisi apapun,
tidak terkecuali rumah sakit sebagai fasilitas rujukan bagi penanganan korban
bencana. Salah satu bentuk upaya penguatan pelayanan rujukan adalah melalui
pendirian Rumah Sakit Lapangan (RS lapangan) yang diharapkan mampu
mengembalikan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan korban pada situasi
bencana. Rumah sakit lapangan (RS lapangan) merupakan unit pelayanan yang
diciptakan untuk membantu fungsi pelayanan kesehatan rujukan (rawat jalan, rawat
inap, UGD, kamar operasi, laboratorium, dan lain-lain) yang dilaksanakan dalam
kondisi darurat. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam sistem rujukan setelah jika
pasien membutuhkan fasilitas yang lebih memadai selain Rumah Sakit Lapangan,
maka pihak tenaga medis dapat mengkoordinasi sistem rujukan dengan unit lain atau
fasiltas kesehatan lainnya. Sebelum dirujuk, harus dipastikan terlebih dahulu apakah
ada fasilitas kesehatan terdekat yang sesuai dengan kebutuhan tersedia. Apabila ada,
maka pasien segera dirujuk dan dipantau hingga mencapai kesembuhan. (Kementrian
Kesehatan, 2008)
6. Hak dan kewajiban dalam Penanggulangan Bencana!
Jawab :

Hak Relawan 1) Memperoleh pengakuan dan


tanda pengenal relawan
penanggulangan bencana
2) Mendapatkan peningkatan
kapasitas yang berhubungan
dengan penanggulangan
bencana
3) Mendapatkan perlindungan
hukum dalam pelaksanaan tugas
penanggulangan bencana.
(BNPB,2011)
Kewajiban Relawan 1) Mentaati peraturan dan prosedur
kebencanaan yang berlaku
2) Menjunjung tinggi asas, prinsip
dan panca darma relawan
penanggulangan bencana.
3) Meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan
kemampuannya dalam
penanggulangan bencana.
(BNPB,2011)
Hak Masyarakat 1) Mendapatkan perlindungan
sosial dan rasa aman, khususnya
bagi kelompok masyarakat
rentan bencana
2) Mendapatkan pendidikan,
pelatihan, dan keterampilan
dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
3) Mendapatkan informasi secara
tertulis dan/atau lisan tentang
kebijakan penanggulangan
bencana.
4) Berperan serta dalam
perencanaan, pengoperasian,
dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan
kesehatan termasuk dukungan
psikososial
5) Berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
terhadap kegiatan
penanggulangan bencana,
khususnya yang berkaitan
dengan diri dan komunitasnya
6) Melakukan pengawasan sesuai
dengan mekanisme yang diatur
atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.
7) Setiap orang yang terkena
bencana berhak mendapatkan
bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar.
8) Setiap orang berhak untuk
memperoleh ganti kerugian
karena terkena bencana yang
disebabkan oleh kegagalan
konstruksi. (UU RI ,2007)
Kewajiban Masyarakat 1) Menjaga kehidupan sosial
masyarakat yang harmonis,
memelihara keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan
kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
2) Melakukan kegiatan
penanggulangan bencana
3) Memberikan informasi yang
benar kepada publik tentang
penanggulangan bencana.(UU
RI,2007)

7. Etika dalam penanganan korban bencana!


Jawab :
a) Etika pada tahap mitigasi
Mitigasi terdiri dari sejumlah aktivitas yang dapat mengurangi probabilitas kejadian
bencana atau mengurangi efek bencana yang tidak dapat dicegah. Tenaga
kesehatan, bekerja sama dengan pemerintah, memiliki peran dalam membuat
kebijakan publik pada tahap ini, misalnya dengan membuat program imunisasi,
mengontrol vektor penyakit, program keluarga, sanitasi lingkungan, dan
sebagainya. Salah satu contoh dilema etik dalam tahap ini adalah program
imunisasi, yang lebih bertujuan memproteksi publik dari bahaya dibandingkan
dengan menghormati asas autonomi individu. Oleh karena itu, rasio risiko
dibanding keuntungan pada setiap program imunisasi harus dihitung dengan tepat.
b) Etika pada tahap persiapan
Tahap persiapan pada penanggulangan bencana terdiri atas pembuatan program
penanggulangan bencana, sistem peringatan dini, sistem komunikasi emergensi,
latihan dan rencana evakuasi, inventarisasi sumber daya, dan edukasi publik.
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan respons terhadap segala bentuk
bencana secara tepat dan tanggap. Pada fase ini, tenaga kesehatan juga memiliki
peran dalam menyediakan informasi mengenai kesehatan dan nutrisi yang
berkontribusi dalam sistem peringatan dini pada semua sektor. Salah satu dilema
etik yang dapat terjadi pada tahap ini adalah ketika dokter harus menentukan
alokasi sumber daya. Sumber daya ini dapat berupa makanan, peralatan, air, obat,
dan segala benda esensial kehidupan lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin harus
mengutamakan prinsip keadilan (justice) dibandingkan dengan asas autonomi
individu pasien.
c) Etika pada tahap respons
Setiap dokter dan tenaga medis harus senantiasa memegang empat prinsip etika
utama, yaitu beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice dalam tahap
respons bencana. Masalah etika yang dapat muncul pertama kali adalah mencari
cara untuk mobilisasi ke lokasi bencana secepat mungkin sementara akses untuk
ke lokasi tersebut dapat membahayakan jiwa dokter dan petugas penanggulangan
bencana lainnya. Masalah selanjutnya terjadi pada saat melakukan triase, sistem
yang memaksa dokter harus membagi pasiennya sesuai prioritas dan memilih
urutan perawatan sesuai dengan prioritas tersebut. Masalah ini dapat diperberat
dengan kondisi bencana yang mungkin tidak ideal, baik akibat kurangnya tenaga
medis yang dikirimkan atau karena kurangnya jumlah obat yang tersedia.
d) Etika pada tahap pemulihan
Semua nilai dan prinsip etika yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya harus
tetap diperhatikan pada tahap pemulihan ini. Akan tetapi, setiap dokter harus
bekerja secara profesional sesuai dengan kebutuhan yang mungkin baru muncul
setelah bencana terjadi. Pada periode ini, kebutuhan dari korban yang selamat
harus menjadi perhatian. Korban bencana dapat kehilangan keluarga dan
mengalami berbagai masalah psikologis, sehingga pendekatan pasien pada tahap
ini harus melibatkan berbagai sektor secara holistik.(Sjamsuhidajat et al., 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H., Ifandi, S., & Paundanan, M. (2021). Rapid Health Assesment ( RHA ) Bencana
Banjir Di Desa Pranti Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik Rapid Health Assesment
( RHA ) Flood Disaster In Pranti Village Districts Menganti Gresik Regency
Pendahuluan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiw. Healthy Papua, 4(1),
200–205.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 tahun 2011 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana.
Delima, M., & Putra, A. Y. M. (2021). Hospital Disaster Plan Dalam Perencanaan
Kesiapsiagaan Bencana. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal),
8(1), 54–66. https://doi.org/10.33653/jkp.v8i1.600
Kementrian Kesehatan. (2008). Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan Untuk
Bencana. Kementrian Kesehatan, 36–41.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/
pedoman_rumah_sakit_lapangan_untuk_bencana.pdf
Kushayari,N. (2013). Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban Masal (Mass
Casualty Incident). Majalah WUNY. 2014 Mei;16(2):1-9. 1–9.
Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2008. (2008). Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana
Nomor 10 Tahun 2008. 10, 2--3.
Sjamsuhidajat, R., Meilia, P. D. I., & Zulfiyah, I. A. (2020). Etika Kedokteran dalam
Kegiatan Tanggap Darurat Bencana. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, 4(1), 1.
https://doi.org/10.26880/jeki.v4i1.39
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.

Anda mungkin juga menyukai