- Pengertian Bencana
Bencana adalah kehancuran ekologis yang luas baik secara fisik maupun hubungan
fungsional antara manusia dengan lingkungannya, yang disebabkan oleh alam atau
manusia, berbentuk kejadian yang serius atau tidak nampak (atau lambat, seperti pada
kekeringan), dalam skala yang tidak dapat ditangani oleh sumberdaya yang ada, dan
komunitas yang terdamtripak membutuhkan upaya yang luar biasa untuk menangani
kerusakan yang terjadi, bahkan membutuhkan bantuan dari masyarakat internasional
(Heryana, 2020).
- Prinsip Bencana
Prinsip penanggulangan bencana yakni :
a. Cepat dan tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Non proletisi
- Manajemen Kegawatdaruratan
Manajemen kegawadaruratan merupakan bagian yang sangat vital dalam mengurangi
jumlah korban kerugian materil dan imateri. Walaupun manajemen bencana tidak
mencegah atau menghilangkan ancaman, sebagai gantinya manajemen kegawadaruratan
berfokus pada menciptakan rencana untuk mengurangi dampak bencana. Kegagalan
dalam manajemen kegawatdaruratan dapat menyebabkan tingginya jumlah korban serta
kematian, kehilangan pendapatan dan kehilangan aset (Ratih Kumala Dewi, 2021).
- Sistem Mettag (Triage tagging system) adalah pengkodean dengan warna tagging
system yang sejenis.
- Sistem START (Simple Triage And Rapid Transportation) merupakan perawatan
pada korban yang dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan warna, diantaranya hijau,
merah, hitam dan kuning (Kushayati, 2014)
Saat kondisi kegawadaruratan atau bencana Rapid Health Assesment (RHA) merupakan
petugas yang melihat dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti
berapa jumlah korban,barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus
disediakan, berapa banyak pengungsi lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan
dan kondisi sanitasi lingkungan (Achmad Husein, 2017).
Gunanya untuk mengajukan permintaan jumlah dan jenis bantuan ke instansi terkait.
Menunjuk petugas pelaksanan kegiatan di lapangan dengan lokasi kerja masing masing:
o Komando/Komunikasi/Logistik: Biasanya pada satu lokasi
o Ekstrikasi Triase
o Tindakan
o Transportasi
- ALUR KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA
a. Informasi saat Bencana
b. Penyampaian
Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan : 1) Kurir 2) Radio
Komunikasi 3) Telepon 4) Faksimili 5) E-mail 6) SMS 7) Media Sosial
- RESPON BENCANA
a. Pre Penanganan Bencana
1.) Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007).
Misalnya : • Melarang pembakaran hutan dalam perladangan • Melarang
penambangan batu di daerah yang curam. • Membuat Peta Daerah Bencana •
Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya, dll.
2.) Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU 24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan : • Penilaian
Risiko (Risk Assessment) • Perencanaan Siaga (Contingency Planning) •
Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilization) • Pendidikan dan Pelatihan
(Training & Education) • Koordinasi (Coordination) • Manajemen Darurat
(Response Mechanism) • Peringatan Dini (Early Warning) • Manajemen
Informasi (Information Systems /Management) • Gladi / Simulasi
(Drilling/Simulation)
b. Penanganan Lapangan
1.) Manajemen Koordinasi Lapangan
Koordinasi memerlukan:
• Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik.
• Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari organisasi.
• Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi berjalan.
• Jalannya koordinasi berdasarkan adanya informasi dari berbagai tingkatan
sumber informasi yang berbeda.
- Manajemen Penanggulangan Bencana di Lapangan (Tingkat Kabupaten/Kota)
Penanggulangan korban bencana di lapangan pada prinsipnya harus tetap
memperhatikan factor safety/ keselamatan bagi penolongnya, setelah itu baru
prosedur dilapangan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penanganan, secara
umum pada tahap tanggap darurat dikelompokkan menjadi kegiatan sebagai berikut:
• Pencarian korban (Search)
• Penyelamatan korban (Rescue)
• Pertolongan pertama (Live saving)
• Stabilisasi korban
• Evakuasi dan rujukan
- Koordinasi Pasca Kedaruratan/Bencana
Kegiatan pemantauan dan mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan bencana di
lapangan pada prinsipnya adalah :
• Melaksanakan penilaian kebutuhan dan dampak keselamatan secara cepat (Rapid
Health Assesment) sebagai dasar untuk pemantauan dan penyusunan program
mobilisasi bantuan.
• Melaksanakan skalasi pelayanan dan mobilisasi organisasi yang terkait dalam
penanggulangan masalah akibat bencana dilapangan, mempersiapkan sarana
pendukung guna memaksimalkan pelayanan.
• Melakukan mobilisasi tim pelayanan ke lokasi bencana (on site) beserta tim
surveilas yang terus mengamati keadaan lingkungan dan kecenderungan perubahan -
perubahan yang terjadi.
Kendala koordinasi:
• Gangguan aksesibilitas
• Gangguan keamanan
• Pertimbangan politik
• Keengganan untuk mengamati tujuan
2.) Pembuatan Posko, RS Lapangan, dan Ambulance Protokol Pembuatan Posko
• Persyaratan Lokasi
❖ Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dapat menempati bangunan atau
tenda.
❖ Bangunan atau tenda pos komando tanggap darurat bencana menempati lokasi
yang strategis dengan kriteria: ▪ Mudah diakses oleh berbagai pihak yang
terlibat dalam kegiatana tanggap darurat bencana. ▪ Aman dan terbebas dari
ancaman bencana. ▪ Memiliki lahan parkir yang memadai. ▪ Luas lahan
sekurang-kurangnya 500 m2 .
• Pembentukan Pos Komando (Posko)
• Informasi Kejadian Awal Bencana Informasi
untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba tiba, proses pembentukan pos
komando tanggap darurat bencana, dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yang harus
dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando yang
terpadu, yaitu:
❖ Informasi Kejadian Awal Bencana Informasi Kebenaran informasi perlu
dikonfirmasi dengan pertanyaan apa, kapan, dimana, bagaimana, berapa,
penyebab, akibat yang ditimbulkan dan upaya yang telah dilakukan serta
kebutuhan yang mendesak.
❖ Penugasan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana.
❖ Penetapan Status/Tingkat Bencana
❖ Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana
Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Kepala BNPB/ BPBD Provinsi/
BPBD/ SATLAK PB Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan
tingkat kewenangannya
Rumah Sakit Lapangan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian untuk pendirian RS
lapangan di lokasi bencana, antara lain:
❖ Keamanan Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah yang aman dari
bencana susulan.
❖ Akses Kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk mobilisasi logistik.
❖ Infrastruktur
Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan aman dipergunakan sebagai bagian
dari RS lapangan. Jika tidak, apakah ada lahan dengan permukaan datar dan keras
yang dapat digunakan untuk pendirian RS lapangan. Apakah tersedia prasarana
seperti sumber air bersih dan listrik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
operasional RS lapangan.
❖ Sistem komunikasi
Apakah tersedia sistem komunikasi di lokasi pendirian RS lapangan atau apakah
diperlukan sistem komunikasi yang independen bagi RS lapangan.
- Pendirian Rumah Sakit Lapangan
❖ Menetapkan tata letak (site plan) RS lapangan berdasarkan prioritas.
❖ Menyiapkan lokasi atau lahan untuk pendirian tenda serta sarana dan fasilitas
pendukung yang akan digunakan.
❖ Mempersiapkan sistem drainase untuk menghindari genanga air.
❖ Membersihkan permukaan lokasi pendirian tenda dari benda tajam yang dapat
merusak tenda, dan apabila permukaan tanah tidak datar harus diratakan
dahulu.
❖ Menyiapkan pembatas (pagar) sebagai pengaman dan menetapkan satu pintu
masuk dan satu pintu keluar untuk membatasi keluar masuk orang yang tidak
berkepentingan
- Tenaga Medis dalam Ambulance
❖ Ambulance Transport
Tujuan Penggunaan : Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan
perawatan khusus / tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan
timbul kegawatan selama perjalanan.
Petugas : Satu orang supir dengan kemampuan BHD (Bantuan
Hidup Dasar) dan berkomunikasi serta satu orang
perawat dengan kemampuan PPGD (Pertolongan
Pertama Gawat Darurat)
❖ Ambulance Gawat Darurat
Tujuan Penggunaan : Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit,
pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah
distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan
definitif atau ke rumah sakit, sebagai kendaraan
transport rujukan
Petugas : Satu orang pengemudi dengan kemampuan PPGD dan
komuniasi, satu orang perawat berkemampuan PPGD,
dan satu orang dokter berkemampuan PPGD atau
ATLS/ACLS.
❖ Ambulance Rumah Sakit Lapangan
Tujuan Penggunaan : Merupakan gabungan ebebrapa ambulans gawat
darurat dan ambulance pelayanan medik bergerak.
Sehari-hari berfungsi sebagai ambulans gawat darurat.
Petugas : Seorang pengemudi berkemampuan PPGD dan
komunikasi, seorang perawat berkemampuan PPGD
atau BTLS/BCLS, dan seorang dokter berkemampuan
ATLS/ACLS.
- Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya penyakit
menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi, artinya memilih
berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup. Triage merupakan suatu sistem yang
digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
Tujuan Triage:
- Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera (lebih ke perawatan
yang dilakukan di lapangan).
- Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan.
- Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan
Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage
Triage dilakukan berdasarkan observasi terhadap tiga hal, yakni:
- Pernapasan (respiratory)
- Sirkulasi (perfusion)
- Status mental (mental state)
Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label
- Prioritas 0 (hitam) Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak mungkin
untuk diselamatkan.
- Prioritas 1 (merah) Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untukmeyelamatkan hidupnya.
- Prioritas 2 (kuning) Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat
yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengancam jiwa dalam waktu dekat.
- Prioritas 3 (hijau) Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak
menimbulkan kecacatan.
Klasifikasi Triage
- Triage di tempat Dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan, triage ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban
dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan.
- Triage Medic Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik lanjutan
yang bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang
dibutuhkan oleh korban.
- Triage Evakuasi Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada
rumah sakit yang telah siap menerima korban, seperti bencana massal.
Rencana operasi (Operating Planning) merupakan sebuah alat manajemen yang vital yang
pembuatannya harus didasarkan pada berbagai masalah, kebutuhan-kebutuhan, dan penilaian
ketersediaan sumber daya.
a. Membuat Rencana Operasi
Hal yang pertama dilakukan ialah ‘kenali masalah dengan pertanyaan’ lalu diikuti
dengan:
1. Menentukan prioritas program
2. Menentukan tujuan
3. Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia
Men power (manusia: kemampuan, jumlah, dan psikologis)
Material (sarana : peralatan dan perlengkapan)
Method (metode/tata kerja)
Money (pendanaan)
Rules (aturan, etika)
Information (keadaan medan, iklim, cuaca, dll)
Time (waktu)
4. Merinci tindakan – tindakan yang perlu diambil oleh mereka yang bertanggung
jawab atas berbagai sektor dalam operasi tersebut
Materi 0 1 2
Pengertian bencana
Tujuan dan klasifikasi triase
Prioritas tindakan
Unsur-unsur rencana operasi
Pengertian rencana operasi
Pembuatan rencana operasi dan tugas rencana operasi
Pengertian rencana cadangan