Anda di halaman 1dari 38

QBD 2

PENGELOLAAN BENCANA
Elsa Dara Aullia
1806145231
PB-2
1.Pengelolaan Bencana pada
Skala Lokal, Nasional dan
Internasional
● Secara umum ketiganya memiliki kesamaan dalam usaha penanggulangan
bencana
● Pada tingkat bencana lokal dan nasional memuat indikator yang meliputi:
jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana dan sarana,
cakupan luas wilayah yang terkena bencana, dan dampak sosial ekonomi
yang ditimbulkan (UU RI No. 24 Tahun 2007).
● Tahap penanganan darurat dilaksanakan sesuai dengan skala bencana.
● Penetapan status darurat bencana untuk skala nasional dilakukan oleh
Presiden, skala provinsi dilakukan oleh gubernur, dan skala
kabupaten atau kota dilakukan oleh bupati atau walikota (UU RI No.
24 Tahun 2007).
Adapun pada skala internsional yang dapat dilakukan :

a. Pelatihan United Nations Disaster Assessment and Coordination (UNDAC)


meliputi aktivitas-aktivitas pengkajian, koordinasi, dan pengelolaan
informasi.
b. Kursus pembekalan ASEAN-Emergency Rapid Assessment Team
(ASEANERAT) melatih para manajer bencana dari negara-negara anggota
ASEAN dalam memenuhi kebutuhan regional dan/atau internasional,
berkoordinasi, dan pemberian informasi dini yang berkualitas.
c. Pelatihan tentang panduan dan metodologi International Search and Rescue
Advisory Group (INSARAG) dirancang untuk membagikan prosedur dan
sistem yang diterima di tingkat internasional untuk mempertahankan
kerjasama antar tim United States Army Reserve (USAR) dalam keadaan
d. Pelatihan Humanitarian Civil-Military Coordination (UN-CMCoord) dilatih dalam konsep dan
prinsipprinsip koordinasi kemanusiaan sipil militer serta penerapan praktisnya dalam
keadaan darurat.

e. Pelatihan Environmental Emergencies Centre (EEC)dapat memberikan gambaran tentang


proses respon keadaan darurat lingkungan, memperkenalkan perangkat untuk mengkaji
risiko lingkungan, dan persiapan keadaan darurat di tingkat lokal.

f. RedR memberikan pembelajaran teknis dalam respon keadaan darurat.

g. Pelatihan pusat regional untuk kesiapsiagaan keadaan darurat United Nations High
Commissioner for Refugees(UNHCR) menyediakan informasi mengenai isu keadaan darurat
per sektor terfokus pada migrasi paksa dan perlindungan.

h. Program peningkatan respon keadaan darurat Programme for Enhancement of Emergency


Response (PEER) merupakan program pelatihan regional bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas para aktor nasional dalam mengelola dan bersiaga terhadap bencana
1. Masalah yang Dapat Terjadi dalam
Pengelolaan Bencana di Skala Lokal,
Nasional, dan Internasional
Masalah yang dapat terjadi di tingkat daerah berkaitan dengan pembangunan sistem
penanggulangan bencana terdiri dari: (Bappenas)

a. Masalah kelembagaan, misalnya terjadi benturan bentuk, tugas, dan fungsi antar
sesama lembaga atau antar departemen dalam suatu lembaga. Selain itu, adanya
keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan di bidang
kebencanaan menimbulkan masalah tersendiri berkaitan dengan kurangnya alokasi
anggaran dalam suatu lembaga.
b. Masalah terkait dengan definisi teknis operasional dan status bencana. Belum
adanya kesepakatan yang jelas dan terukur tentang definisi bencana, kategori status
bencana, dan skala bencana (lokal, provinsi atau nasional). Ukuran besar kecilnya
bencana dapat dijadikan tolak ukur bagi pemerintah dalam pemberian anggaran dan
penyaluran sumber daya yang akan digunakan untuk mengatasi bencana.
c. Masalah kerjasama antar daerah dalam penanggulangan bencana karena
belum adanya peraturan mengenai kemungkinan dan mekanisme kerjasama dalam
penanggulangan bencana antar daerah.Kegagalan mitigasi, kesiapsiagaan, dan
tanggapan bencana juga kebanyakan disebabkan oleh kesenjangan yang ada diantara
berbagai profesi dan kurangnya pelatihan khusus untuk tenaga kesehatan (Pan
American Health Organization, 2003).
2. Triase Bencana dalam
Pengelolaan Bencana
Menurut WHO, 2011 :

“Pengelompokan
korban yang
DEFINISI didasarkan atas berat‐
ringan
trauma/penyakit serta
kecepatan
penanganan/pemindah
annya.”
DEFINISI
• Triase bencana berasal dari bahasa
prancis yaitu “mengambil” atau
“memilah”
• Triase bencana adalah suatu
proses pemilihan pasien yang perlu
dirujuk dan yang ditangani di tempat
kejadian, dan juga proses
pendistribusian secara merata
korban bencana kepada RS atau
faskes berdasarkan derajat beratnya
cedera
TUJUAN

12
MACAM TRIASE
METODE

▶ Ada banyak metode triase yang digunakan, akan tetapi yang


umum digunakan adalah Simple Triage and Rapid
Treatment (START). Dalam metode ini dikenal empat jenis
korban:
- Korban yang sudah tidak tertolong.
- Korban luka yang butuh transportasi segera ke fasilitas medis.
- Korban luka yang masih bisa menungu mobilisasi dan tindakan.
- Korban luka minor yang tidak membutuhkan penanganan segera.
Prioritas Pertama Prioritas Sedang Prioritas Rendah Bukan prioritas

• Cedera • Nyeri • Fraktur minor Korban meninggal


multiple gangguan paru • Luka bakar dunia
• Trauma • Luka bakar minor
luas
dada/abdom
• Penurunan
en terbuka kesadaran
• Pendarahan (GSC > 8)
tidak • Diare dengan
terkontrol dehidrasi
• Masalah ABC sedang
• Muntah terus
• Shock
menurus
• Nyeri dada • Panas tinggi

TRIASE BENCANA
PRINSIP
TRIASE
BENCANA
PENILAIAN
KONDISI
3. Inisial Assesment/ Rapid
Health Assesment
Rapid Health Assessment (RHA)
● Membutuhkan persiapan dan kesiapan
● Dalam RHA, informasi yang tidak dimengerti dan tidak dapat dilihat tidak berguna
● Hanya pelayanan kesehatan yang tepat dapat dapat menjamin bahwa bantuan
makanan efektif biaya
● Hanya makanan yang dapat memastikan pelayanan kesehatan efektif
Rapid Health Assessment (RHA)
● Deifnisi
● Apa yang dibutuhkam RHA
Measuring, basic needs, immediate - clear lines of reporting
response - Partnership
- Koordinasi
● Objectives - Kemampuan
- Apa yang terjadi - Follow-up
- Apa yang dapat dilakukan untuk - Guaranteed
kesehatan masyarakat
- Apakah secara lokal tersedia ● Kapan melakukan RHA
- Apa yang dibutuhkan diluar Sebelum atau sesudah bencana. Berbeda
panggilan kedaruratan, berbeda juga
sana
waktu untuk melakukan aksinya
- Apa yang harus diselesaikan
terlebih dahulu
Rapid Health Assessment (RHA)
● Informasi yang perlu dikumpulkan
- timely and relevant
- Berpikir apa yang paling dibutuhkan
Definisi
The exercise of collecting information, in order to measure the damages
and indetify the basic needs that require immediate response in the
aftermath of a disaster
Objective
● to confirm the emergency
● to describe the type, impact and possible evolution of the
emergency
● to measure its present and potential health impact • to assess the
adequacy of existing response capacity and the immediate
additional needs
● to recommend priority action for immediate response
Metode
• Set the assessment priorities

• Collect the data:

- byreviewofexistinginformation - byinspectionoftheaffectedarea -
byinterviewofkeypersons

- byrapidsurvey

• Analyse the data

• Present results and conclusions


Apa yang dibutuhkan RHA
• Clear lines of authority and reporting

• Partnerships

• Division of responsibilities and agreed procedures

• Maps

• Data collection forms, containers for specimen, other equipment

• Reference laboratories and special shipment procedures

• Communication channels and systems • Qualified personnel

• Guarantee of follow-up:

- relief

- otherassessments
Kapan yang harus dilakukan
1.When there are early warning signals of an impending disaster

2.After a disaster:

• Immediately after an earthquake or a chemical spill

• Within 2-4 days after the notification of an outbreak or floods

http://apps.who.int/disasters/repo/5526.pdf
4. Kesiapan (Mitigasi dan
Kesiapsiagaan) Menghadapi
Bencana pada Skala Lokal,
Nasional, dan Internasional
KESIAPAN MENGHADAPI
BENCANA

▶ Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana penanggulangan


bencana yaitu :
▶ BNPB (tingkat Nasional)
▶ BPBD provinsi (tingkat Provinsi)
▶ BPBD Kabupaten/Kota (tingkat kabupaten/kota)
1.
MITIGASI
Serangkaian
upaya untuk
mengurangi
risiko bencana
2.
KESIAPSIAGAAN

Kegiatan pengantisipasian
yang dimulai pada saat
bencana mulai
teridentifikasi akan terjadi
untuk menghindari korban
jiwa, kerugian harta benda
dan perubahan tata
kehidupan masyarakat
3. PERINGATAN DINI
UU RI No 24 Tahun 2007 Pasal 46 Ayat 1 dan 2

Kegiatan tersebut melalui :


a.Pengamatan gejala bencana
b.Analisis hasil pengamatan gejala bencana
c.Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
d.Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana
e.Pengambilan tindakan oleh masyarakat
f.Penyusunan perencanaan kontijensi dalam kegiatan-kegiatan kesiapan bencana
KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
PADA SKALA LOKAL

▶ BPBD = Badan Penanggulangan Bencana Daerah


▶ Diatur dalam UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 18 -25
▶ Fungsi BPBD:
▶ Merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan
terkait penanggulangan bencana dan juga
penanganan pengungsi dengan tindakan yang
cepat dan tepat serta efektif dan efisien
▶ Koordinasi pelaksanaan kegiatan terkait
penanggulangan bencana yang terencana,
terpadu, dan menyeluruh
Fungsi BPBD sebagai
koordinasi dan pelaksana

Contoh-contoh kegiatan
kesiapan skala lokal :
KESIAPAN NASIONAL
KESIAPAN INTERNASIONAL

▶ PBB sebagai wadah dalam koordinasi kesiapan bencana


skala internasional
▶ Pada tingkat ASEAN, program ASEAN Regional Programme
on Disaster Management (ARPDM) sebagai wadah
kerjasama bilateral, multilateral, dan regional dalam
kesiapan bencana
▶ Dan pada tahun 2017, ASEAN mengadakan ASEAN
Strategic Policy Dialogue on Disaster Management 2017
untuk menguatkan kerjasama dengan PBB dalam kesiapan
menghadapi bencana
▶ Palang Merah Internasional sebagai wadah kesiapsiagaan
bencana skala internasional
▶ Konferensi dan edukasi tentang kesiapsiagaan bencana,
contohnya International Preparedness & Response to
Emergencies & Disasters (IPRED)
OCHA (Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs)
⚫ Bertujuan untuk menciptakan kondisi yang
menguntungkan dengan keberhasilan
tanggap darurat.
⚫ Sebuah negara dapat mengajukan
permintaan bantuan kepada OCHA
⚫ Bantuan yang dimaksud berupa tim Disaster
Assessment and Coordination antara lain
dalam manajemen informasi, penilaian
kebutuhan dan kerusakan, serta koordinasi
dalam lapangan
⚫ Tim/bantuan yang diterima tersebut diatur
dalam PP No. 23 Tahun 2008
Referensi
● Bappenas. Ringkasan Telaahan Sistem Terpadu Penanggulangan Bencana di Indonesia (Kebijakan,
Strategi, dan Operasi).
● Lasker, R. Disaster Response in Asia and the Pacific: A Guide to International Tools and Services.
https://docs.unocha.org/sites/dms/ROAP/Promotional%20Materials/Asia_Disaster_Guid e_Bahasa.pdf.
● Pan American Health Organization. (2003). Natural Disasters: Protecting the Public’s Health.
Diterjemahkan oleh Munaya Fauziyah. Jakarta: EGC.
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
● ASEAN Secretariat News. (2017). ASEAN , UN to enhance disaster management capabilities. [Online}.
Retrieved from: https://asean.org/asean-un-to-enhance-disaster-management-capabilities/
● Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2017). Membangung kesadaran, kewaspadaan, dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Jakarta : BNPB. Retrieved from:
https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-
content/uploads/documents/buku_panduan_latihan_kesiapsiagaan_bencana_revisi_april_2017.pdf
diakses pada 28 Februari 2019

● ARII, M. (2013). Rapid Assessment in Disasters. [ebook] JMAJ, p.20. Available at:
https://www.med.or.jp/english/journal/pdf/2013_01/019_024.pdf [Accessed 27 Feb. 2019].

● Bnpb.go.id. (n.d.). [online] Available at: https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf [Accessed 27


Referensi
● Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
● Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Retrieved from: https://www.bnpb.go.id/ppid/file/PP_No._21_Th_2008.pdf Diakses pada 28 Februari
2019
● Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan Bencana Penanggulangan Bencana. Retrieved from:
https://bnpb.go.id/uploads/24/peraturan-kepala/2008/perka-4-tahun-2008.pdf diakses pada 28
Februari 2019
● Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang
Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam Penanggulangan
Bencana. Jakarta: Presiden Republik Indonesia; 2008.
● Peraturan kepala BNPB, nomor 14 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan pos komado tanggap
darurat bencana
● Apps.searo.who.int. (2019). [online] Available at: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B0149.pdf
[Accessed 24 Feb. 2019].
● Scott, N., Cretikos, M. and Cleary, M. (2012). Rapid health assessments. [ebook] New South Wales:
NSW Ministry of Health, p.159. Available at: https://www.publish.csiro.au/nb/pdf/NB12088 [Accessed
24 Feb. 2019].

Anda mungkin juga menyukai