• Bersifat pra-kiraan umum. • Cakupan kegiatan luas/umum meliputi semua tahapan/bidang kerja pe- nanggulangan bencana. • Dipergunakan untuk seluruh jenis ancaman bencana (multi-hazard) pada tahapan pra, saat tanggap darurat, & pasca-bencana. • Pelaku yg terlibat semua pihak yg terkait. • Waktu yg tersedia cukup banyak/ panjang. • Sumberdaya yg diperlukan masih berada pd tahap “inventarisasi”. 2) Rencana Mitigasi (Mitigation Plan) • Disusun pd kondisi normal. • Berisi tentang berbagai ancaman, kerentanan, sumberdaya yg dimiliki, pengorganisasian & peran/fungsi dr masing2 instansi/pelaku. • Dipergunakan untuk beberapa jenis ancaman bencana (multi-hazard). • Berfungsi sbg panduan atau arahan dlm penyusunan rencana sektoral. • Kegiatannya terfokus pd aspek pe- ncegahan & mitigasi. • Tdk menangani kesiapsiagaan. 3) Rencana Kontinjensi (Contingency Plan)
• Disusun sebelum kedaruratan/kejadian
bencana. • Sifat rencana terukur. • Cakupan kegiatan spesifik, dititik- beratkan pada kegiatan untuk meng- hadapi keadaan darurat. • Dipergunakan untuk 1 jenis ancaman (single hazard). • Pelaku yg terlibat hanya terbatas sesuai dng jenis ancaman bencananya. • Untuk keperluan jangka/kurun waktu tertentu. • Sumberdaya yg dibutuhkan pd tahapan ini bersifat “penyiapan”. 4) Rencana Operasi (Operational Plan) • Tindak lanjut dr rencana kontinjensi, setelah melalui kaji cepat. • Sifat rencana sangat spesifik. • Cakupan kegiatan sangat spesifik, di- titikberatkan pd kegiatan tanggap darurat. • Dipergunakan untuk 1 jenis bencana yg benar2 telah terjadi. • Pelaku yg terlibat hanya pihak2 yg benar2 menangani kedaruratan. • Untuk keperluan selama darurat (sejak kejadian bencana sampai dng pemulihan darurat). • Sumber daya yg diperlukan ada pd tahap ”pengerahan/mobilisasi”. 5) Rencana Pemulihan (Recovery Plan) • Disusun pd tahapan pasca-bencana. • Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan. • Cakupan kegiatan adl pemulihan awal (early recovery), rehabilitasi & rekonstruksi. • Fokus kegiatan bisa lebih beragam (fisik, sosial, ekonomi, dll). • Pelaku hanya pihak2 yg terlibat dlm pe- laksanaan pemulihan awal, rehabilitasi, & rekonstruksi. • Untuk keperluan jangka menengah/ panjang, tergantung dari besar & luas- nya dampak bencana. • Sumberdaya yg diperlukan ada pd tahapan aplikasi/pelaksanaan kegiatan pembangunan jangka menengah/ panjang. Manajemen Risiko Bencana
Manajemen risiko bencana berada
pd fase pra-bencana (situasi tdk terjadi bencana & situasi terdapat potensi bencana) yg dilakukan me- lalui pencegahan, mitigasi, & ke- siapsiagaan. 1. Situasi Tdk Terjadi Bencana
Kondisi suatu wilayah yg berdasar-
kan analisis kerawanan bencana pd periode waktu ter-tentu tdk meng- hadapi ancaman bencana yg nyata. Kegiatan2 Pada Situasi Tidak Terjadi Bencana a. Perencanaan Penanggulangan Bencana Perencanaan penanggulangan bencana dilakukan melalui pe- nyusunan data tentang risiko bencana pd suatu wilayah dlm waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi yg berisi program kegiatan penanggulangan bencana. b. Pengurangan Risiko Bencana
• Pengurangan risiko bencana
dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yg mungkin timbul, terutama dilakukan dlm situasi tdk terjadi bencana. c. Pencegahan
• Pencegahan merupakan kegiat-
an yg dilakukan untuk men- cegah bencana atau risiko yg mungkin terjadi melalui pe- ngendalian & pengubah-sesuai- an fisik & lingkungan. d. Persyaratan Analisis Risiko Bencana • Analisis risiko bencana: kegiatan penelitian & studi tentang ke- giatan yg memungkinkan terjadi- nya bencana, & pemenuhan syarat analisis risiko bencana di- tunjukkan dlm dokumen yg di- sahkan oleh yg berkompeten. f. Pelaksanaan & Penegakan Rencana Tata Ruang
• Pelaksanaan & penegakan
rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yg mencakup pember- lakuan peraturan tentang pe- nataan ruang, standar ke- selamatan, & penerapan sanksi terhadap pelanggar. g. Pendidikan & Pelatihan • Di dlm menyiapkan masyarakat menghadapi bencana untuk me- ngurangi jatuhnya korban akibat bencana, mk dlm kurikulum pendidikan formal perlu di- akomodasikan materi tentang kebencanaan. h. Persyaratan Standar Teknis Penanggulangan Bencana
• Persyaratan standar teknis pe-
nanggulangan bencana ditetap- kan oleh Pemerintah & di- sosialisasikan kepd pihak2 yg terkait dng penanggulangan bencana termasuk masyarakat. 2. Pada Situasi terdapat Potensi Bencana
• Pd situasi ini dilakukan
kegiatan2 kesiapsiagaan, peringatan dini, & mitigasi bencana. Kesiapsiagaan • Perkiraan2 tentang kebutuhan yg akan timbul, jika terjadi bencana & memastikan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan tsb. Peringatan dini
• Rangkaian proses pengumpulan &
analisis data yg dilakukan secara sistematis serta diseminasi informasi tentang keberadaan bahaya & atau peningkatan ke- adaan bahaya. Mitigasi bencana
• Serangkaian upaya untuk me-
ngurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik mau- pun penyadaran & peningkatan ke- mampuan menghadapi ancaman bencana. Manajemen Kedaruratan
• Seluruh kegiatan yg meliputi aspek pe-
rencanaan & penanganan kedaruratan, pada saat menjelang, saat darurat & se- sudah terjadi keadaan darurat, yg men- cakup kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat & pemulihan darurat. • Termasuk di dlmnya: transisi dr darurat ke pemulihan khususnya pemulihan dini (early recovery). Tujuan Manajemen Kedaruratan
• Mencegah bertambah besarnya
jumlah korban & kerusakan/kerugi- an. • Meringankan penderitaan. • Stabilisasi kondisi korban/ pengungsi. • Mengamankan aset vital/fasilitas kunci. • Menyediakan pelayanan dasar dlm penanganan pasca-darurat. • Meringankan beban masyarakat setempat. • Memperhatikan hak2 kelompok rentan. Tanggap darurat • Serangkaian kegiatan yg dilakukan dng segera pada saat kejadian bencana, untuk menangani dampak buruk yg ditimbulkan. • Tanggap darurat meliputi kegiatan pe- nyelamatan & evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana & prasarana. Langkah-langkah yg harus dilakukan dlm kondisi tanggap darurat • Pengkajian secara cepat & tepat thdp lokasi, kerusakan, & sumber daya. • Penentuan status keadaan darurat bencana. • Penyelamatan & evakuasi masyarakat yg terkena bencana. Manajemen Pemulihan
• Awal upaya pembangunan
kembali & menjadi bagian dr pembangunan pd umumnya yg dilakukan melalui rehabilitasi & rekonstruksi. Rehabilitasi • Perbaikan & pemulihan semua aspek pe- layanan publik/masyarakat, sampai tingkat yg memadai pd wilayah pasca bencana. • Sasaran utama rehabilitasi yi untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan & ke- hidupan masyarakat pd wilayah pasca- bencana. Rekontruksi • Pembangunan kembali semua sarana & prasarana, kelembagaan pd wilayah pasca-bencana, baik pd tingkat pemerintahan maupun masyarakat. • Sasaran utama rekontruksi yaitu tumbuh & berkembangnya kegiatan perekonomi- an, sosial & budaya, tegaknya hukum & ketertiban, & bangkitnya peran serta masyarakat dlm segala kegiatan aspek kehidupan bermasyarakat pd wilayah pasca-bencana. Management Logistik & Peralatan • Logistik merupakan kegiatan peng- adaan & penyaluran suplai (bahan pasokan), jumlah, kualitas, kondisi, keamanan, tempat, & waktu yg tepat. • Peralatan yi segala bentuk alat & peralatan yg digunakan untuk ke- giatan penanggulangan bencana. • Kegiatan manajemen logistik & peralatan meliputi inventarisasi, pemenuhan kebutuhan, pengadaan, pergudangan, pendistribusian, & penghapusan/pemusnahan guna mencapai tujuan & sasaran secara efektif & efisien. Contoh kondisi logistik di Indonesia • Sumber bahan pokok pangan yg di- butuhkan masyarakat belum dpt me- menuhi jumlah kebutuhan penduduk baik skala daerah maupun skala nasional. • Penyiapan logistik berdasarkan pen- dekatan kesejahteraan & keamanan belum dpt menjangkau sampai daerah pedalaman, terpencil atau pulau2 kecil terluar di perbatasan. • Penyiapan sarana tempat penyimpanan logistik di daerah yg berjalan hingga saat ini: dr BULOG & PERTAMINA. • Penyiapan rencana tata ruang wilayah belum dpt diwujudkan krn masih tumpang tindih pemetaan di daerah antara tata ruang untuk kesejahteraan masyarakat dng tata ruang wilayah yg lain. Prinsip penanganan logistik & peralatan :
• Pemerintah daerah sbg pemegang
wewenang dlm pengelolaan sumber- daya di wilayahnya mempunyai ke- wajiban mengembangkan sistem logistik berbasis kewilayahan ber- dasarkan keunggulan potensi sumber daya yg dimiliki. • Dibentuk sistem dukungan logistik & peralatan yg berbasis kewilayahan & berbasis hazard index untuk jangka pendek & risk index untuk jangka panjang. • Lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, Kementerian/ Instansi, BUMN, & BUMD hrs ter- koordinasi. • Manajemen pengelolaan sistem logistik wilayah yg berbasis kewilayahan hendaknya ter- koordinasi secara komprehensif integral.