Anda di halaman 1dari 3935

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
a) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
b) Tanggap Darurat

c) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
d) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
e) Tanggap Darurat
f) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
g) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
h) Tanggap Darurat

i) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
j) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
k) Tanggap Darurat

l) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
m) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
n) Tanggap Darurat

o) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
p) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
q) Tanggap Darurat

r) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
s) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
t) Tanggap Darurat

u) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
v) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
w) Tanggap Darurat

x) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
y) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
z) Tanggap Darurat

aa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cc) Tanggap Darurat

dd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ff) Tanggap Darurat

gg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ii) Tanggap Darurat

jj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ll) Tanggap Darurat

mm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oo) Tanggap Darurat

pp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rr) Tanggap Darurat

ss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uu) Tanggap Darurat

vv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xx) Tanggap Darurat
yy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaa) Tanggap Darurat

bbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddd) Tanggap Darurat

eee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggg) Tanggap Darurat

hhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjj) Tanggap Darurat

kkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmm) Tanggap Darurat

nnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppp) Tanggap Darurat

qqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sss) Tanggap Darurat

ttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvv) Tanggap Darurat

www) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyy) Tanggap Darurat

zzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbb) Tanggap Darurat

cccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeee) Tanggap Darurat

ffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhh) Tanggap Darurat

iiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjj)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkk) Tanggap Darurat

llll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnn) Tanggap Darurat

oooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqq) Tanggap Darurat
rrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttt)Tanggap Darurat

uuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwww) Tanggap Darurat

xxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzz) Tanggap Darurat

aaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccc) Tanggap Darurat

ddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffff) Tanggap Darurat

ggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiii) Tanggap Darurat

jjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllll) Tanggap Darurat

mmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooo) Tanggap Darurat

ppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrr) Tanggap Darurat

sssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuu) Tanggap Darurat

vvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxx) Tanggap Darurat

yyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccc)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddd) Tanggap Darurat

eeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggg) Tanggap Darurat

hhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjj) Tanggap Darurat
kkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppp) Tanggap Darurat

qqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssss) Tanggap Darurat

tttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeee) Tanggap Darurat

fffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccc) Tanggap Darurat

dddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffff) Tanggap Darurat

gggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooo) Tanggap Darurat

pppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaa) Tanggap Darurat
bbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttt) Tanggap Darurat
uuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat
nnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffff) Tanggap Darurat
gggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat
ssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeee)Tanggap Darurat

ffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat
llllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzz)Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddd) Tanggap Darurat
eeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat
oooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat
ttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat
pppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccc)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat
ggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tanggap
Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap
Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Penata
laksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Tangga
p Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tanggap
Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan


- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Tangga
p Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Tanggap Darurat
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap Darurat
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap Darurat
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap Darurat
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap Darurat
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap
Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap
Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap
Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap
Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap
Darurat
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap
Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap
Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap
Darurat
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap
Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap
Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt)Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap
Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap
Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap
Darurat
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tanggap
Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tanggap
Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tanggap
Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tanggap
Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tanggap
Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tanggap
Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tanggap
Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tanggap
Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan


- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tanggap
Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tanggap
Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tanggap
Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tanggap
Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tanggap
Darurat
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tangga
p Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tangga
p Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tangga
p Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tangga
p Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tangga
p Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tangga
p Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap
Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tangga
p Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tangga
p Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan


- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tangga
p Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tangga
p Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap
Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap
Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tangga
p Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tangga
p Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tangga
p Darurat
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap
Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Tangga
p Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Tangga
p Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Tangga
p Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Tangga
p Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Tangga
p Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Tangga
p Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap
Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Tangga
p Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Tangga
p Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Tangga
p Darurat
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Tangga
p Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap
Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tanggap
Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Penata
laksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Tangga
p Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Tangga
p Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Tangga
p Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tanggap
Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tanggap
Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tanggap
Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tangga
p Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tangga
p Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tangga
p Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tangga
p Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Tangga
p Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Tangga
p Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap
Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Tangga
p Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Tangga
p Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tanggap
Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tangga
p Darurat

ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksanaan
Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Tanggap Darurat

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap Darurat
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap Darurat

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tangga
p Darurat

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Tanggap Darurat
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Tanggap Darurat

ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Tanggap Darurat

fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Tanggap Darurat

lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Tanggap Darurat
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Tanggap Darurat

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Pra
Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Tanggap Darurat

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Tanggap Darurat

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Tanggap Darurat

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Tanggap Darurat

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan
- Penanganan Korban Massal
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.
-  Akses jalan ke lokasi
Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Tanggap
Darurat

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Tanggap Darurat

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Tanggap Darurat

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Tanggap Darurat

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Tanggap
Darurat

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Penata
laksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Tanggap Darurat

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Tanggap Darurat

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Tanggap Darurat

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Tanggap Darurat

eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
Tanggap Darurat

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Tanggap Darurat

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tanggap Darurat

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.
- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
Tanggap Darurat

qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss) Tangga
p Darurat
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt) Penatalaksanaan Korban di
Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Tanggap Darurat

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
Tanggap Darurat

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban
- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Tanggap Darurat

cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc)
Penatalaksanaan Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA


Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan
pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee)
Tanggap Darurat

ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff) Penatalaksana
an Korban di Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.
Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg)
Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Tanggap Darurat

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.

- Penyebaran Informasi Pesan Siaga


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim
atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan
siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tatacara
yang telah ditetapkan sebelumnya.

PERENCANAAN JIKA TERJADI BENCANA

Penanganan atau manajemen bencana, hakekatnya bukan hanya sekedar memberikan


pertolongan dan bantuan kepada para korban manakala terjadi bencana, akan tetapi harus
mencakup keseluruhan, mulai dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sampai upaya
pemulihan dan restrukturisasi akibat bencana.
Sesuai dengan gambaran pada siklus penanganan bencana.  Manakala di suatu wilayah
tidak terjadi bencana, artinya wilayah tersebut berada dalam tahap pra bencana, yang harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan antara lainPencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Pencegahan
dilakukan adalah untuk mencegah atau menghalang-halangi agar bencana tidak terjadi. Manakala
tidak dapat dicegah, dilakukanlah mitigasi, yaitu meminimalisasi dampak atau akibat dari
bencana, sehingga diharapkan kerugiannya akan minimal. Hal tersebut masih harus diikuti
dengan kesiapsiagaan, untuk memastikan bahwa kita tidak dalam kondisi lengah dalam
menghadapi bencana, yang sewaktu-waktu datang.
Untuk menilai apakah suatu wilayah sudah siap siaga dalam menghadapi bencana,
terdapat beberapa indikator, yang diantaranya adalah Perencanaan, yang meliputi Management
disasster plan, Rencana Kontinjensi, Rencana Operasi dan Rencana Rehabilitasi. Dari keempat
jenis rencana tersebut, Management disaster plan merupakan  hal sangat strategis, sebab baik
atau buruknya rencana tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas dalam menjalani fase
tanggap darurat bila terjadi bencana.
Untuk mengantisipasi respon yang lamban dan kurang terkoordinasi maka
diperlukan Management Disaster Plan sebagai bagian dari kegiatan Pra Bencana dalam upaya
Penanggulangan dan Penanganan Krisisi Kesehatanakibat bencana.
Adapun tujuan dari management disaster plan yaitu memberikan acuan bagi petugas
kesehatan dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana,
meningkatkan kesiapan SDM kesehatan dalam penanganan bencana, meningkatkan kesiapan
fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya pengendalian
penyakit potensi wabah/KLB, mengurangi resiko krisis kesehatan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi 3 tahap, yaitu:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj) Pra Bencana
Puskesmas menyusun mapping/pemetaan wilayah daerah rawan bencana di wilayah
kerjanya serta melakukan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi dan juga
menghitung populasi dari jumlah penduduk yang berisiko terkena bencana sehingga
penanganan bencana dapat disiapkan seoptimal mungkin.
Persiapan tersebut diantaranya meliputi :
1. Pelatihan tenaga kesehatan tentang Penanggulangan Kegawatdaruratan Kesehatan
(PPGD)
2.   Pelatihan kegawat daruratan sehari-hari berbasis masyarakat
3.   Simulasi Penanganan Bencana ( in house training)
4.   Penyusunan  Standar Operasional Prosedur penanganan korban
5.   Sarana dan prasarana unit pelayanan di Puskesmas.
6. Penyiapan pos kesehatan lapangan
7.   Perencanaan evakuasi korban.
Pada saat pesan atau informasi mengenai bencana diterima oleh petugas Puskesmas, maka
petugas yang menerima informasi tersebut segera melakukan koordinasi dengan Tim Siaga
Penanggulangan Bencana Puskesmas yang telah dibentuk. Tim Siaga Penanggulangan
Bencana Puskesmas segera mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana tersebut,
memanggil dan memobilisasi petugas yang terlatih untuk segera memberi pertolongan
terhadap korban bencana.
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Tanggap Darurat

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll) Penatalaksanaan Korban di


Lapangan

- Penanganan Korban Massal


Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya bencana baik gempa bumi, kecelakaan transfortasi, gunung meletus
dan banjir, longsor serta bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan medic
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber-
sumber daya local, termasuk transforatsi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu,
sumber daya local sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.

- Penatalaksanaan Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban

- Proses Penyiagaan
Proses penyiagaan merupakan bagian dan aktivitas yang bertujuan untuk
melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup peringatan
awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi bersama masalah dan memastikan bahwa
sumber daya yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi.

- Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui
beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini
dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang
dapat terjadi dan memobilisasi sumberdaya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Didalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk


mengidentifikasi :
a. Lokasi kejadian secara tepat
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjadi
d.  Perkiraan jumlah korban
e.  Risiko potensial tambahan
f.  Populasi yang terpapar oleh bencana
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana. Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas
lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal atau informasi yang
dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.

-  Akses jalan ke lokasi


Identifikasi awal lokasi-lokasi diatas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja secara cepat dan
efisisen, salah satu caranya dengan membuat peta sederhana lokasi bencana.
- Penyebaran Informasi Pesan Siaga
Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga,
memobilisasi sumberdaya

Anda mungkin juga menyukai