NPM : 200720036
Masyarakat Indonesia kini sudah tidak asing lagi dengan kata bencana alam.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan letak geografis pada pertemuan tiga
lempang bumi, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia menyebabkan posisi negara labil,
mudah bergeser dan rawan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, dan longsor. Secara
geografis Indonesia berada di posisi Ring of Fire dimana 187 gunung api membentang dari
barat ke timur.
Posisi geografis Indonesia juga ditandai dengan berbagai gejolak cuaca dan perubahan
iklim yang dinamis, sehingga menyebabkan Indonesia rawan bencana alam seperti badai,
topan, siklon tropis, dan banjir (Husein, 2014). Oleh karena itu Indonesia cocok disebut
dengan laboratorium bencana seperti yang diungkapkan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset
Kebencanaan 2019 di Bogor karena Indonesia memiliki jenis bencana terlengkap di dunia
seperti banjir, tanah longsor, gelombang pasang, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan
dan lahan, gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, liquifaksi dan masih banyak lagi.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia sering kali terjadi begitu saja dan tidak
terprediksi kapan akan terjadi. Hal ini menyebabkan persoalan dalam penanganan bencana
alam. Dahulu penanganan bencana alam terfokus pada kejadian sesaat setelah terjadi bencana
yaitu hanya merespon keadaan darurat bencana saja. Penanganan bencana yang bersifat
responsive ini dinilai tidak efektif untuk mengurangi resiko bencana.
kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan yang terjadi akibat adanya
kejadian alam (Husein, 2014).
Salah satu wilayah Indonesia yang rentan terhadap bencana alam adalah Provinsi
Lampung. Secara geografis Provinsi Lampung berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan
berbtasan langsung dengan Pulau Jawa (Bappenas, 2006) dan berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia dan selat Sunda yang didalamnya terdapat gunung anak Krakatau memiliki
histori yang panjang terkait kebencanaaan. Bencana yang tercatat pernah terjadi di Provinsi
Lampung diantaranya seperti Gempa Bumi 1699, Letusan Gunung Krakatau tahun 1883,
Gempa Bumi Liwa tahun 1994, Tsunami Selat Sunda 2018, dan masih banyak lagi.
Keterlibatan TNI dalam proses penanggulangan bencana alam sejalan dengan pasal 7
Undang-Undang RI No.34 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok TNI yaitu Operasi Militer
Selain Perang (OMSP), diantaranya adalah membantu penanggulangan bencana alam baik
pada tahap tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Keterlibatan TNI ini bertujuan
untuk mencegah berkembangnya kerugian, baik jiwa maupun harta benda rakyat dan
membantu mengatasi kesulitan rakyat agar tidak menimbulkan akibat yang mengancam
kedaulatan negara dan keselamatan bangsa yang dilaksanakan melalui kemampuan
pembinaan teritorial dan dukungan (Widodo, 2014). Selain itu, TNI merupakan institusi
paling solid yang dapat melakukan pertolongan pertama khususnya pada penyelamatan
korban (Adril, 2011).
Nama : Devi Fitriani
NPM : 200720036
1. Teori Peran
2004. Dalam Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 dijelaskan TNI berperan sebagai
alat negara di bidang pertahanan yang menjalankan tugasnya sesuai dengan kebijakan
dan keputusan politik negara.
Fungsinya TNI adalah sebagai penangkal untuk setiap bentuk ancaman militer
dan ancaman bersenjata baik dari luar maupun dari dalam negeri yang mengancam
kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa. Kemudian juga berfungsi
sebagai penindak terhadap setiap bentuk ancaman dan pemulih terhadap kondisi
keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan
fungsi TNI sebagai alat pertahanan negara, TNI merupakan komponen utama sistem
pertahanan negara.
Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan tugas TNI baik operasi militer untuk perang (OMP)
maupun operasi militer selain perang (OMSP) adalah sesuai dengan kebijakan dan
keputusan politik negara.
Tugas pokok TNI ini dilakukan dengan cara:
a. operasi militer untuk perang
b. operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1) Mengatasi gerakan separatis bersenjata;
2) Mengatasi pemberontakan bersenjata;
3) Mengatasi aksi terorisme;
4) Mengamankan wilayah perbatasan;
5) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
6) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri;
7) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
8) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara
dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta;
9) Membantu tugas pemerintahan di daerah;
Nama : Devi Fitriani
NPM : 200720036
Daftar Pustaka
Adril. (2011). Peran TNI Dalam Penanggulangan Bencana Alam (Studi Kasus Peran Korem
032/Wirabraja Dalam Penanggulangan Bencana Alam di Sumatera Barat). [Thesis]. Jakarta:
Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Bappenas. (2006). Draf Final Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Provinsi Lampung Tahun 2005-2025. Lampung: Pemerintah Provinsi Lampung.
Brink, P. J., & Wood, M. J. (1994). Basic Steps in Planning Nursing Research : From
Question to Proposal. One Exeter Plaza: Jones & Bartlett Publisher, Inc.
Chalim, M. A., & Farhan, F. (2015). Peranan dan Kedudukan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) di dalam Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional di Tinjau dari Perspektif
Politik Hukum di Indonesia. Jurnal Pembaharuan Hukum Volume II No.1, 102-110.
Dulkadir, Armawi, A., & Hadmoko, D. S. (2014). Optimalisasi Peran Kodim dalam
Penanggulangan Bencana Banjir dan Implikasinya terhadap Ketahanan Wialayah (Studi di
Kodim 0614 Kota Cirebon, Jawa Barat). Jurnal Ketahanan Nasional Volume 22 Nomor 1, 94-
112.
Nama : Devi Fitriani
NPM : 200720036
Husein, R. (2014, Juni 25). Bencana di Indonesia dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan
Bencana. Retrieved from Master of Government Affairs and Administration UMY:
http://mip.umy.ac.id/wpcontent/uploads/2018/07/BENCAN A-DI-INDONESIA-
DANPERGESERAN-PARADIGMAPENANGGULANGANBENCANA-
CATATANRINGKASAN.pdf
Hutami, G. (2011). Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran Terhadap Komitmen
Independensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Inspektorat Kota
Semarang). [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Kendra, J., & Watchendorf, T. (2004). Creativity and Coordination in Disaster Management.
Proceeding of the 4th Workshop for Comparative Study on Urban Earthquake Disaster
Management, (p. 78). Kobe, Jepang.
Syahri, M. A. (2018). Peran dan Wewenang Majelis Tuha Peut Dalam Membuat Kebijakan
Partai Aceh (Studi Kasus Dewan Pimpinan Partai Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP
Unsyiah, Volume 3, Nomor 1, 1-26
Wahidmurni. (2017). Pemaparan Metode Kualitatif. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang