Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BELA NEGARA

Dosen Pengampu :
Dr. Endang Setyowati, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh :

Febi Irvan Irawan


(C.411.22.0015)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 30 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah Republik Indonesia, perhatian terhadap geopolitik pertama


kali muncul sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Geopolitik
menjadi topik hangat ketika Ir. Ir. Soekarno berpidato di BPUPK (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) di hadapan Sidang Pertama
Kemerdekaan) pada tanggal 1 Juni 1945, yang berfokus pada bendera negara
untuk Indonesia secara umum. Ketika menjelaskan situasi tersebut, Ir. Soekarno,
yang juga dikenal sebagai Bung Karno, yang yang berubah menjadi seorang
propagandis dan Presiden pertama Republik Indonesia mengindikasikan bahwa
Indonesia akan tetap eksis sebagai negara bangsa atau bangsa kebangsaan.
Dalam hal ini, Indonesia merupakan semacam kebangsaan yang utuh yang terdiri
dari beberapa suku, agama, dan golongan Dalam kepulauan yang terletak di
antara dua benua (Asia dan Australia), serta dua samudera (Pakistan dan India).
Menurut Bung Karno, kebangsaan negara Indonesia tidak terbatas pada
keinginan untuk menjadi entitas kolektif

A. Teori geopolitik: dari konsep relasi ruang dengan lingkungan Geopolitik


sebagai sebuah konsep telah menjadi topik diskusi di kalangan diplomat Eropa
sejak beberapa dekade yang lalu, meskipun istilah "geopolitik" belum digunakan
pada saat ini. Selama abad pertama sebelum masehi, filsuf, sejarawan, dan
bahkan ahli geografi Yunani, Strabo, pernah mendiskusikan hubungan antara
kondisi geopolitik di Roma dan potensi imperium. Sebelum Strabo, para
cendekiawan seperti Herodotus, Plato, dan Aristoteles bahkan telah
mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang geopolitik. Ini terjadi sebelum
masa Masehi. Disebut sebagai "geopolitik" oleh Saul Bernard Cohen dalam
bukunya Geopolitics of the World System, istilah ini pertama kali digunakan pada
tahun 1899 oleh seorang dokter Swiss bernama Rudolph Kjellen. Pada titik ini,
Kjellen mendefinisikan "geopolitik" sebagai teori tentang suatu negara sebagai
organisasi geopolitik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Bela Negara?

2. Peran Pendidikan Kesadaran Bela Negara?

3. Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara?

4. Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945?

5. Apakah asas- asas Kewarganegaraan?

6. Apakah Hak dan Kewajiban Bela Negara?

1.3 tujuan
1. Menjelaskan pengertian Bela Negara
2. Mendeskripsikan peran pendidikan kesadaran bela negara
3. Mengetahui hak dan kewajiban warga negara
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.Secara fisik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini
diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan
kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.Landasan
konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai
pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib
militer). Beberapa negara (misalnya Israel Iran) dan Singapura memberlakukan
wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk
alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan).
Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan
layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan
selama masa perang.

Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga


negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup
bangsa dan negara yang seutuhnya.Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan
diatur dengan undang-undangKesadaran Bela Negara itu hakikatnya kesediaan
berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

A. Peran Pendidikan Bela Negara

1. Ancaman Militer
Pertahanan negara dibangun untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah serta keselamatan segenap bangsa dari segala bentukan caman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, baik ancaman militer maupun
non-militer. Yang dimaksud dengan ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisir yang dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor: 23 Prp
Tahun 1959 tentang keadaan Bahaya yang berbunyi :
“Presiden/Panglima Tinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagaian
dari wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan
keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau perang”.
Rincian ancaman militer dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 pada
penjelasan Pasal7 ayat 2 adalah sebagai berikut:
a. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa atau dalam bentuk dan cara-cara, antara lain:
1) Invansi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Bombandemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain.
4) Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat
atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia.
B. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme
internasional atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negara atau
terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi hingga membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatansegenap bangsa.
C. Pemberontakan bersenjata
Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lain.

2. Strategi Pertahanan Militer


Strategi pertahanan dalam menghadapi ancaman militer disesuaikan
dengan sumber, serta bentuk dan besarnya ancaman aktual yang mengancam
Indonesia. Sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang –Undang nomor 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam
menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama, di
dukung oleh Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Tugas utama TNI
adalah menghadapi ancaman militer, yang berbentuk agresi militer yang
dilakukan suatu negara dengan tujuan menduduki sebagian atau seluruh wilayah
NKRI. Meskipun TNI merupakan Komponen Utama pertahan negara, namum
dalam menghadapi ancaman militer, khususnya agresi militer suatu negara, lapis
diplomasi sebagai pertahanan non militer tetap menjadi pilihan sebagai lapis
pertama untuk mencegah perang atau mengurangi dampak perang

3. Pertahanan Non Militer


1. Ancaman non militer
Ancaman non-militer pada hakikatnya adalah ancaman yang
menggunakan faktor - faktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Jenis ancaman non militer dibagi menjadi dua.
Pertama adalah ancaman yang berkaitan langsung dengan pertahanan negara,
misalnya kesengajaan penyebaran penyakit sebagai bagian dari perang biologi.
Kedua adalam ancaman non militer yang tidak berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya penyebaran penyakit secara alamiah, baik epidemik
maupun pendemik.
2. Domisili Ancaman Non Militer Di Era Globalisasi Dan Strategi
Menghadapi.
Memasuki era globalisai yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi
sebagaimana kita rasakan bersama saat ini, setidaknya telah mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman terhadap kedaulatan suatu negara. Jenis ancaman ini
merupakan bentuk peperangan baru yang memanfaatkan perkembangan pesat
teknologi informasi, termasuk perkembangan di bidang new composite
material seperti kimia danbiologi. Bentuk perang di era globalisasi ini antara lain
seperti perang informasi, perang ekonomi, perang budaya, politik bahkan perang
peradaban.
3. Pertahanan Non Militer Dan Pembinaannya
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 bahwa, sistem pertahanan negara
dalam menghadapi ancaman non-militer menempatkan lembaga pemerintah di
luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang dihadapi dengan di dukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan
bangsa. Ancaman non-militer ditangani dengan pendekatan non militer,
sedangkan fungsi pertahanan militer dapat digunakan dalam kondisi tertentu
sebagai unsur bantuan. Di sinilah esensi dari Sistem Pertahanan Semesta yang
diwujudkan dengan keterlibatan lembaga pemerintahan diluar bidang
pertahanan untuk memerankan fungsi pertahanan sipildalam penanganan
ancaman non-militer.

B. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Menurut Prof. Dr. Notonagoro:
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan
karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Semua itu terjadi karena pemerintah dan
para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal
menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak
ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
1. Hak Warga Negara Indonesia
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak:
Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan:
setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. (pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya
dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup
manusia. (pasal 28C ayat 1)

2. Kewajiban Warga Negara


Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atau keharusan
melaksanakannya.Kita sebagai masyarakat yang tinggal disuatu negara
mempunyai kewajiban sebagai warga negara.
Berikut ini adalah kewajiban warga negara Indonesia:
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi:
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan:
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upayapembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan: Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27,
28, dan 30, yaitu:
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat
mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27,
28, dan 30, yaitu:
5. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2),
syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
6. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
7. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.
8. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut
serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan
pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

3. Hak dan kewajiban Bela Negara


Upaya pembelaan negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air, kesadaran berbangsa and bernegara Indonesia serta keyakinan pada
Pancasila dan UUD 1945 (Basrei, 1992: 14). Untuk dapat melaksanakan hak dan
kewajiban membela Negara diperlukan pengetahuan tentang bela negara dalam
arti luas. Bela Negara dalam arti luas tidak hanya menyangkut menghadapi
bencana perang tetapi juga bencana lainnya.
BAB III

KESIMPULAN

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat


perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara militer maupun non militer.
Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup bangsa dan negara
yang seutuhnya Peran bela Negara sangat penting untuk mempertahankan suatu
negara dari ancaman militer maupun non militer.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan
hak daripada kewajiban. Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945
dikaitkan langsung dengan kewajban karena memang mepunyai
keterkaitan.Karenanya perumusan hak dan kewajiban itu dicantumkan dalam
satu pasal seperti pasal 27 ayat (1)
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
0c505977480375a7625748533db608b9.pdf
https://www.academia.edu/38623167/MAKALAH_PKN_BELA_NEGARA

Anda mungkin juga menyukai