BELA NEGARA
Disusun Oleh:
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia- Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
dapat menambah lebih banyak wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini . Kritik dan saran yang
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia yang merupakan suatu negara demokrasi dan didasari oleh hukum
yang di taati oleh elemen Masyarakat. Masyarakat sangat berperan dalam
pembangunan negara kita. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi setiap warga
negara dan sebaliknya warga negaranya juga memiliki hak dan kewajiban terhadap
negara. Setiap elemen masyarakat dapat bertanggungjawab atas hak dan
kewajibannya.
Negara merupakan suatu alat yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol
hubungan tantar masyarakatnya, dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat unsur –
unsur negara adalah rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur negara
adalah rakyat yang tinggal disebuah negara tersebut. Suatu negara pasti memiliki
suatu peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan ini memuat
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Di Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Bela Negara ?
2. Peran Pendidikan Kesadaran Bela Negara ?
3. Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara ?
B. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau
yang bekerja sama dengan terorisme dalam negara atau terorisme dalam negeri
yang bereskalasi tinggi hingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatansegenap bangsa.
C. Pemberontakan bersenjata
Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lain. Bagi bangsa Indonesia, spektrum ancaman
pertahanan negara yang terbesar, walaupun kecil kemungkinannya adalah agresi
berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh suatu negara yang
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI ), dan keselamatan segenap bangsa.
2. Strategi Pertahanan Militer
Strategi pertahanan dalam menghadapi ancaman militer disesuaikan dengan
sumber, serta bentuk dan besarnya ancaman aktual yang mengancam Indonesia.
Sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang –Undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama, di dukung oleh Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung. Tugas utama TNI adalah menghadapi
ancaman militer, yang berbentuk agresi militer yang dilakukan suatu negara dengan
tujuan menduduki sebagian atau seluruh wilayah NKRI. Meskipun TNI merupakan
Komponen Utama pertahan negara, namum dalam menghadapi ancaman militer,
khususnya agresi militer suatu negara, lapis diplomasi sebagai pertahanan non
militer tetap menjadi pilihan sebagai lapis pertama untuk mencegah perang atau
mengurangi dampak perang. Ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer
dihadapi dalam kerangka menegakkan kedaulatan negara, keutuhan, dan
keselamatan bangsa Indonesia. Bentuk ancaman militer yang dimaksud, antara lain,
adalah pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, pemberontakan
bersenjata, gerakan separatis, sabotase, spionase, aksi teror yang dilakukan oleh
teroris internasional atau bekerja sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris
dalam negeri, ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional, dan konflik
komunal. Strategi pertahan menghadapi ancaman militer yang berbentuk bukan
agresi dihadapi dengan kekuatan TNI sebagai lapis pertahanan militer, baik secara
matra atau secara gabungan salam susunan Tri-Matra Terpadu. Besarnya kekuatan
yang dikerahkan disesuaikan dengan bentuk , derajat,dan besaran ancaman yang
dihadapi.
2. Dominasi Ancaman Non militer di Era Globalisasi dan Strategi menghadapi
Memasuki era globalisai yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi sebagaimana kita rasakan
bersama saat ini, setidaknya telah mempengaruhi pola dan bentuk ancaman
terhadap kedaulatan suatu negara. Ancaman yang semula bersifat fisik
( konvensional ), yang biasanya juga dihadapi dengan kekuatan fisik (hard power ),
kini, telah berkembang menjadi multi dimensional ( fisik dan non fisik ) dengan
dominasi ancaman yang bersifat non fisik, serta berasal dari luar dan dari dalam
negeri. Jenis ancaman ini merupakan bentuk peperangan baru yang memanfaatkan
perkembangan pesat teknologi informasi, termasuk perkembangan di bidang new
composite material seperti kimia danbiologi. Bentuk perang di era globalisasi ini
antara lain seperti perang informasi, perang ekonomi, perang budaya, politik bahkan
perangperadaban. Di sinilah peranan soft power (kekuatan nonmiliter) menjadi
sangat penting dan mengemuka dalam menghadapi ancaman perang diabad
modern ini. Namun demikian, di sisi lain, globalisasi juga memberikan dampak
positif, antara lain ditandai dengan semakin eratnya hubungan antara bangsa di
dunia, yang menciptakan suatukesaling tergantungan antara negara-negara di
seantero dunia. Implementasi pendekatannya komprehensif dan integratif, karena
pertahanan negara tidak cukup di dekati dari aspek militer semata, akan tetapi
memerlukan pendekatan yang terpadu secara non militer dengan pendekatan
secara militer, sebagai satu kesatuan pertahanan dengan senantiasa menyadarkan
pada kesadaran bela negara setiap warga negara. Hal ini juga telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 tahun2002 tentang pertahanan Negara pasal 7, bahwa
sistem pertahanan negara adalah bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga
negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, dan dilaksanakan secara
menyeluruh, total dan terpadu. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah diluar bidang pertahanan
sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan dukungan oleh unsur- unsur lain dari kekuatan bangsa, termasuk
mahasiswa, para intelektual Indonesia yang merupakan bagian dari civil society.
6. Nilai- Nilai yang harus dibangun adalah Nilai-nilai kedaulatan, nilai kewilayahan,
dan nilai keselamatan.
a. Nilai Kedaulatan adalah nilai berkehendak secara merdeka tanpa tekanan
dari siapa dan pihak manapun. Dalam negara kemokrasi, kedaulatan berada
ditangan rakyat. Intinya dalam negara demokrasi, penyelenggara negara
menjalankan kekuasaannya setelah mendapat persetujuan rakyat. Nilai kedaulatan
rakyat dapat dijabarkankedalam subnilai antara lain : 1) nilai Pancasila; 2) nilai
demokrasi; 3) nilai hak asasi manusia; 4) nilai kesejahteraan; 5) nilai kepemimpinan.
b. Nilai Kewilayahan adalah ukuran batas ruang lingkup hidup negara
berkedaulatan, batas mana negara berdinamika dengan warganya secara timbal
balik dalam norma hukum yang disepakati. Menjaga keutuhan wilayah merupakan
hal yang mutlak, karena dalam wilayah itulah kehidupan rakyat atau warga negara
berlangsung dan tanpa wilayah, eksistensi bangsa tidak akan pernah terwujud.