Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BELA NEGARA

Disusun Oleh:

Fiqi Fauzan Asaddin (NIM. 201810130311001)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
KATA PENGANTAR 

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia- Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan

judul, Bela Negara.

Makalah ini disampaikan untuk memenuhi kelengkapan syarat penilaian mata

kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Saya mengharapkan semoga makalah ini

dapat menambah lebih banyak wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis

menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini . Kritik dan saran yang

sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 29 Desember 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang Masalah

Indonesia yang merupakan suatu negara demokrasi dan didasari oleh hukum
yang di taati oleh elemen Masyarakat. Masyarakat sangat berperan dalam
pembangunan negara kita. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi setiap warga
negara dan sebaliknya warga negaranya juga memiliki hak dan kewajiban terhadap
negara. Setiap elemen masyarakat dapat bertanggungjawab atas hak dan
kewajibannya.
Negara merupakan suatu alat yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol
hubungan tantar masyarakatnya, dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat unsur –
unsur negara adalah rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur negara
adalah rakyat yang tinggal disebuah negara tersebut. Suatu negara pasti memiliki
suatu peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan ini memuat
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Di Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
  
2.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.    Pengertian Bela Negara ?
2.    Peran Pendidikan Kesadaran Bela Negara ?
3.    Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

3.     Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang penulis teliti adalah :
1.    Menjelaskan pengertian Bela Negara
2.    Mendeskripsikan peran pendidikan kesadaran bela negara
3.    Mengetahui hak dan kewajiban warga negara
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau
seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan
eksistensi negara tersebut.Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha
pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam
keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan
sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut.Landasan konsep bela negara adalah
adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau perangkat
pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat
dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel,Iran)
dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat
(kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer,
biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan
dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup bangsa dan negara
yang seutuhnya.Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-
undangKesadaran Bela Negara  itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari
yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama
warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negara.
·     Unsur Dasar Bela Negara:
1.    Cinta Tanah Air
2.    Kesadaran Berbangsa & bernegara
3.    Yakin akan Pancasila sebagai ideologiI negara
4.    Rela berkorban untuk bangsa & negara
5.    Memiliki kemampuan awal Bela Negara
·    Contoh-Contoh Bela Negara :
1.    Melestarikan budaya
2.    Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3.    Taat akan hukum dan aturan-aturan negara

B.    Peran Pendidikan Bela Negara


PERAN PENDIDIKAN KESADARAN BELA NEGARA DALAM PERTAHANAN
NEGARA
1.      Ancaman Militer
Pertahanan negara dibangun untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah serta keselamatan segenap bangsa dari segala bentukan caman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, baik ancaman militer maupun
non-militer. Yang dimaksud dengan ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisir yang dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor: 23 Prp
Tahun 1959 tentang keadaan Bahaya yang berbunyi :
“Presiden/Panglima Tinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagaian
dari wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan
keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau perang”.

Ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan


bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata,ancaman keamanan laut dan
udara, serta konflik komunal.
Rincian ancaman militer dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 pada
penjelasan Pasal7 ayat 2 adalah sebagai berikut :
a. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau
dalam bentuk dan cara-cara, antara lain :
1) Invansi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Bombandemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain.
4) Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat
atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia.
5) Unsur kekuataan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan perjanjian yang tindakan atau
keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian
6) Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayah oleh negara lain
sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
7) Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk
melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia atau
melakuan tindakan - tindakan seperti tersebut diatas.

B.  Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau
yang bekerja sama dengan terorisme dalam negara atau terorisme dalam negeri
yang bereskalasi tinggi hingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatansegenap bangsa.

C. Pemberontakan bersenjata
Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lain. Bagi bangsa Indonesia, spektrum ancaman
pertahanan negara yang terbesar, walaupun kecil kemungkinannya adalah agresi
berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh suatu negara yang
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI ), dan keselamatan segenap bangsa.
2.    Strategi Pertahanan Militer
Strategi pertahanan dalam menghadapi ancaman militer disesuaikan dengan
sumber, serta bentuk dan besarnya ancaman aktual yang mengancam Indonesia.
Sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang –Undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama, di dukung oleh Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung. Tugas utama TNI adalah menghadapi
ancaman militer, yang berbentuk agresi militer yang dilakukan suatu negara dengan
tujuan menduduki sebagian atau seluruh wilayah NKRI. Meskipun TNI merupakan
Komponen Utama pertahan negara, namum dalam menghadapi ancaman militer,
khususnya agresi militer suatu negara, lapis diplomasi sebagai pertahanan non
militer tetap menjadi pilihan sebagai lapis pertama untuk mencegah perang atau
mengurangi dampak perang. Ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer
dihadapi dalam kerangka menegakkan kedaulatan negara, keutuhan, dan
keselamatan bangsa Indonesia. Bentuk ancaman militer yang dimaksud, antara lain,
adalah pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, pemberontakan
bersenjata, gerakan separatis, sabotase, spionase, aksi teror yang dilakukan oleh
teroris internasional atau bekerja sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris
dalam negeri, ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional, dan konflik
komunal. Strategi pertahan menghadapi ancaman militer yang berbentuk bukan
agresi dihadapi dengan kekuatan TNI sebagai lapis pertahanan militer, baik secara
matra atau secara gabungan salam susunan Tri-Matra Terpadu. Besarnya kekuatan
yang dikerahkan disesuaikan dengan bentuk , derajat,dan besaran ancaman yang
dihadapi.

3.Pertahanan Non Militer 

1.    Ancaman Non militer


Ancaman non-militer pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan
faktor - faktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Jenis ancaman non militer dibagi menjadi dua. Pertama adalah ancaman yang
berkaitan langsung dengan pertahanan negara, misalnya kesengajaan penyebaran
penyakit sebagai bagian dari perang biologi. Kedua adalam ancaman non militer
yang tidak berkaitan langsung dengan pertahanan negara, misalnya penyebaran
penyakit secara alamiah, baik epidemik maupun pendemik. Sifat ancaman non-
militer harus dihadapi pula dengan pendekatan non-militer, sebagaimana diatur
dalam pasal 7 Undang -Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non-militer
menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan dukungan
oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa, sedangkan TNI sebagai pendukung.

2.  Dominasi Ancaman Non militer di Era Globalisasi dan Strategi menghadapi
Memasuki era globalisai yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi sebagaimana kita rasakan
bersama saat ini, setidaknya telah mempengaruhi pola dan bentuk ancaman
terhadap kedaulatan suatu negara. Ancaman yang semula bersifat fisik
( konvensional ), yang biasanya juga dihadapi dengan kekuatan fisik (hard power ),
kini, telah berkembang menjadi multi dimensional ( fisik dan non fisik ) dengan
dominasi ancaman yang bersifat non fisik, serta berasal dari luar dan dari dalam
negeri.  Jenis ancaman ini merupakan bentuk peperangan baru yang memanfaatkan
perkembangan pesat teknologi informasi, termasuk perkembangan di bidang new
composite material seperti kimia danbiologi. Bentuk perang di era globalisasi ini
antara lain seperti perang informasi, perang ekonomi, perang budaya, politik bahkan
perangperadaban. Di sinilah peranan soft  power  (kekuatan nonmiliter) menjadi
sangat penting dan mengemuka dalam menghadapi ancaman perang diabad
modern ini. Namun demikian, di sisi lain, globalisasi juga memberikan dampak
positif, antara lain ditandai dengan semakin eratnya hubungan antara bangsa di
dunia, yang menciptakan suatukesaling tergantungan antara negara-negara di
seantero dunia. Implementasi pendekatannya komprehensif dan integratif, karena
pertahanan negara tidak cukup di dekati dari aspek militer semata, akan tetapi
memerlukan pendekatan yang terpadu secara non militer dengan pendekatan
secara militer, sebagai satu kesatuan pertahanan dengan senantiasa menyadarkan
pada kesadaran bela negara setiap warga negara. Hal ini juga telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 tahun2002 tentang pertahanan Negara pasal 7, bahwa
sistem pertahanan negara adalah bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga
negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, dan dilaksanakan secara
menyeluruh, total dan terpadu. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah diluar bidang pertahanan
sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan dukungan oleh unsur- unsur lain dari kekuatan bangsa, termasuk
mahasiswa, para intelektual Indonesia yang merupakan bagian dari civil society.

3.  Pertahanan Non-militer dan Pembinaannya


Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara Pasal 7 bahwa, sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman non-militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan
sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan di dukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Subtansi pasal
tersebut merefleksikan bahwa pertahanan negara merupakan fungsi pemerintahan
negara yang cakupannya tidak hanya terbatas pada pertahanan militer, tetapi juga
termasuk ke dalam fungsi lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan.

Ancaman non-militer ditangani dengan pendekatan non militer, sedangkan fungsi


pertahanan militer dapat digunakan dalam kondisi tertentu sebagai unsur bantuan.
Di sinilah esensi dari Sistem Pertahanan Semesta yang diwujudkan dengan
keterlibatan lembaga pemerintahan diluar bidang pertahanan untuk memerankan
fungsi pertahanan sipildalam penanganan ancaman non-militer. Unsur –unsur
pertahanan non-militer berada dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab setiap
instansi pemerintahan di luar Kementrian pertahanan. Oleh karena itu,
pembangunan posturpertahanan non-militer menjadi tanggung jawab.

4.     Pembinaan Kekuatan Pertahanan Non militer


Pertahanan negara non-militer harus dapat didudukkan dalam konteks
sebagai bentuk diplomasi,  pelayanan publik, meningkatkan daya saing dalam
ekonomi, memperkuat ikatan sosial budaya, menjaga ketersedian pasokan energi
dan jaminan beroprasinya sistem distribusinya secara baik,  pelabuhan yang aman,
bandara yang aman danefisien, pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, serta jaminan keamanan sosial. Dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2002 pasal 1 titik 2, yang berbunyi: “Sistem pertahanan negara bersifat
semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional
lainya yangdisiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan total,terpadu,
terarah dan berlanjut, untuk menegakkan kedaulat negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa dari segala ancaman”.

Kesemestaan yang merupakan sifat sitem pertahanan negara (total defence)


dalam konteks pertahanan negara mempunyai dua fungsi, yaitu dalam bentuk
Pertahanan militer (military defence )dan Pertahanan non militer (non military
defence). Fungi pertahanan militer yang dilaksanakan oleh TNI meliputi fungi operasi
militer perang dan operasi militer selain perang/other than war (OTW) untuk
pertahahan non-militer dibentuk komponen cadangan dan komponen pendukung
guna memperkuat komponen utama, sedangkan pertahanan sipil (civil defence)
untuk menghadapi ancaman non-milite.
Komponen pertahanan yang akan dibangun mencakup:
1) Komponen Utama, dengan membentuk Prajurit TNI baik wajib maupun   sukarela;
2) Komponen Cadangan, dengan membekali warga negara dengan latihan dasar
kemiliteran; Komponen Cadangan tidak hanya terdiri atas warga negara, tetapi juga
juga berupa : sumber daya alam,buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang
telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat.
komponen utama berupa:
Komponen Pendukung serta pengabdian warga negara sesuai dengan profesinya.
Seluruh deskripsi pertahanan negara terangkum dalam SistemPertahanan Negara
bersifat Semesta (Sishanta). Secara konstitusional dalampasal 27 ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, dinyatakan bahwa setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Mengacu
pada lingkup Bab X tentang “Warga Negara Dan Penduduk”, yang menaungi pasal
tersebut, maka semestinya bela negara dipahami sebagai militerisme akan tetapi
sebagai upaya menjaga eksistensi negara.
Sesuai dengan pasal 9 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002
penyelenggaraan pertahanan Negara, dapat dilakukan melalui pendidikan
Kewarganegaraan; pelatihan dasar militer secara wajib;pengabdian sebagi prajurit
Tentara Nasional Indonesia secara cukarela atausecara wajib; kewajiban manjadi
Komponen cadangan; kewajiban menjadikomponen pendukung; dan pengabdian
sesuai dengan profesi.Pendidikan kesadaran bela negara merupakan pendidikan
dasar belanegara. Pendidikan dasar pada suatu negara lazimnya disebut
Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kesadaran Bela Negara yang
merupakanpendidikan dasar bela negara, dan merupakan bagian dari kompnen
sistempertahanan negara sangat diperlukan dalam menghadapi ancaman
militermaupun nonmiliter.

6.  Nilai- Nilai yang harus dibangun adalah Nilai-nilai kedaulatan,  nilai kewilayahan,
dan nilai keselamatan.
a.  Nilai Kedaulatan adalah nilai berkehendak secara merdeka tanpa tekanan
dari siapa dan pihak manapun. Dalam negara kemokrasi, kedaulatan berada
ditangan rakyat. Intinya dalam negara demokrasi, penyelenggara negara
menjalankan kekuasaannya setelah mendapat persetujuan rakyat. Nilai kedaulatan
rakyat dapat dijabarkankedalam subnilai antara lain : 1) nilai Pancasila; 2) nilai
demokrasi; 3) nilai hak asasi manusia; 4) nilai kesejahteraan; 5) nilai kepemimpinan.

b.  Nilai Kewilayahan adalah ukuran batas ruang lingkup hidup negara
berkedaulatan, batas mana negara berdinamika dengan warganya secara timbal
balik dalam norma hukum yang disepakati. Menjaga keutuhan wilayah merupakan
hal yang mutlak, karena dalam wilayah itulah kehidupan rakyat atau warga negara
berlangsung dan tanpa wilayah, eksistensi bangsa tidak akan pernah terwujud.

c.   Nilai Keselamatan Bangsa adalah nilai keberlangsungan hidup bangsa di


tengah persaingan antara bangsa memperebutkan sumber dayayang terbatas
mengembangkan selisih keunggulan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik IndonesiaTahun 1945 jelaslahbahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia didirikan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
C.  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan
karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak
dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat
tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi
seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak
ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan
antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri.
 Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat
atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban
seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak
dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat
tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah
merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih
memikirkan bagaimana mendapatkan materi dari pada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita
sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk
ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan
kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD
1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk
untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan,
dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan
pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa
Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan
menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan
rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak
mendapatkan hak-haknya.
BAB III
KESIMPULAN

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat


perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara militer maupun non militer.
Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup bangsa dan negara
yang seutuhnya Peran bela Negara sangat penting untuk mempertahankan suatu
negara dari ancaman militer maupun non militer.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah
dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban.
Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945 dikaitkan langsung dengan
kewajban karena memang mepunyai keterkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Rahayu, Minto, Rita Farida, and Asep Apriana. "Kesadaran Bela Negara Pada
Mahasiswa." Epigram 16.2 (2019): 175-180.
2) Fibriana, R. M. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembelajaran
Bela Negara Pada Mahasiswa Universitas Kahuripan Kediri. JURNAL KOULUTUS,
1(1), 1-10.
3) Departemen Pendidikan Nasional 2003, "Kamus Besar Bahasa Indonesian" , Jakarta:
Balai pustaka
4) Budianto, 2004 "kewarganegaraan SMA kelas X", jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai