Anda di halaman 1dari 13

6Ancaman militer merupakan ancaman yang sangat membahayakan keutuhan dan kedaulatan

dari suatu wilayah negara tersebut. Ancaman militer bisa datang dari luar maupun dalam negeri.
Apabila tidak ditangani dengan tepat, ancaman militer dapat merusak pertahanan wilayah sebuah
negara. Pertahanan negara di Indonesia diatur dalam Undang-undang atau UU Nomor 3 Tahun
2002. Dalam UU disebutkan bahwa ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan
kekuatan bersenjata yang terorganisir dan dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Berikut bentuk-bentuk ancaman militer:
Agresi Agresi adalah salah satu contoh ancaman militer yang dilakukan menggunakan kekuatan
bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara.
Semangat Persatuan, Senjata Tercanggih untuk Pertahanan Negara Salah satu contoh ancaman
militer berbentuk agresi adalah peristiwa agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Desember
1945. Agresi militer Belanda II berlangsung di kota Yogyakarta di mana pada saat itu
Yogyakarta merupakan ibu kota negara Indonesia.
Pelanggaran Wilayah Pelanggaran wilayah adalah salah satu tindakan yang mengancam
keutuhan dan kedaulatan wilayah negara serta membahayakan bangsa dalam suatu negara.
Tindakan pelanggaran wilayah dapat dilakukan menggunakan pesawat maupun kapal. Contoh
ancaman militer pelanggaran wilayah adalah berlangsungnya kegiatan kapal nelayan China yang
masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia tepatnya di kawasan zona ekonomi eksklusif atau
ZEE di Natuna. Spionase Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan suatu negara dengan
cara memata-matai negara lain. Tujuan spionase adalah untuk mencari atau memperoleh
dokumen rahasia yang diinginkan oleh negara lain. Contoh ancaman militer spionase adalah
tindakan pelanggaran terhadap sistem komputer militer Amerika Serikat pada tahun 2008 oleh
badan spionase asing. Tindakan penyerangan dilakukan dengan cara menyambungkan flashdisk
yang mengandung virus ke komputer militer Amerika Serikat di markas Timur Tengah. Sabotase
Ancaman militer sabotase adalah tindakan pelanggaran yang dilakukan dengan cara merusak
instalasi serta objek vital nasional. Contoh ancaman militer sabotase adalah yang terjadi pada
militer angkatan udara Amerika Serikat dengan menggunakan alat pelacak sinyal dari darat dan
ditujukan kepada pesawat Sukhoi. Saat itu, pesawat Sukhoi tengah melakukan masa percobaan di
Indonesia. Sehingga, pada tanggal 9 Mei 2012 hal itu menyebabkan pesawat Sukhoi menabrak
tebing. Baca juga: Sistem Pertahanan Negara Indonesia Pemberontakan Bersenjata
Pemberontakan bersenjata adalah penolakan terhadap otoritas yang dapat timbul karena berbagai
alasan. Tindakan pemberontakan bersenjata dapat berupa pembangkangan sipil atau kekerasan
terorganisir sebagai upaya meruntuhkan otoritas yang ada. Contoh ancaman militer
pemberontakan bersenjata adalah pada tanggal 23 Januari 1950 terjadi pemberontakan angkatan
perang ratu adil di Bandung. Aksi Teror Aksi teror yang banyak terjadi di Indonesia merupakan
aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau suatu jaringan
yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri. Contoh ancaman militer aksi teror adalah
peristiwa kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh orang tidak dikenal terhadap sejumlah
pekerja perkebunan di Krueng Jawa pedalaman Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, yang
saat itu sedang menonton televisi bersama. Peristiwa itu terjadi pada 4 Desember 2011. Perang
Saudara Perang saudara merupakan salah satu contoh ancaman militer yang terjadi
antarkelompok masyarakat bersenjata yang ada di dalam satu wilayah atau satu daerah yang
sama. Salah satu contoh ancaman militer perang saudara adalah perang saudara yang terjadi di
Ambon, tepatnya di Kota Poso, Palu, dan Palopo. Peristiwa tersebut dipicu oleh pertengkaran
antara sopir taksi beragama non-islam dengan penduduk Ambon yang beragama Islam.
TUGAS DAN FUNGSI
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Kementerian Pertahanan selanjutnya disebut Kemhan, adalah unsur pelaksana pemerintah
dipimpin oleh Menteri Pertahanan yang selanjutnya disebut Menhan yang berkedudukan berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden
Kementerian pertahanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan
dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, Kemhan menyelenggarakan
fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pertahanan;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara menjadi tanggungjawab Kementerian Pertahanan;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pertahanan, dan;
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

A. Pengertian Hankam
Pertahan keamanan ( Hankam ) adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta yang
penyelenggaranya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiaban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu
negara untuk menjamin intergritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan atau menjaga
kepentinga-kepentingannya. Hankam adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta yang
penyelenggaranya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.
Pokok-pokok pertahanan negara sebagaimana tertuang dalam doktrin TNI Tri Dharma Eka
Karma (Tridek) memiliki hakikat, dasar, tujuan dan fungsi.
Hakikat pertahanan negara bagi bangsa Indonesia adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Dasar adalah pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional serta prinsip hidup berdampingan secara damai dengan memperhatikan
kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dalam konteks Wawasan Nusantara.

Tujuan pertahanan negara adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Fungsi pertahanan negara adalah untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh
wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan negara. UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2002


TENTANG
PERTAHANAN NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. Bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Bahwa pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang merupakan
usaha untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan
nasional, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial;
c. Bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak
dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara sebagai pencerminan
kehidupan kebangsaan yang menjamin hak-hak warga negara untuk hidup setara, adil,
aman, damai dan sejahtera;
d. Bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan dengan membangun, memelihara,
mengembangkan, dan menggunakan kekuatan pertahanan negara berdasarkan prinsip-
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan
hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup
berdampingan secara damai;
e. Bahwa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3368) tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia dan perubahan kelembagaan Tentara
Nasional Indonesia yang didorong oleh perkembangan kesadaran hukum yang hidup
dalam masyarakat sehingga Undang-Undang
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e
perlu dibentuk Undang-Undang tentang Pertahanan Negara;

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (3), dan
Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan MPR-RI Nomor : VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Ketetapan MPR-RI Nomor :
VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
Dengan persetujuan bersama antara
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERTAHANAN NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,


keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
2. Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu,
terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
3. Penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk melaksanakan
kebijakan pertahanan negara.
4. Pengelolaan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan
kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian
pertahanan negara.
5. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
6. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen
utama.
7. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
8. Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
buatan.
9. Sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang
dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara
10. Sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya
untuk kepentingan pertahanan negara.
11. Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budi daya manusia yang dapat digunakan
sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan negara dalam rangka mendukung
kepentingan nasional.
12. Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia.
13. Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
14. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertahanan.
15. Panglima adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia.
16. Kepala Staf Angkatan adalah Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut,
dan Kepala Staf Angkatan Udara.
BAB II
HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI
Pasal 2
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.

Pasal 3
(1) Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
(2) Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan.

Pasal 4
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.

Pasal 5
Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan.

BAB III
PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA
Pasal 6
Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya
tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman.

Pasal 7
(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh
pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.
(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara
Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung.
(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

Pasal 8
(1) Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
(2) Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumberdaya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
(3) Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2), diatur dengan undang-undang.

Pasal 9
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui :
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;
da
d. pengabdian sesuai dengan profesi.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Pasal 10
(1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara.
(3) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk :
a. mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
b. melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
c. melaksanakan Operasi Militer Selain Perang; dan
e. ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

Pasal 11
Susunan organisasi, tugas, dan fungsi Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara
diatur dengan undang-undang.

BAB IV
PENGELOLAAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA
Pasal 12
Pengelolaan sistem pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara ditujukan
untuk melindungi kepentingan nasional dan mendukung kebijakan nasional di bidang pertahanan.

Pasal 13
(1) Presiden berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pertahanan negara.
(2) Dalam pengelolaan sistem pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Presiden menetapkan kebijakan umum pertahanan negara yang menjadi acuan bagi perencanaan,
penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara.

Pasal 14
(1) Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan Tentara Nasional
Indonesia.
(2) Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman
bersenjata, kewenangan Presiden, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dalam keadaan memaksa untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden dapat
langsung mengerahkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia.
(4) Pengerahan langsung kekuatan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3), Presiden dalam waktu paling lambat 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam harus
mengajukan persetujuan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
(5) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), Presiden menghentikan pengerahan operasi militer.

Pasal 15
(1) Dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2), Presiden dibantu oleh Dewan Pertahanan Nasional.
(2) Dewan Pertahanan Nasional, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berfungsi sebagai
penasihat Presiden dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap
komponen pertahanan negara.
(3) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, Dewan Pertahanan Nasional mempunyai tugas :
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara agar departemen
pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, dan masyarakat beserta Tentara Nasional
Indonesia dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam mendukung
penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen pertahanan
negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi.
c. Menelaah dan menilai resiko dari kebijakan yang akan ditetapkan.
(4) Dewan Pertahanan Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh
Presiden dengan keanggotaan, terdiri atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan
kewajiban yang sama.
(5) Anggota tetap terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, dan Panglima.
(6) Anggota tidak tetap terdiri atas pejabat pemerintah dan nonpemerintah yang dianggap
perlu sesuai dengan masalah yang dihadapi.
(7) Anggota tetap dan tidak tetap diangkat oleh Presiden.
(8) Susunan organisasi dan tata kerja Dewan Pertahanan Nasional sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Pasal 16
(1) Menteri memimpin Departemen Pertahanan.
(2) Menteri membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan umum pertahanan negara.
(4) Menteri menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan
kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.
(5) Menteri menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan kerja sama
bilateral, regional, dan internasional di bidangnya.
(6) Menteri merumuskan kebijakan umum penggunaan kekuatan Tentara Nasional Indonesia
dan komponen pertahanan lainnya.
(7) Menteri menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan
sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh
Tentara Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lainnya.
(8) Menteri bekerjasama dengan pimpinan departemen dan instansi pemerintah lainnya serta
menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk
kepentingan pertahanan.

Pasal 17
(1) Presiden mengangkat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Pengangkatan Panglima, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diangkat dari perwira
tinggi Tentara Nasional Indonesia yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf
Angkatan.
(6) Presiden mengangkat dan memberhentikan Kepala Staf Angkatan atas usul Panglima.
(7) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Panglima dan Kepala Staf Angkatan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden.

Pasal 18
(1) Panglima memimpin Tentara Nasional Indonesia.
(2) Panglima menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi
dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional.
(8) Panglima berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam
penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang.
(9) Panglima bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan
negara dan bekerja sama dengan Menteri dalam pemenuhan kebutuhan Tentara Nasional
Indonesia.
Pasal 19
Dalam menghadapi bentuk dan sifat ancaman nonmiliter di luar wewenang instansi pertahanan,
penanggulangannya dikoordinasikan oleh pimpinan instansi sesuai bidangnya.

BAB V
PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN
Pasal 20
(1) Pembinaan kemampuan pertahanan negara ditujukan untuk terselenggaranya sebuah
sistem pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
(2) Segala sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam dan
buatan nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan
pertahanan negara yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(10) Pembangunan di daerah harus memperhatikan pembinaan kemampuan pertahanan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 21
Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsip-prinsip
berkelanjutan, keragaman, dan produktivitas lingkungan hidup.

Pasal 22
(1) Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan
memperhatikan hak masyarakat dan peraturan perundang-undangan.

(2) Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan
permanen ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 23
(1) Dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan negara, pemerintah melakukan
penelitian dan pengembangan industri dan teknologi di bidang pertahanan.
(3) Dalam menjalankan tugas, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri mendorong
dan memajukan pertumbuhan industri pertahanan.

BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 24
(1) Dewan Perwakilan Rakyat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum
pertahanan negara.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta keterangan tentang penyelenggaraan dan
pengelolaan pertahanan negara.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 25
(1) Pertahanan negara dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pembiayaan pertahanan negara ditujukan untuk membangun, memelihara
mengembangkan, menggunakan Tentara Nasional Indonesia serta komponen pertahanan lainnya.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26
Pada saat berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan tentang pertahanan
negara yang sudah ada dinyatakan tetap berlaku selama peraturan pelaksanaan yang baru
berdasarkan Undang-undang ini belum dikeluarkan dan sepanjang peraturan itu tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini.

Pasal 27
Organisasi atau badan yang merupakan unsur penyelenggaraan pertahanan negara yang sudah
ada tetap berlaku sampai dengan diubah atau diganti dengan organisasi atau badan baru
berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang ini.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, maka Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3368), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Ancaman adalah proses terjadinya situasi yang penting dimana ada pada sebuah negara, di dalam
berbagai bidang.
Adapun tujuan dari ancaman itu adalah untuk mengubah tatanan yang ada pada suatu negara atau
bangsa.
Dengan demikian bangsa itu akan menjadi berantakan atau ribut berkonflik dan hancur.
Ancaman yang dilakukan mulai dari :
1. Ancaman militer, dan
2. Andaman non militer
Seperti misalnya contoh pada ancaman militer jika tidak diatas maka akan sangat membahayakan
kedaulatan suatu negara, seperti halnya Indonesia.

Oleh sebab itulah, perlu strategi yang dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut. Nah di dalam
Undang Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Telah mengatur strategi pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dalam mengatasi ancaman
militer.

Dalam pasal 30 ayat 1 sampai ayat 5 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
sebagai berikut :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta. Oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indon6esia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
Ada 5 Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Berikut ini penjelasan dan pembahasannya yaitu :
1. Menambah dan meningkatkan alutsista persenjataan bangsa dan negara Indonesia di bidang
militer
2. Bekerja sama dengan negara lain dalam mengembangkan dan meningkatkan bidang
pertahanan keamanan
3. Melatih TNI untuk lebih siap dalam menghadapi disintegrasi
4. Meningkatkan sikap nasionalisme terhadap bangsa bagi masyarakat pada umumnya
5. Memberikan pelatihan dan wawasan kebangsaan
“Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini
oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman.”

Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta


Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta atau Sishankamrata adalah strategi dalam
pertahanan dan kemanan Indonesia. Sistem ini melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
kepolisian sebagai kekuatan utama serta rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Pelaksanaan Sishankamrata ini berdasarkan pada Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30, juga
dijelaskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Umum Pertahanan Negara yang berbunyi:
“Sishankamrata adalah doktrin dan sekaligus strategi pertahanan negara yang menggunakan
segenap kekuatan dan kemampuan komponen militer dan nonmiliter secara menyeluruh dan
terpadu.”

Ciri Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara yang Bersifat Semesta


Ciri dari Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara yang Bersifat Semesta tercantum di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.
Dalam undang-undang tersebut, terdapat tiga ciri atau sifat Sistem Pertahanan dan Keamanan
Negara yang Bersifat Semesta, antara lain sebagai berikut.
a. Kerakyatan, yaitu seluruh rakyat warga negara ikut serta sesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing-masing dalam komponen kekuatan pertahanan keamanan negara.
b. Kesemestaan, yaitu seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasikan diri guna
menanggulangi setiap bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar.
c. Kewilayahan, yaitu seluruh wilayah negara merupakan tumpuan perlawanan dan segenap
lingkungan didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan secara berlanjut.
Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 Mengenai Warga Negara dalam Bela Negara
Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara telah diamanatkan dalam Pasal 27
Ayat 3 UUD 1945 bahwa, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
Kemudian, dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 juga disebutkan bahwa, “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Keikutsertaan warga negara dalam bela negara telah diatur dalam Pasal 9 Ayat 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, antara lain
melalui:
a. Pendidikan kewarganegaraan.
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib.
d. Pengabdian sesuai dengan profesi.

Anda mungkin juga menyukai