Anda di halaman 1dari 12

UPAYA MEMPERTAHANKAN NKRI

Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,keutuhan


wilayah NKRI,dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara(Pasal 1 Ayat (1)UU No 3 Rahun 2002)Usaha Pembelaan Negara penting dilakukan

Beberapa alasan mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh setiap warga negara
Indonesia,diantaranya :

Untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman

Untuk menjaga keutuhan wilayah negara

Merupakan panggilan sejarah

Merupakan kewajiban setiap warga negara

Alasan diatas adapat dihubungkan dengan :

Teori fungsi negara

Unsur-unsur negara

Aspek sejarah perjuangan bangsa

Peraturan per-UU ttg kewajiban membela negara

1. Fungsi negara dalam kaitannya dgn pembelaan negara

Fungsi Minimun adalah fungsi negara tersebut bisa berkembang lebih luas sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai negara.

-Beberapa contoh Fungsi Minimun menurut ahli bernama Miriam Budiardjo adalah sebagai berikut :

Fungsi Penertiban

Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

Fungsi Pertahan

Fungsi Keadilan

Dalam UU No 3 Tahun 2003 mengatakan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara(pasal 9 ayat 1).Maka
menyangkut hal ini,fungsi pertahan tidak dapat lagi dipisahkan dari pembelaan negara.
Unsur-Unsur Negara

- Dalam Konvensi Montevideo pada tahun 1993 yang dilaksanan oleh negara-negara Pan-Amerika,suatu
negara harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

Penduduk yang tetap

Wilayah tertentu

Pemerintah

Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain

- Menurut Oppenheim-Lauterpacht,unsur-unsur negara adalah :

Harus ada rakyat

Harus ada daerah

Pemerintah yang berdaulat

Landasan Hukum tentang Kewajiban Membela Negara

Dalam UUD 1945 Pasal 30 :

· Ayat 1 :”tiap-tiap warga negara berhak dan wajb ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”

· Ayat 2 :”usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama,dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung”.

Dalam UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1 dan 2,ada beberapa hal yang perlu dipahami,yaitu :

· Keikutsertaan warga negar dalam pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan
kewajiban

· Pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahan dan keamanan rakyat semesta

· Kekuatan utama dalam sistem pertahanan adalah TNI,sedangkan keamanan adalah POLRI

· Kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai kekuatan pendukung

Konsep bela negara yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 adalah “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

UURI No 3 Tahun 2002,pasal 9 ayat 1 mengatakan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.

UU RI no 3 Tahun 2002 (c) “dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai
hak dan kewjiban untuk ikut seta dalam upaya pembelaan negar..”
B. Bentuk-Bentuk Usaha Pembelaan Negara

Bentuk Penyelenggaraan Usaha Bela Negara

- Menurut Psal 9 Ayat (2) UURI No 3 Tahun 2002 ttg pertahanan negara,keikutsertaan warga negara
dalam usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui :

Pendidikan kewarganegaraan

Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

Pengabdian sebagai prajurit TNI secara suka rela atau wajib

Pengabdian sesuai dengan profesi

Pengabdian sebagai parjurit TNI

POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara kemananan dan ketertiban
masyarakat,menegakkan hukum,serta memberikan terpeliharanya keamana dalam negeri.

TNI berperan sebagai alat pertahanan NKRI.

Tugas TNI adalah :

· Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah

· Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa

· Melaksanan operasi milliter selain perang

· Ikit serta secara aktif dalam tugas pemeliaraan perdamaian regional dan intermasional.

- Ancama militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang teroganisasi dan dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara.

- UURI No 3 Tahun 2002,ancama militer dapat berbentuk :

Agresi berupa penggunaan kekuatann bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara,dan
keselamatan segenao bangsa

Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain,baik menggunakan kapal maupun pesawat non
komersial

Pemberontakan bersenjata

Pengabdian sesuai profesi

- Pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk
kepentingan pertahanan negra termasuk dalam menanggulangi dan atau memperkecil akibat yang
ditimbulkan oleh perang,atau bencana alam.
c. Peran Serta Dalam Usaha Pembelaan Negara

1. Contoh Tindakan Usaha Pembelaan Negara


- Beberapa contoh tindakan usaha pembelaan negara yang dilakukan komponen rakyat,diantaranya :

Dibentuknya Organisasi Paukan Gerilya Desa yang termasuk mobilisasi pelajar sebagai bentuk
perrkembangan dari barisan cadangan.

Munculnya Organisasi Keamanan Desa(OKD) dan Organisasi Perlawanan Rakyat yang merupakan
bentuk kelanjutan Pager Desa

Perwira cadangan yang dibentuk sejak tahun 1963

Partisipasi Dalam Usaha Bela Negara di Lingkungan

- UURI No 3 Tahun 2002 menegaskan,bahwa pertahan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan(Pasal 5).

- Adapun bentuk parrtisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain :

· Mengikuti kegiatan SISKAMLING

· Mengatasi kerusuhab masal

· Menanggulangi bencana alam

Upaya Bela Negara adalah sikapa dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya pada NKRI
yg berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dlm menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara

Contoh dalam Usaha Bela Negara adalah dengan sikap hormat kepada bendera,menyanyikan lagu
kebangsaan,dan menolak campur tangan pihak asing terjadap kedaulatan NKRI.

UPAYA PEMERINTAH MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN NKRI

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan manusia, baik pada
tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin
Holborn, Globalisasi adalah suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak penting lagi dalam
kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan
ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan kemampuannya.

2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor
kehidupan.

3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.
4. Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional berkembang menjadi
multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh
karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan untuk
menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan
tugas-tugas internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis
untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.

Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain yang
membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah NKRI. Dalam menghadapi ancaman
terhadap kedaulatan dan kebutuhan wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip
sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan
pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure
(CBM) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan
tindakan terpaksa yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak membuahkan
hasil.

Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika politik di sejumlah
negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah menyebabkan kondisi timpang yang
lambat laun berkembang dan menjalar melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional
yang timbul di dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara-
cara dialogis.

Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara dialogis harus
menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya dalam pembangunan dan pembinaan kekuatan
pertahanan adalah sebagai fenomena yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi
dan tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain. Ciri utama dari “Budaya” adalah sesuatu yang
merupakan hasil bersama (shared), atau kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil
bersama antara lain adalah : bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung,
seperti “kualitas produk”, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan terpendam, cara
berpikir, pengertian yang sama serta simbol-simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap akan
pengaruh budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi dampak negatif
globalisasi (kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

Kegoncangan budaya (Culture shock) yaitu goncangan jiwa atau mental seseorang atau
masyarakat sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-
tiba. Pada tahap awal, orang atau masyarakat akan merasa mendapatkan pengalaman baru yang menarik.
Tetapi pada saat ia harus terlibat di dalamnya, ia merasa tertekan, frustasi dan tidak berdaya. Bila
Keadaan ini terus berlanjut dan dibiarkan, akan mengganggu keseimbangan jiwanya dan berdampak
negatif, seperti bunuh diri atau gila. Sedangkan ketimpangan budaya (Culture lag) adalah ketimpangan
salah satu unsur kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan lain yang sudah berubah
karena adanya kelambanan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana kita mengatasi hal tersebut di atas terutama dalam
melaksanakan tugas operasi militer selain perang baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini
membuat Dephan bertanggungjawab mengelola sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan dan
memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan melalui Badiklat Dephan yang
mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pertahanan.

Pendidikan dan pelatihan menduduki posisi sentral pada era globalisasi. Tanpa pendidikan dan
pelatihan maka pelaksanaan kehidupan di era globalisasi tidak terlaksana dengan baik, di kehidupan sosial
politik maupun dalam kehidupan ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan
seyogianya berorientasi pada peningkatan kualitas meskipun segi kuantitas tidak diabaikan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya formal pengembangan SDM. Oleh karena itu, sebagai
unsur pengembangan SDM, Badiklat harus berusaha mengerti dan dapat mengantisipasi kebutuhan nyata
Dephan/TNI di bidang pertahanan serta harus selalu mengikuti perkembangan strategis yang berlaku.
Dengan demikian Badiklat akan senantiasa dapat mempersiapkan program-program diklat yang
dibutuhkan tepat pada waktunya. Pemilihan jenis diklat disesuaikan dengan kebutuhan Dephan/TNI di
lapangan. Saat ini, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badiklat Dephan sebanyak 30
jenis diklat terdiri dari : diklat teknis fungsional pertahanan, diklat bahasa dan diklat manajemen
pertahanan.

Terdapat 11 (sebelas) Diklat, baik secara tersirat maupun tersurat, yang memuat aspek budaya
dalam mata pelajaran, seperti diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat Bahasa yaitu bahasa daerah,
bahasa Indonesia dan bahasa asing. Sayangnya diklat bahasa daerah baru terlaksana KIB Aceh. Dan diklat
bahasa Indonesia dilaksanakan bagi siswa mancanegara. Serta diklat bahasa asing terdapat 8 bahasa
(Arab, Belanda, Inggris, Mandarin, Jepang, Jerman, Prancis dan Rusia). Program pada diklat bahasa
sebaiknya bukan hanya mengajar sebagai alat komunikasi namun juga ditekankan pada pengetahuan
budaya masyarakat pengguna bahasa tersebut. Misalnya, diklat bahasa Aceh, selain belajar bahasa Aceh,
siswa diberikan juga pengetahuan budaya Aceh (akan lebih baik lagi bila yang memberikannya orang
Aceh sendiri). Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami bagaimana orang/masyarakat pengguna
bahasa itu secara utuh sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman budaya atau bahkan
ketimpangan/kegoncangan budaya. Dengan bekal budaya maka pendekatan persuasif akan tercapai
sehingga untuk mempertahankan kedaulatan NKRI tidak sampai menggunakan cara kekerasan.
Pendekatan personal budaya ternyata lebih efektif dan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Budaya bercirikan nilai yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama
secara luas dalam kelompok atau masyarakat. Pengetahuan budaya melalui diklat bahasa daerah sangat
dibutuhkan terutama untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang ada di daerah karena budaya
terwujud dan tersalurkan dari sikap dan perilaku manusia, misalnya : Masalah-masalah integrasi
kebudayaan di Papua. Secara politik Papua sudah terintegrasi ke dalam NKRI dan lebih disempurnakan
dengan adanya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1968-1969. akan tetapi, secara budaya belum
selesai. Keadaan ini berawal dari sikap prasangka stereotype dari kedua belah pihak. Berbagai suku
bangsa di Papua masih curiga terhadap orang Indonesia lainnya. Sebaliknya, orang Indonesia lainnya
masih menganggap orang Papua masih terbelakang. Orang Papua, pada dasarnya curiga terhadap orang
asing karena mereka baru satu atau dua generasi bebas dari isolasi budaya, bahkan ada yang hidup
terisolasi sampai sekarang. Sebagai contoh kasus bakti sosial di suku bangsa Dani, di wilayah lembah
Baliem, Papua. Masyarakat Dani diberi pakaian untuk mengganti pakaian tradisional mereka.
Mereka mau memakainya bahkan sampai berhari-hari sehingga mereka menderita sakit gatal-gatal dan
mereka tidak mau menggunakannya lagi.

Kemudian pemerintah melakukan pendekatan budaya dengan mengirim Koentjaraningrat,


seorang antropolog dari UI, dengan beberapa model yang akan memperagakan penggunaan dan
perawatan pakaian di tempat strategis (banyak masyarakat Papua yang melewati tempat tersebut) agar
orang Papua memperhatikan mereka. Dan akhirnya masyarakat papua mengerti dan memahami cara
berpakaian.

Begitu juga dengan konflik yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan suku Madura.
Konflik yang terus menerus terjadi pada suku bangsa tersebut karena adanya perbedaan persepsi tentang
alam/lingkungan. Contoh konflik seperti ini akan lebih efektif penyelesaiannya dengan pendekatan
budaya bukan dengan cara kekerasan. Penyelesaian konflik dengan kekerasan tidak membuahkan hasil
yang optimal, tetapi melalui pendekatan budaya, masalah tersebut dapat didamaikan. Pengetahuan budaya
sangat dibutuhkan bagi pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah antar suku. Hal terakhir yang tidak
kalah penting yaitu pengetahuan sejarah/asal usul masyarakat/suku bangsa pengguna bahasa tersebut
untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam kehidupan bermasyarakat.

Pusdiklat Bahasa memiliki peran dalam meningkatkan profesionalisme SDM dalam kerjasama
nasional, regional dan internasional khususnya di bidang bahasa dan budaya. Untuk mendukung hal
tersebut, Pusdiklat Bahasa harus mempunyai personel yang profesional, berkualitas, mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan tersedianya personel tersebut, Pusdiklat Bahasa akan mudah
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan diklat atau mengembangkan SDM.
Untuk menjamin ketersediaan personel tersebut, Pusdiklat Bahasa harus selalu membina personelnya
untuk terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya. Kegiatan
tersebut berupa seminar, lokakarya, penataran, kursus singkat atau Ceramah tentang berbagai
pengetahuan yang baru atau sedang berkembang di masyarakat khususnya budaya sehingga pengetahuan
dan pengalaman yang diperoleh akan selalu diperbaharui. Pengenalan budaya dapat juga melalui bahan
bacaan, video, dan pengalaman tenaga pendidik.

Dalam proses belajar mengajar, widyaiswara dituntut untuk memiliki kemampuan mengajar :

Pengetahuan bahasa sebagai alat komunikasi yang utama.

Pengetahuan budaya mencakup nilai, norma, adat istiadat, kebiasaan.

Pengetahuan sejarah/asal usul daerah tersebut yang menyangkut legenda maupun kepercayaan.

Pembekalan bagi TNI dalam melaksanakan OMSP tidak hanya membutuhkan keterampilan dan keahlian
tetapi juga membutuhkan ketiga pengetahuan tersebut di atas dimana mereka akan ditempatkan. Dengan
demikian mereka diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya dengan optimal
Upaya Dalam Mempertahankan Keutuhan NKRI

Hal yang harus kita tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga? Salah satu caranya adalah
kita sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia.
Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menjaga keutuhan
wilayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
diperlukan sikap-sikap:

1.Cinta Tanah Air

Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air. Cinta tanah air dan
bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:

Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.

Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk diabdikan kepada negara.
2.Membina Persatuan dan Kesatuan

Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Tindakan yang menunjukkan usaha membina
persatuan dan kesatuan, antara lain:

Menyelenggarakan kerja sama antar daerah.

Menjalin persahabatan antarsuku bangsa.

Memberi bantuan tanpa membedakan suku bangsa atau asal daerah.

Mempelajari berbagai kesenian dari daerah lain,

Memperluas pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Mengerti dan merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak mudah marah atau menyimpan
dendam.

Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama, maupun bahasa dan kebudayaan

Rela Berkorban

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri
sendiri. Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:

Partisipasi tenaga

Partisipasi pikiran
3. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan manusia, baik pada
tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat nasional. Untuk menghadapi era globalisasi agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan yang
matang diantaranya adalah sebagai berikut :

Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan kemampuannya.

Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor kehidupan.

Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.

Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional berkembang menjadi
multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh
karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan untuk
menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan
tugas-tugas internasional.
4. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan NKRI

Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :

Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.

Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan, kedaulatan Negara dan
mempererat persatuan bangsa.

Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan menjadi indah
jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan
bangsa.

Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa persatuan, dan
tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih.
Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.

Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan persatuan dan
kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
keadilan, solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.

Menaati peraturan. Salah satu cara menjaga keutuhan Indonesia adalah dengan menaati peraturan.
Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.Tujuannya agar Indonesia menjadi
lebih baik. Melalui peraturan, Indonesia akan selamat dari kekacauan. Taat kepada undang-undang dan
peraturan berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Peraturan berlaku baik untuk presiden maupun rakyat
biasa, baik tua maupun muda, baik yang kaya maupun yang miskin, baik laki-laki maupun perempuan.
UPAYA MEMPERTAHANKAN NKRI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
UMAIRA SALSABILA JAYA

Kelas XIB

SMP NEGERI ARUN LHOKSEUMAWE

Anda mungkin juga menyukai