DISUSUN OLEH:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
cerdas, dengan sedikit atau tanpa pendidikan, yang cenderung menerima kegagalan sebagai
warna hidupnya. Mrs Johns memilih untuk meraih kepercayaan dan membuat perubahan
pada hidup mereka. Cerita bermula dari diterimanya Mrs Johns sebagai guru akademik yang
bekerja penuh, di Parkmont High School. Mrs Johns yang memiliki kemampuan dalam
bidang sastra Inggris dan pengalaman sebagai marinir dan belum memiliki sertifikat
mengajar. Dia berhenti dari marinir, karena mengalami kegagalan rumah tangga dan bercerai
dengan suaminya. Sehingga dia menerima dengan senang hati ketika Carla Nicholas, sang
Wakil Kepala Sekolah menawarkan kepadanya posisi guru akademik kelas khusus, dengan
gaji 24.700 Dollar per tahun.
Hari pertama mengajar, Mrs Johns bersemangat karena dijanjikan akan mendapat
siswa khusus yang cerdas. Namun kenyataannya berbeda ketika ia masuk di kelas tersebut.
Ternyata yang dihadapinya adalah anak- anak yang sulit untuk dikendalikan. Anak-anak yang
berasal dari ras yang beragam tersebut, masih tetap bernyanyi, bercakap-cakap dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Ketika berusaha meminta perhatian, tetap saja dia diabaikan.
Bahkan Mrs Johns harus menerima pelecehan dari Emilio Ramirez, siswa yang paling
berpengaruh di kelas tersebut, ketika berusaha bertanya tentang kenapa guru sebelumnya
berhenti mengajar. Dan hari pertama berakhir dengan kemarahan dan rasa malu yang harus
dibawa ketika Mrs Johns memutuskan untuk meninggalkan kelas.
Orang pertama yang ditemui Mrs Johns adalah Griffith rekan kerjanya. Mrs Johns
merasa iri dengan kelas yang di ajar oleh Griffith. Lalu Griffith mencoba memperingatkan
tentang bagaimana anak-anak yang akan dihadapinya di kelas khusus, kuncinya bahwa guru
harus bisa memusatkan perhatian siswa. Lalu sesampainya di rumah, Mrs Johns berfikir
bagaimana cara mengatasi permasalahan yang kini dihadapinya. Semalaman Ia membaca
buku tentang mengajar dan mendapat masukan dari temannya untuk menarik perhatian siswa-
siswanya. Akhirnya Mrs Johns menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Ia
memutuskan untuk mengajari karate pada awal pertemuannya, dan memperkenalkan diri
sebagai mantan marinir. Ketika dua orang muridnya Raul dan Durrel merespon ajarannya dan
melakukan dengan baik, Mrs Johns memberikan nilai A untuk semua siswanya, dengan
syarat mereka harus mempertahankan sampai akhir tahun agar bisa lulus dari SMA.
Perhatian dan antusiasme ini yang kemudian digunakannya untuk mengajarkan jenis
kata, konjugasi kata, makna kata dan makna kalimat. Topik yang dipilihpun berdekatan
dengan apa yang sehari-hari harus dihadapi oleh siswa-siswanya dengan lingkungan yang
kental dengan kekerasan, seperti memilih, kematian, mengendalikan hidup dan memilih
2
dalam menghadapi hidup dan kematian. Siswa-siswanya mulai tertarik, Callie, Raul, Durrel,
ternyata cukup cerdas menanggapi pelajaran yang diberikan. Keberhasilan pertama Mrs
Johns diiringi peringatan keras dari kepala sekolah karena mengajarkan karate pada siswanya,
walaupun dengan alasan untuk menarik perhatian sekalipun. Mrs Johns harus mengikuti
kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut
Mrs Johns meneruskan usahanya mengajarkan tentang kata dan penggunaannya
dengan memberikan coklat dan makanan kecil bagi mereka yang dapat menjawab atau
menjelaskan dengan benar. Motivasi yang semakin terbentuk kemudian diperkuat dengan
tantangan untuk memahami puisi. Bila mereka mampu membaca puisi, maka mereka dapat
membaca apa saja. Mrs Johns memberi tugas untuk membaca dan memahami satu puisi
dengan janji, bila mereka berhasil mereka semua akan di bawa ke arena bermain, dengan
roller coaster dan permainan lainnya yang terbaik di dunia. Mereka tidak harus membayar
sepeserpun karena didanai oleh Dewan Pendidikan (padahal semua dana berasal dari uangnya
pribadi). Sekali lagi, Mrs Johns mendapat tantangan dari Emilio yang menganggap semuanya
omong kosong, tantangan untuk menundukkan siswa yang paling berpengaruh di kelasnya.
Mrs Johns memberikan puisi-puisi Bob Dylan yang berisi kehidupan jalanan dengan
para pengedar narkotika dan kekerasan, serta kemampuan untuk memilih dalam memaknai
hidup. Mrs Johns ingin mengajari mereka tentang makna hidup dengan menyentuh langsung
kehidupan mereka. Mrs Johns sendiri sebenarnya sedang mencari makna hidupnya, trauma
akan penyiksaaan suami, perceraian dan aborsi yang terpaksa harus dilakukan, membuat dia
masih menutup diri untuk hubungan pribadi. Dan hal semangat siswa-siswanya sebenarnya
semangat juga bagi dirinya.
Masalah bertambah ketika Raul dan Gusmaro yang bertubuh kecil, berkelahi dengan
Emilio yang bertubuh tinggi, besar dan kekar. Mrs Johns berusaha memisahkan mereka, tapi
melakukan satu kesalahan fatal, mengatakan bahwa Emilio jauh lebih kuat dari Raul dan
Gusmaro, dan tak pantas berkelahi dengan mereka. Ini di rasa sebagai pelecehan terhadap
Raul dan Gusmaro. Tanpa sepengetahuan Mrs Johns, perkelahian inipun tetap terjadi, Raul
dan Gusmaro yang mengeroyok Emilio diskors tiga hari, sedang Emilio mendapatkan
peringatan keras. Mrs Johns ingin membantu Emilio yang penuh kebencian, namun dia
menolak bantuan tersebut. Hari itu juga Mrs Johns melakukan kunjungan ke rumah Raul. Mrs
Johns menjelaskan pada orang tua Raul yang marah dan ingin memberikan hukuman
tambahan pada anak tersebut, bahwa Raul tidak bersalah. Bukan dia yang memulai
perkelahian. Bahkan Raul dikatakan sebagai salah satu murid favoritnya yang cerdas, lucu
3
dan pandai bicara. Pernyataan yang mampu membuat Raul dan orang tuanya bangga dan
terharu. Mrs Johns melakukan kunjungan yang sama pada dua siswa yang lain. Kunjungan
yang akhirnya mendapatkan penghargaan yang baik, bahkan oleh Emilio. Sehingga dia
mendapatkan dukungan dari Emilo ketika anak-anak lain dikelas menuduh mengadukan
perkelahian tersebut. Bahkan Emilio mau bergabung dalam diskusi kelas, hal yang tidak
pernah dilakukan sebelumnya.
Berkali-kali Mrs Johns mengatakan bahwa anak-anak tersebut bukanlah korban,
memiliki hak untuk memilih dan mengatur apa yang akan dilakukan dalam hidupnya. Dan dia
menyampaikannya selalu melalui media pembahasan makna puisi. Setelah memenuhi
janjinya mengajak anak-anak tersebut ke taman bermain, dan kembali mendapat teguran
keras karenanya, Mrs Johns mengadakan Dylan-Dylan Contest, dengan hadiah makan malam
dengannya di sebuah restoran mahal terkemuka. Kontes tersebut merupakan kontes mencari
persamaan satu puisi karya Bob Dylan tentang kematian, dengan satu puisi Dylan Thomas.
Kontes tersebut dimenangkan oleh Raul, Durrel dan Callie, namun semuanya mendapat
hadiah untuk usaha yang telah dilakukan. Sayangnya, hanya Raul yang bisa pergi makan
malam, karena kedua murid yang lain harus bekerja pada malam hari. Pada saat itu masalah
muncul lagi karena Raul memutuskan untuk berhutang jas seharga 200 Dollar kepada
renternir untuk makan malam tersebut, dan harus mengembalikannya dalam beberapa hari.
Dan Raul pun menceritahakan hal tersebut kepada Mrs Johns dan meminta ijin membolos
untuk mencari uang pengganti kepada rentenir tersebut, atau dia akan dibunuh. Mrs Johns,
tidak memberikan ijin kepada Raul, tetapi ia bersedia meminjami Raul uang yang dibutuhkan
dengan syarat, Raul harus bisa lulus dari sekolah, sebagai bayaran hutang, dan Mrs Johns
menekankan bahwa Raul adalah orang yang bertanggung jawab terhadap janjinya.
Mrs Johns juga menghadapi masalah ketika akhirnya tahu bahwa Callie, siswa
terpandai di kelasnya telah hamil dan memutuskan untuk keluar dari Parkmont, dan masuk ke
Clearview, sekolah yang mengajarkan cara merawat bayi dan menjadi ibu muda yang baik.
Walaupun akhirnya Mrs Johns tahu bahwa di sekolah tersebut sebenarnya tidak pernah ada
larangan bagi siswi untuk hamil, seperti yang disangka oleh Callie, namun dia tak mampu
mengubah keputusan Callie. Keputusan Callie didukung oleh ibunya, yang menganggap Mrs
Johns sebagai wanita yang tidak suka laki-laki dan tidak suka pernikahan. Siswa juga mulai
ketagihan dengan hadiah setiap mempelajari puisi yang baru. Namun Mrs Johns mampu
menanamkan bahwa belajar itu sendiri merupakan hadiah bagi mereka. Bisa membaca dan
memahami sesuatu, tahu cara berpikir, dan mampu melatih proses berpikir adalah hadiah.
4
Pikiran yang kuat harus dilatih terus, tiap kenyataan baru memberi pilihan yang lain, tiap
pemikiran baru membentuk otot pikir yang baru, dan kita butuh otot-otot tersebut sebagai
senjata dalam hidup kita.
Masalah lain muncul ketika Durrel dan Lionel, dua saudara kembar, keluar dari
sekolah karena ibunya menganggap Mrs Johns telah meracuni mereka dengan puisi dan
impian tentang masa depan yang tidak relistis dengan kehidupan mereka. Guncangan terberat
yang dirasakan Mrs Johns adalah saat dia tidak mampu menolong Emilio mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Emilio dituduh oleh murid Parkmont High School lain yang
juga menjadi pengedar narkoba, merebut pacarnya. Emilio diancam akan dibunuh. Mrs Johns
memberinya tempat menginap dan berhasil menyadarkan Emilio untuk tidak gelap mata dan
melakukan pembunuhan sebelum dia sendiri di bunuh. Emilio disarankan untuk melaporkan
kasus tersebut dan meminta perlindungan kepada Kepala Sekolah. Emilio mau
melakukannya. Sayangnya, Emilio diusir oleh Kepala Sekolah hanya karena tidak mengetuk
pintu, sebelum masuk kantor Kepala Sekolah. Di hari yang sama pengusiran yang dilakukan
Kepala Sekolah, Emilio ditemukan tiga blok dari sekolahnya, dalam keadaan tidak bernyawa.
Kejadian tersebut membuat Mrs Johns terpukul dan memutuskan untuk berhenti mengajar
pada akhir semester pertama. Namun demikian, murid-muridnya menyadarkan Mrs Johns
tentang ajaran-ajarannya tentang memilih jalan hidup dan untuk tidak menyerah pada
kegagalan. Di hari terakhir Mrs Johns mengajar, Callie yang telah memutuskan untuk masuk
sekolah keibuan, kembali dan menyadarkan Mrs Johns, bahwa semua siswa- siswanya yang
masih bertahan sangat membutuhkan Mrs Johns. Mereka membutuhkan kehadirannya untuk
tetap bersama mereka untuk mewujudkan cita-cita dan jalan yang telah mereka pilih, untuk
sekolah dengan serius. Akhirnya Mrs Johns bersedia kembali, dan menemukan kembali
semangatnya untuk bersama-sama mewujudkan apa yang telah dia mulai.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
yang lebih tinggi terlibat dalam pemecahan masalah, berpikir kritis, penulisan kreatif, dan
aktivitas tingkat tinggi lainnya yang sesuai dengan perkembangan.
Proses ini juga memaksa membuat keputusan administratis atas masa depan siswa
sebelum otaknya berkembang penuh. Hal ini terjadi sebelum siswa sendiri diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tentang cita-cita kariernya, dan proses lebih
yang merupakan ketidaksetaraan sosial dan rasial dibandingkan dengan perbedaan antar-
individu yang sesungguhnya. Proses ini menentukan nasib banyak siswa agar menjalin
kehidupan yang tak sesuai dengan potensi perkembangannya sendiri.
Kegiatan yang Sesuai
Kegiatan yang Tidak Sesuai Perkembangan
Perkembangan
Sekolah besar dan tak bersahabat Komunitas belajar kecil
Sekolah “pusat belanja” Magnet School atau Charter school
yang berbasis tema
Penelusuran kemampuan Akademik berbasiskan karier
Terlalu banyak duduk di dalam kelas Kerja Praktik
Tekanan akademik yang berlebihan Latihan kewirausahaan
Hubungan siswa-guru yang tak bersahabat Magang
Kebijakan tak boleh salah Masyarakat demokratis
Terlalu banyak duduk di dalam kelas. Seperti yang telah diutarakan, jika tujuan
SMA adalah menyiapkan siswa hidup mandiri di dunia nyata, semakin lama duduk di
bangku kelas berlampu redup, semakin sedikit waktu yang diperoleh siswa untuk
menjalani tugas perkembangan utama. Bagi sebagian pendidik yang keras kepala, cara
terbaik membiasakan diri dengan kehidupan dunia nyata adalah dengan merespons bel
sekolah, mengambil kartu izin ke kamar kecil, mendengarkan pengumuman mendadak
melalui pengeras suara, dan mempermainkan pensil.
Akan tetapi, ada dua hal yang terlewatkan dalam skenario tersebut. Pertama adalah
rasa kebebasan. Hal kedua adalah dunia nyata itu sendiri. Di dunia nyata, orang
bernegosiasi, menengahi, berpendapat, berdebat, membuat, mencoba, merencanakan,
merenung, merancang, membangun, mengajar, memainkan, berhubungan,
mengantisipasi, dan berkreasi, di antara berbagai usaha lainnnya. Dengan kata lain,
mereka mengandalkan dirinya sendiri. Jika hari-hari sekolah diisi kegiatan-kegiatan
buatan yang diarahkan guru dan sangat terkontrol, lingkungan sekolah tersebut semakin
tidak sesuai bagi perkembangan siswa.
7
Tekanan Akademik yang berlebihan. Terdapat dampak negatif yang timbul dari
tuntutan prestasi akademik yang diberikan kepada siswa. Bahkan dampak ini juga dapat
dirasakan oleh siswa yang memiliki motivasi yang tinggi. Banyaknya materi pelajaran
yang harus dipelajari, tujuan yang lebih tinggi serta kerja keras dalam menyelesaikan
beban belajar yang semakin berat dapat menjadi tekanan yang tidak sesuai dengan
perkembangan siswa. Pada usia remaja, siswa sedang berada pada masa membangun
identitas diri, menjalin hubungan, eksplorasi, dan menjadi lebih mandiri. Jika hari-hari
mereka dihabiskan hanya untuk mengejar nilai yang tinggi maka identitas mereka belum
terbentuk bahkan bisa hancur jika mendapatkan tekanan yang terlalu kuat. Depresi,
gangguan makan, usaha bunuh diri, dan penyakit mental dapat menyerang para remaja.
Bentuk hubungan yang terjadi antara guru dan siswa di berbagai tingkat
Posisi
Tingkat
Siswa Guru
Anak usia dini Pemain Fasilitator
Sekolah Dasar Pekerja Pelatih
Sekolah Menengah Pertama Penjelajah Pemandu
Sekolah Menengah Atas Pemagang Mentor
8
Jenis hubungan terakhir menunjukkan bahwa adanya kenyataan bahwa siswa-siswi
SMA berada pada ambang orang dewasa muda yang mandiri dan berusaha menunjukkan
kedewasaan itu sebaik mungkin pada ‘orang dewasa yang ahli’, baik dalam hal
menampilkan cara berpikir dan perilaku dewasa yang matang maupun dalam hal
menguasai keahlian khusus di bidang-bidang tertentu mekanika, sejarah, sinema, filosofi,
dan sebagainya) sehingga mereka dapat masuk ke generasi berikutnya.
Terdapat begitu banyak program, struktur, dan kurikulum khusus di tingkat SMA
yang sesuai untuk siswa dalam mempraktikkan kemampuan menjadi orang dewasa.
Seluruh kegiatan terbaik ini memiliki kesamaan yaitu memperlakukan siswa sebagai
orang dewasa yang sedang tumbuh, bukannya sebagai anak besar dan mengetahui bahwa
lingkungan belajar terbaik bagi mereka bukan yang terjadi dalam suasana pendidikan
yang sengaja dirancang.
Magnet School dan Charter School yang Berbasis Tema. Ini merupakan sekolah
yang telah dirancang meliputi tema tertentu yang berhubungan dengan karir. Salah satu
contohnya adalah Aviation High School di Long Island City New York. Ini satu-satunya
sekolah yang dilengkapi dengan sebuah hangar dan pesawat kecil. Siswa bekerja di kelas
konvensional sekaligus menjalankan bengkel secara professional untuk menguji,
membuat, dan memperbaiki komponen-komponen pesawat. Lulusan sekolah ini
mendapat sertifikat dari Federal Aviation Administration untuk airframe atau power
plane. Di West Hawaii Exploration Academy, charter school pertama di Hawaii, siswa
menjalankan penelitian ekologis sebagai fokusnya. Terletak di bawah natural energy lab
di Pantai Kona yang tertutup larva. Siswa terlibat dalam proyek yang membahas
pengembangan energi alternatif, penelitian tentang kelestarian lingkungan, dan aqua-
culture. Siswa dapat mengembangkan hipotesis untuk memulihkan kolam asin,
merancang, dan membangun kendaraan hemat energi atau menggunakan penyelidikan
terkomputerisasi untuk mengukur oksigen dan panas di lapangan.
Akademi Berbasis Karir. Bentuk sekolah ini biasanya dalam satu sekolah terdapat
sebuah kelompok yang beranggotakan 100-150 orang bersama kelompok inti guru
sepanjang masa sekolah. Pelajaran akademik diintegrasikan dengan pelajaran teknik dan
terapan yang diorganisasikan sesuai dengan tema karir.
Kerja Praktis. Kerja praktis diatur oleh pihak sekolah dimana siswa mengikuti kerja
praktik sumber daya alam dengan mempelajari mencari, memeriksa, dan juga melihat
kondisi alamnya
9
Latihan kwirausahaan. Program ini memberikan peluang kepada siswa SMA untuk
merancang dan melaksanakan usaha baik di dalam maupun di luar kelas
Kerja Magang. Program ini dirancang secara langsung untuk program setelah lulus
sekolah menengah
Belajar Melayani (service learning). Program service learning memberikan peluang
untuk merefleksikan pengalaman siswa di sekolah dan menghubungkan model belajar
pelayananan dengan model belajar akademik
Mentoring. Program ini melibatkan satu siswa dan satu guru baik dilakukan di dalam
maupun di luar sekolah untuk membimbing dan mengajari siswanya.
B. Sekolah Efektif
1. Pengertian Sekolah Efektif
Menurut Supardi (2013), sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki kemampuan
memberdayakan setiap komponen penting di sekolah baik secara internal maupun
eksternal, serta memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel dalam
mencapai visi dan misi tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Supriadi melanjutkan
bahwa efektivitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen sekolah sebagai
organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dalam struktur program
dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan yaitu memiliki
kompetensi. Demi tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang efektif harus diperhatikan
dari segi kepemimpinan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran iklim pembelajaran,
dan keterlibatan orang tua atau masyarakat.
12
2) Mengatur Kurikulum dan Pembelajaran
Mengatur kurikum dan pembelajaran juga menjadi bagian dari tugas kepala
sekolah. Kepala sekolah dan guru hendak bertanggung jawab untuk menentukan
aktivitas pengajaran dan pembelajaran yang disesuaikan dengan visi, misi, dan
tujuan sekolah (Supardi, 2013). Supardi menambahkan bahwa kurikulum dan
pengajaran dianggap sebagai nadi kepada kepemimpinan pengajaran. Ramuan
penting dalam kepemimpinan pengajaran adalah tanggapan guru terhadap kepala
sekolah mereka yang bersifat pakar dalam bidang kurikum dalam pengajaran.
3) Melakukan pengawasan (supervisi) pengajaran dan pembelajaran
Supervisi adalah suatu proses mengobservasi, membimbing, dan memberi
masukan kepada aktivitas profesional oleh penyelia terhadap stafnya. (Asnah
dalam Supardi, 2013). Kepala sekolah harus mengetahui apa yang terjadi di dalam
kelas supaya dapat menerima masukan berhubung dengan mutu pengajaran guru-
guru pada saat melaksanakan supervisi.
4) Memantau Kemajuan Peserta Didik
Kepala sekolah senantiasa mengawasi perkembangan peserta didik, dengan
meminta laporan kemajuan peserta didik dari guru, terutama sekali peserta yang
memiliki masalah (Supardi, 2013). Kepala sekolah mesti melaksanakan
pemantauan kemajuan peserta didik dan pengembangan kurikulum supaya dapat
mengetahui dengan pasti tingkat prestasi belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran. Kemajuan hasil peserta didik tersebut untuk membentuk tujuan
baru dan menjalankan penilaian terhadap pencapaian tujuan sekolah serta
menentukan kelemahan pelajar (Hallinger dan Murphy dalam Supriadi 2013).
5) Pengembangan Profesional Guru dan Staf
Seorang pemimpin di sekolah harus dapat menguasai bidang manajemen
dalam hal mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal (Supardi, 2013). Supriadi melanjutkan bahwa dalam
memajukan sekolah yang lebih efektif diperlukan pemimpin yang kuat yang
mendapat dukungan komitmen dari seluruh perangkat sekolah yaitu staf dan guru.
6) Kerjasama dengan Pihak Luar
Menurut Supardi (2013), kerja sama yang harus dipupuk oleh Kepala Sekolah
adalah dengan instansi terkait seperti Kementrian Pendidikan Nasional, Provinsi,
Kabupaten/ Kota, orang tua, Komite Sekolah, masyarakat dan pihak luar lainnya.
13
Dengan wujudnya keserasian, persepahaman dan kerja sama antara pihak-pihak
ini, akan dapat mebantu menuju ke tahap kejayaan yang dikehendaki untuk
mencapai tujuan sekolah dan kesuksesan.
b. Guru efektif
Menurut Supardi (2013) guru efektif adalah guru yang berhasil dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan keberhasilan peserta
didik secara terus menerus. Supriadi melanjutkan bahwa guru yang efektif harus
memenuhi syarat-syarat dan standar yang sudah ditetapkan dan dikembangkan.
Guru yang baik untuk siswa memiliki banyak sifat dan ciri khas yaitu: kehangatan
hari, kepekaan, mudah beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat yang bersahaja, sifat
yang menghibur, menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan
tanpa terlalu melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan
kasihan/ keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu untuk
terus menerus berprestasi dan dapat belajar dari pengalaman (Sujiono, 2012).
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 (dalam Supardi 2013) mengenai standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru dijelaskan kualifikasi akademik guru SMA adalah guru pada
SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma 4 atau Sarjana S1) program studi yang sesuai
14
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi. Selain itu, dijelaskan pula mengenai kompetensi inti guru yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik
- Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
- Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
- Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu
- Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
- Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
- Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
- Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
- Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
- Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran\
2) Kompetensi Kepribadian
- Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
- Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
- Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3) Kompetensi Sosial
- Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
15
- Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
- Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya
- Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4) Kompetensi Profesional
- Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
- Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
- Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
- Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangan
diri.
c. Pembelajaran efektif
Menurut Supardi (2013), pembelajaran efektif adalah kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik
sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek pembelajaran efektif yang
diungkapkan Guntur (dalam Supardi, 2013) adalah:
1) Kejelasan
Guru yang ingin menyajikan informasinya secara jelas berarti dia harus
menyajikan informasi tersebut dengan cara yang dapat membuat siswa
memahaminya
2) Variasi
Variasi guru merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan
yang sengaja dibuat guru saat menyajikan materi pelajaran. Variasi guru
meliputi: merencanakan berbagai variasi metode mengajar, menggunakan
berbagai strategi bertanya, memberikan reinforcement dengan berbagai cara,
16
membawa aktivitas belajar siswa, dan menggunakan berbagai tipe media
pembelajaran.
3) Orientasi Tugas
Dalam orientasi tugas, guru memonitor aktivitas para siswa untuk terlibat
secara konstruktif dalam perumusan tujuan pembelajaran.
4) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh sejumlah waktu yang dihabiskan siswa
untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Penggunaan waktu yang sesuai
oleh guru dapat memaksimalkan waktu siswa.
5) Pencapaian kesuksesan siswa yang tinggi
Kesuksesan mendorong keterlibatan lebih lanjut dalam belajar. Mutu
pembelajaran sering tertuju pada mutu lulusan, tetapi merupakan kemustahilan
sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, kalau tidak melalui proses
pembelajaran yang bermutu pula. Lebih lanjut sualu hal yang mustahil juga
terjadi proses pembelajaran yang bermutu, jika tidak didukung oleh personalia
(pimpinan, administrator, dan guru) yang bermutu, sarana prasarana
pendidikan, fasilitas, media, dan sumber belajar yang memadai, biaya yang
cukup, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung.
Menurut Suryadi (2008), ada beberapa metode mengajar guru yaitu:
a. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic, sebab pada saat bersamaan terjadi komunikasi antara guru dengan
murid.
b. Metode Ceramah. Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
Metode ini tidak senantiasa jelek bila pengunaannya betul-betul
dipersiapkan dengan baik. Metode ini merupakan metode yang sering kita
jumpai sehari-hari, terutama dalam proses belajar mengajar.
c. Metode Latihan Pemberian Tugas. Metode latihan pada umumnya
digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang
telah dipelajari.
d. Metode diskusi. Di dalam metode diskusi terdapat beberapa jenis-jenis
diskusi, yaitu:
17
- Diskusi Kelas. Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah
proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas
sebagai peserta diskusi.
- Diskusi Kelompok Kecil. Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
membagi siswa dalam kelompok-kelompok jumlah anggota kelompok
antara 3-5 orang atau maksimal 10 orang. Pelaksanaannya dimulai
dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian
masalah tersebut dibagi-bagi kedalam sub masalah yang harus
dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam
kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusi (Amaliah,
Fadhil, dan Narulita 2014).
d. Peserta didik Efektif
Menurut Supardi (2013), kriteria yang dijadikan tolak ukur peserta didik
sekolah efektif adalah, peserta menggunakan waktu belajar dengan sebaik-
baiknya, menguasai kompetensinya, kreativitas, dan pencapaian keberhasilan
siswa.
e. Iklim Sekolah
Marzuki (dalam Supardi, 2013) memaparkan bahwa iklim sekolah adalah
keadaan sekitar sekolah dan suasana yang ‘sunyi dan nyaman’ yang sesuai dan
kondusif untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik.
Creemers & Scheerens (dalam Supardi, 2013) mengemukakan bahwa iklim
sekolah merupakan suasana yang terdapat di sekolah yang menggambarkan
hubungan yang baik antara kepala sekolah dan guru serta antara guru dan peserta
didik. Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah
merupakan keadaan sekolah yang menggambarkan kondisi harmonis antara kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
serta antarwarga sekolah lainnya, sehingga tercipta kondisi belajar kondusif yang
dapat meningkatkan prestasi siswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
suasana kerja di sekolah. Untuk mengetahui kondisi iklim kerja disekolah dapat
diukur dengan menggunakan berbagai macam dimensi. Cohen, dkk (dalam
Supardi, 2013), menjabarkan pengukuran iklim sekolah ke dalam empat dimensi,
yaitu safety, teaching and learning, interpersonal relationships, institutional
environment.
18
Aspek Iklim
Mendukung belajar Menghambat belajar
Sekolah
a. Lingkungan Fisik Gedung sekolah berisi jumlah Gedung sekolah berisi siswa
yang ramah dan siswa terbatas. dalam jumlah besar.
kondusif untuk Siswa merasa aman dan Siswa dilecehkan oleh siswa
belajar nyaman saat berada di lain di aula, toilet, ruang
lingkungan sekolah makan siang, atau taman
Ruang kelas teratur bermain.
Ruang kelas dan pekarangan Ruang kelas tidak teratur
bersih dan terawat dengan Ruang kelas dan halamannya
baik. kotor, kurang penerangan, dan
Tingkat kebisingan rendah. tidak dirawat dengan baik
Area untuk instruksi dan Tingkat kebisingan tinggi.
kegiatan sesuai dengan Ruang kelas tidak di gunakan
fungsinya sesuai fungsinya. Ruang penuh
Ruang kelas terlihat dan sesak.
mengundang Ruang kelas disembunyikan
Tata usaha memiliki buku dan dan dilindungi dari
persediaan yang cukup pengawasan.
Buku teks dan persediaan
tidak mencukupi.Pengiriman
tertunda
b. Lingkungan Sosial Interaksi didorong. Guru dan Interaksi terbatas. Siswa dan
yang siswa secara aktif guru tidak berbicara satu sama
menampilkan berkomunikasi. Guru bersifat lain. Guru terisolasi satu sama
komunikasi dan kolegial. Kelompok lain. Siswa memisahkan diri.
interaksi mahasiswa beragam. Orangtua Orang tua tidak diperlakukan
dan guru adalah mitra dalam sebagai mitra sejajar.
proses pendidikan. Semua keputusan dibuat oleh
Keputusan dibuat di tempat, administrasi pusat atau kepala
dengan partisipasi guru. sekolah tanpa keterlibatan
Staf terbuka untuk saran guru.
siswa; siswa memiliki Siswa tidak memiliki peran
kesempatan untuk dalam menentukan aktivitas
berpartisipasi dalam dan keputusan kelas atau
pengambilan keputusan. bangunan
Staf dan siswa dilatih untuk Bullying dan konflik
mencegah dan menyelesaikan diabaikan.
konflik.
c. Lingkungan Interaksi guru dan staf dengan Interaksi guru dan staf dengan
afektif yang semua siswa adalah perhatian, siswa umumnya jauh dan
menampilkan rasa responsif, mendukung, dan minimal. Siswa tunduk pada
19
memiliki dan hormat. favoritisme. Beberapa siswa
harga diri Siswa mempercayai guru dan diabaikan. Keadaan beberapa
staf. siswa diabaikan.
Semangat tinggi di antara guru Siswa tidak melihat guru dan
dan staf. staf bertindak sesuai minat
Staf dan siswa ramah. mereka.
Sekolah terbuka untuk Semangat rendah di antara
keragaman dan menyambut guru dan staf.
semua budaya. Staf dan siswa tidak ramah.
Guru, staf, dan siswa Guru dan staf merasa tidak
dihormati dan dihargai. dihargai. Siswa tidak
Guru, staf dan siswa merasa menerima penguatan positif
bahwa mereka berkontribusi untuk pekerjaan atau tindakan.
terhadap keberhasilan sekolah. Guru, staf, dan siswa tidak
Ada rasa komunitas. Sekolah merasa mereka berdampak
dihormati dan dihargai oleh pada apa yang terjadi di
guru, staf, siswa, dan keluarga. sekolah.
Orangtua menganggap sekolah Guru, staf, siswa, dan keluarga
itu hangat, mengundang, dan tidak merasa mereka adalah
membantu. bagian dari komunitas sekolah.
Impedes Orangtua tidak merasa
diterima di sekolah. Orang tua
merasa disalahkan atas
kesulitan anak mereka.
d. Lingkungan Ada penekanan pada Prestasi akademis diremehkan
Akademik yang akademisi, tetapi semua jenis atau tidak dihargai. Metode
Mendukung kecerdasan dan kompetensi pengajaran tidak
Pembelajaran dan dihormati dan didukung. memungkinkan untuk berbagai
Pemenuhan Diri Metode pengajaran gaya belajar.
menghormati cara belajar Ekspektasinya rendah.
anak-anak yang berbeda. Beberapa siswa diharapkan
Ekspektasi tinggi untuk semua gagal.
siswa. Semua didorong untuk Ada penilaian minimal atau
berhasil. tidak berkala.
Kemajuan dipantau secara Ada sedikit komunikasi
teratur. tentang hasil penilaian. Siswa
Hasil penilaian segera tidak tahu bagaimana
dikomunikasikan kepada siswa meningkatkan kinerjanya.
dan orang tua. Orang tua menemukan bahwa
Hasil penilaian digunakan anak mereka sedang berjuang
untuk mengevaluasi dan secara akademis pada waktu
mendesain ulang prosedur dan rapor.
20
konten pengajaran. Hasilnya tidak digunakan
Prestasi dan kinerja dihargai untuk meningkatkan
dan dipuji. pengajaran dan pembelajaran.
Guru percaya diri dan Guru dan siswa mengulangi
berpengetahuan. siklus kegagalan yang sama.
Hadiah dan pujian sangat
minim.
Guru tidak yakin atau tidak
siap
21
BAB III
PEMBAHASAN
Film Dangerous Mind merupakan film yang diproduksi oleh Negara Amerika dan
didirektori oleh John N. Smith. Film ini mengisahkan tentang perjuangan seorang guru baru
bernama Louanne Johnson yang merupakan seorang mantan marinir Amerika. Ia harus
mengajar Bahasa Inggris untuk kelas akademin di mana siswa yang berada di kelas tersebut
merupakan siswa yang cerdas namun memiliki minat belajar yang rendah dan terlalu aktif
sehingga suasana kelas tidak kondusif. Selain itu, siswa-siswi tersebut tidak memiliki sikap
sopan dan hormat kepada guru yang mengajar di kelas mereka. Konflik cerita ini
menceritakan tentang perjuangan Mrs. Johnson dalam menarik minat belajar serta semangat
belajar anak didiknya untuk belajar Bahasa Inggris.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada film Dangerous Mind dapat diketahui
bahwa Mrs. Johnson menggunakan berbagai metode mengajar yang dikemukakan oleh
Suryadi (2008) untuk mengajarkan Bahasa Inggris kepada siswa/siswi tersebut, diantaranya
dengan menggunakan:
1. Metode tanya jawab
Setiap memulai kelas, Mrs. Jhonson selalu memberikan sebuah pertanyaan kepada
siswa/siswinya, baik melalui sebuah kalimat ataupun puisi. Terlihat pada adegan di
mana Mrs. Johnson meminta siswanya menentukan kata benda atau kata kerja. Hal ini
merupakan sebuah langkah untuk memancing keaktifan siswa dalam kelas untuk
mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, berkomunikasi, dan membuat
kesimpulan dari apa yang telah ditanyakan.
2. Metode pemberian tugas.
Mrs. Jhonson juga menggunakan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran.
Setelah siswa/siswi mulai memahami mengenai kata kerja, kata benda, dan kata sifat,
Mrs. Johnson kemudian memberikan sebuah tugas yaitu membaca puisi untuk lebih
memahami kata dan maknanya.
3. Metode Ceramah.
Metode ceramah digunakan oleh Mrs. Jhonson di setiap akhir perbincangan atau tanya
jawab tentang puisi yang sedang dibahas. Mrs. Jhonson memberikan kesimpulan dari
22
seluruh makna yang telah dikemukakan oleh siswa/siswi. Selain itu, Mrs. Jhonson juga
menanamkan suatu nilai melalui puisi yang telah dibahas kepada peserta didiknya.
4. Metode diskusi.
Mrs. Jhonson juga selalu menggunakan metode diskusi dalam mengajari siswa/siswi
Bahasa Inggris. Biasanya, Mrs. Jhonson mulai melemparkan pertanyaan yang
kemudian menjadi bahan diskusi siswa/siswi tersebut.
Mrs. Jhonson menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar untuk menarik
minat siswa dalam belajar sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang efektif tercipta dari kombinasi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif
dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Supriadi, 2013). Selain itu, dalam menciptakan
pembelajaran yang efektif juga dibutuhkan variasi guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Variasi guru merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan
yang sengaja dibuat guru saat menyajikan materi pelajaran. Variasi guru meliputi
merencanakan berbagai variasi metode mengajar, menggunakan berbagai strategi bertanya,
memberikan reinforcement dengan berbagai cara, membawa aktivitas belajar siswa, dan
menggunakan berbagai tipe media pembelajaran.
Hal serupa juga diterapkan Mrs. Jhonson dalam proses pembelajaran. Ia berupaya untuk
mengajarkan karate kepada siswa/siswi untuk menarik perhatian siswa/siswi sehingga mereka
dapat terlibat dalam proses belajar. Mrs Jhonson juga memberikan variasi yaitu memberikan
reward kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas yang ia berikan. Mrs. Jhonson
memberikan tugas kelompok yang disebut dengan “Kontes Dylan-Dylan” di mana
siswa/siswi diminta untuk mencari puisi dari Bob Dylan yang mirip dengan puisi dari Dylan
Thomas. Metode ini merupakan sebuah cara agar siswa dapat menginterpretasikan pemikiran
mereka serta bersifat toleransi terhadap pendapat yang lain. Dalam Kontes Dylan-Dylan,
masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang, dan bagi yang berhasil memenangkan kontes
tersebut akan mendapatkan hadiah makan malam di restoran mahal bersama Mrs. Jhonson.
Metode-metode pembelajaran yang dilakukan oleh Mrs. Jhonson jika ditarik ke dalam
sebuah teori maka mengarah pada teori belajar humanistik. Dalam teori humanistik, siswa
berproses dalam belajar agar mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
23
potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Terlihat pada percakapan antara Mrs. Jhonson
dengan Mr. Griffith di lorong kelas pada hari pertama Mrs. Jhonson mengajar. Mr. Griffith
mengatakan bahwa “Mereka adalah anak cerdas dengan sedikit atau tanpa pendidikan dan
banyak mempunyai masalah sosial.” Hal ini memotivasi Mrs. Jhonson untuk dapat menggali
potensi yang dimiliki oleh siswa-siswanya.
Film ini juga menunjukkan karakter Mrs. Jhonson sebagai guru yang efektif. Hal ini
terlihat dari kepekaan Mrs. Jhonson terhadap siswa/siswinya. Menurut Supriadi (2013),
seorang guru yang efektif memiliki sifat-sifat kepekaan terhadap peserta didik, dimana guru
harus memahami kondisi siswa dan melihat dengan pikiran dan perasaan yang terjadi kepada
siswanya. Pada film ini, Mrs. Jhonson berusaha mengenal lebih dekat siswa/siswinya dan
sangat peduli dengan kondisi kehidupan mereka. Mrs. Jhonson juga tidak mudah menyerah
dan selalu membantu siswa/siswi dalam menyelesaikan masalahnya. Ia juga melakukan
kunjungan ke rumah siswa/siswi untuk mengenal lebih dalam kondisi yang mereka alami.
Mengenali karakteristik peserta didik meliputi aspek fisik, intelektual dan lainnya
merupakan salah satu kompetensi pedagogi dari seorang guru (Depdiknas dalam Supardi
2013). Dengan mengenali karakteristik siswa di sekolah, guru bisa menentukan metode atau
cara yang tepat untuk membelajaran kepada siswa. Kesesuaian penggunaan metode sangatlah
penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan dikuasai oleh peserta didik. Jika metode yang guru pakai tidak cocok dengan
karakteristik siswa, maka yang terjadi adalah pembelajaran sulit dilaksanakan, ada tantangan
dari peserta didik dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Karakteristik
setiap siswa dalam satu kelas itu tidak sama. Dalam proses pembelajaran, Mrs. Jhonson
menggunakan tema belajar puisi yang berdekatan dengan kehidupan mereka, misalnya
tentang pilihan hidup, kematian, pengendalian hidup, dan kondisi kehidupan lainnya. Ini
adalah satu kegiatan DAE yang diterapkan pada siswa SMA, dimana proses pembelajarannya
berdasarkan pada tema-tema budaya siswa.
Selain itu, sebagai seorang guru juga harus bisa menumbuhkan semangat bagi siswa
serta menarik siswa untuk senantiasa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah
keluarga, seperti keluarga yang termasuk broken home, dan berasal dari keluarga miskin
dapat mempengaruhi perkembangan psikologi individu tersebut, misalnya individu tersebut
menjadi tertutup, tertekan, dan lain-lain. Untuk itu sebagai seorang guru juga harus
memperhitungkan dan memberikan perhatian lebih kepada perkembangan psikologis peserta
didiknya. Mrs. Jhonson memberikan asupan motivasi kepada muridnya dan menyerahkan
24
selebihnya nilai A itu kepada siswa untuk mau mempertahankannya atau tidak. Mrs. Jhonson
juga mendatangi rumah Raul dan mengatakan kepada orang tua Raul bahwa dia adalah salah
satu murid kesayang Mrs. Jhonson dengan memberitahukan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh Raul.
Jika ditinjau dari segi perkembangan, status remaja siswa Parkmont itu dalam tahap
moratorium (Slavin dalam Amstrong 2011), yaitu orang-orang yang telah bereksperimen
dengan pilihan hidup, tetapi masih belum membuat komitmen yang definitif terhadap
keduanya, atau dengan kata lain di tengah-tengah krisis identitas dan sedang mempelajari
pilihan-pilihan kehidupan, maka Mrs.Jhonson juga mendekati murid secara personal dengan
memasuki kehidupan pribadi mereka. Mrs. Jhonson mendatangi rumah Callie, siswa yang
hamil dan membujuknya untuk tidak pindah sekolah karena Bu Jhonson sangat sayang
dengan kemampuan yang dimilikinya. Mrs. Jhonson juga melindungi Emilio dari kejaran
penjahat yang hendak membunuhnya, namun sayang hal ini gagal karena Kepala Sekolah Mr.
Grandey yang tak memberikan ijin kepada Emilio untuk masuk kantor karena tidak mengetuk
pintu.
Berdasarkan film Dangerous Mind dapat dilihat bahwa sekolah tersebut belum
menunjukkan Kepala Sekolah yang efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.
Menurut Supriadi (2013), salah satu faktor penentu sekolah yang efektif adalah Kepala
Sekolah yang efektif. Melihat fenomena atau kejadian yang terjadi pada film tersebut, Kepala
Sekolah belum menunjukkan sikap kepedulian terhadap murid-muridnya di Sekolah. Hal ini
terlihat pada saat adegan Emilio datang ke ruang Kepala Sekolah, karena sikap Emilio tidak
mengetok pintu, akhirnya Kepala Sekolah mengusir Emilio. Kemudian, saat Emilio
mengalami kecelakaan, Kepala Sekolah tidak memperdulikan keadaan yang ia alami. Selain
itu, pihak sekolah dari awal sudah memberi label kepada satu kelas siswa yang nakal, dan
memerlukan kebutuhan khusus untuk belajar. ini terlihat pada saat pihak sekolah menjelaskan
kepada Ibu Jhonson mengenai kondisi siswa yang nakal, membangkang, dan susah untuk
diatur.
Pemberian label tersebut memberi dampak kepada siswa yang semakin membangkang
dan tidak patuh pada aturan-aturan sekolah. Seharusnya, salah satu tugas dari Kepala Sekolah
adalah memantau kemajuan dari peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar (Supriadi,
2013). Ini bertolak belakang yang dilakukan pada sekolah tersebut. Kepala Sekolah kurang
peduli dengan proses kemajuan belajar siswa, dan bahkan berniat untuk memecat guru yang
25
mengajar di kelas tersebut karena tidak sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan di
sekolah.
Demikian pula dari komponen iklim sekolah yang dikemukakan oleh Marzuki (dalam
Supardi, 2013) bahwa iklim sekolah menunjukkan keadaan sekitar sekolah dan suasana
‘sunyi dan nyaman’ yang sesuai dan kondusif untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan
prestasi akademik. Hal ini bertolak belakang dari film tersebut, dimana lingkungan
sekolahnya belum menunjukkan lingkungan yang nyaman bagi siswa. Beberapa guru
sebelum kehadiran Mrs. Johns sering kewalahan menghadapi kelas yang sudah mendapat
label dari pihak sekolah, dan membuat siswa-siswa semakin tidak patuh pada aturan yang
sudah ditetapkan.
Jadi, berdasarkan pembahasan sekolah efektif yang sudah dikaji di atas, beberapa
komponen yang sudah memenuhi adalah guru dan pembelajaran efektif. Sedangkan
komponen yang lainnya seperti kepala sekolah dan iklim sekolah belum memenuhi hal
tersebut
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan film Dangerous Mind terdapat beberapa faktor yang kurang
mendukung pembelajaran ataupun sekolah yang efektif. Baik dari kurangnya kepedulian
kepala sekolah terhadap binaannya, peserta didik yang sudah terlanjur menerima label
negatif, hingga iklim sekolah maupun lingkungan yang kurang kondusif. Walau begitu,
kekurangan tersebut dapat diimbangi oleh optimalisasi peran guru. Hal itu tampak dari
usaha guru untuk menyesuaikan metode belajar dengan keadaan murid-muridnya dan
melakukan pendekatan yang manusiawi terhadap individu yang membutuhkan perhatian
khusus. Hingga pada akhirnya para murid mampu memahami bahwa makna belajar
sesungguhnya adalah pertumbuhan pribadi. Dengan demikian, walaupun belum
sempurna, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan cukup baik.
B. Saran
Walaupun proses belajar telah menunjukkan perubahan positif, masih terdapat
beberapa hal yang perlu ditingkatkan, diantaranya:
1. Bagi Guru
- Diharapkan dapat menerapkan kegiatan pembelajaran “Best School For Senior High
School” yang disesuaikan dengan kondisi tingkat SMA sehingga lebih efektif untuk
menangani siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2. Bagi Siswa
- Apabila siswa mengalami hambatan atau kendala yang dialami di kelas hendaknya
mengkomunikasikan/sharing kepada teman, guru atau konsultasi ke bagian
Konseling Sekolah.
- Diharapkan dapat memahami dengan benar aturan aturan yang telah ditetapkan oleh
pihak sekolah dan berusaha menerima konsekuensi atau tindakan tegas dari pihak
sekolah bagi siswa dan siswi yang telah melanggar aturan sekolah.
27
3. Bagi Sekolah
- Diharapkan mampu meningkatkan kepedulian, kerjasama dan sinergi diantara pihak-
pihak yang terlibat di lingkungan sekolah sehingga dapat menarik siswa untuk
senantiasa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
- Melaksanakan program pembinaan yang terus menerus disertai pengawasan dan
evaluasi program pembinaan kepada semua pihak di lingkungan sekolah sehingga
mampu menghasilkan output yang baik untuk tujuan keberhasilan sekolah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, R.R. Fadhil, A. dan Narulita, S. (2014). Penerapan Metode Ceramah dan Diskusi
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI di SMA Negeri 44 Jakarta. Jurnal. 10 (2): 1-13.
Amstrong, T. (2011). The Best Schools: Mendidik Menjadi Siswa Insan Cendekia Seutuhnya.
Bandung: Kaifa.
Sujiono, Y. N. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Supriadi. (2013). Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Suryadi, A. (2008). Implementasi metode ceramah, tanya jawab, dan latihan dalam
pengajaran Bahasa China di SMA N 1 Karanganom. Jurnal Artikel. 1-40.
29