Anda di halaman 1dari 4

Upaya mempertahankan NKRI

Hal yang harus kita tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

A. Upaya masyarakat mempertahankan NKRI

Setiap rakyat Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, kita juga
harus turut serta dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI. Pada pasal Pasal 30
Ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan rakyat
dilakukan oleh TNI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Isi
pasal tersebut juga menunjukkan bahwa patisipasi warga negara sangat penting untuk
menjaga keutuhan negara dan berlangsungnya pemerintahan. Untuk turut menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikap-sikap:

1. Cinta Tanah Air


Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air.
Cinta tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:
 Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar maupun
dari dalam negeri.
 Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
 Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
 Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk
diabdikan kepada negara.

2. Membina Persatuan dan Kesatuan


Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Tindakan yang
menunjukkan usaha membina persatuan dan kesatuan, antara lain:
 Menyelenggarakan kerja sama antar daerah.
 Menjalin persahabatan antarsuku bangsa.
 Memberi bantuan tanpa membedakan suku bangsa atau asal daerah.
 Mempelajari berbagai kesenian dari daerah lain,
 Memperluas pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
 Mengerti dan merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak mudah
marah atau menyimpan dendam.
 Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama, maupun
bahasa dan kebudayaan

3. Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan
penderitaan bagi diri sendiri. Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI dapat dilakukan
dengan hal-hal sebagai berikut:
 Partisipasi tenaga
 Partisipasi pikiran

4. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI


Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek
kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat
nasional. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan yang matang
diantaranya adalah sebagai berikut :
 Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan
kemampuannya.
 Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai
sektor kehidupan.
 Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
 Kesiapan perekonomian rakyat.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari
banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya eskalasi konflik menjadi upaya
memisahkan diri dari NKRI.
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada
didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang
akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-
tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar
permasalahannya secara tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. Oleh
karena itu diperlukan landasan pemikiran yang terkait, diantaranya :

1. Menambah jumlah dan meningkatkan kemampuan serta pemberdayaan aparat


keamanan yang ditempatkan di wilayah perbatasan darat dan laut. Untuk kesatuan
TNI misalnya melalui TMMD, Karya Bhakti dan Operasi Bhakti untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna menumbuhkan kesadaran bela
negara serta rasa kebangsaan.

2. Menuntaskan penyelesaian masalah penetapan garis perbatasan dan


masalahmasalah krusial lainnya yang sering terjadi di kawasan perbatasan darat
seperti para pelintas batas tradisional dari kedua negara, kolaborasi antara
penduduk perbatasan dengan cukong-cukong dari negara tetangga untuk perbuatan
jahat seperti illegal logging, illegal mining, human trafficking, smugling, dan lain-lain.
Untuk perbatasan laut, melanjutkan kembali pertemuan bilateral guna
menyelesaikan atau mencapai kesepakatan perbatasan laut kedua negara dan
meningkatkan kegiatan patroli terkoordinasi dengan negara-negara tetangga.
3. Menambah jumlah penduduk perbatasan terutama pada lokasi strategis, wilayah
rawan kejahatan dan pulau-pulau terpencil. Penambahan ini dapat dilakukan melalui
program transmigrasi atau relokasi penduduk dari wilayah perbatasan yang padat ke
wilayah yang kosong namun cukup potensial untuk berkembang. Program
transmigrasi yang disarankan adalah program transmigrasi pola PIR (Perkebunan Inti
Rakyat) dan atau pola NIR (Nelayan Inti Rakyat) untuk daerah perbatasan pantai dan
pulau-pulau terpencil. Dengan demikian, bersama-an dengan itu harus dibangun
perusahaan inti perkebunan dan nelayan yang melibatkan perusahaan BUMN, BUMD
dan Swasta nasional.

4. Mengubah paradigma dan pandangan yang selama ini memandang dan


memperlakukan wilayah perbatasan sebagai daerah belakang (periphery areas)
menjadi daerah depan (frontier areas). Dengan paradigma baru tersebut diharap-kan
daerah perbatasan mendapat kesempatan/prioritas dalam pembangunan dan
pembinaan khusus di segala bidang. Dampak dari pembangunan dan pembinaan
wiltas ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan rasa kebangsaan, cinta tanah air dan kesiapan bela negara serta
kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

5. Menambah porsi pelajaran geografi nasional, termasuk grografi maritim Indonesia


pada kurikulum pendidikan mulai tingkat dasar (SD) dan lanjutan (SMP dan SMU).
Tujuannya agar semua WNI sejak dini sudah mengenal wilayah tanah airnya yang
luas dengan lokasinya strategis dalam konstelasi/interelasi hubungan Barat dan
Timur, sehingga karenanya memiliki nilai geopolitik yang tinggi.

6. Mengembangkan produk hukum, peraturan dan perundang-undangan yang


mengenai problematika daerah perbatasan, baik darat maupun laut serta perjanjian
perbatasan antara RI dengan negara tetangga dalam menangani kejahatan lintas
negara (transborder crimes) seperti smugling (penyelundupan), human trafficking
dan terrorism. Untuk perbatasan wilayah perairan banyak produk hukum yang dapat
dibuat dengan cara mengelaborasi dan menjabarkan pasal-pasal dan kaidah hukum
yang bersumber dari Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982).

7. Pelibatan berbagai pihak (stokeholders) dari kalangan pemerintah dan masyarakat


guna membangun kebersamaan dan kesatuan dalam menghadapi segala bentuk
ancaman dan gangguan keamanan dan kejahatan bersenjata maupun non
bersenjata. Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan- penyuluhan di
bidang hukum, keamanan, ketertiban dan ketahanan masyarakat. Kondisi dan
Pemberdayaan Perbatasan Negara Untuk menjadikan nilai strategis wilayah
perbatasan agar berdayaguna, maka wilayah perbatasan tersebut harus dibangun,
dibina, dan diberdayakan. Artinya ada upaya yang sungguh-sungguh dan terprogram,
sehingga dari tahun ke tahun wilayah perbatasan mengalami kemajuan. Berbicara
tentang zona wilayah perbatasan negara, meliputi segala sumberdaya yang ada
didalamnya, yaitu sumberdaya alam (SDA), sumberdaya buatan (SDB), sumberdaya
manusia (SDM), sarana prasarana (Sarpras), tata nilai, Iptek dan wilayah itu sendiri
sebagai ruang. Dalam ”bahasa” Binter (pembinaan teritorial), SDA, SDB, Sarpras dan
wilayah termasuk dalam ranah ”geografi”, SDM masuk dalam ranah ”demografi” dan
sumberdaya yang lainnya termasuk ke dalam ranah ”kondisi sosial”. Pemberdayaan
sumberdaya yang satu dengan sumberdaya yang lainnya saling mempengaruhi
secara positif, demikian pula sebaliknya kerusakan terhadap salah satu sumberdaya
akan berpengaruh negatif terhadap sumberdaya lainnya. Oleh karena itu perbedaan
ketiga ranah itu tidak bisa dilakukan setengah-setengah, tetapi harus secara
bersamaan, sinergis, dan terkendali.

B. Upaya pemerintah menjaga NKRI

a. Para pemimpin negara sebaiknya menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan
efisien.
b. Memperkuat unsur-unsur yang menjadi alat pertahanan negara, seperti TNI
c. Sudah mengatur di UUD 1945, pasal 37 ayat 5 menegaskan “Khusus mengenai bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”

Anda mungkin juga menyukai