Anda di halaman 1dari 6

MARAKNYA PRILAKU BULLYING

DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Latar Belakang
Sebagai seorang calon pendidik di sekolah dasar, sebaiknya kita lebih pekak
atau dapat lebih memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan anak usia
sekolah dasar. Namun, taraf kepekan pada masing-masing orang juga tergantung dari
stremming dasar, stremming katual, pembiasaan dan keletihan.1 Adapun masalah
yang akan dibahas adalah masalah dari segi karakteristik siswa sekolah dasar, apa itu
bullying, apa saja jenis bullying pada siswa sekolah dasar, apa faktor penyebab
perilaku bullying antar pelajar, dan upaya mengatasi perilaku bullying pada siswa
sekolah dasar.
Dari masalah-masalah yang terdapat diatas dapat mengakibatkan pelajar
menjadi malas atau trauma untuk pergi ke sekolah dan berinteraksi dengan sesama
karena takut akan hal-hal seperti itu terjadi kepada mereka. Hal ini sangat berbahaya
karena dapat merugikan korban bullying dan bahkan dapat menyebabkan korban
bunuh diri atau dapat mengalami depresi yang tinggi sehingga sampai mengalami
kematian terhadap korban. Sehingga, masalah bullying yang marak terjadi sekarang
ini seharusnya mendapat perhatian khusus oleh orangtua, guru, maupun pihak
pemerintah penyelenggara pendidikan.
Semua siswa mengetahui dari pengalaman sendiri, bahwa guru berperanan
sekali dalam keseluruhan proses belajar mengajar didalam kelas. Siswa
mengharapkan banyak sekali dari guru. Bila harapan itu dipenuhi, siswa akan merasa
puas; bila tidak, dia akan merasa kecewa. Maka dari itu sebaiknya sebagai seorang
pendidik guru mencoba mulai lebih memahami sikap dan sifat setiap anak didiknya.

A. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Masa anak sekolah dasar rata-rata memiliki rentangusia (6-12) tahun,
atau biasa disebut dengan periode intelektual atau juga bisa disebut masa anak
tanggung, masa anak praremaja (Later childhood)2. Pada masa ini anak sudah
memasuki masyarakat diluar keluarga, dimana anak-anak telah kenal dengan

1
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, Sketsa, 2014) Hal. 222
2
Dr. K.H U. Saefullah, M.M.Pd, Psikologi Perkembangan Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka
Setia,2012) Hal. 13
lingkungan sekitarnya seperti tetangga, teman sepermainannya, tempat
mengaji, sekolah, dan kelompok-kelompok sosial lainnya diluar keluarga.
Pada masa ini anak usia sekolah dasar memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya adalah anak senang bermain, anak senang bergerak, anak senang
bekerja dalam kelompok, dan anak senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung seperti berfikir secara konkret. Berikut dapat dijelaskan
karakteristik anak usia sekolah dasar.
1. Anak senang bermain, dalam hal ini dapat dimaksudkan bahwa
setiap anak bahwasannya dunianya memang senang bermain dan
mudah merasa bosan, maka dari itu untuk mendapatkan perhatian
anak seorang pendidik diperlukan untuk ber inovasi dan kreatif
dalam merancang metode ataupun strategi pembelajaran. Seperti
contohnya bermain sambil belajar menggunakan media interaktif
yang dapat membuat siswa tidak jenuh dan dapat menarik
perhatian siswa sehingga pembelajaran akan semakin bermakna
(meaningful).
2. Anak senang bergerak, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa setiap
anak tidak suka diatur, mereka senang bergerak kesana kemari
tanpa aturan, mereka senang berlarian didalam kelas, maupun
diluar kelas. Maka dari itu, sebagai seorang pendidik sebaiknya
guru dapat merancang metode ataupun strategi pembelajaran yang
dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Sepertinya halnya
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru mengajak
semua siswa untuk pergi keluar kelas agar siswa dapat
mengeksplor benda padat cair ataupun yang lainnya, setelah itu
siswa dapat mendata apa yang sudah mereka amati.
3. Anak senang belajar berkelompok, dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa setiap anak sennag belajar secara berkelompok. Karena
dengan belajar berkelompok mereka tidak merasakan kesepian,
mereka senang berbicara dengan teman sebayanya tanpa mengenal
waktu, membicarakan hal-hal yang mereka lakukan, mereka
rasakan. Maka dari itu, sebaiknya sebagai seorang pendidik guru
dapat melakukan strategi ataupun metode pembelajaran yang
membawa setiap siswa belajar secara berkelompok, karena dengan
belajar berkelompok melatih siswa berkomunikasi dengan baik,
dapat melatih kejiwaan siswa agar tidak egois dan maunya menang
sendiri, serta dapat melatih siswa meningkatkan sikap sportif
sesama temannya.
4. Anak senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung
seperti berfikir secara konkret, dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwasannya menurut piaget anak pada usia 7 tahun akan
memasuki tahap operasional konkret dimana dimana anak sudah
mampu berfikir secara rasional sepertinya halnya dalam hal
penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret dan
aktual. Menurut piaget pembelajaran pada anak usia sekolah dasar
agar pembelajaran lebih bermakna (meaningful) maka anak
sebaiknya menggunakan panca indranya, karena dengan mereka
melihat, merasakan, meraba, dan lainnya. Siswa akan lebih
memahami dan mengerti apa yang sedang mereka pelajari lewat
pengalamannya selama proses pembelajaran.
Dari beberapa karakteristik seorang anak tersebut, yang termasuk
dalam kategori anak usia kelas awal ialah masa sensori motorik dan
praoperasional.3 Pada masa itulah seorang anak akan merespons segala yang
kita berikan kepadanya, tanpa ia mengerti apakah itu hal yang baik atau
buruk. Semua yang ia dengar dan lihat akan teresap dalam pikirannya karena
memang ia belum memiliki filter yang menyaring segala sesuatu yang masuk
pada dirinya.
B. Definisi Bullying
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam bahasa inggris yang
berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah, menggertak,
mengganggu (Echols dan Hassan, 1992:87).4 Menurut Sejiwa (2006), bullying
diartikan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa
tertekan, trauma dan tak berdaya.
Biasanya bullying terjadi bukan karena marah atau konflik yang tak
terselesaikan, akan tetapi lebih merujuk pada rasa superioritas atau senioritas
dengan kata lain untuk menunjukan bahwa pelaku bully yang paling kuat dan

3
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta;
Ar-Ruzz Media, 2016) Hal.63
4
http://cynantia-rachmijati.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-
pendidikan/
punya hak untuk merendahkan, menghina atau bertindak semena-mena pada
orang lain.5
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
Jawa Barat, Haris Yuliana meminta kepada pihak sekolah untuk terus
mengawasi secara masif kepada seluruh siswanya. Yaitu untuk menghindari
tindakan atau aksi bully di lingkungan sekolahnya.6

1. Kontak fisik langsung

C. Jenis-jenis Bullying
Jenis pembullyan pun beraneka ragam macamnya, seperti mulai dari
mengejek, menghina serta memukul. Bahkan ketiga macam pembullyan
tersebut dapat menjadi satu dalam satu kegiatan, misalnya ospek. Pembullyan
atau peloncoan di sekolah tersebut sampai membuat pemerintah melakukan
tindakan tegas terhadap instansi pendidikan maupun perguruan tinggi yang
mengadakan ospek dengan kekerasan. Seperti halnya Kementrian
Ristek dan Teknologi yang mengirim surat edaran larangan melakukan ospek
dengan kekerasan yang ditujukan kepada perguruan tinggi negeri maupun
swasta.
Bullying di lingkungan sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu:7
1. Bullying fisik seperti menampar, mendorong, menendang, atau
meludahi, dan menenendang. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena
dapat membuat perilaku anak menjadi kasar.8
2. Bullying verbal seperti penyerangan lisan secara terbuka seperti
menghina, mengancam, atau mengolok dan memanggil dengan
maksud melukai.
3. Pengasingan sosial seperti merusak hubungan antara korban
dengan teman-temannya dengan beragai macam cara seperti
menyebarkan rumor, tidak mempedulikan kehadiran korban,
mengancam orang lain agar tidak berteman dengan korban,

5
Fransisca Mujiyati,School bullying dan peran guru dalam mengatasinya, (Bandung, Krida Rakyat,
2011) Hal. 22
6
http://jabarnews.com/2017/08/maraknya-kasus-bullying-dewan-minta-sekolah-aktif-awasi-
siswanya.html
7
https://www.kompasiana.com/almageraldina/5a36270df1334407f00a9283/menghindarkan-anak-
anda-dari-bahaya-bullying-di-sekolah
8
Drs. Arief Budiman, IQ dan EQ Anak Anda, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2016) Hal. 246
mengancam korban, atau memberikan tatapan yang
mengintimidasi terhadap korban.
4. Pemerasan seperti meminta uang atau barang milik korban (Smith
& Ananiadou, 2003 dalam Tsang, Hui, & Law, 2011).

D. Faktor Penyebab perilaku Bullying


Pendidikan etika harus diberikan sejak usia dini. Jika pendidikan etika
berjalan baik, anak akan tumbuh dengan landasan moral yang baik. 9 Berikut
adalah faktor penyebab terjadinya perilaku bullying10:
1. Keluarga, pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang
bermasalah, seperti orang tua yang sering menghukum anaknya
secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan
permusuhan.
2. Pihak sekolah sering mengabaikan perilaku bullying, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.
3. Kelompok Sebaya, ketika berinteraksi dalam sekolah dengan
teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan
bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk
membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
4. Kondisi lingkungan sosial, contohnya kemiskinan. Mereka yang
hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan
sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya. Guru memiliki
peran utama dalam menumbuhkan sikap kepedulian sosial.11
5. Tayangan televisi dan media cetak akan membentuk pola perilaku
bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan.

E. Upaya Mengatasi Perilaku Bullying


Untuk mencapai kematangan emosi perlu adanya pelatihan dan
pembiasaan untuk menyeimbangkan dan mengendalikan emosi.12 Berikut

9
Bob Harjanto, Minat baca Anak Anda, (Yogyakarta, Manika Books, 2011) Hal.28-29
10
Sahputra, H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 06 Juli
11
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi perkembangan, (Yogyakarta, Arruz Media, 2016) Hal.188
12
Dr. Sumanto,M.A, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta, PT. Buku seru, 2014), Hal.29
dalah upaya mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa dimulai
dengan13:
1. Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar yang baik
tanpa rasa takut, menciptakan sekolah model penerapan sistem
anti-bullying, serta membangun kesadaran tentang bullying dan
pencegahannya kepada stakeholders sampai ke tingkat rumah
tangga dan tempat tinggal.
2. Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga
anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan bullying.
3. Dukungan sekolah terhadap kegiatan positif siswa agar siswa
mampu berprestasi dalam setiap kegiatannya.
4. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum
dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan
membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap
tindakan bullying.
Daftar Pustaka
DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta. Hal. 38-39.
Paul Suparno. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. (Yogyakarta : Kanisius.2001).
hal.70
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif, diakses pada tanggal 06
Juli 2018
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktek. (Jakarta : permata puri
media, 2011). hal 51.

13
Abidin, Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 06 Juli

Anda mungkin juga menyukai